Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor sosio ekonomi

(1)

i

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH SEMBIR, MADUREJO, PRAMBANAN, SLEMAN,

YOGYAKARTA

(KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Yovica Sagina NIM : 118114078

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The

important thing is not to stop questioning.

- Albert Einstein-

untuk:

Papi-Mami, Wisely, Vivie, Yulian, Donna, Aam,

FSM B dan FKK A 2011


(5)

(6)

vi vi


(7)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya,

sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi

Responden Hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta: Kajian Faktor Sosio-Ekonomi” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Kepala Dukuh Sembir yang telah mengizinkan berlangsungnya penelitian di Dukuh Sembir, Madurejo.

3. Dosen Pembimbing Ibu Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt. yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.

4. Dosen Penguji Ibu Aris Widayati, MSi., Apt., PhD. dan Ibu Maria Wisnu Donowati, MSi., Apt. yang telah bersedia menguji dan membimbing hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.


(8)

viii

5. Rekan sepenelitian Greta Paulina yang telah bekerja sama dan saling mendukung dari awal penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi.

6. Keluarga, Aam, Ester, Canly, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu dengan senang hati penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih.

Yogyakarta, 25 September 2014 Penulis


(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Rumusan masalah ... 3

2. Keaslian penelitian ... 3

3. Manfaat penelitian ... 6

B. Tujuan Penelitian ... 7


(10)

x

A. Hipertensi ... 8

B. Teori Rule of Halves ... 9

C. Faktor Penyebab Hipertensi ... 10

D. Pengukuran Tekanan Darah ... 12

E. Profil Tempat Penelitian ... 13

F. Landasan Teori ... 14

G. Hipotesis ... 15

BAB III. METODE PENELITIAN ... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian ... 16

C. Definisi Operasional ... 17

D. Subjek Penelitian ... 19

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 19

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 20

H. Instrumen Penelitian ... 21

I. Tata Cara Penelitian ... 22

J. Analisis Data Penelitian ... 25

K. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian ... 28

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29


(11)

xi

B. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi

Hipertensi ... 34

1. Prevalensi hipertensi ... 34

2. Tingkat kesadaran akan hipertensi ... 37

3. Terapi hipertensi ... 38

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 47


(12)

xii

DAFTAR TABEL

I. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg) ... 8 II. Definisi Operasional Penelitian ... 17 III. Karakteristik dan Tekanan Darah pada Responden di Dukuh Sembir ... 29 IV. Profil Tekanan Darah terhadap Jenis Kelamin, Umur, dan Faktor Sosio-Ekonomi Responden di Dukuh Sembir ... 30

V. Profil Obat Antihipertensi yang Digunakan Responden Terapi ... 33 VI. Distribusi Responden di Dukuh Sembir menurut Faktor Sosio-Ekonomi dan Prevalensi ... 35 VII. Distribusi Responden Hipertensi di Dukuh Sembir menurut Faktor Sosio-Ekonomi dan Kesadaran ... 37 VIII. Distribusi Responden Sadar Hipertensi di Dukuh Sembir menurut Faktor Sosio-Ekonomi dan Terapi ... 39


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. Ruang Lingkup Penelitian Payung ... 20

2. Alur Teknik Pengambilan Sampel ... 21

3. Alur Tata Cara Penelitian Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi di Dukuh Sembir: Kajian Faktor Sosio-Ekonomi ... 22

4. Bagan Perumusan Hipotesis Faktor Sosio-Ekonomi ... 26

5. Bagan Profil Responden Berdasarkan Rule of Halves ... 32


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman ... 47

2. Ethical Clearence ... 49

3. Surat Keterangan Latihan Pengukuran Tekanan Darah ... 51

4. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Tekanan Darah ... 52

5. Informed Consent Penelitian di Dukuh Sembir ... 53

6. Leaflet Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi Berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Sosio-Ekonomi di Kabupaten Sleman... 58

7. Case Report Form (CRF) Responden di Dukuh Sembir ... 60

8. Pedoman Wawancara Berdasarkan CRF ... 61

9. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 62


(15)

xv INTISARI

Hipertensi adalah kondisi meningkatnya tekanan darah secara persisten terhadap dinding arteri sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan masalah kesehatan. Umumnya peningkatan tekanan darah terjadi dengan bertambahnya usia. Selain usia, hipertensi juga dipengaruhi oleh faktor sosio-ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengobservasi proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi serta melakukan kajian faktor sosio-ekonomi. Hipotesis dari penelitian ini adalah faktor sosio-ekonomi berpengaruh terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi di Dukuh Sembir.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional bidang farmakoepidemologi dengan rancangan secara cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling pada bulan April 2014. Penelitian menggunakan responden berusia ≥40 tahun. Data yang diperoleh adalah hasil pengukuran tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 265 responden, median umur 54 tahun, responden laki-laki 43%, pendidikan ≤SMP 83,4%, pekerjaan outdoor 73,2%,

penghasilan ≤UMR 87,2%, prevalensi hipertensi 55,8%, kesadaran hipertensi 29,1%, dan hanya 17,3% responden menerima terapi hipertensi. Analisis chi-square menunjukkan tidak ada pengaruh antara pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan dengan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi (p>0,05) kecuali untuk sub-analisis responden pendidikan <SD lebih tinggi prevalensi hipertensinya dibandingkan responden ≥SMA (p=0,018, OR=2,444, CI=1,206-4,956). Kesimpulan penelitian ini, tidak ada pengaruh faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi di Dukuh Sembir.


(16)

xvi ABSTRACT

Hypertension is a condition of increasing blood pressure persistently against the artery walls that can eventually cause health problems. Generally, blood pressure increase caused by age. Hypertension is also influenced by socio-economic factors including education, occupation, and income. The purpose of this study was to observe the proportion of prevalence, awareness, and therapy of hypertensive respondents and carried out the study of socio-economic factors. The hypothesis is socio-economic factors influence the prevalence, awareness, and therapy of hypertension in Dukuh Sembir.

The type of study is observational field pharmacoepidemiology with the cross-sectional design. This study involving respondents aged ≥40 year, based on purposive sampling type. The data obtained by meansuring blood pressure. The results showed that among 265 respondents, median age 54 years, male respondents

43%, ≤SMP education 83,4%, outdoor occupation 73,2%, ≤UMR income 87,2%,

prevalence of hypertension 55.8%, awareness of hypertension 29.1%, and 17.3% of respondents receiving therapy. Chi Square analysis showed that there was no influence between education, occupation, and income with prevalence, awareness, and therapy of hypertension (p>0.05), except for the sub-analysis of respondents education <SD higher prevalence of hypertension compared with respondents education ≥SMA (p=0,018, OR=2,444, CI=1,206-4,956). In conclusion, there was no influence of sosio-economic factors towards prevalence, awareness, therapy of hypertension in Dukuh Sembir.


(17)

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler yang paling umum dan saat ini menjadi masalah kesehatan di dunia. Meningkatnya kasus hipertensi akan menyebabkan masalah yang serius. Penyakit hipertensi merupakan merupakan awal pemicu penyakit seperti infark miokard, stroke, gagal ginjal dan lainnya. Hipertensi

dikenal sebagai “silent killer” karena penyebab awalnya tidak diketahui atau tidak menampakkan gejala (Sawlcka, Szczyrek, Jastrzebska, Prasal, Zwolak, and Daniluk 2011).

Penyakit hipertensi diperkirakan setiap tahunnya membunuh 9,4 juta penduduk dunia. WHO memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pada tahun 2025, diproyeksikan sekitar 29% penduduk dunia terkena hipertensi. Saat ini penderita hipertensi banyak terdapat di negara berkembang. Berdasarkan data Global Status Report on Noncommunicable Disease 2010 dari WHO, angka penderita hipertensi di negara berkembang adalah 40%, sedangkan di negara maju penderita hipertensi sebanyak 35%. WHO pada tahun 2011 mencatat 1 miliar orang menderita hipertensi. Di Indonesia pada tahun 2008, sebanyak 32% penderita hipertensi dengan kisaran usia di atas 25 tahun (Widiyani, 2013).

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global di dunia. Sebagian besar kasus hipertensi belum diketahui dan terdeteksi penyebabnya. Hipertensi ditetapkan


(18)

oleh WHO sebagai faktor risiko nomor tiga kematian di dunia. Berdasarkan data dari Gerakan Peduli Hipertensi, pada tahun 2007 di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, terdapat 2000 orang dari 7000 responden yang menderita hipertensi. Kesadaran serta pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi sudah menunjukkan peningkatan, tetapi jumlah penderita yang terkontrol dan mendapatkan terapi masih rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Malekzadeh et al. (2013) prevalensi hipertensi pada penduduk di Iran adalah 42,7%, dari keseluruhan subjek yang hipertensi 46,2% menyadari penyakit hipertensi, 17,6% menerima obat antihipertensi, dan 32,1% hipertensi yang terkendali. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa pada usia ≥18 tahun, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 31,7%, di antara yang mengalami hipertensi hanya 7,2% menyadari mengalami penyakit hipertensi, dan hanya 0,4% yang melakukan terapi pengobatan.

Adanya perubahan perilaku, gaya hidup, industralisasi, serta sosio-ekonomi dapat memicu meningkatnya penyakit seperti hipertensi. Faktor sosio-ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, serta penghasilan. Abed and Abu-Haddaf (2013) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara rendahnya status sosio-ekonomi dengan penyakit hipertensi. Dari penelitian didapatkan hasil 75,8% penderita hipertensi adalah subjek dengan pendapatan rendah, 61,7% penderita hipertensi adalah subjek dengan pendidikan rendah dan 83,3% penderita hipertensi adalah subjek yang tidak bekerja (pengangguran).

