Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

(1)

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI BERDASARKAN KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN DI PADUKUHAN KADIROJO II, PURWOMARTANI, KALASAN, SLEMAN,

YOGYAKARTA

INTISARI

Hipertensi merupakan contoh penyakit tidak menular yang terjadi pada individu berusia diatas 40 tahun. Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Rule of halves digunakan sebagai dasar pada penelitian ini. Setengah dari populasi hipertensi sadar mengidap penyakit hipertensi. Setengah dari populasi yang sadar, mengikuti pengobatan dan terkontrol. Tujuan penelitian yaitu melakukan evaluasi terhadap proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden hipertensi, dan terapi responden hipertensi, serta mengungkapkan pengaruh faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di masyarakat Padukuhan Kadirojo II yang berusia ≥40 tahun.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik dalam bentuk farmakoepidemiologi dengan pendekatan cross sectional. Data yang terkumpul merupakan data primer dan dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan bahwa total responden yang digunakan sebagai subyek penelitian sebanyak 200 orang (100%) yang diambil secara tidak acak. Jumlah responden yang mengidap hipertensi yaitu sebanyak 100 orang (50%), responden yang sadar hipertensi 51 orang (25.5%), dan responden yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 34 orang (17%). Pada responden, tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara faktor risiko kesehatan dengan prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi.


(2)

ABSTRACT

Hypertension is a sample of uninfected disease that occurred on people more than 40 years old. Someone called hypertensive when he has ≥140mmHg systolic blood pressure and/or ≥90mmHg diastolic blood pressure. Rule of halves is used in this research. Half of the population of hypertension are aware of hypertensive disease and they who are aware following the treatment and controlled. The purpose of this research is to evaluate the proportion of hypertension prevalence, awareness of hypertension, and respondent therapy of hypertension, also revealing the influence of health risk factors to the hypertension prevalence, awareness, and respondent therapy of hypertension in Padukuhan Kadirojo II community which has ≥40 years old.

The type of this research was analytic observational in the form of Pharmacoepidemiology with cross-sectional approach. The collected data was primary data and analyzed using chi-square test. The results showed that total of respondents used as research subjects were 200 people (100%) taken by non-random. The number of respondents who suffered from hypertension were 100 people (50%), the respondents who aware of hypertension 51 people (25.5%), and the respondents who did the treatment of hypertension 34 people (17%). On the respondents, showed no significant association between health risk factors and the prevalence of hypertension, awareness, and respondent therapy of hypertension.


(3)

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI BERDASARKAN KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN DI PADUKUHAN KADIROJO II, PURWOMARTANI, KALASAN, SLEMAN,

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Antonia Adeleide Anutopi NIM: 118114081

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

Halaman Persembahan

TERPUJILAH TUHAN, YANG UNTUK PERCAYA TELAH MEMBERIKAN CAHAYA DALAM GELAP, MEMBERI KENYAMANAN DALAM

KEPUTUSASAAN

(William Shakespeare)

“Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah

yang mengejutkan. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan.

(Andrea Hirata-Edensor)

Aku persembahkan karyaku ini untuk: Tuhan Yesus dan Bunda Maria, Bapak dan mama beserta adik-adikku tercinta Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(7)

(8)

(9)

vii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala perlindungan dan berkat yang diberikan sehingga skripsi berjudul “Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi Berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta” yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm) dapat dikerjakan dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak. Kesempatan ini, penulis pergunakan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mengijinkan penulis menjalankan pembelajaran selama masa studi.

2. Ibu Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, mendampingi dan memberikan saran selama pembuatan skripsi ini.

3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.

4. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.

5. Bapak Sukardiono selaku kepala dukuh yang telah mengijinkan dan membantu penulis dalam pengerjaan penelitian di Padukuhan Kadirojo II. 6. Segenap masyarakat Padukuhan Kadirojo II atas bantuan yang telah diberikan.


(10)

viii

7. Keluargaku tercinta, Bapak Drs. Antonius Baba, Mama Nandi Margaretha, S.Pd, Adik Yuliana Sere, Maria Agung Lestari, dan Caecilia Gisela Baba yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan semangat kepada penulis.

8. Orry, Chelsy, Ensi, Ervin, Ivan, Putry, Joddy, dan Lia sebagai sahabat yang selalu memberikan semangat, kebersamaan, dan doa kepada penulis selama ini.

9. Greta, Yovica, Niken, Yudist, Danik, Shinta, Agesty, Berna, Tesa, Mei, dan Gita sebagai rekan kerja yang telah menyediakan waktu untuk memberikan saran dan kritik baik dalam hal penyusunan skripsi maupun hal-hal lainnya. 10.Marianus Karolus K. Baon yang selalu mendukung penulis dalam suka dan

duka dalam pembuatan skripsi ini.

11.Teman-teman penghuni kost “Wisma Goreti” yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu Farmasi.


(11)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS……… v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA………... vi

PRAKATA………... vii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR GAMBAR………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN……… xv

INTISARI……… xvi

ABSTRACT………... xvii

BAB I PENGANTAR……….. 1

A. Latar Belakang………... 1

1. Rumusan masalah……… 4


(12)

x

3. Manfaat penelitian………... 6

a. Manfaat teoritis……….. 6

b. Manfaat praktis……….. 6

B. Tujuan Penelitian………... 6

1. Tujuan umum………... 6

2. Tujuan khusus……….. 7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……….. 8

A. Hipertensi………... 8

B. Prevalensi Hipertensi………. 10

C. Kesadaran………... 11

D. Terapi………. 12

E. Faktor Risiko……….. 14

1. Usia……….. 14

2. Jenis kelamin……… 15

3. BMI (Body Mass Index)………... 15

4. Pola makan………... 18

5. Aktivitas fisik………... 19

6. Merokok………... 20

7. Alkohol……… 20

8. Penyakit penyerta………. 22

F. Rule of Halves……… 24

G. Landasan Teori………...25


(13)

xi

BAB III METODE PENELITIAN……… 27

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………. 27

1. Jenis penelitian………. 27

2. Variabel penelitian………... 28

a. Variabel bebas……… 28

b. Variabel tergantung……… 28

c. Variabel pengacau……….. 28

B. Definisi Operasional……….. 28

C. Responden Penelitian………. 30

1. Kriteria inklusi………. 30

2. Kriteria eksklusi………... 30

D. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 31

E. Ruang Lingkup Penelitian………..31

F. Teknik Pengambilan Sampel………. 31

G. Instrumen Penelitian……….. 33

H. Tata Cara Penelitian………... 33

1. Observasi awal………. 33

2. Permohonan ijin dan kerja sama……….. 33

3. Pembuatan inform consent………..………. 34

4. Penetapan dan seleksi calon responden………... 34

5. Validitas dan reabilitas instrument penelitian……….. 34

6. Pengukuran tekanan darah………... 35


(14)

xii

8. Pengelompokkan data……….. 35

I. Analisis Data Penelitian………. 36

J. Pengujian Hipotesis………... 37

K. Kelemahan dan Kesulitan selama Penelitian………. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 38

A. Prevalensi Hipertensi, Kesadaran, dan Terapi Responden di Padukuhan Kadirojo II ………. 41

B. Perbedaan Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi karena Faktor risiko Kesehatan……….. 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 46

A. Kesimpulan……….... 46

B. Saran……….. 46

DAFTAR PUSTAKA……….. 47

LAMPIRAN……… 50


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I Persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan

penelitian di Padukuhan Kadirojo II……… 5

Tabel II Klasifikasi hipertensi berdasarkan ESH/ESC guidelines 2013… 8

Tabel III Definisi operasional penelitian di Padukuhan

Kadirojo II……… 29

Tabel IV Kelemahan dan Kesulitan Penelitian………37

Tabel V Profil responden penelitian (n=200) di Padukuhan

Kadirojo II………... 38

Tabel VI Profil hubungan tekanan darah terhadap umur, jenis kelamin, dan faktor risiko kesehatan (n=200) di Padukuhan

Kadirojo II……… 40

Tabel VII Perbedaan prevalensi akibat faktor risiko kesehatan pada

responden Padukuhan Kadirojo II (n=100)………. 43

Tabel VIII Perbedaan kesadaran terhadap hipertensi akibat faktor risiko kesehatan pada responden Padukuhan Kadirojo II (n=51)…….. 44

Tabel IX Perbedaan terapi akibat faktor risiko kesehatan


(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Mekanisme hipertensi akibat obesitas………. 16

Gambar 2 Bagan Rule of Halves.……….. 25

Gambar 3 Lokasi penelitian………...………... 31

Gambar 4 Teknik pengambilan sampel penelitian………... 32

Gambar 5 Skema prosedur penelitian………... 35

Gambar 6 Prosedur analisis data penelitian……….. 36

Gambar 7 Pengujian hipotesis……….. 37

Gambar 8 Hasil pengaplikasian Rule of Halves di Padukuhan Kadirojo II……… 42


(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persetujuan perijinan penelitian dari komisi etik………. 51

Lampiran 2 Surat permohonan ijin penelitian dan pengambilan data…..…... 52

Lampiran 3 Surat pelatihan penggunaan alat spygmomanometer…………... 53

Lampiran 4 Sertifikat penerapan alat timbangan berat badan………... 54

Lampiran 5 SOP pengukuran tekanan darah menggunakan Sphygmomanometer digital……….. 55

Lampiran 6 Lembar pertanyaan responden………. 56

Lampiran 7 Case Report Form (CRF)……… 57

Lampiran 8 Output post hoc test sistolik………. 58


(18)

xvi INTISARI

Hipertensi merupakan contoh penyakit tidak menular yang terjadi pada individu berusia diatas 40 tahun. Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Rule of

halves digunakan sebagai dasar pada penelitian ini. Setengah dari populasi

hipertensi sadar mengidap penyakit hipertensi. Setengah dari populasi yang sadar, mengikuti pengobatan dan terkontrol. Tujuan penelitian yaitu melakukan evaluasi terhadap proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden hipertensi, dan terapi responden hipertensi, serta mengungkapkan pengaruh faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di masyarakat Padukuhan Kadirojo II yang berusia ≥40 tahun.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik dalam bentuk farmakoepidemiologi dengan pendekatan cross sectional. Data yang terkumpul merupakan data primer dan dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan bahwa total responden yang digunakan sebagai subyek penelitian sebanyak 200 orang (100%) yang diambil secara tidak acak. Jumlah responden yang mengidap hipertensi yaitu sebanyak 100 orang (50%), responden yang sadar hipertensi 51 orang (25.5%), dan responden yang melakukan terapi hipertensi sebanyak 34 orang (17%). Pada responden, tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara faktor risiko kesehatan dengan prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi.


(19)

xvii ABSTRACT

Hypertension is a sample of uninfected disease that occurred on people more than 40 years old. Someone called hypertensive when he has ≥140mmHg systolic blood pressure and/or ≥90mmHg diastolic blood pressure. Rule of halves is used in this research. Half of the population of hypertension are aware of hypertensive disease and they who are aware following the treatment and controlled. The purpose of this research is to evaluate the proportion of hypertension prevalence, awareness of hypertension, and respondent therapy of hypertension, also revealing the influence of health risk factors to the hypertension prevalence, awareness, and respondent therapy of hypertension in Padukuhan Kadirojo II community which has ≥40 years old.

The type of this research was analytic observational in the form of Pharmacoepidemiology with cross-sectional approach. The collected data was primary data and analyzed using chi-square test. The results showed that total of respondents used as research subjects were 200 people (100%) taken by non-random. The number of respondents who suffered from hypertension were 100 people (50%), the respondents who aware of hypertension 51 people (25.5%), and the respondents who did the treatment of hypertension 34 people (17%). On the respondents, showed no significant association between health risk factors and the prevalence of hypertension, awareness, and respondent therapy of hypertension. Keyword: Hypertension, rule of halves, health risk factors.


(20)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Masalah kesehatan di Indonesia semakin hari semakin ramai diperbincangkan. Salah satunya adalah masalah penyakit tidak menular namun berakibat fatal. Rata-rata masyarakat Indonesia pada jaman sekarang kurang peduli dengan kesehatan dirinya. Mereka lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Sementara di sisi lain, kesehatan sangat diperlukan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan ekonomi itu sendiri (Gunawan, 2001).

Hipertensi merupakan salah satu contoh penyakit yang tidak menular. Hipertensi dalam 2013 ESH/ESC Guidelines for the management of arterial

hypertension diartikan sebagai tingginya nilai takanan darah sistolik yaitu

>140mmHg dan/atau >90mmHg untuk nilai tekanan diastoliknya (Mancia, Fagard, Narkiewicz, Redon, Zanchetti, Bohm et al., 2013). Diagnosa untuk pasien yang terkena hipertensi setidaknya berdasarkan atas pengukuran dua kali tekanan darah dengan posisi duduk dalam satu atau dua kali pemeriksaan (Narkiewicz, Redon, Zanchetti, Bohm, Christiaens, Cifkova et al., 2013).

Hipertensi saat ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat, baik itu di Indonesia maupun di beberapa negara lainnya yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi di negara berkembang akan meningkat menjadi 1,15 milyar kasus pada tahun 2025 dari 639 juta kasus di tahun 2000. Perkiraan ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan


(21)

pertambahan penduduk saat ini (Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, Siahaan, 2009).

Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan, hipertensi esensial (primer) menempati urutan ketiga setelah infeksi saluran napas akut bagian atas, penyakit kulit dan jaringan subkutan pada pasien rawat jalan di rumah sakit (Depkes RI, 2007).

Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat, serta situasi lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik, dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut telah memberi pengaruh terhadap kasus-kasus penyakit yang tidak menular. Berdasarkan laporan rumah sakit tahun 2005, hipertensi esensial menempati urutan ke-10 yang menyebabkan kematian di rumah sakit (Depkes RI, 2007).

Pada umumnya, hipertensi terjadi pada individu yang sudah berusia setengah umur atau diatas 40 tahun. Namun, kebanyakan individu-individu yang mengidap hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya mengidap hipertensi (Gunawan, 2001). Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit hipertensi itu sendiri, terkadang tidak dirasakan oleh pribadi yang bersangkutan. Padahal, hipertensi dapat menimbulkan penyakit-penyakit komplikasi yang berujung kematian (Kartikasari, 2012).


(22)

Pada penyakit hipertensi, terdapat teori Rule of halves. Teori ini mengatakan bahwa setengah populasi yang memiliki tekanan darah tinggi tidak mengetahui bahwa diri mereka mengidap hipertensi (aturan 1). Setengah populasi yang mengetahui mengidap hipertensi, tidak melakukan pengobatan (aturan 2) dan (aturan 3) setengah dari populasi yang melakukan pengobatan memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol (Rao and Daniel, 2014).

Individu dengan riwayat keluarga hipertensi memiliki risiko terkena hipertensi dua kali lebih besar daripada individu yang tidak ada riwayat hipertensi pada keluarganya. Meningkatnya angka kejadian hipertensi pada suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh faktor usia dan jenis kelamin. Pada laki-laki memiliki risiko terkena hipertensi lebih awal. Obesitas, asupan garam, dan kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan kejadian hipertensi (Anggraini dkk., 2009).

Seorang perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan kasus hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis (Anggraini dkk., 2009). Efek dari konsumsi alkohol juga dapat menimbulkan terjadinya peningkatan sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan darah (Dalimartha dkk., 2008).

Kurangnya kesadaran masyarakat bisa diakibatkan karena minimnya pengetahuan yang dimiliki tentang kesehatan serta kurangnya sosialisasi dari tenaga kesehatan. Selain itu juga, pola hidup dari masyarakat sangat berpengaruh pada prevalensi dan kesadaran. Ini dibuktikan dengan adanya penelitian yang memonitor prevalensi hipertensi, kesadaran, pengobatan, dan kontrol kesehatan di China. Sedikitnya 40% orang China yang berumur 45 tahun keatas mengidap


(23)

gangguan hipertensi. Lebih dari 40% masyarakat tidak menyadari mengidap penyakit hipertensi (Feng, Pang, and Beard, 2014).

Penelitian-penelitian mengenai hipertensi di Indonesia, khususnya penelitian mengenai prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi pada masyarakat di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta sendiri masih terbilang sedikit. Hal tersebut dapat ditinjau dari kurangnya data hipertensi setelah tahun 2008.

Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kadirojo II berdasarkan rule of

halves untuk meninjau seberapa besar proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran

responden terhadap hipertensi dan terapi responden hipertensi pada masyarakat Padukuhan Kadirojo II. Pemilihan padukuhan ini dikarenakan hasil wawancara bersama kepala dukuh dan pegawai kantor Kelurahan Purwomartani yang menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Padukuhan Kadirojo II terbilang cukup besar. Selain itu, adanya faktor pendidikan yang cukup rendah yang juga dapat mempengaruhi pengetahuan tentang kesehatan, mendukung peneliti untuk melakukan penelitian di padukuhan ini.

1. Rumusan masalah

a. Berapa proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden terhadap hipertensi dan terapi responden hipertensi yang terjadi?

b. Apakah terdapat perbedaan prevalensi hipertensi, kesadaran responden hipertensi, dan terapi responden hipertensi karena faktor risiko kesehatan berupa BMI, pola makan, aktivitas fisik, merokok, alkohol, dan penyakit penyerta?


(24)

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang telah dipublikasikan terkait dengan penyakit hipertensi, kesadaran, dan terapi terhadap responden hipertensi dan hubungannya dengan faktor risiko kesehatan, antara lain dipaparkan dalam tabel I di bawah ini.