Dukuh Sembir merupakan salah satu dukuh di Kabupaten Sleman dengan prevalensi penyandang hipertensi yang tinggi. Dukuh Sembir memiliki perekonomian


(19)

yang rendah dengan akses informasi dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai. Berdasarkan data hasil pelayanan kesehatan yang dilakukan pada bulan Juni 2013, dari 100 pasien sebanyak 18 orang menderita hipertensi stadium I dan 19 orang menderita hipertensi stadium II (BEMF, 2013). Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir dengan kajian faktor sosio-ekonomi. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi prediktor awal untuk mengetahui prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi dengan kajian faktor sosio-ekonomi.

1. Rumusan masalah

a. Berapa proporsi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran akan hipertensi, dan terapi hipertensi responden di Dukuh Sembir?

b. Apakah terdapat pengaruh faktor sosio-ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi penyakit hipertensi di Dukuh Sembir?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi dengan kajian faktor sosio-ekonomi yang telah dipublikasikan antara lain: a. Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of Hypertension among Saudi

Adult Population: A National Survey (Saeed, Al-Hamdan, Bahnassy, Abdalla, Abbas, and Abuzaid, 2011). Penelitian dilakukan pada 4.758 subjek dewasa (usia 15-64 tahun) dengan teknik pengambilan sampel secara multistage stratified cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi


(20)

keseluruhan hipertensi adalah 22,5%. Hanya 44,7% dari penderita yang menyadari hipertensi, 71,8% dari mereka menerima farmakoterapi, dan hanya 37,0% yang hipertensinya terkendali. Kesadaran berhubungan signifikan dengan jenis kelamin, umur, lokasi geografis, dan pekerjaan. Terapi obat secara signifikan lebih diterapkan pada pasien dengan usia lebih tua, tetapi pada pasien dengan usia lebih muda dan pasien dengan tingkat aktivitas yang tinggi secara signifikan melakukan pengontrolan.

b. Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of High Blood Pressure: A Population-Based Survey in Thai Nguyen, Vietnam (Ha, Goldberg, Allison, Chu, and Nguyen, 2013). Penelitian dilakukan pada 2.368 partisipan dewasa di pedesaan (usia ≥25 tahun), dengan teknik pengambilan sampel secara multistage stratified cluster random sampling, hasil yang diperoleh adalah prevalensi hipertensi sebesar 23%. Usia yang lebih tua, jenis kelamin laki-laki dan obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, sedangkan level pendidikan yang tinggi kurang berhubungan dengan hipertensi. Dari penderita hipertensi hanya 34% yang menyadari hipertensi, 43% menyadari hipertensi dan melakukan terapi, dan 39% hipertensi yang terkendali.

c. Risk Factors of Hypertension at UNRWA Primary Health Care Centers in Gaza Governorates (Abed and Abu-Haddaf, 2013). Pengaruh hipertensi terhadap umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari penelitian ini. Penelitian dilakukan pada 240 responden yang didiagnosis menderita hipertensi (BP≥140/90), responden usia 30 tahun atau lebih baik laki-laki maupun wanita. Teknik pengambilan sampel secara


(21)

proportional systematic random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki risiko hipertensi yang lebih besar (66,7%) dibandingkan dengan laki-laki (33,3%). Penyakit hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Kelompok usia lebih tua cenderung lebih sering menderita hipertensi dibanding dengan yang usianya lebih muda. Hampir 56,7% dari semua kasus hipertensi jika dibandingkan dengan kontrol (39,2%) menunjukkan bahwa hipertensi terjadi pada kelompok usia yang lebih tua (50-81 tahun).

d. Sosioeconomic Inequlity in Blood Pressure and Its Determinants: Cross-Sectional Data from Trinidad and Tobago (Gulliford, Mahabir, and Rocke, 2004). Penelitian dilakukan pada subjek dewasa usia 25 tahun ke atas, dengan teknik pengambilan sampel secara random. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kaitan antara faktor sosio-ekonomi dengan penyakit hipertensi adalalah berpengaruh secara negatif dalam hal penghasilan dan latar belakang pendidikan. Namun pengaruh ini hanya diamati pada wanita karena pada pria tidak ditemukan adanya pengaruh yang konsisten.

e. Systolic Blood Pressure, Sosioeconomic Status, and Biobehavioral Risk Factors in a Nationally Representative US Young Adult Sample (Brummett, Babyak, Siegler, Shanaham, Harris, Elder, et al., 2011). Penelitian dilakukan pada 15.000 responden dewasa. Pendapatan yang lebih tinggi dan sudah menikah berkaitan dengan tekanan darah sistolik yang lebih rendah. Hasil penelitian menunjukkan tingkat sosio-ekonomi yang rendah merupakan faktor risiko penyakit hipertensi.


(22)

f. Education as an Important Risk Factor for The Prevalence of Hypertension and Elevated Blood Pressure in Chinese Men and Women (Wang, Chen, Wang, and Edwards, 2006). Penelitian dilakukan pada 42.751 partisipan (usia 20-74 tahun), dengan teknik pengambilan sampel secara multistage stratified cluster sampling. Kategori pendidikan dibagi menjadi tiga tingkat yaitu pendidikan rendah (0-6 tahun) sebanyak 33,36%, pendidikan menengah (7-9 tahun) sebanyak 30,34%, dan pendidikan tinggi (>10 tahun) sebanyak 36,3%. Prevalensi hipertensi yang diperoleh adalah 29,7% subjek dengan pendidikan rendah, 18,8% subjek dengan pendidikan menengah, dan 15,8% subjek dengan pendidikan tinggi.

g. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Responden

penelitian adalah penduduk dewasa dengan usia ≥40 tahun. Penelitian ini

membahas pengaruh faktor sosio-ekonomi yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. 3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai korelasi antara faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.

b. Manfaat praktis. Data yang didapat diharapkan bisa menjadi bahan acuan mengenai korelasi antara faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi di Dukuh Sembir.


(23)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum. Mengobservasi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran akan hipertensi, dan terapi hipertensi responden di Dukuh Sembir.

2. Tujuan khusus. Mengobservasi proporsi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran akan hipertensi, dan terapi hipertensi responden di Dukuh Sembir. Mengobservasi pengaruh faktor sosio-ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi di Dukuh Sembir.


(24)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi

Hipertensi adalah kondisi umum meningkatnya tekanan darah secara persisten terhadap dinding arteri cukup tinggi sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung. Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa jantung dan jumlah resistensi terhadap aliran darah di arteri. Semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan semakin sempit arteri, maka tekanan darah semakin tinggi. Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi stadium awal mungkin merasakan sakit kepala, pusing atau beberapa orang mengalami mimisan lebih dari normal, tanda dan gejala ini biasanya tidak terjadi sampai tekanan darah tinggi telah mencapai tahap berat bahkan mengancam jiwa (Staff, 2012). Di bawah ini merupaka klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut ESH and ESC Guidelines 2013.

Tabel I. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah (mmHg)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 dan <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

Normal Kategori Tinggi 130-139 dan/atau 85-89

Hipertensi Kelas 1 140-159 dan/atau 90-99

Hipertensi Kelas 2 160-179 dan/atau 100-109

Hipertensi Kelas 3 ≥180 dan/atau ≥ 110

Hipertensi Isolasi Sistolik ≥140 dan <90

(Mancia et al., 2013). Tujuan umum pemberian terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi. Ada beberapa terapi lini pertama yang


(25)

dapat digunakan yaitu jenis diuretik, penghambat reseptor beta adrenergik, penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan CCB (Hasibuan, 2011). Pada hipertensi tanpa komplikasi, terapi antihipertensi yang dapat digunakan untuk terapi awal dan pemeliharaan adalah ACE-inhibitor, CCB dihidropiridin, dan diuretik tiazid dengan dosis rendah (Heart Foundation, 2010).

Mekanisme kerja dari ACE inhibitor adalah mencegah angiotensin I berubah menjadi angiotensin II dan pada saat yang bersamaan, bradikinin tidak dapat diubah menjadi polipeptida asing mengakibatkan jumlah bradikinin meningkat sehingga terjadi vasodilatasi. Mekanisme kerja dari CCB adalah menghambat influks ion kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard, sehingga pembuluh darah mengalami vasodilatasi (Saseen and Maclaughun, 2008). Suatu penelitian menyebutkan bahwa kaptopril dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi sebesar 29,16/11,83 mmHg sedangkan amlodipin sebesar 32,94/16,38 mmHg. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan kaptopril dan amlodipin masing-masing adalah 16,7% dan 26,5%. Efektivitas kaptopril berbeda dengan amlodipin dalam menurunkan tekanan darah (Baharuddin dkk., 2013)

B. Teori Ruleof Halves

Aturan sebagian untuk hipertensi menyatakan bahwa, setengah dari orang tidak tahu memiliki tekanan darah tinggi (aturan 1), setengah dari mereka diketahui tidak dirawat (aturan 2) dan setengah dari mereka yang dirawat tidak dikontrol


(26)

(aturan 3) (Hooker, Cowap, and Freeman, 1999). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa pada usia ≥18 tahun, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 31,7%, di antara yang mengalami hipertensi hanya 7,2% menyadari mengalami penyakit hipertensi, dan hanya 0,4% yang melakukan terapi pengobatan. Data terbaru menunjukkan bahwa rule of halves masih berlaku untuk hipertensi di Australia. Artinya, setengah dari orang dengan tekanan darah tinggi tidak tahu bahwa mereka menderita hipertensi, dan setengah dari mereka yang tahu tidak mencapai target hipertensi (Jennings, 2012).

Kira-kira setengah dari penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi. Bagi beberapa orang yang menyadari mereka menderita hipertensi, sebagian dari mereka tidak melakukan pengobatan. Untuk kelompok ini dan kelompok yang tidak menyadari menderita hipertensi, harapan mereka berumur panjang dari waktu terserang penyakit adalah di bawah 20 tahun. Untuk mereka yang menyadari hipertensi dan melakukan pengobatan, sebagian dari mereka melakukan pengendalian dan sebagian lagi tidak melanjutkan pengobatan (Stahl, 1976).

C. Faktor Penyebab Hipertensi

Umumnya peningkatan tekanan darah terjadi dengan bertambahnya usia, sehingga proporsi hipertensi yang tinggi terutama pada populasi yang lebih tua usianya. Hipertensi juga disebabkan oleh perbedaan demografi seperti jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan yang bervariasi dalam kelompok yang berbeda (Black and Elliott, 2012). Pria memiliki risiko hipertensi lebih tinggi pada


(27)

masa dewasa sedangkan wanita memiliki risiko hipertensi lebih tinggi pada awal menuju kedewasaan. Selain itu hipertensi terkait dengan indikator status sosial ekonomi, terutama pendidikan dan pendapatan (Izzo, Sica, and Black 2008).

Suatu penelitian mengelompokkan usia responden menjadi 2 yaitu <40 tahun

dan ≥40 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 75 responden, sebanyak 19 responden (55,9%) yang berusia ≥40 tahun menderita hipertensi (Anggara dan Prayitno, 2013). Penelitian dilakukan pada 100 responden yang menderita penyakit

kardiovaskuler dengan usia <50 tahun sebanyak 17 orang dan ≥50 tahun sebanyak 83

orang (Rosjidi dan Isroin, 2014). Prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan biasanya terjadi pada usia ≥40 tahun. Hal ini dikarenakan adanya proses degeneratif yang lebih sering terjadi pada usia tua (Davey, 2005).

Penelitian yang dilakukan pada komunitas pedesaan di Vietnam (Minh et al., 2006) menunjukkan bahwa laki-laki cenderung mengalami hipertensi dibandingkan dengan perempuan (18,1% berbanding 10,1%). Sebaliknya dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden hipertensi adalah perempuan yaitu sebanyak 61% (Hernawan dan Arifah, 2012). Akan tetapi jenis kelamin tidak mempengaruhi hipertensi karena laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang relatif sama menderita hipertensi, yang mempengaruhi seseorang berisiko menderita hipertensi adalah faktor genetik dari keluarga (Suparto, 2010).

Rendahnya status sosio-ekonomi seperti pendidikan dan penghasilan, harus diakui sebagai faktor risiko potensial untuk hipertensi (Lam, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan di desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen,


(28)

Jawa Tengah menyebutkan bahwa ada hubungan antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat penghasilan, jumlah anak, faktor makanan, dan faktor stres terhadap jenis hipertensi (Sigarlaki, 2006). Tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian hipertensi (Suparto, 2010) dan antara penghasilan dengan hipertensi (Oliveira et al., 2014), tetapi penelitian lain menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan hipertensi (Mendes et al., 2013).

Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kesadaran hipertensi yaitu responden dengan penghasilan tinggi lebih aware terhadap hipertensi, sedangkan untuk tingkat pendidikan tidak ditemukan adanya hubungan dengan kesadaran hipertensi (Ahn et al., 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kesadaran hipertensi dengan kategori pekerjaan (de Gaudemaris et al., 2002).

Dalam sebuah penelitian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dan penghasilan dengan terapi hipertensi (Morenoff et al., 2007). Begitu juga dengan kategori pekerjaan yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara proporsi subjek hipertensi yang melakukan pengobatan dengan kategori pekerjaan (de Gaudemaris et al., 2002).

D.Pengukuran Tekanan Darah

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan darah ada beberapa jenis yaitu sphygmomanometer merkuri, sphygmomanometer aneroid, dan sphygmomanometer digital (elektronik). Sphygmomanometer merkuri masih


(29)

menggunakan cairan merkuri sedangkan sphygmomanometer aneroid tidak menggunakan cairan merkuri tetapi menggunakan pengukur aneroid. Sphygmomanometer digital menggunakan sensor tekanan dan layar elektronik (MHRA, 2013). Pengukuran tekanan darah responden dengan menggunakan sphygmomanometer digital dilakukan oleh Deyot (2013). Penelitian yang dilakukan oleh Belghazi et al. (2007) menyatakan bahwa hasil validasi empat jenis alat untuk mengukur tekanan darah otomatis telah memenuhi kriteria berdasarkan rekomendasi dari protokol internasional ESH.

E.Profil Tempat Penelitian

Berdasarkan Rekapitulasi Pendataan Desa Madurejo Tahun 2012, Dukuh Sembir memiliki 7 Rukun Tetangga (RT) dengan 281 Kepala Keluarga (KK). Jumlah keseluruhan penduduk adalah 972 orang dengan 502 orang laki-laki dan 470 orang perempuan. Berdasarkan rekomendasi dari Bapak Dukuh, data penduduk di Dukuh Sembir terbaru adalah data dari Komisi Pemilihan Umum Tahun 2014. Jumlah

penduduk dengan umur ≥40 tahun adalah sebanyak 402 orang. Responden penelitian merupakan penduduk yang berusia ≥40 tahun karena pada usia tersebut prevalensi hipertensi tinggi (Setiati and Sutrisna, 2005). Jumlah responden yang datanya akan dianalisis sebanyak >30 karena untuk penelitian yang menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel minimumnya adalah 30 (Arifin, 2008). Dukuh Sembir, Madurejo merupakan salah satu dukuh di daerah Sleman dengan prevalensi hipertensi yang tinggi. Berdasarkan data hasil pelayanan kesehatan yang dilakukan pada bulan


(30)

Juni 2013, dari 100 pasien sebanyak 18 orang menderita hipertensi stadium I dan 19 orang menderita hipertensi stadium II (BEMF, 2013).

F. Landasan Teori

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah di atas tekanan darah yang disepakati normal. Hipertensi

dikenal sebagai “silent killer” karena penyakit ini tidak menampakkan gejala sehingga untuk mengetahui apakah menderita hipertensi atau tidak harus dilakukan pengukuran tekanan darah. Komplikasi dari hipertensi dapat menimbulkan serangan jantung, infark miokard, dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Teori Rule of Halves melandasi temuan penelitian yaitu kira-kira setengah dari populasi penelitian menderita hipertensi, setengah dari penderita hipertensi tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi, dan hanya setengah dari penderita yang sadar yang melakukan terapi hipertensi.

Hipertensi umumnya dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin (Chataut, Adhikari, and Sinha, 2011), selain itu penyebab lain adalah faktor sosio-ekonomi yang memiliki hasil bervariasi pada kelompok berbeda. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap prevalensi hipertensi, dan tingginya tingkat pendidikan berhubungan dengan kesadaran terhadap kesehatan dan penyakit (Tee, Teoh, Aiman, Aiful, Har, Tan, et al., 2010). Jenis pekerjaan juga berhubungan dengan tingkatan penyakit hipertensi (Sigarlaki, 2006). Tingkat penghasilan berhubungan dengan terapi hipertensi (Firmo et al., 2003), kelompok dengan penghasilan rendah memiliki risiko


(31)

prevalensi hipertensi yang tinggi (Angell, Garg, Gwynn, Bash, Thorpe, and Frieden, 2008). Prevalensi hipertensi dapat ditekan dengan dilakukannya pengontrolan oleh penderita hipertensi.

Status sosial ekonomi dan pendidikan yang tinggi telah secara konsisten dilaporkan dapat mengurangi risiko hipertensi. Status sosio-ekonomi yang tinggi seperti pekerjaan dan penghasilan berhubungan dengan kontak yang lebih mudah dengan petugas kesehatan dan lebih tersedianya teknologi informasi misalnya TV, komputer, dan lain-lain, yang diduga menyebabkan kesadaran terhadap penyakit hipertensi yang tinggi (Malekzadeh, Etemadi, Kamangar, Khademi, Golozar, Islami, et al., 2013). Di atas telah dipaparkan hasil-hasil penelitian terkait faktor sosio-ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan) terhadap hipertensi. Dukuh Sembir mempunyai tingkat perekonomian yang rendah dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai petani serta tingkat pendidikan yang rendah. Penelitian yang dilakukan di Dukuh Sembir diharapkan dapat mengetahui prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran akan hipertensi, dan terapi hipertensi responden serta mengobservasi pengaruh faktor sosio-ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi penyakit hipertensi.

G. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah faktor sosio-ekonomi yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan berpengaruh terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang digunakan termasuk jenis penelitian observasional, yaitu peneliti mengamati karakteristik sampel yang dipilih dari satu atau lebih populasi yang ada (Peck, Olsen, Devore, 2011) bidang farmakoepidemiologi, yaitu ilmu tentang penggunaan dan efek dari obat-obatan dan alat kesehatan lainnya pada sejumlah orang (Strom, Kimmel, Hennessy, 2013) dengan menggunakan pendekatan rancangan secara cross-sectional. Rancangan penelitian termasuk cross-sectional karena variabel bebas dan variabel tergantung dikumpulkan dan diukur sekaligus pada saat yang sama (Morton, Hebel, McCarter, 2001). Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara terstruktur menggunakan panduan pertanyaan dalam CRF dan dilakukan pengukuran tekanan darah. Data penelitian yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistika.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Faktor sosio-ekonomi (latar belakang pendidikan, pekerjaan, penghasilan). 2. Variabel tergantung

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi. 3. Variabel pengacau


(33)

b. Variabel pengacau tak terkendali: aktivitas fisik, lifestyle (gaya hidup), pola makan, penyakit penyerta, interaksi dengan sumber informasi kesehatan, dan terapi lain yang dilakukan.

C. Definisi Operasional

Tabel II. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Skala Penilaian

Umur Responden penelitian adalah penduduk dewasa yang berusia

≥40 tahun di Dukuh Sembir, Madurejo, yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi penelitian.

Rasio 1 = 40-50 tahun 2 = 51-60 tahun 3 = 61-70 tahun 4 = >70 tahun

Pendidikan Pendidikan terakhir yang diselesaikan oleh responden.

Ordinal (bi-nominal)

1 = ≤ SMP (<SD, SD, SMP)

2 = > SMP (SMA/ SMK/STM, Diploma, Sarjana)

Pekerjaan Kegiatan utama responden dengan tujuan mendapatkan penghasilan. Pekerjaan outdoor dianggap lebih banyak aktivitas fisik sehingga risiko hipertensi dianggap lebih rendah dibandingkan pekerjaan indoor.