Tabel I. Persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian di Padukuhan Kadirojo II

No. Judul penelitian Persamaan Perbedaan

1. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang, Semarang (Kartikasari, 2012).

Penelitian ini untuk

mengetahui faktor-faktor risiko hipertensi yang terjadi pada masyarakat pedesaan.

Jenis penelitian yaitu observasional analitik dengan pendekatan case control. Subyek penelitian berjumlah 106 responden. Sampel diambil secara simple random sampling. 2. Health System

Strengthening and Hypertension Awareness, Treatment and Control: Data from the China Health and Retirement Longitudinal Study (Feng,

Pang, Beard, 2014).

Usia responden dalam penelitian ini yaitu usia 45 tahun ke atas. Data diambil dari survei nasional pada tahun 2011-2012.

3. Prevalence, Awareness, Treatment and Control of Hypertension Among The Elderly: The 2006 National Health and Morbidity Survey III in Malaysia

(Kiau, Kaur, Nainu, Omar, Saleh, Keong et al., 2013).

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional.

Menganalisis data sekunder dari NHMS III dari bulan April sampai Agustus tahun 2006. Responden yang digunakan sebagai subjek penelitian yaitu responden dengan usia 60 tahun ke atas. 4. Cardiovascular Disease:

Hypertension Among Older Adults in Lowand Middle-Income Countries: Prevalence, Awareness and Control (Lloyd-Sherlock, Beard, Minicuci, Ebrahim, Chatterji, 2014).

Penelitian ini menggunakan data dari WHO. Usia responden yang akan diteliti yaitu pada usia 50 tahun keatas.


(25)

Lanjutan tabel I

5. Faktor Risiko Hipertensi pada Empat Kabupaten/Kota dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatra (Aisyiyah, 2009).

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional.

Data yang digunakan adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007.

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi mengenai prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi serta perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi yang disebabkan oleh faktor risiko kesehatan di Padukuhan Kadirojo II.

b. Manfaat praktis

1) Untuk subyek yang diteliti yaitu responden dapat mengetahui hasil pengukuran tekanan darah.

2) Untuk pemerintah daerah setempat dengan hasil penelitian ini, pemerintah daerah dapat menghimbau masyarakatnya untuk mengantisipasi penyakit hipertensi, dengan melakukan upaya preventif dan promosif.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi pada masyarakat di Padukuhan Kadirojo II.


(26)

2. Tujuan khusus

Mengungkapkan adanya perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi karena faktor risiko kesehatan (BMI, pola makan, aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol, dan penyakit penyerta) pada masyarakat di Padukuhan Kadirojo II.


(27)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Hipertensi

Hipertensi merupakan satu dari sekian banyak faktor risiko kardiovaskuler yang penting yang dihubungkan dengan komplikasi secara signifikan seperti penyakit arteri koroner, stroke atau gagal ginjal (Wang, Kong, Ma, and Wang, 2013). Hipertensi atau yang lebih dikenal sebagai tekanan darah tinggi ini merupakan faktor risiko utama dari perkembangan penyakit jantung dan stroke (Dalimartha, Purnama, Sutarina, Mahendra, dan Darmawan, 2008). Klasifikasi hipertensi menurut ESH/ESC guidelines (2013):

Tabel II. Klasifikasi hipertensi berdasarkan ESH/ESC guidelines 2013

Pada tabel, seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90mmHg. Klasifikasi yang sama ini digunakan pada usia remaja, dewasa, dan lansia.

Sejak 10 tahun terakhir, penyakit hipertensi banyak menyerang masyarakat, terutama mereka yang berusia di atas 40 tahun, bahkan ada yang telah terserang mulai usia sekitar 30 tahun (Dalimartha dkk., 2008). Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, namun dapat menyebabkan terjadinya komplikasi. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah secara berkala sangatlah penting

Kategori Tekanan sistolik (mmHg)

Tekanan diastolik (mmHg) Normal 120-129 dan/atau 80-84 Prehipertensi 130-139 dan/atau 85-89 Hipertensi kelas 1 140-159 dan/atau 90-99 Hipertensi kelas 2 160-179 dan/atau 100-109 Hipertensi kelas 3 ≥180 dan/atau ≥110


(28)

(Kartikasari, 2012). Penyakit hipertensi juga sering disebut “the silent disease” karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya (Dalimartha dkk., 2008).

Hipertensi dapat pula digolongkan sebagai esensial tanpa etiologi spesifik, yang paling sering dijumpai. Bila ada penyebabnya, disebut hipertensi sekunder. Pada hipertensi esensial atau primer, penyebabnya dihubungkan dengan obesitas, hiperkolesterolemia, aterosklerosis, diet tinggi garam, merokok, kurang olahraga (Tambayong, 1999).

Alat yang digunakan untuk mengukur sebaiknya dievaluasi dan divalidasi menurut protokol standarisasi internasional dan dikalibrasi secara teratur setidaknya setiap enam bulan (Mancia et al., 2013). Sebelum dibuat diagnosis hipertensi, diperlukan pengukuran berulang paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda selama empat sampai enam minggu. Karet lingkar

spygmomanometer harus menutup paling sedikit 2/3 bagian atas lengan, karena

karet yang lebih kecil dengan cakupan yang kecil akan memberikan angka yang lebih tinggi (Gray, Dawkins, Morgan, and Simpson, 2005).

Cara mengukur tekanan darah pada pasien yaitu pasien dipersilahkan untuk duduk beristirahat selama tiga sampai lima menit sebelum memulai pengukuran. Pengukuran dilakukan setidaknya dua kali pada posisi duduk dengan selang waktu satu sampai dua menit. Pengukuran dapat dilakukan sekali lagi jika terjadi perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua. Kemudian hasil pengukuran dirata-ratakan (Mancia et al., 2013).


(29)

Pengukuran tekanan darah harus dilakukan dengan posisi duduk, kecuali untuk pasien lansia atau pasien diabetes dilakukan dengan posisi berdiri. Prosedur pemeriksaan sebaiknya dijelaskan kepada pasien. Posisi cuff sebaiknya dua sampai tiga sentimeter di atas arteri brachial (Mabey, Gill, Parry, Weber, and Whitty, 2013)

B. Prevalensi Hipertensi

Hipertensi menjadi topik pembicaraan yang popular di Indonesia maupun di dunia. Pada tahun 2000, lebih dari 25% populasi di dunia mengidap hipertensi (Handayani dan Sartika, 2013). Menurut data WHO tahun 2013, pada tahun 2008, prevalensi hipertensi tertinggi terdapat pada daerah Afrika dan prevalensi terendah terdapat pada daerah Amerika. Di Daerah Asia Tenggara sendiri, pada tahun 2008 terdapat 36% dari total populasi dewasa yang menderita hipertensi (Prabakaran, Vijayalakshmi, and Venkatarao, 2013).

Kejadian hipertensi di Indonesia sebenarnya cukup tinggi, namun belum ada penelitian yang sifatnya menyeluruh secara maksimal. Pada tahun 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 14% dan meningkat menjadi 34,9% pada tahun 2007. Prevalensi tertinggi terletak pada kelompok umur 65 tahun ke atas yaitu 29%. Tidak terdapat perbedaan prevalensi menurut daerah dan kawasan (Handayani dkk., 2013).

Profil kesehatan di Indonesia pada tahun 2004, menyebutkan hipertensi menduduki peringkat ketiga pada pasien rawat jalan. Pada tahun 2006, hipertensi meningkat lagi menjadi peringkat kedua di Indonesia setelah ISPA (Kartikasari, 2012). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian


(30)

Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2007, prevalensi hipertensi pada penduduk dengan umur di atas 18 tahun mencapai 31,7%. Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Provinsi Papua Barat (20,1%). Itu sebabnya tekanan darah tinggi menjadi penyebab kematian nomor tiga di Indonesia.

Menurut profil kesehatan Provinsi DI Yogyakarta (2008), penyakit-penyakit kardiovaskular, yang salah satunya adalah hipertensi, menempati urutan teratas penyebab kematian pada masyarakat. Sampai dengan tahun 2007, sudah 80% masyarakat yang meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Dari data di setiap rumah sakit yang terdapat di DI Yogyakarta, setiap tahun jumlah penderita penyakit kardiovaskular ini semakin meningkat, namun tidak seperti ISPA, besaran persentasi penyakit hipertensi menurut kabupaten/kota di DI Yogyakarta cukup bervariasi.

C. Kesadaran

Kesadaran menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) memiliki arti hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Kata dasar dari kesadaran yakni sadar yang mempunyai arti merasa; tahu dan mengerti.