Ordinal (bi-nominal)

1 = Indoor (Bekerja di dalam ruangan, seperti pekerja kantoran maupun melakukan aktivitas di rumah) 2 = Outdoor (Bekerja di luar ruangan dan

melakukan aktivitas berat)

Penghasilan Penghasilan yang diperoleh responden selama satu bulan bekerja. Semula berupa data rasio (Rp) selanjutnya dikonversi ke data ordinal.

Ordinal (bi-nominal)

Standar UMR Rp 1.125.000

1 = ≤ UMR 2 = > UMR


(34)

Lanjutan Tabel II

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran

Skala Penilaian

Prevalensi Persentase responden yang hipertensi bila saat dilakukan pengukuran tekanan darah

dengan menggunakan

sphygmomanometer digital, tekanan darah termasuk dalam kategori hipertensi berdasarkan klasifikasi menurut ESH and ESC Guidelines 2013.

Nominal 1 = Hipertensi (Tekanan

darah ≥140/90 mmHg

atau sebelumnya mengkonsumsi obat antihipertensi) 2 = Tidak Hipertensi (Tekanan darah <140/90 mmHg)

Kesadaran Kesadaran (Awareness) adalah suatu keadaan seseorang mengerti tentang apa yang dirasakan atau dialami. Kesadaran masyarakat akan penyakit hipertensi dapat dilihat dari hasil wawancara terstruktur apakah responden pernah melakukan pengukuran tekanan darah sebelumnya, jika pernah dan hasil pengukuran tekanan darah termasuk hipertensi maka responden termasuk sadar terhadap penyakit hipertensi. Selain itu dilihat dari hasil pengukuran tekanan darah, serta faktor-faktor pendukung lainnya.

Nominal 1 = Sadar Hipertensi 2 = Tidak Sadar Hipertensi

Terapi Responden yang mengalami hipertensi dan sadar menderita hipertensi yang melakukan terapi baik dengan obat maupun non obat.

Nominal 1 = Terapi (Masih atau pernah mengkonsumsi obat atau non obat untuk antihipertensi;

mengkonsumsi obat bila merasa sakit)

2 = Tidak Terapi (Tidak pernah mengkonsumsi obat atau non obat untuk antihipertensi)


(35)

D. Subyek Penelitian

Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir dari penerapan hasil penelitian (Noor, 2011). Pada penelitian ini populasi targetnya adalah seluruh penduduk dewasa di Dukuh Sembir yang berusia ≥40 tahun. Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target, yang dalam batasan ruang dan waktu dapat dijangkau oleh peneliti (Noor, 2011). Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah

penduduk dewasa di Dukuh Sembir yang berusia ≥40 tahun yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi penelitian. Subyek penelitian pada penelitian ini disebut sebagai responden. Responden penelitian adalah beberapa orang yang diwawancarai untuk memperoleh keterangan (Budiarto, 2004). Kriteria inklusi meliputi responden laki-laki dan perempuan dengan usia ≥40 tahun. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak bersedia mengikuti informed consent.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini berlangsung pada bulan April 2014.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta: Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Ekonomi.” Penelitian ini dilakukan berkelompok dengan


(36)

Kabupaten Sleman Prambanan, Madurejo, Sembir Faktor Risiko Kesehatan Faktor Sosio-Ekonomi* Berbah, Jogotirto, Blambangan Faktor Risiko Kesehatan Faktor Sosio-Ekonomi Berbah, Jogotirto, Jragung Faktor Risiko Kesehatan Faktor Sosio-Ekonomi Kalasan, Purwomartani, Sambisari Faktor Risiko Kesehatan Faktor Sosio-Ekonomi Kalasan, Purwomartani, Kadirojo II Faktor Risiko Kesehatan Faktor Sosio-Ekonomi Depok, Maguwoharjo, Krodan Faktor Risiko Kesehatan Faktor Sosio-Ekonomi

jumlah anggota sebanyak 12 orang, setiap 2 orang meneliti 1 dukuh sehingga terdapat 6 dukuh di Kabupaten Sleman. Pada faktor risiko kesehatan yang dibahas adalah Body Mass Index (BMI), rokok, aktivitas fisik, pola makan, dan riwayat penyakit, sedangkan pada faktor sosio-ekonomi yang dibahas adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat penghasilan. Umur dan jenis kelamin akan dibahas secara bersama pada faktor risiko kesehatan maupun sosio-ekonomi.

Gambar 1. Ruang Lingkup Penelitian Payung * Bagian yang menjadi tanggung jawab skripsi ini.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara non-random yaitu setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Swarjana, 2012). Teknik sampling yang digunakan adalah jenis purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan khusus yang dibuat oleh peneliti sehingga layak dijadikan sampel (Swarjana, 2012). Pertimbangan khususnya adalah untuk keperluan analisis, jumlah responden yang melakukan terapi adalah >30 responden. Untuk penelitian yang menggunakan analisis


(37)

data statistik, ukuran sampel minimumnya adalah 30 orang (Arifin, 2008). Dalam penelitian ini jumlah responden tidak dapat ditetapkan jumlahnya, karena penelitian dilakukan sampai didapatkan jumlah responden hipertensi yang melakukan terapi sebanyak >30 orang. Dari jumlah populasi 402 orang maka didapatkan responden penelitian 265 orang.

Gambar 2. Alur Teknik Pengambilan Sampel * Purposive sampling.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini meliputi bahan berupa Case Report Form (CRF), leaflet, informed consent, dan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah responden berupa sphygmomanometer digital. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid, maka alat yang digunakan harus akurat.


(38)

I. Tata Cara Penelitian

Gambar 3. Alur Tata Cara Penelitian Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi di Dukuh Sembir: Kajian Faktor Sosio-Ekonomi

1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari dukuh di Sleman yang tepat untuk diteliti dengan prevalensi penyandang hipertensi yang tinggi.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Permohonan ijin ditujukan kepada Kepala Dukuh Sembir, Madurejo. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearence. Permohonan ijin dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan hasil pengukuran tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.

Observasi awal

Permohonan ijin dan kerjasama diajukan kepada Komisi Etik

Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

UGM Yogyakarta Pembuatan informed consent dan leaflet Dilakukan penetapan dan seleksi calon responden Dilakukan pengukuran tekanan

darah dan penjelasan hasil pemeriksaan serta wawancara

terstruktur kepada responden Dilakukan pengelompokan dan

pengolahan data meliputi editing, coding, entry, dan cleaning.

Selanjutnya data dianalisis.

Dilakukan uji validitas dan

reliabilitas instrumen


(39)

3. Pembuatan inform consent dan leaflet

Informed consent dibuat dengan memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Leaflet berupa selembaran kertas berukuran A4 yang berisi informasi mengenai penjelasan tentang penelitian.

4. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011), instrumen yang memiliki validitas dan reliabel yang baik dapat dinyatakan dengan nilai CV (coefficient of variation) 5%. Validitas dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer digital terhadap sphygmomanometer raksa yang biasa digunakan pada pos kesehatan. Sedangkan reliabilitas dilakukan dengan mengukur tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital pada beberapa probandus berkali-kali. Pengukuran tekanan darah pada responden hipertensi menggunakan sphygmomanometer digital (Omron, MX3 Plus, Kyoto, Jepang) yang telah divalidasi oleh protokol internasional ESH (Babiker, Elkhalifa, and Moukhyer, 2013). Dari pengukuran yang dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing sphygmomanometer digital dan raksa pada 3 probandus berbeda dengan tekanan darah tinggi dan 3 probandus dengan tekanan darah normal maka instrumen penelitian yang digunakan memiliki validitas yang baik. Uji reliabilitas juga dilakukan pada 3 probandus dengan 5 kali pengukuran dengan menggunakan sphygmomanometer digital dan hasilnya menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki reliabilitas yang baik (Lampiran 9).


(40)

5. Seleksi dan penetapan calon responden

Pada penelitian ini jumlah responden yang dikehendaki adalah >30 responden hipertensi yang melakukan terapi, sehingga pada awal penelitian tidak dapat ditetapkan jumlah respondennya. Penetapan calon responden dilakukan setelah mendapat ijin dari Kepala Dukuh Sembir, Madurejo. Penelitian dilakukan pada 11-27 April 2014 setiap pukul 16.00-20.00 WIB, pencarian calon responden dilakukan dengan door to door. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari penelitian kepada calon responden. Semua calon responden yang bersedia untuk ikut dalam penelitian diwakili oleh Bapak Dukuh dalam mengisi dan menandatangani informed consent.

6. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah responden yang bersedia mengikuti informed consent dilakukan dengan menggunakan spygmomanometer digital. Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital, hal ini untuk menghindari subjektivitas dari peneliti karena dengan menggunakan sphygmomanometer digital, responden juga dapat melihat sendiri hasil pengukurannya. Pengukuran tekanan darah responden dilakukan menurut SOP yang sudah dibuat (Lampiran 4).

7. Penjelasan hasil pemeriksaan

Peneliti akan menjelaskan hasil pengukuran tekanan darah kepada responden secara langsung. Responden yang sudah diukur tekanan darahnya kemudian dilakukan wawancara terstruktur berdasarkan CRF yang telah dipersiapkan sebelumnya. Alasan digunakannya teknik wawancara adalah dikarenakan sebagian


(41)

besar penduduk di Dukuh Sembir tidak dapat membaca dan menulis. Selain itu, dengan teknik wawancara peneliti dapat langsung bertatap muka dengan responden, pertanyaan lebih terarah, informasi yang didapat lebih lengkap, akurat, dan konsisten, serta semua pertanyaan dapat dijawab langsung oleh responden (Chandra, 1995). 8. Pengelompokan dan pengolahan data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Langkah-langkah pengolahan data dimulai dari editing yaitu memeriksa kebenaran dan kelengkapan data yang diperlukan. Coding yaitu data diklasifikasi menurut kategori masing-masing. Untuk faktor sosio ekonomi

dikategorikan menjadi pendidikan ≤SMP dan >SMP, pekerjaan outdoor dan indoor,

penghasilan ≤UMR dan >UMR. Selanjutnya memberi kode pada data dengan mengubah kata-kata menjadi angka. Entry yaitu memasukkan data berdasarkan CRF yang telah dikumpulkan ke dalam Program Excel. Cleaning yaitu pengecekan data yang sudah dimasukkan untuk memastikan bahwa data telah bebas dari kesalahan.

J. Analisis Data Penelitian

Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan bantuan program komputer. Data yang sudah terolah kemudian dilakukan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi umur, jenis kelamin, variabel bebas (pendidikan, pekerjaan, penghasilan) dan variabel tergantung (tekanan darah). Bila data yang terkumpul berdistribusi normal maka digunakan nilai mean dan standar


(42)

deviasi, sedangkan bila data yang terkumpul tidak berdistribusi normal maka digunakan nilai median dan inter quartile range (Hastono, 2006).

Untuk melihat profil tekanan darah (sistolik, diastolik, denyut nadi) responden terhadap jenis kelamin, umur, dan variabel bebas maka dapat dilakukan analisis dengan uji Anova. Uji Anova digunakan untuk menelaah variabilitas data dalam kelompok (within) dan antar kelompok (between). Apabila hasil perbandingan dalam kelompok dan antar kelompok sama dengan 1 maka tidak ada perbedaan mean, sebaliknya bila hasil perbandingan lebih dari 1 maka ada perbedaan mean dalam kelompok dan antar kelompok. Selanjutnya bila terdapat perbedaan mean dalam kelompok dan antar kelompok maka dilakukan Analisis Multi Comparison (Post Hoc Test) untuk mengetahui kelompok mana saja yang berhubungan signifikan (p≤0,05). Analisis yang digunakan adalah Tukey (Hastono, 2006).

Ho : P1≤P2

H1,2,3 : P1>P2; <0.05

Gambar 4. Bagan Perumusan Hipotesis Faktor Sosio-Ekonomi

Faktor Sosio-Ekonomi:

P1 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi taraf pendidikan ≤SMP; bekerja indoor; penghasilan ≤UMR.

P2 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi taraf pendidikan >SMP; bekerja outdoor; penghasilan >UMR.

Sosio-ekonomi (pendidikan, pekerjaan,

penghasilan)

Prevalensi (H1) Kesadaran (H2) Terapi (H3)


(43)

Pembuktian hipotesis dilakukan terhadap rumusan hipotesis yang ada dengan menggunakan uji Chi Square. Uji Chi Square digunakan untuk menguji perbedaan proporsi dua atau lebih kelompok sampel, apabila dilihat dari segi datanya maka uji Chi Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kategorik dengan variabel kategorik (Hastono, 2006).

Pada uji Chi Square, Ho ditolak apabila p≤α (0,05), artinya ada pengaruh

antara variabel bebas terhadap variabel tergantung. Ho diterima apabila p>α (0,05),

artinya tidak ada hubungan bermakna antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Apabila pada 2x2 dijumpai nilai expected (harapan) E<5, maka uji yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test, sedangkan bila pada 2x2 dan tidak ada nilai E<5, maka uji yang dipakai sebaiknya Continuity Correction. Bila tabelnya lebih dari 2x2 maka digunakan uji Pearson Chi Square (Hastono, 2006). Jika dari hasil analisis diperoleh nilai p<0,05, maka analisis Chi Square dilanjutkan dengan perhitungan Odds Ratio (OR) untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor sosio-ekonomi terhadap variabel tergantung.

Pada analisis Chi Square dilakukan sub-analisis untuk variabel bebas yaitu

tingkat pendidikan. Awalnya pendidikan dikategorikan menjadi ≤SMP dan >SMP,

tetapi hasil analisis Chi Square menunjukkan bahwa nilai p>0,05 sehingga dilakukan sub-analisis pendidikan menjadi ≤SD dan ≥SMA, <SD dan >SMA, <SD dan ≥SMA. Jenis pekerjaan tidak dapat dilakukan sub-analisis karena hanya dikategorikan menjadi outdoor dan indoor sedangkan untuk tingkat penghasilan, data yang didapat tidak lengkap sehingga tidak dapat dilakukan sub-analisis.


(44)

K. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 1. Kesulitan Penelitian

a. Responden yang tidak terbuka dalam memberikan informasi.

b. Kebanyakan responden yang melakukan terapi lupa bahkan tidak tahu nama obat yang dikonsumsi serta tidak semua responden menunjukkan obat yang dikonsumsi.

2. Kelemahan Penelitian

Kelemahan pada penelitian ini adalah prevalensi yang diwakili oleh tekanan

darah ≥140/90 mmHg hanya dilakukan satu kali pengukuran, padahal pengukuran

untuk menetapkan seseorang mengalami hipertensi adalah lebih dari satu kali pengukuran pada waktu yang berbeda.


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis univariabel bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari responden penelitian sehingga data yang terkumpul tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Karakteristik responden yang dianalisis adalah umur, jenis kelamin, faktor sosio-ekonomi dan tekanan darah.

Tabel III. Karakteristik dan Tekanan Darah pada Responden di Dukuh Sembir

Variabel Jumlah

Jumlah responden Laki-laki (%) Umur (tahun) - 40-50 - 51-60 - 61-70 - >70 Pendidikan - <SD - SD - SMP - SMA - >SMA Pekerjaan - Indoor - Outdoor Penghasilan - ≤ UMR - > UMR

Tekanan Darah Sistolik (TDS) Tekanan Darah Diastolik (TDD) Denyut Nadi (DN)

265 43 54* 109 87 46 23 114 73 33 40 5 71 194 231 34 145,8±25,0mmHg 83,7±15,6mmHg 76,8±14,0mmHg *Median karena data tidak distribusi normal.

Ditinjau dari jenis kelamin, dari 265 responden sebanyak 43% responden penelitian adalah laki-laki. Dari hasil analisis, tidak ada perbedaan tekanan darah (sistolik, diastolik, dan denyut nadi) di antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).


(46)

Faktor genetik dari keluarga dapat mempengaruhi seseorang berisiko menderita hipertensi, sehingga laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang relatif sama menderita hipertensi (Suparto, 2010). Begitu juga dengan faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak ada perbedaan dengan tekanan darah (Tabel IV).

Tabel IV. Profil Tekanan Darah terhadap Jenis Kelamin, Umur, dan Faktor Sosio Ekonomi Responden di Dukuh Sembir

Variabel TDS TDD DN Nilai p*

Laki-laki Perempuan 145,3±23,8 146,1±25,9 83,8±18,7 83,5±12,6 74,9±18,0 78,2±9,9

TDS = 0,793 TDD = 0,885 DN = 0,067 Umur (tahun) - 40-50 - 51-60 - 61-70 - >70 138,1±22,3 147,4±24,6 151,6±26,0 163,5±24,3 84,0±12,0 84,5±12,3 83,6±26,4 78,7±11,8 77,8±9,2 75,5±10,1 78,3±26,1 73,9±10,9

TDS = 0,0005 TDD = 0,455 DN = 0,435 Pendidikan

- ≤ SMP

- > SMP

146,1±25,2 144,6±24,4 83,7±16,3 83,9±11,3 77,1±14,9 75,5±8,1

TDS = 0,721 TDD = 0,930 DN = 0,491 Pekerjaan - Indoor - Outdoor 142,2±26,4 147,2±24,4 81,5±12,9 84,5±16,4 76,8±8,9 76,8±15,5

TDS = 0,150 TDD = 0,160 DN = 0,967 Penghasialan

- ≤ UMR - > UMR

147,0±25,7 138,0±18,0 83,9±15,9 82,8±13,3 76,7±14,3 77,4±12,3

TDS = 0,051 TDD = 0,717 DN = 0,807 *Nilai p menggunakan uji Anova, statistik deskriptif.

TDS= Tekanan Darah Sistolik, TDD= Tekanan Darah Diastolik, DN= Denyut Nadi.

Responden penelitian adalah penduduk dewasa yang berusia ≥40 tahun

karena pada usia tersebut prevalensi hipertensi tinggi (Setiati and Sutrisna, 2005). Dari hasil analisis, ada perbedaan tekanan darah sistolik di antara keempat kategori umur (p=0,0005). Kelompok yang berhubungan signifikan adalah kategoi umur 40-50 tahun dengan 51-60 tahun, 40-40-50 tahun dengan 61-70 tahun, 40-40-50 tahun dengan


(47)

>70 tahun, dan 51-60 dengan >70 tahun (Lampiran 10). Dilihat dari rata-rata tekanan darah sistolik prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan adanya proses degeneratif yang lebih sering terjadi pada usia tua (Davey, 2005).

Apabila ingin mengetahui apakah data yang diambil berasal dari populasi yang sebarannya normal, maka dapat dilakukan uji normalitas variabel yang berjenis numerik yaitu umur. Data yang mempunyai sebaran normal dianggap dapat mewakili populasi. Peneliti mencoba melihat apakah data yang didapatkan memiliki sebaran normal atau tidak. Dari uji normalitas variabel umur menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Akan tetapi menurut Salim (1999) apabila distribusi dari populasi sangat jauh dari normal maka dibutuhkan jumlah sampel yang lebih sedikit untuk distribusi populasi mendekati distribusi normal. Dikatakan sampel kecil bila jumlah sampel kurang dari 30 dan sampel besar bila jumlah sampel lebih dari 30.

A. Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi

Dukuh Sembir terletak di Desa Madurejo dan merupakan salah satu dukuh di Kabupaten Sleman dengan prevalensi penyandang hipertensi yang tinggi. Berdasarkan data tahun 2012, keseluruhan jumlah penduduk adalah 972 orang. Responden dalam penelitian ini adalah penduduk dewasa yang berusia ≥40 tahun yang bersedia mengikuti informed consent. Berdasarkan data tahun 2014, jumlah


(48)

responden sebanyak 272 orang, tetapi yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 265 responden.