Tiga orang dewasa yang mengidap hipertensi, ternyata hanya satu yang sadar dengan penyakit yang diderita. Pengetahuan yang kurang terhadap penyakit dan tidak adanya kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi pengobatan hipertensi, menjadi tolak ukur salah satu faktor kurangnya kesadaran masyarakat (Wang et al., 2013).


(31)

Hanya dua sampai tiga pasien dengan penyakit hipertensi yang sadar dengan status penyakit mereka sendiri. Hal inilah yang menunjukkan bahwa besarnya populasi hipertensi ternyata tidak sebanding dengan besarnya populasi yang sadar terhadap hipertensi itu sendiri. Pasien yang sadar hipertensi, terkadang tidak melakukan pengobatan (Martin, 2008).

Data yang didapat oleh NHANES, tahun 2005-2008 hanya 79,6% penderita hipertensi yang sadar mengidap hipertensi. Dari 79,6% tersebut, 47,8% berusaha mencari terapi pengobatan dan 70,9% yang mengikuti terapi terdapat 52,2% yang tidak mencapai kontrol tekanan darah normal (Tedjasukmana, 2012).

D. Terapi

Pada awalnya, pengobatan hipertensi hanya ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menuju tingkat normal. Dalam perkembangannya, pengobatan diarahkan pada berbagai macam aspek. Beberapa aspek yang mendapat perhatian dan kini menjadi tujuan dari pengobatan hipertensi adalah:

1. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup penderita tidak memburuk.

2. Mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) akibat komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah.

3. Mencegah pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis).

4. Menghindarkan dari faktor risiko hipertensi, seperti kolesterol tinggi, stres, dan obesitas.


(32)

6. Mengobati penyakit penyerta yang dapat memperberat kerusakan organ tubuh.

7. Memperkecil efek samping pengobatan (Dalimartha dkk., 2008).

Tujuan dari terapi hipertensi yaitu untuk mengurangi kejadian kardiovaskular, serebrovaskular, dan renovaskular. Dengan kata lain, target tekanan darah yang harus dicapai yaitu kurang dari 140/90mmHg. Pada pasien yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes atau ginjal kronik, tekanan darah yang harus dicapai yaitu kurang dari 130/80mmHg (Tedjasukmana, 2012).

Jenis-jenis obat anti-hipertensi antara lain sebagai berikut: 1. Diuretik

Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui urin). Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga daya pompa jantung lebih ringan. Obat-obatan yang termasuk golongan ini yaitu hidroklorotiasid (HCT). Obat ini memiliki efek samping antara lain hipokalemia, hiperurisemia, lemah otot, muntah, dan pusing (Dalimartha dkk., 2008).

2. Penghambat enzim konversi angiotensin

Cara kerja obat ini yaitu menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat ini yaitu captopril. Efek samping yang timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas (Dalimartha dkk., 2008).

3. Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara mengahambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Efek samping obat golongan ini


(33)

adalah timbul sembelit, pusing, sakit kepala, dan muntah. Contoh obat ini antara lain nifedipin, diltiasem, dan verapamil (Dalimartha dkk., 2008).

4. Penghambat reseptor angiotensin II

Obat ini bekerja dengan cara menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Kemungkinan efek yang timbul yaitu sakit kepala, pusing, lemas, dan mual. Contoh golongan obat ini adalah valsartan atau diovan (Dalimartha dkk., 2008).

E. Faktor Risiko

Untuk menyimpulkan penyebab hipertensi masih sulit dilakukan hingga saat ini. Bahkan, para ahli beranggapan hipertensi lebih tepat disebut sebagai “heterogenous group of diseases” daripada “single diseases” karena kompleksnya faktor-faktor yang menyebabkannya. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi, yaitu usia (laki-laki ≥55 tahun dan perempuan ≥65 tahun), merokok, dislipidemia, gula darah di dalam plasma yang tinggi, obesitas (BMI ≥30kg/m2

), genetik atau keturunan (Mancia et al., 2013). 1. Usia

Peningkatan hipertensi sering terjadi dengan bertambahnya umur seseorang. Pasien yang berumur 60 tahun keatas memiliki tekanan darah ≥140/90mmHg. Tekanan darah sistolik yang meningkat, bisa dikarenakan karena penambahan umur. Penambahan umur seseorang dapat menyebabkan kelenturan pembuluh darah yang besar menjadi berkurang (Anggraini dkk., 2009).

Satu dari lima laki-laki yang berusia antara 35-44 tahun memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka prerolensi tersebut akan meningkat menjadi dua kali


(34)

lipat pada usia antara 45-54 tahun (Vitahealth, 2004). Perubahan pada tekanan darah yang semakin meningkat disebabkan adanya perubahan alami pada jantung dan berkurangnya elastisitas dari pembuluh arteri, sehingga insidensi hipertensi pada usia lanjut lebih tinggi (Prihandana, 2012).

Sampai usia 55 tahun, laki-laki memiliki risiko terkena hipertensi yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Tetapi di atas usia tersebut, perempuan memiliki peluang yang lebih besar (Vitahealth, 2004).

2. Jenis Kelamin

Antara laki-laki dan perempuan, prevalensi terjadinya hipertensi memiliki proporsi yang sama. Namun, sebelum perempuan mengalami fase menopause, perempuan lebih terlindungi dari penyakit kardiovaskular. Hal ini dikarenakan adanya hormon estrogen yang berperan dalam peningkatan HDL atau High

Density Lipoprotein (Anggraini dkk., 2009).

3. BMI (Body Mass Index)

Seseorang dengan BMI ≥25 (obesitas) akan lebih mudah mengalami risiko hipertensi. Hal ini disebabkan oleh lemak yang menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah (Anggraini dkk., 2009).

Menurut Kotsis, Stabouli, Papakatsika, Rizos, and Parati (2010) terjadinya hipertensi akibat obesitas dapat melalui beberapa jalur, antara lain:

a) Aktivasi saraf simpatis (SNS)

Asupan kalori yang tinggi meningkatkan norefinefrin pada jaringan perifer sehingga meningkatkan konsentrasi norefinefrin di dalam plasma yang menyebabkan terjadinya aktivasi saraf simpatis secara langsung. Mekanisme yang


(35)

bertanggung jawab terhadap peningkatan aktivitas saraf simpatis yaitu gangguan fungsi sensitivitas baroreseptor, peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA), angiotensin (Ang) II, insulin, dan leptin.

Gambar 1. Mekanisme hipertensi akibat obesitas (Kotsis et al., 2010).

Keterangan gambar: IL-6 (interleukin-6), IL-1β (interleukin-1β), CRP (C-reactive protein), TNFα (tumor necrosis factor-α), ROS (reactive oxygen species), FFAs (free-fatty acids), NO (nitric oxide), ET-1 (endothelin-1), RAS (rennin-angiotensin system), SNS (sympathetic nervous system)

b) Mekanisme pada renal

Kelainan pada renal cenderung menaikan tekanan darah sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan air. Pada pasien obesitas, kemungkinan perubahan tekanan darah ke arah yang lebih tinggi yaitu adanya sekresi renin dari ginjal yang diinduksi oleh perubahan kekuatan fisik intrarenal akibat akumulasi lemak disekitar medulla. Akibat dari hipertrofi adiposit menyebabkan angiotensinogen diproduksi dan mengakibatkan elevasi tekanan darah melalui tindakan angiotensin II yang menyebabkan vasokonstriksi sistematis.

c) Fungsi hormon

Obesitas merupakan salah satu faktor untuk terjadinya gangguan toleransi pada glukosa. Insulin yang beredar secara lebih di dalam darah dapat mengurangi


(36)

sensitivitas terhadap metabolisme insulin itu sendiri atau dengan kata lain terjadi resistensi insulin. Terjadinya hiperinsulinemia dapat mengakibatkan retensi natrium yang berujung pada peningkatan tekanan darah.

Leptin merupakan salah satu hormon yang disekresikan dari jaringan adiposa secara langsung. Adanya hiperleptinemia akan merangsang SNS untuk meningkatkan pengeluaran energi. Peningkatan aktivitas SNS dalam jangka panjang akan menginduksi saraf simpatis yang memediasi terjadinya hipertensi akibat dari reabsorpsi natrium dan volume cairan yang overloading.

d) Disfungsi endothelial dan perubahan struktur vaskular

Obesitas merupakan keadaan inflamasi (vaskular dan sistemik) yang dapat menyebabkan disfungsi endotel. Resistensi insulin, rendahnya adinopektin, hiperleptinemia, peningkatan kadar asam lemak dianggap sebagai indeks dari profil peradangan yang kompatibel. NO (nitric oxide) berasal dari endotel pembuluh darah yang berfungsi sebagai vasodilator dan perlindungan terhadap peradangan. Akibat dari adanya resistensi insulin, sintesis NO terganggu. Adanya proinflamasi yang tinggi di dalam sel endotel menunjukkan adanya fungsi vaskular yang berubah yang merupakan predisposisi pengembangan hipertensi.

Modifikasi lifestyle dapat membantu mencegah terjadinya hipertensi dan mengurangi tekanan darah pada pasien yang telah mengidap hipertensi. Selain itu, dengan menjaga BMI tetap normal (18,5-24,9kg/m2) dapat membantu pengontrolan tekanan darah. Pada kenyataannya, tekanan darah sistolik dapat berkurang dengan kisaran 5-10mmHg setiap penurunan 10kg berat badan (Martin, 2008).


(37)

4. Pola makan

Pola makan dengan banyak mengandung garam juga mampu meningkatkan tekanan darah pada beberapa orang. Rata-rata orang Amerika mengonsumsi sodium 4000-6000mg/hari. Setiap individu yang berdomisili di Amerika dosis maksimal yang dianjurkan adalah 2000mg/hari (Martin, 2008). Individu yang berdomisili di eropa, dosis maksimal untuk pengonsumsian makanan yang mengandung garam adalah 5-6gram/hari. Penganjuran diet natrium ini bertujuan untuk menurunkan tekanan darah sistolik 5-10mmHg (Narkiewicz et

al., 2013).

Terdapat hubungan antara asupan natrium yang berlebihan dengan tekanan darah. Pengonsumsian natrium yang berlebihan dapat menyebabkan tubuh meretensi cairan dan meningkatkan volume darah. Adanya peningkatan volume darah bisa membuat jantung untuk bekerja lebih keras dalam memompa darah (Muliyati, Syam, dan Sirajuddin 2011).

Selain itu, natrium yang berlebihan di dalam darah, dapat menggumpal pada dinding pembuluh darah dan mengikisnya sehingga terkelupas. Hasil pengikisan tersebut yang akhirnya dapat menyumbat pembuluh darah (Vitahealth, 2004).

Asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Sumber natrium/sodium utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat. (Anggraini dkk, 2009).


(38)

Banyak bukti yang mendukung peran natrium dalam terjadinya hipertensi. Ada yang berpendapat bahwa terdapat hormon natiuretik (de Wardener) yang menghambat aktivitas sel pompa natrium (ATPase natrium-kalium) dan memiliki efek penekanan. Berdasarkan studi populasi, seperti studi INTERSALT (1988) diperoleh korelasi antara asupan natrium rerata dengan tekanan darah, dan penurunan tekanan darah dapat diperoleh dengan mengurangi konsumsi garam (Gray et al., 2005).

5. Aktivitas Fisik

Seseorang yang aktivitasnya rendah atau dengan kata lain kurang berolahraga lebih berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada orang yang aktif melakukan aktivitas (Anggraini dkk., 2009). Aktivitas fisik, baik itu berupa lari, berjalan, ataupun bersepeda dapat sebagai pencegahan primer dari hipertensi (Maryon, 2005). Penganjuran untuk menurunkan risiko hipertensi yaitu melakukan aktivitas fisik ≥30 menit selama lima sampai tujuh hari setiap minggunya (Narkiewicz et al., 2013).

Aktivitas fisik paling sedikit dilakukan dalam beberapa hari selama 30 menit. Hal ini dapat menurunkan nilai tekanan darah sistolik sampai dengan 9mmHg (Martin, 2008). Individu yang jarang berolahraga, pengontrolan terhadap nafsu makannya sangat labil sehingga dapat menimbulkan obesitas (Muliyati dkk, 2011).

Sebelum berlatih, sebaiknya setiap individu mengetahui batas latihan yang akan dilakukan. Ukuran perhitungannya adalah DJM (Denyut Jantung Maksimal) yang didapat dari faktor (220-umur) x %DJM. Intensitas latihan yang aman,


(39)

berada pada rentang 60-85% DJM. Misalkan untuk individu dengan umur 50 tahun, batas aman latihannya adalah pada ukuran 50) x 60% = 102 dan (220-50) x 85% = 144. Jadi, ketika selesai berolahraga, denyut jantung yang diukur sebaiknya pada rentang 120-144/menit (Vitahealth, 2004).

6. Merokok

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi dan juga peningkatan risiko penyakit kardiovaskular walaupun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti (Anggraini dkk., 2009). Menurut Muttaqin (2009) merokok berperan dalam memperburuk kondisi penyakit arteri koroner melalui tiga cara meliputi:

a) Menghirup asap akan meningkatkan kadar karbon monoksida (CO) darah. Hemoglobin, komponen darah yang mengangkut oksigen, lebih mudah terikat pada karbon monoksida daripada oksigen. Hal ini menyebabkan oksigen yang disuplai ke jantung menjadi sangat berkurang, sehingga jantung bekerja lebih berat untuk menghasilkan energi yang sama besarnya;

b) Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan katekolamin, yang menyebabkan konstriksi arteri;

c) Merokok meningkatkan adhesi trombosit, mengakibatkan peningkatan pembentukan thrombus.

7. Alkohol

Tekanan darah akan meningkat ketika seseorang mengonsumsi alkohol. Pengonsumsian alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi dan stroke. Pada sebagian besar kasus yang terjadi, rata-rata laki-laki


(40)

dengan kisaran umur 35-64 tahun, ditemukan memiliki korelasi yang kuat antara konsumsi alkohol dengan mortalitas stroke (Maryon, 2005).

Konsumsi alkohol dengan satu sampai dua gelas per hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik. Pengonsumsian lebih dari dua gelas per hari dapat meningkatkan tekanan darah. Pada laki-laki, pengonsumsian alkohol tidak melebihi dua gelas per hari, dan pada perempuan, tidak melebihi satu gelas per hari (Martin, 2008). Batas tertinggi yang boleh dikonsumsi adalah 90ml per minggu atau sama dengan enam kaleng bir @360ml atau enam gelas anggur @120ml (Vitahealth, 2004).

Efek dari konsumsi alkohol yaitu dapat merangsang terjadinya hipertensi. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan darah (Dalimartha dkk., 2008). Katekolamin akan memacu produksi renin, menyebabkan kontraksi arteriol dan vena dan meningkatkan curah jantung (Gray et al., 2005).

Mekanisme terjadinya hipertensi akibat dari pengonsumsian alkohol yang berlebihan yaitu dapat melalui beberapa jalur, antara lain:

a) Sistem saraf simpatik

Alkohol dapat menyebabkan hipertensi dengan merangsang adrenal untuk melepaskan adrenalin yang mengakibatkan peningkatan denyut jantung dan curah jantung sistolik (Husain, Ansari, and Ferder, 2014)

b) Endothelium dan oxidative stress

Alkohol menstimulasi pelepasan endotelin 1 dan 2 yang merupakan vasokonstriktor dari endothelium yang berada di dalam pembuluh darah. Alkohol


(41)

juga meningkatkan kadar angiotensin II di dalam darah. Angiotensin II menstimulasi produksi superoksida melalui reseptor AT1 dengan cara mengaktivasi oksidasi NADPH di dalam dinding pembuluh darah. Pengonsumsian alkohol dalam jangka panjang dapat menyebabkan sel endothelial mengalami peradangan sehingga menurunkan kadar NO sebagai vasodilator di dalam endothelium. Peradangan terjadi karena kurangnya produksi NO atau dapat pula terjadi karena adanya reaksi antara NO dengan anion superoksida menjadi bentuk radikal bebas peroksinitrit (Husain et al., 2014).

8. Penyakit penyerta

Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang sering diikuti dengan penyakit lain yang menyertai dan memperburuk kondisi organ penderita. Penyakit yang seringkali menjadi penyerta dari penyakit hipertensi antara lain: a) Kencing manis (diabetes mellitus)

Penyakit ini perlu segera ditangani sehingga kadar gula darah penderita terkontrol. Hal ini dapat menjauhkan penderita dari komplikasi yang akan memperberat kerusakan organ yang ditimbulkan (Dalimartha dkk., 2008).

b) Resistensi insulin (R-I)

Resistensi insulin merupakan penyakit yang timbul karena sel tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang tersedia di dalam darah secara maksimal sehingga glukosa darah tidak dapat seluruhnya masuk ke dalam jaringan tubuh. Keadaan ini banyak terjadi pada penderita obesitas (kegemukan). Resistensi insulin ini dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit diabetes, dislipidemia, ataupun hipertensi (Dalimartha dkk., 2008).