Gambar 5. Bagan Profil Responden Berdasarkan Rule of Halves

Gambar 6. Grafik Profil Responden Berdasarkan Rule of Halves (%)

Berdasarkan Gambar 5 dan 6. Dapat dilihat bahwa data yang diperoleh relatif masih sesuai dengan Rule of Halves (Stahl, 1976). Dari 265 responden, 148 responden (55,8%) mengalami hipertensi, 77 responden (29,1%) yang mengalami

100 55,8 29,1 17,3 0 20 40 60 80 100 120 Responden %

Rule of Halves

Populasi Sampel Hipertensi Sadar Terapi Populasi di dukuh Sembir (972) Populasi penelitian (402) Tidak hipertensi (117) 44,2% Hipertensi (148) 55,8% Tidak sadar hipertensi (71) 26,7% Sadar hipertensi (77) 29,1% Tidak terapi (31) 11,8% Terapi (46) 17,3% Populasi penelitian (265) 100%


(49)

hipertensi mengaku sadar menderita hipertensi, dan 46 responden (17,3%) yang sadar mengalami hipertensi melakukan terapi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 265 responden, sebanyak 250 orang (94,3%) tipe pengobatannya pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dokter praktik, bidan, mantri dan sisanya 15 responden (5,7%) memilih tidak pergi ke tempat pelayanan kesehatan. Dari 46 responden yang melakukan terapi, 29 responden (63%) sumber terapinya dari biaya sendiri sedangkan 17 responden (40%) dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), maupun Asuransi Kesehatan (ASKES). Rutinitas terapi responden hipertensi <3 bulan sebanyak 7 orang (15,2%) dan >3 bulan sebanyak 39 orang (84,8%). Untuk tipe terapi kebanyakan responden hipertensi mengkonsumsi obat (95,6%), seperti amlodipin, kaptopril, nifedipin, hidroklorotiazid (HCT), sisanya mengkonsumsi jamu (2,2%) dan membuat mandiri dengan menggunakan daun alpukat (2,2%). Namun, banyak dari responden yang melakukan terapi lupa bahkan tidak tahu nama obat yang dikonsumsi.

Tabel V. Profil Obat Antihipertensi yang Digunakan Responden Terapi

Jenis Obat Jumlah

Amlodipin Kaptopril Nifedipin HCT

Lupa/tidak tahu nama obat

6 10

2 1 25

Dari data yang terbatas tersebut, dapat dilihat bahwa responden yang melakukan terapi kebanyakan mengkonsumsi obat antihipertensi golongan ACE


(50)

Inhibitor dan CCB. ACE Inhibitor bekerja dengan mencegah angiotensin I berubah menjadi angiotensin II, sehingga terjadi penurunan tekanan darah, sedangkan CCB bekerja dengan menghambat masuknya ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah, akibatnya pembuluh darah mengalami vasodilatasi (Saseen and Maclaughun, 2008).

B. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi

Analisis hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square. Tingkat kemaknaan menggunakan nilai p<0,05 pada interval kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat penghasilan dengan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi (p>0,05).

1. Prevalensi hipertensi

Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan prevalensi

diperoleh bahwa ada 128 responden (57,9%) yang pendidikannya ≤SMP menderita

hipertensi, sedangkan di antara responden yang tingkat pendidikannya >SMP, ada 20

responden (45,5%) yang menderita hipertensi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p>α

(0,088>0,05) maka Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan

proporsi kejadian hipertensi antara responden dengan tingkat pendidikan ≤SMP dan


(51)

Tabel VI. Distribusi Responden di Dukuh Sembir menurut Faktor Sosio-Ekonomi dan Prevalensi

Faktor Sosio-Ekonomi

Prevalensi

Total OR

(95% CI) p value

Hipertensi Tidak Hipertensi

n % N % N %

Tingkat Pendidikan

≤SMP 128 57,9 93 42,1 221 100 1.652

(0,862-3,166) 0,088 >SMP 20 45,5 24 54,5 44 100

Jumlah 148 55,8 117 44,2 265 100

Jenis Pekerjaan Indoor Outdoor Jumlah 43 105 148 60,6 54,1 55,8 28 89 117 39,4 45,9 44,2 71 194 265 100 100 100 1,302

(0,748-2,264) 0,214

Tingkat Penghasilan ≤UMR >UMR Jumlah 129 19 148 55,8 55,9 55,8 102 15 117 44,2 44,1 44,2 231 34 265 100 100 100 0,998

(0,484-2,062) 0,574

OR = Odds Ratio

Hasil analisis hubungan antara jenis pekerjaan dengan prevalensi diperoleh bahwa ada 43 responden (60,6%) yang bekerja indoor menderita hipertensi, sedangkan di antara responden yang bekerja outdoor, ada 105 responden (54,1%) yang menderita hipertensi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p>α (0,214>0,05) maka Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian hipertensi antara responden yang bekerja indoor dan outdoor (tidak ada pengaruh antara jenis pekerjaan dengan prevalensi).

Hasil analisis hubungan antara tingkat penghasilan dengan prevalensi

diperoleh bahwa ada 129 responden (55,8%) yang penghasilannya ≤UMR menderita

hipertensi, sedangkan di antara responden yang tingkat penghasilannya >UMR, ada 19 responden (55,9%) yang menderita hipertensi. Hasil uji statistik diperoleh nilai


(52)

p>α (0,574>0,05) maka Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian hipertensi antara responden dengan tingkat penghasilan

≤UMR dan >UMR (tidak ada pengaruh antara tingkat penghasilan dengan prevalensi).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan prevalensi hipertensi (Tee, Teoh, Aiman, Aiful, Har, Tan, et al., 2010). Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan sub-analisis masing-masing tingkat pendidikan dengan prevalensi hipertensi dengan mengubah kategori pendidikan. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna

antara tingkat pendidikan (<SD dan ≥SMA) dengan prevalensi hipertensi. Nilai p yang diperoleh adalah 0,018 dan Odds Ratio 2,444 (1,206-4,956), artinya responden dengan tingkat pendidikan <SD mempunyai peluang 2,444 kali untuk menderita hipertensi dibanding responden yang tingkat pendidikan ≥SMA.

Rendahnya pendidikan berhubungan dengan prevalensi hipertensi karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan kesulitan menerima informasi yang diberikan sehingga berdampak pada perilaku dan pola hidup sehat. Hasil ini juga dipertegas dengan penelitian yang dilakukan oleh Li et al. (2013) bahwa responden dengan tingkat pendidikan rendah memiliki pengetahuan yang buruk tentang penyakit hipertensi, sedangkan untuk hasil analisis jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan menunjukkan bahwa keduanya tidak berpengaruh terhadap prevalensi hipertensi (Suparto, 2010 dan Oliveira et al., 2014).


(53)

2. Tingkat kesadaran akan hipertensi

Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan kesadaran

diperoleh bahwa ada 66 responden (51,6%) yang pendidikannya ≤SMP sadar

menderita hipertensi. Di antara responden hipertensi yang tingkat pendidikannya >SMP, ada 11 responden (55,0%) yang sadar menderita hipertensi. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p>α (0,483>0,05) maka Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kesadaran antara responden dengan tingkat pendidikan

≤SMP dan >SMP (tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan dengan kesadaran). Tabel VII. Distribusi Responden Hipertensi di Dukuh Sembir menurut Faktor

Sosio-Ekonomi dan Kesadaran

Faktor Sosio-Ekonomi

Kesadaran

Total OR

(95% CI) p value

Sadar HT Tidak Sadar HT

n % N % N %

Tingkat Pendidikan

≤SMP 66 51,6 62 48,4 128 100 0,871

(0,338-2,245) 0,483 >SMP 11 55,0 9 45,0 20 100

Jumlah 77 52,0 71 48,0 148 100

Jenis Pekerjaan Indoor Outdoor Jumlah 27 50 77 62,8 47,6 52,0 16 55 71 37,2 52,4 48,0 43 105 148 100 100 100 1,856

(0,897-3,842) 0,067

Tingkat Penghasilan ≤UMR >UMR Jumlah 67 10 77 51,9 52,6 52,0 62 9 71 48,1 47,4 48,0 129 19 148 100 100 100 0,973

(0,371-2,552) 0,576

Hasil analisis hubungan antara jenis pekerjaan dengan kesadaran diperoleh bahwa ada 27 responden (62,8%) yang bekerja indoor sadar menderita hipertensi, sedangkan di antara responden hipertensi yang bekerja outdoor, ada 50 responden (47,6%) yang sadar menderita hipertensi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p>α


(54)

(0,067>0,05) maka Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kesadaran antara responden yang bekerja indoor dan outdoor (tidak ada pengaruh antara jenis pekerjaan dengan kesadaran).

Hasil analisis hubungan antara tingkat penghasilan dengan kesadaran

diperoleh bahwa ada 67 responden (51,9%) yang penghasilannya ≤UMR sadar

menderita hipertensi, sedangkan di antara responden hipertensi yang tingkat penghasilannya >UMR, ada 10 responden (52,6%) yang sadar menderita hipertensi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p>α (0,576>0,05) maka Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kesadaran antara responden dengan

tingkat penghasilan ≤UMR dan >UMR (tidak ada pengaruh antara tingkat penghasilan dengan kesadaran).

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat penghasilan tidak berpengaruh terhadap kesadaran akan hipertensi. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Ahn et al. (2013) memperoleh hasil bahwa responden dengan penghasilan tinggi lebih menyadari adanya hipertensi. Tingkat penghasilan mempengaruhi tekanan darah, apabila penghasilan rendah maka dapat memicu stres psikososial serta pola makan yang tidak teratur (Mendez et al. 2003). Pada penelitian ini, data yang didapatkan tidak lengkap sehingga untuk tingkat penghasilan tidak dapat dilakukan sub analisis.