(42)

c) Rematik

Jenis penyakit ini sangat beragam, dari yang ringan sampai berat. Ada jenis yang merusak berbagai macam organ tubuh sehingga akibat yang ditimbulkannya akan semakin memperberat kondisi penderita hipertensi (Dalimartha dkk., 2008).

d) Gout/hiperurisemia/asam urat

Gout dapat menyebabkan penyakit rematik. Gout dipengaruhi oleh makanan yang banyak mengandung purin, seperti hati, jeroan, sarden, kerang, kacang tanah, kedelai, bayam, buncis, dan kembang kol. Purin dalam bahan makanan oleh tubuh akan dimetabolisme menjadi asam urat. Serangan rematik terjadi akibat konsentrasi asam urat di dalam darah meninggi atau disebut dengan hiperurisemia. Gout dapat merusak organ tubuh misalnya penurunan fungsi ginjal yang akhirnya memicu perlekatan trombosit pada pembuluh darah, dan mengendap pada klep jantung (Dalimartha dkk., 2008).

e) Hiperlipidemia

Hiperlipidemia menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah, termasuk pembuluh darah jantung. Komplikasi hipertensi akan bertambah parah dengan tingginya kadar lemak di dalam tubuh penderita (Dalimartha dkk., 2008).

Tekanan darah sistolik dan diastolik yang direkomendasi yaitu <140mmHg dan/atau <90mmHg. Jika pasien memiliki penyakit penyerta seperti diabetes, maka tekanan darah diastolik yang direkomendasi yaitu <85mmHg.


(43)

Pada pasien nefropati, target yang dicapai yaitu <130mmHg. Hal ini dikarenakan adanya overt proteinuria (Narkiewicz et al., 2013).

Pasien dengan faktor risiko seperti memiliki penyakit diabetes atau penyakit kardiovaskular ataupun penyakit pada ginjal, direkomendasikan target tekanan darahnya yaitu <130/80mmHg (Mancia et al., 2013).

Hipertensi memiliki risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner,

stroke, gagal jantung kongestif, dan penyakit ginjal kronik (Maryon, 2005).

Kaitan hipertensi dengan resistensi insulin yaitu terutama pada pasien gemuk. Insulin merupakan salah satu zat penekan karena meningkatkan kadar katekolamin dan reabsorpsi natrium (Gray et al., 2005).

F. Rule of Halves

Rule of halves merupakan suatu aturan yang menyebutkan bahwa semua

pasien dengan diagnosa hipertensi, hanya setengahnya yang sadar dengan kondisi mereka. Pasien yang sadar hipertensi tersebut, hanya setengah yang melaksanakan terapi dan pada pasien yang melakukan terapi, hanya setengah yang tekanan darahnya terkontrol (Deepa, Shanthirani, Pradeepa, dan Mohan, 2003). Meskipun pasien sadar terhadap hipertensi yang diderita oleh mereka, di Amerika Serikat terjadi peningkatan dari 51% pada tahun 1980 menjadi 70% di tahun 2000. Hanya 59% pasien yang melaksanakan terapi dan 34% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (Geyer and Gomez, 2009).

Rule of halves untuk penyakit hipertensi yaitu setengah dari total populasi

yang tidak mengetahui tekanan darah tinggi dan setengah yang mengetahui, kemudian diobati. Setengah total populasi yang berobat, tekanan darahnya


(44)

Total responden Responden menderita hipertensi (Subjek penelitian) Responden sadar menderita hipertensi Responden melakukan terapi antihipertensi Responden tidak melakukan terapi

antihipertensi Responden tidak sadar menderita hipertensi Responden tidak menderita hipertensi

terkontrol (Hooker, Cowap, Newson, and Freeman, 1999). Pada penelitian ini, diharapkan teori rule of halves dapat dilaksanakan pada populasi di Padukuhan Kadirojo II.

Gambar 2. Bagan Rule of Halves G. Landasan Teori

Seseorang dengan hipertensi sering tidak menyadari bahwa dirinya sedang memiliki masalah kesehatan. Padahal hipertensi bila tidak dikontrol, dapat berbahaya dan berisiko terkena stroke, penyakit jantung, gangguan retina mata, ginjal, dan dapat berisiko fatal. Oleh karena itu, pengontrolan hipertensi sangat penting untuk mencegah beberapa penyakit tersebut. Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Hipertensi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, BMI, aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol, dan penyakit penyerta.

Semakin bertambahnya usia seseorang, aktivitas organ di dalam tubuhnya juga semakin menurun. Apabila ini didukung dengan berat badan yang tidak ideal akibat pola makan yang tidak teratur, maka risiko terserang hipertensi semakin besar. Seseorang yang obesitas, volume daranya akan meningkat yang


(45)

mengakibatkan beban jantung untuk memompa darah juga bertambah sehingga menimbulkan hipertensi.

Tekanan darah juga akan meningkat ketika seseorang merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Merokok dapat mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih keras, sedangkan efek dari pengonsumsian alkohol dapat meningkatkan sintesis katekolamin yang dapat memicu kenaikan tekanan darah. Hipertensi juga sering diikuti dengan penyakit lain yang menyertai sehingga dapat memperburuk kondisi organ penderita.

Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kadirojo II, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penduduk Padukuhan Kadirojo II yang terdiri dari 372 orang dan yang berumur lebih dari 40 tahun sebanyak 254 orang, ternyata memiliki prevalensi hipertensi yang cukup tinggi. Kesadaran responden dan pelaksanaan terapi responden hipertensi juga memiliki proporsi yang cukup tinggi, akibat dari rendahnya pengetahuan responden terhadap hipertensi itu sendiri. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengurangi angka prevalensi hipertensi, menaikan kesadaran dan terapi responden hipertensi di padukuhan ini.

H. Hipotesis

Adanya perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi karena faktor risiko kesehatan berupa BMI, pola makan, aktivitas fisik, merokok, alkohol, dan penyakit penyerta.


(46)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu observasional dengan bentuk farmakoepidemiologi. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Rancangan penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan cross

sectional. Analisis korelasi yang dilakukan yaitu antara prevalensi hipertensi,

kesadaran, dan terapi hipertensi dengan kajian faktor risiko kesehatan responden. Dalam studi observasional, peneliti tidak melakukan manipulasi, tetapi

outcome yang berbeda-beda diamati di dalam kondisi alamiah dan dihubungkan

dengan pajanan-pajanan yang berbeda. Kesulitannya adalah kelompok-kelompok yang diamati dapat berbeda dari karakteristik yang diteliti yang dapat meracukan perbandingan. Mayoritas studi pada manusia adalah observasional (Morton, Hebel, and McCarter, 2001). Penelitian observasional terdiri dari penelitian analitik, contohnya cross-sectional dan deskriptif (Swarjana, 2012).

Farmakoepidemiologi dapat didefenisikan sebagai sebuah studi yang digunakan untuk mengetahui efek obat dalam suatu populasi, dan merupakan salah satu metode yang dikembangkan pada penggunaan obat secara individual dan hasil klinik untuk jumlah populasi yang besar (Hallas, 2001).

Cross sectional mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara

faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya. Faktor risiko diobservasi pada saat yang sama, artinya setiap subjek penelitian diobservasi hanya satu kali saja


(47)

dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau status pada saat diobservasi (Budiharto, 2006). Studi ini dapat menentukan angka prevalensi, bukan angka insidensi dan cenderung menyangkut distribusi suatu penyakit di dalam populasi daripada etiologinya (Morton et al., 2001).

2 Variabel penelitian a. Variabel bebas

Faktor risiko kesehatan meliputi BMI, pola makan, aktivitas fisik, merokok, alkohol, dan penyakit penyerta.

b. Variabel tergantung

Prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi. c. Variabel pengacau

1) Terkendali. Umur dan jenis kelamin.

2) Tak terkendali. Aktivitas, dan terapi lain yang dilakukan. B. Definisi Operasional

Skala rasio merupakan jenis pengukuran dengan adanya tingkatan variabel, yakni dengan membandingkan nilainya. Skala rasio memiliki interval yang sama antara satu angka dengan angka lain. Skala nominal merupakan pengelompokkan atau pengkategorisasian kejadian ke dalam kelas-kelas. Skala nominal paling mudah dilakukan, karena hanya memberikan atau menempatkan obyek pengukuran dengan cara memberikan nomor urut atau label lain. Dalam skala nominal, tidak ada penjumlahan sehingga tidak dapat dioperasikan dengan hitungan (Djaali dan Muljono, 2007).


(48)

Tabel III. Definisi operasional penelitian di Padukuhan Kadirojo II

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Skala Ukur Responden

Hipertensi

Keadaan seseorang yang memiliki tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau ≥90mmHg untuk tekanan diastolik.

Hasil pengukuran dua kali pada responden (yang diambil adalah pengukuran

kedua).

Rasio

Standar hipertensi

Standar hipertensi yang digunakan pada penelitian yaitu: ESH/ESC 2013.

- -

Responden sadar hipertensi

Responden yang mengetahui bahwa ia mengidap hipertensi.

Berdasarkan data yang diberikan responden saat wawancara.

Nominal

Responden terapi hipertensi

Terapi dalam penelitian ini yaitu terapi farmakologi atau terapi menggunakan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter untuk menurunkan tekanan darah.

Berdasarkan data yang diberikan responden saat wawancara.

Nominal

Pemilihan umur

Pemilihan umur pada responden yaitu dimulai dari umur 40 tahun ke atas.

Berdasarkan data yang diberikan responden saat wawancara.

Interval

Jenis kelamin Identitas biologi responden dilihat dari penampilan fisik.

Pertanyaan pada kuisioner.

Nominal BMI Pengukuran berat badan

responden dibagi kuadrat tinggi badan responden dalam meter.

Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan responden.

Nominal

Pola makan Frekuensi konsumsi makanan responden dalam satuan hari.

Berdasarkan data yang diberikan responden saat wawancara.

Nominal

Aktivitas fisik

Frekuensi kegiatan dalam sehari untuk menyehatkan badan dan dapat sebagai pencegahan primer dari penyakit hipertensi. Aktivitas fisik dalam penelitian ini yaitu berupa bersepeda dan berlari pada sore hari.

Berdasarkan data yang diberikan responden saat wawancara.


(49)

Lanjutan tabel III

Merokok Kebiasaan responden menghisap rokok.

Berdasarkan data yang diberikan responden saat wawancara.

Nominal

Alkohol Frekuensi pengonsumsian minuman beralkohol dalam satuan hari.

Berdasarkan data yang diberikan responden saat wawancara.

Nominal

Penyakit penyerta

Penyakit lain yang menyertai dan memperburuk kondisi organ penderita hipertensi. Penyakit penyerta dalam penelitian ini yaitu DM, rematik, gout/asam urat,

stroke, hiperlipidemia, dan

gangguan ginjal.

Berdasarkan data yang diberikan responden saat wawancara.

Nominal

C. Responden Penelitian

Populasi penelitian adalah semua penduduk Padukuhan Kadirojo II yaitu sebanyak 372 orang. Sampel penelitian yaitu penduduk Padukuhan Kadirojo II yang berumur 40 tahun ke atas dan bersedia diwawancarai serta mengisi informed

consent.

1. Kriteria inklusi

Responden usia 40 tahun ke atas dan bersedia mengisi informed consent. 2. Kriteria eksklusi

Responden bersedia mengisi informed consent namun tekanan darahnya tidak dapat terukur karena obesitas, responden yang berat badannya tidak dapat terukur akibat lumpuh/susah berdiri, tidak bisa berbicara secara jelas sehingga informasi yang diberikan tidak lengkap, dan memiliki komplikasi penyakit penyerta yang serius serta responden perempuan yang sedang hamil.


(50)

Provinsi DIY Kabupaten Sleman Kecamatan Kalasan Kelurahan Purwomartani Dukuh Sambisari Dukuh Kadirojo II Faktor Sosio-ekonomi Faktor Risiko Kesehatan Kecamatan Depok Kelurahan Maguwoharjo Dukuh Krodan Kecamatan Berbah Kelurahan Jogotirto Dukuh Blambangan Dukuh Jragung Kecamatan Prambanan Kelurahan Madurejo Dukuh Sembir D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Dukuh Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta yang dilaksanakan pada bulan Mei-September 2014.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor risiko kesehatan dan sosio-ekonomi).” Jumlah anggota sebanyak 12 orang. Setiap dua orang meneliti satu dukuh, sehingga menghasilkan enam dukuh yang akan diteliti di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Alur pengambilan sampel di Padukuhan Kadirojo II yaitu dari 372 masyarakat, terdapat 254 orang yang berusia ≥40 tahun. Kemudian peneliti melakukan purposive sampling, dan mendapatkan 34 responden yang melakukan


(51)

terapi antihipertensi. 34 responden tersebut, termasuk dalam 100 responden yang mengidap hipertensi dan 51 responden yang sadar hipertensi. Total responden yang diambil sebagai subyek penelitian yaitu 200 responden.

Gambar 4. Teknik pengambilan sampel penelitian

Purposive sampling merupakan salah satu teknik pengambilan sampel

yang dilakukan secara tidak acak dan berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan oleh peneliti (Supranto, 2007). Purposive sampling juga dapat disebut sebagai sampel bertujuan. Penentuan teknik pengambilan sampel bergantung pada topik dan tujuan penelitian itu sendiri (Sudarma, 2008).

Suatu populasi yang tidak terdistribusi secara normal, jika ukuran sampel cukup besar (n>30), distribusi mean sampling akan mendekati suatu distribusi normal (Gaussian) apapun bentuk asli distribusi populasinya. Pernyataan ini dikenal sebagai central limit theorem atau teorema limit pusat (Harinaldi, 2005).

Total Populasi berusia ≥40 tahun: 254 orang

Total responden yang terapi antihipertensi: 34 responden

Purposive sampling

Total populasi di Padukuhan Kadirojo II: 372 orang

Total responden di Padukuhan Kadirojo II: 200 responden


(52)

Observasi awal

Permohonan ijin dan kerjasama

Pembuatan

informed consent

Penetapan dan seleksi calon

responden Validitas dan reabilitas instrumen

penelitian Pengukuran dan penjelasan hasil pemeriksaan tekanan darah pada

responden

Input data pada CRF

Dokumentasi data

Pengelompokkan data pada aplikasi

komputer

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu berupa Case Report Form (CRF), spygmomanometer digital untuk mengukur tekanan darah subyek peneliti, timbangan berat badan dan alat pengukur tinggi badan (stature meter) untuk mengukur Body Mass Index (BMI), serta informed consent.

H. Tata Cara Penelitian

I. 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan menentukan salah satu dukuh di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

a. Pembuatan surat permohonan ijin kepada kepala dukuh yang akan diteliti. b. Pembuatan surat permohonan ijin yang ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Surat permohonan ijin ini


(53)

untuk memenuhi etika penelitian yang menggunakan tekanan darah manusia sebagai subyek penelitian. Pembuatan ethical clearance ini dimaksudkan agar subyek penelitian mendapat perlindungan dan bagi peneliti agar tehindar dari pelanggaran HAM. Hasil penelitian akan dipublikasikan.

c. Pembuatan surat ijin kepada Kepala Bagian Perijinan Penelitian Kantor Kesatuan Bangsa, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan akan diteruskan kepada Kepala Bagian Perijinan Penelitian Kantor Bappeda, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

3. Pembuatan inform consent

Informed consent yang dibuat harus memenuhi standar yang ditetapkan

oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya.

4. Penetapan dan seleksi calon responden

Pencarian calon responden dilakukan setelah mendapat ijin dari kepala dukuh. Tujuan dari penelitian akan dijelaskan kepada responden. Responden yang bersedia dijadikan subyek penelitian, diminta mengisi identitas dan menandatangani Informed consent.

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Instrumen penelitian wajib memiliki validitas dan reliabel yang baik. Tolak ukur validitas dan reliabilitas dari sebuah instrumen penelitian dapat dinyatakan dengan nilai CV (coefficient of variation) 5%. Validitas dan


(54)

reliabilitas dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah responden non-penelitian.

Validitas memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Reliabilitas membicarakan sejauh mana pengukuran yang dilakukan tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran kembali pada orang yang sama namun di waktu berbeda (Nisfiannoor, 2009). 6. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani informed

consent, dilakukan sesuai dengan SOP, yaitu responden diistirahatkan selama tiga

sampai lima menit kemudian diukur tekanan darah responden pada lengan kiri atas dengan posisi duduk tegak. Pengukuran tekanan darah menggunakan

spygmomanometer digital sebanyak dua kali berturut-turut dengan selang waktu

satu sampai dua menit. Pengukuran dapat dilakukan sekali lagi jika terdapat perbedaan ≥5mmHg pada tekanan sistolik ataupun diastolik responden.

7. Penjelasan hasil pemeriksaan

Peneliti akan menjelaskan hasil pemeriksaan secara langsung kepada responden kemudian informasi yang didapat dari responden akan dikelompokkan sebagai data analisis.

8. Pengelompokkan data

Pengelompokkan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis. Kemudian dilakukan penyusunan dan penggolongan dalam kategori-kategori lalu dilakukan interpretasi data. Data akan dikumpulkan didalam CRF kemudian dipindahkan dalam aplikasi Microsoft excel.


(55)

Uji normalitas dalam distribusi n≥30 termasuk normal

Analisis univariat

Uji Anova Uji Chi Square Uji hipotesis

I. Analisis Data Penelitian

Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistika menggunakan aplikasi komputer.

Gambar 6. Prosedur analisis data penelitian

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Uji normalitas bisa dilakukan dengan grafik (Santoso, 2010). Analisis univariat diperlukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data secara sederhana. Cara penyajiannya, misalnya dengan prosentase atau tabel distribusi frekuensi, batang, dan diagram pie (Budiharto, 2006).