3. Terapi hipertensi

Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan terapi diperoleh


(55)

sedangkan di antara responden sadar hipertensi yang tingkat pendidikannya >SMP, ada 7 responden (63,6%) yang melakukan terapi. Hasil uji statistik diperoleh nilai

p>α (0,525>0,05) maka Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi melakukan terapi antara responden dengan tingkat pendidikan

≤SMP dan >SMP (tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan dengan terapi). Tabel VIII. Distribusi Responden Sadar Hipertensi di Dukuh Sembir menurut

Faktor Sosio-Ekonomi dan Terapi

Faktor Sosio-Ekonomi

Terapi

Total OR

(95% CI) p value

Terapi Tidak Terapi

n % N % N %

Tingkat Pendidikan

≤SMP 39 59,1 27 40,9 66 100 0,825

(0,220-3,099) 0,525

>SMP 7 63,6 4 36,4 11 100

Jumlah 46 59,7 31 40,3 77 100

Jenis Pekerjaan Indoor Outdoor Jumlah 17 29 46 63,0 58,0 59,7 10 21 31 37,0 42,0 40,3 27 50 77 100 100 100 1,231

(0,470-3,222) 0,430

Tingkat Penghasilan ≤UMR >UMR Jumlah 41 5 46 61,2 50,0 59,7 26 5 31 38,8 50,0 40,3 67 10 77 100 100 100 1,577

(0,416-5,983) 0,367

Hasil analisis hubungan antara jenis pekerjaan dengan terapi diperoleh bahwa ada 17 responden (63,0%) yang bekerja indoor melakukan terapi, sedangkan di antara responden sadar hipertensi yang bekerja outdoor, ada 29 responden (58,0%) yang melakukan terapi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p>α (0,430>0,05) maka Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi melakukan terapi antara responden yang bekerja indoor dan outdoor (tidak ada pengaruh antara jenis pekerjaan dengan terapi).


(56)

Hasil analisis hubungan antara tingkat penghasilan dengan terapi diperoleh bahwa ada 41 responden (61,2%) yang penghasilannya ≤UMR melakukan terapi, sedangkan setengah di antara responden sadar hipertensi yang tingkat penghasilannya >UMR, ada 5 responden (50,0%) yang melakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai

p>α (0,367>0,05) maka Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi melakukan terapi antara responden dengan tingkat penghasilan

≤UMR dan >UMR (tidak ada pengaruh antara tingkat penghasilan dengan terapi). Hasil dari analisis menunjukkan bahwa faktor sosio-ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat penghasilan tidak berpengaruh terhadap terapi hipertensi (Morenoff et al., 2007). Hasil penelitian de Gaudemaris et al. (2002) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara proporsi subjek hipertensi yang melakukan pengobatan dengan kategori pekerjaan.

Pada penelitian ini pekerjaan dibagi menjadi 2 kategori yaitu indoor (aktivitas fisik ringan) dan outdoor (aktivitas fisik berat). Pekerjaan berpengaruh pada aktivitas fisik seseorang, apabila tidak bekerja maka aktivitasnya tidak banyak sehingga dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini dipertegas dengan penelitian yang dilakukan oleh Chataut et al. (2011) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan hipertensi.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Proporsi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran akan hipertensi, dan terapi

hipertensi responden di Dukuh Sembir masing-masing adalah 55,8% (148 responden), 29,1% (77 responden), dan 17,3% (46 responden).

2. Faktor sosio-ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak berpengaruh terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi di Dukuh Sembir, kecuali untuk sub-analisis responden pendidikan <SD dan ≥SMA secara bermakna berpengaruh terhadap prevalensi hipertensi di Dukuh Sembir (p=0,018).

B. Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan, dan kesimpulan penelitian, beberapa saran yang diajukan sebagai bahan pertimbangan adalah:

1. Dilakukan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan perilaku pola hidup sehat sehingga masyarakat sadar untuk melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin untuk mendeteksi secara dini penyakit hipertensi.

2. Penelitian sebaiknya dilakukan sampai pada pengendalian tekanan darah mengingat hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang harus dikendalikan.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Abed, Y. and Abu-Haddaf, S., 2013, Risk Factors of Hypertension at UNRWA Primary Health Care Centers in Gaza Governorates, ISRN Epidemiology, 1-9. Ahn, S., Smith, M.L., Cho, J., Bailey, J.E., and Ory, M.G., 2013, Hypertension

Awareness and Associated Factors among Older Chinese Adults, Front P ublic Health, 1, 1-7.

Anggara, F.H. dan Prayitno, N., 2013, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5 (1), 20-25.

Angell, S.Y., Garg, R.K., Gwynn, R.C., Bash, L., Thorpe, L.E., and Frieden, T.R., 2008, Prevalence, Awareness, Treatment, and Predictors of Control of Hypertension in New York City, Circ Cardiovasc Qual Outcomes, 1 (1), 46-53.

Arifin, J., 2008, Statistik Bisnis Terapan dengan Microsoft Excel 2007, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 70.

Babiker, F.A., Elkhalifa, L.A., and Moukhyer, M.E., 2013, Awareness of Hypertension and Factors Associated with Uncontrolled Hypertension in Sudanese Adults, Cardiovasc J Afr, 24(6), 208-12.

Baharuddin, Kabo, P., and Suwandi, D., 2013, Perbandingan Efektivitas dan Efek Samping Obat Antihipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi,http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/5b5ee0dcd33bbedd2224e26de9 7e4c73.pdf, diakses tanggal 30 Juli 2014.

Belghazi, J., El-Feghali, R.N., Moussalem, T., Rejdych, M., and Asmara, R.G., 2007, Validation of Four Automatic Devices for Self-Measurement of Blood Pressure According to The International Protocol of The European Society of Hypertension, Vasc Health Risk Manag, 3 (4), 389-400.

Badan Eksekutif Mahasiswa Farmasi (BEMF), 2013, Laporan Pertanggungjawaban Desa Mitra Pemeriksaan dan Pengobatan Gratis di Dusun Sembir, Madurejo, Prambanan, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, hal. 1-13.

Black, H.R. and Elliott, W.J., 2012, Hypertension : A Companion to Braunwald’s Heart Disease, Second Edition, Elsevier Saunders, Philadelphia.


(59)

Brummett, B.H., Babyak, M.A., Siegler, I.C., Shanaham, M., Harris, K.M., Elder, G.H., et al., 2011, Systolic Blood Pressure, Sosioeconomic Status, and Biobehavioral Risk Factors in a Nationally Representative US Young Adult Sample, Hypertension, 58 (2), 161-6.

Budiatro, E., 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, EGC, Jakarta, hal. 53. Chandra, B., 1995, Pengantar Statistik Kesehatan, EGC, Jakarta, hal. 9.

Chataut, J., Adhikari, R.K., and Sinha, N.P., 2011, The Prevalence of and Risk Factors for Hypertension in Adults Living in Central Development Region of Nepal, KUMJ, 9 (33), 13-8.

Davey, P., 2005, At a Glance Medicine, diterjemahkan oleh Rahmalia, A. dan Novianty, C., hal. 68, Erlangga Medical Series, Jakarta.

de Gaudemaris, R., Lang, T., Chatellier, G., Larabi, L., Lauers-Cancès, V., Maître, A., et al., 2002, Socioeconomic Inequalities in Hypertension Prevalence and Care: The IHPAF Study, Hypertension, 39 (6), 1119-25.

Deyot, Y.K., 2013, Masa Kerja, Kadar Timbal Darah dan Kejadian Hipertensi pada Petugas Parkir di Jalan Malioboro Yogyakarta, Tesis, 33, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Firmo, J.O., Barreto, S.M., and Lima-Costa, M.F., 2003, The Bambui Health and Aging Study (BHAS) Factors Associated with The Treatment of Hypertension in Older Adults in The Community, Cad. Saúde P ública, 19 (3), 817-827. Gulliford, M.C., Mahabir, D., and Rocke, B., 2004, Sosioeconomic Inequlity in

Blood Pressure and Its Determinants: Cross-Sectional Data from Trinidad and Tobago, J Hum Hypertens., 18 (1), 61-70.

Ha, D.A., Goldberg, R.J., Allison, J.J., Chu, T.H., and Nguyen, H.L., 2013, Prevalence, Awareness, Treatment, and Control of High Blood Pressure: A Population-Based Survey in Thai Nguyen, Vietnam, PLoS One, 8 (6), 1-8. Hasibuan, S., 2011, Hubungan Obat-obatan Antihipertensi Terhadap Terjadinya

Xerostomia,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22597/4/Chapter% 20II.pdf, diakses tanggal 3 Agustus 2014.

Hastono, S.P., 2006, Analisis Data, https://www.scribd.com/doc/140072124/10545 273-Analisis-Data-Spss-Sutanto-Fkm-Ui-2006, diakses tanggal 11 Juli 2014.


(60)

Heart Foundation, 2010, Guide to Management of Hypertension 2008: Assessing and Managing Raised Blood Pressure in Adults, National Heart Foundation of Australia, p. 20.

Hernawan dan Arifah, S., 2012, Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Hipertensi dengan Sikap Kepatuhan dalam Menjalankan DIIT Hipertensi Di

Wilayah Puskesmas Andong Kabupaten Boyolali,

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/3674/HERNAW AN%20-%20SITI%20ARIFAH%20Fix%20bgt.pdf?sequence=1, diakses tanggal 23 Juli 2014.

Hooker, R.C., Cowap, N., and Freeman, G.K., 1999, Better by Half : Hypertension in The Elderly and The ‘rule of halves’: A Primary Care Audit of The Clinical Computer Record as a Springboard to Improving Care, Fam Pract., 16 (2), 123-8.

Izzo, J.L., Sica, D.A., and Black, H.R., 2008, Hypertension Primer, 4th edition, American Heart Association, USA, pp. 274, 278.

Jennings, J., 2012, Hypertension in Primary Care,

http://www.medicalobserver.com.au/news/hypertension-in-primary-care, diakses tanggal 4 Maret 2014.

Lam, C.S., 2011, The Socioeconomics of Hypertension: How $50.000 May Buy a Drop in Blood Pressure, Hypertension, 58 (2), 140-1.

Li, X., Ning, N., Hao, Y., Sun, H., Gao, L., Jiao, M., et al., 2013, Health Literacy in Rural Areas of China: Hypertension Knowledge Survey, Int J Environ Res Public Health, 10 (3), 1125-38.

Malekzadeh, M.M., Etemadi, A., Kamangar, F., Khademi, H., Golozar, A., Islami, F., et al., 2013, Prevalence, Awareness, and Risk Factors of Hypertension in a Large Cohort of Iranian Adult Population, J Hypertens., 31 (7), 1364-1371. Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redon, J., Zanchetti, A., Bohm, M., et al.,

2013, The Task Force for The Management of Arterial Hypertension of The European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC), J Hypertens, 31, 1281-1357.

Mendes, T.A, Goldbaum, M., Segri, N.J., Barros, M.B., César, C.L., and Carandina, L., 2013, Factors Associated with The Prevalence of Hypertension and Control Practices among Elderly Residents of São Poulo City, Brazil, Cad. Saúde Pública, 29 (11), 2275-2286.


(61)

Mendez, M.A., Cooper, R., Wilks, R., Luke, A., and Forrester, T., 2003, Income, Education, and Blood Pressure in Adults in Jamaica, a Middle-income Developing Country, Int J Epidemiol, 32 (3), 400-8.

MHRA, 2013, Blood Pressure Measurement Devices, Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency, p. 5.

Minh, H.V., Byass, P., Chuc, N.T., and Wall, S., 2006, Gender Differences in Prevalence and Socioeconomic Determinants of Hypertension: Findings from The WHO STEPs Survey in a Rural Community of Vietnam, J Hum Hypertens, 20 (2), 109-15.

Morenof, J.D., Hansen, B.B., House, J.S., Williams, D.R., Kaplan, G.A., and Hunte, H.E., 2007, Understanding Social Disparties in Hypertension Prevalence, Awareness, Treatment, and Control: The Role of Neighborhood Context, Soc Sci Med, 65(9), 1853-66.

Morton, R.F., Hebel, J.R., McCarter, R.J., 2001, A Study Guide to Epidemiology and Biostatistics, 5th Edition, diterjemahkan oleh Apriningih, S.K., hal. 135, EGC, Jakarta.

Noor, J., 2011, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, Edisi Pertama, Kencana, Jakarta, hal. 149,150, 178.

Oliveira, G.F., Oliveira, T.R., Ikejiri, A.T., Andraus, M.P., Galvao, T.F., Silva, M.T., et al., 2014, Prevalence of Hypertension and Associated Factors in an Indigenous Community of Central Brazil: A Population-based Study, P LoS One, 9 (1), 1-6.

Peck, R., Olsen, C., and Devore, J., 2011, Introduction to Statistics and Data Analysis, Fourth Edition, Brooks/Cole Cengage Learning, USA, p. 33.

Rosjidi, C.H. dan Isro’in, L., 2014, Perempuan Lebih Rentan Terserang Penyakit Kardiovaskular, Jurnal F lorence, 7 (1), 1-10.

Saeed, A.A., Al-Hamdan, N.A., Bahnassy, A.A., Abdalla, A.M., Abbas, M.A., and Abuzaid, L.Z., 2011, Prevalence, Awareness, Trearment, and Control of Hypertension among Saudi Adult Population: A National Survey, Int J Hypertens., 1-8.

Saseen, J.J. and Maclaughun, E.J., 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th edition, McGraw Hill Companies, Inc, USA, pp. 140-141.


(1)

Lampiran 8. Pedoman Wawancara berdasarkan CRF

1. Siapa nama anda? Berapa umur anda? 2. Maaf, apa pendidikan terakhir anda? 3. Apa pekerjaan anda?

4. Maaf, berapa penghasilan anda selama satu bulan?

5. Apakah anda pernah mengukur tekanan darah sebelumnya? Jika ya, berapakah tekanan darah anda yang terakhir?

6. *Apakah anda mengetahui jika anda menderita hipertensi?

7. *Berapa lama anda menderita hipertensi? Apakah anda memiliki riwayat penyakit hipertensi atau penyakit lainnya?

8. *Apakah anda pernah melakukan terapi untuk hipertensi? 9. *Apakah anda meminum obat anda secara teratur?

10.Untuk pola aktivitas apakah anda pernah melakukan olahraga? 11.Berapa kali anda melakukan olahraga selama seminggu? 12.Berapa waktu yang anda habiskan ketika anda berolahraga? 13.Mohon maaf sebelumnya, apakah anda merokok?

14.Jika ya, berapa batang rokok yang anda konsumsi setiap hari? 15.Maaf, Apakah anda mengkonsumsi alkohol?

16.Berapa kali anda mengonsumsi sayur setiap hari? 17.Berapa kali anda mengonsumsi buah setiap hari? 18.Berapa kali anda mengkonsumsi daging setiap minggu? 19.Apakah anda suka mengkonsumsi makanan yang asin?

20.Kemana anda berobat ketika sakit dan berapa jarak ke tempat tersebut? 21.Apakah anda memiliki ASKES, JAMKESMAS atau BPJS?


(2)

Lampiran 9. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji Validitas Sphygmomanomter Digital dan Raksa pada Probandus dengan Tekanan Darah Tinggi

Sphygmomanometer Probandus Mean SD CV (%)

1 2 3

Digital Sistolik (mmHg) 182 179 175 178,7 2,9 1,6

Diastolik (mmHg) 90 88 106 94,7 8,1 8,5

Raksa Sistolik (mmHg) 170 170 175 171,7 2,4 1,4

Diastolik (mmHg) 90 80 110 93,3 12,5 13,4

Uji Validitas Sphygmomanomter Digital dan Raksa pada Probandus dengan Tekanan Darah Normal

Sphygmomanometer Probandus Mean SD CV (%)

1 2 3

Digital Sistolik (mmHg) 122 125 130 125,7 3,3 2,6

Diastolik (mmHg) 78 83 64 75 8,0 10,7

Raksa Sistolik (mmHg) 125 120 130 125 4,1 3,3


(3)

Uji Reliablitias Sphygmanometer Digital pada Probandus

Probandus Spyghmomanometer Digital Mean SD CV

(%)

1 2 3 4 5

1 Sistolik (mmHg) 131 123 129 128 134 129 4,1 3,2

Diastolik (mmHg) 81 80 82 80 80 80,6 0,9 1,1

2 Sistolik (mmHg) 117 123 121 123 129 122,6 4,3 3,5

Diastolik (mmHg) 80 78 77 78 77 78 1,2 1,6

3 Sistolik (mmHg) 130 134 137 135 134 134 2,5 1,9


(4)

Lampiran 10. Post Hoc Test Multiple Comparisons Kategori Umur dan Tekanan Darah

Multiple Comparisons

Tukey HSD

Dependent Variable (I) Kategori Umur (J) Kategori Umur Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

Sistolik

40-50

51-60 -9.3013* 3.4496 .037 -18.221 -.382

61-70 -13.5192* 4.2159 .008 -24.420 -2.618

>70 -25.4395* 5.4990 .000 -39.658 -11.221

51-60

40-50 9.3013* 3.4496 .037 .382 18.221

61-70 -4.2179 4.3653 .769 -15.505 7.070

>70 -16.1382* 5.6143 .023 -30.655 -1.621

61-70

40-50 13.5192* 4.2159 .008 2.618 24.420

51-60 4.2179 4.3653 .769 -7.070 15.505

>70 -11.9203 6.1151 .210 -27.732 3.892

>70

40-50 25.4395* 5.4990 .000 11.221 39.658

51-60 16.1382* 5.6143 .023 1.621 30.655

61-70 11.9203 6.1151 .210 -3.892 27.732

Diastolik

40-50

51-60 -.5144 2.2407 .996 -6.308 5.279

61-70 .4186 2.7384 .999 -6.662 7.499

>70 5.2664 3.5718 .454 -3.969 14.502

51-60

40-50 .5144 2.2407 .996 -5.279 6.308

61-70 .9330 2.8354 .988 -6.399 8.265

>70 5.7809 3.6467 .389 -3.649 15.210


(5)

51-60 -.9330 2.8354 .988 -8.265 6.399

>70 4.8478 3.9720 .614 -5.423 15.118

>70

40-50 -5.2664 3.5718 .454 -14.502 3.969

51-60 -5.7809 3.6467 .389 -15.210 3.649

61-70 -4.8478 3.9720 .614 -15.118 5.423

Denyut Nadi

40-50

51-60 2.2527 2.0249 .682 -2.983 7.489

61-70 -.5127 2.4747 .997 -6.912 5.886

>70 3.8894 3.2279 .624 -4.457 12.236

51-60

40-50 -2.2527 2.0249 .682 -7.489 2.983

61-70 -2.7654 2.5624 .703 -9.391 3.860

>70 1.6368 3.2956 .960 -6.885 10.158

61-70

40-50 .5127 2.4747 .997 -5.886 6.912

51-60 2.7654 2.5624 .703 -3.860 9.391

>70 4.4022 3.5896 .611 -4.879 13.684

>70

40-50 -3.8894 3.2279 .624 -12.236 4.457

51-60 -1.6368 3.2956 .960 -10.158 6.885

61-70 -4.4022 3.5896 .611 -13.684 4.879


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Yovica Sagina, lahir di Singkawang pada tanggal 06 Desember 1993 dari pasangan suami istri Bapak Hermawan, SH. dan Ibu Heny, SH. Peneliti adalah anak keempat dari lima bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh peneliti yaitu TK Kartika VI-58 Sintang (1997-1999), SD Panca Setya 1 Sintang (1999-2005), SMP Negeri 1 Sintang (2005-2008), SMA Negeri 3 Sintang (2008-2011), dan mulai tahun 2011 mengikuti Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sampai dengan sekarang. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Sanata Dharma, peneliti pernah menjadi Asisten Dosen Praktikum Komunikasi Farmasi (2013-2014) dan Asisten Dosen Praktikum Farmasi Komunitas (2014-2015).


Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 1 95

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor risiko kesehatan

0 11 93