Tujuan Anova atau uji F sama dengan uji t, yakni menguji rata-rata populasi, hanya di sini yang akan diuji lebih dari dua rata-rata populasi (Santoso, 2006). Uji Chi square dapat digunakan sebagai alat untuk membandingkan sebuah distribusi sampel dengan distribusi populasi tertentu. Tujuan uji hipotesis adalah untuk menguji apakah data dari sampel yang ada sudah cukup kuat untuk menggambarkan populasinya, atau apakah bisa dilakukan generalisasi tentang populasi berdasar hasil sampel (Santoso, 2010).


(56)

Faktor Risiko Kesehatan

Prevalensi (H1)

Kesadaran (H2)

Terapi (H3)

J. Pengujian Hipotesis

Gambar 7. Pengujian hipotesis Keterangan:

P1 : proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi antihipertensi responden merokok; tidak olahraga; tidak mengatur pola makan; BMI >25; adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular.

P2 : proporsi prevalensi, kesadaran dan terapi antihipertensi responden yang tidak merokok; berolahraga; mengatur pola makan; BMI ≤25; tidak ada penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular.

K. Kelemahan dan Kesulitan selama Penelitian Tabel IV. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian

Kelemahan Penelitian Kesulitan Penelitian Pengukuran tekanan darah responden

hanya dilakukan sekali saja, sehingga hasil tekanan darah yang diukur tidak secara langsung dikatakan bahwa responden menderita hipertensi.

Ketidaklancaran peneliti dalam menggunakan bahasa daerah setempat menyebabkan komunikasi antara peneliti dengan responden mengalami kesulitan.

Peneliti tidak mengikuti kegiatan/aktivitas sehari-hari responden, yang akan berpengaruh ketika dilakukan pengukuran tekanan darah.

Pencarian responden untuk dilakukan pengukuran tekanan darah pada sore hari agak sulit dilakukan karena pada jam-jam tersebut, kebanyakan masyarakat Padukuhan Kadirojo II masih melaksanakan aktivitas sehari-hari mereka di tempat kerja.

H0 : P1≤P2


(57)

38 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Padukuhan Kadirojo II terletak di kelurahan Purwomartani (12,05km2), Kecamatan Kalasan (35,84km2), Kabupaten Sleman (574,82km2), Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (3185,80km2).

Tabel V. Profil responden penelitian (n=200) di Padukuhan Kadirojo II

Variabel Hasil

Umur (%) 40-49 tahun 50-59 tahun 60-69 tahun 70-79 tahun ≥80 tahun

33 31 14.5

14 7.5 Jenis Kelamin (%)

Laki-laki 34

BMI (%) <18.5 kg/m2 18.5-24.9 kg/m2 25.0-29.9 kg/m2 30.0 kg/m2

18.0 46.5 26.0 9.5 Mengatur pola makan (%)

Teratur Tidak teratur

54 46 Aktivitas fisik (%)

Teratur Tidak Teratur 39.5 60.5 Merokok (%) Ya Tidak 20.5 79.5 Alkohol (%) Ya Tidak 0.5 99.5 Penyakit penyerta (%)

Ya Tidak

12.5 87.5 Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

139.46±24.20 84.76±13.11


(58)

Adapun data profil 200 responden Padukuhan Kadirojo II terpapar pada tabel di atas. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu menyangkut proporsi prevalensi hipertensi dan kesadaran responden terhadap penyakit darah tinggi atau yang biasa disebut hipertensi serta terapi responden hipertensi di Padukuhan Kadirojo II. Peneliti juga mengangkat mengenai risiko kesehatan yang berpengaruh terhadap hipertensi itu sendiri, karena tujuan dari penelitian ini yaitu peneliti ingin mengevaluasi tingkat prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi serta pengaruh dari faktor risiko kesehatan pada masyarakat di Padukuhan Kadirojo II.

Dari hasil survei yang dilakukan selama tiga bulan di Padukuhan Kadirojo II, peneliti dapat mengevaluasi seperti prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden di padukuhan serta faktor-faktor risiko kesehatan yang mempengaruhi prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi antihipertensi. Pada tabel V di atas, usia 40-49 tahun merupakan usia yang dominan di Padukuhan Kadirojo II (33%) dan proporsi perempuan lebih besar dibandingkan dengan proporsi laki-laki. Masyarakat Padukuhan Kadirojo II yang diambil sebagai subyek penelitian, memiliki pola makan yang teratur dan hanya 20,5% responden yang merokok. Hal ini bisa dipengaruhi oleh jarak dari rumah penduduk dengan tempat pengobatan tidak terlalu jauh, sehingga informasi mengenai kesehatan, baik itu pengobatannya maupun pencegahannya dapat diterima oleh penduduk dengan lebih mudah atau cepat.

Dari data-data awal inilah, peneliti ingin merangkum dan mencari prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi serta perbedaan prevalensi,


(59)

kesadaran, dan terapi responden hipertensi karena faktor risiko kesehatan di Padukuhan Kadirojo II.

Tabel VI. Profil hubungan tekanan darah terhadap umur, jenis kelamin, dan faktor risiko kesehatan (n=200) di Padukuhan Kadirojo II

Variabel Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik p value Umur 40-49 50-59 60-69 163.,3±16,99 154,66±16,56 153,00±10,06 85,95±13,34 85,45±13,70 84,79±12,80

TDS = 0,04* TDD = 0,32 70-79

≥80 155,71±21,41 171,56±24,68

83,89±13,06 78,13±9,10 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 138,29±24,73 140,05±23,99 85,40±14,63 84,42±12,30

TDS = 0,92 TDD = 0,51 BMI (kg/m2)

<18,5 18,5-24,9 25,0-29,9 30.0 138,44±25,61 136,04±22,49 141,38±24,83 152,79±24,58 77,81±9,41 83,63±12,31 88,17±12,59 94,05±16,57

TDS = 0,04* TDD = 0,00*

Mengatur pola makan Teratur Tidak teratur 139,48±22,00 139,44±25,89 83,59±12,47 85,67±13,57

TDS = 0,07 TDD = 0,68 Aktivitas fisik Teratur Tidak Teratur 138,46±25,67 140,11±23,27 84,18±14,27 85,13±12,33

TDS = 0,21 TDD = 0,54 Merokok Ya Tidak 139,15±21,55 139,53±24,89 86.10±12,15 84,41±13,36

TDS = 0,28 TDD = 0,41 Alkohol Ya Tidak 123,00 139,54±24,23 85,00 84,75±13,14

TDS = 0,50 TDD = 0,98 Penyakit penyerta Ya Tidak 148,13±26,23 138,27±23,74 86,71±17,44 84,49±12,44

TDS = 0,55 TDD = 0,18 *signifikan (p<0,05) TDS = Tekanan Darah Sistolik TDD = Tekanan Darah Diastolik

Pada variabel umur, nilai p pada tekanan darah sistolik <0,05 (0,037<0,05). Hal ini menyatakan bahwa data tersebut mempunyai varians yang


(60)

berbeda (uji one way anova). Oleh sebab itu, peneliti melakukan uji post hoc untuk mencari daerah yang berbeda. Hasil yang di dapat yaitu pada umur ≥80 tahun memiliki hubungan yang signifikan dengan umur 50-59; 60-69; 70-79 (0,01; 0,01; 0,04).

Pada variabel BMI juga menunjukkan nilai p<0,05 pada tekanan darah sistolik (0,04<0,05) dan diastolik (0,00<0,05). Pada tekanan darah sistolik, BMI ≥30kg/m2

memiliki hubungan signifikan dengan BMI <18,5kg/m2 dan BMI antara 18,5-24,9kg/m2 (0,03 dan 0,01), dan untuk tekanan darah diastolik, BMI <18,5 memiliki hubungan signifikan dengan BMI antara 18,5-24,9kg/m2; 25,0-29,9kg/m2; ≥30,0kg/m2 (0,02; 0.00; 0,00). Pada BMI antara 18,5-24,9kg/m2 memiliki hubungan signifikan dengan BMI antara 25,0-29,9kg/m2 dan BMI 30,0kg/m2 (0,04 dan 0,001).

A. Prevalensi Hipertensi, Kesadaran, dan Terapi Responden di Padukuhan Kadirojo II

Penelitian di Padukuhan Kadirojo II hampir menyerupai rule of halves. Sebanyak 200 responden (100%) yang dijadikan subyek penelitian, terdapat 100 orang (50%) yang mengidap hipertensi. Responden yang sadar hipertensi sebanyak 51 orang (25,5%) dan responden yang melakukan terapi sebanyak 34 orang (17%). Jika rule of halves teraplikasi pada penelitian ini, maka hasil yang akan didapat yaitu responden hipertensi sebesar 100 orang. Responden yang sadar terhadap hipertensi 50 orang, dan responden yang melakukan terapi hipertensi sebesar 25 orang.


(61)

inklusi: 200 orang (100%).

Responden hipertensi: 100 orang (51%).

Responden tidak sadar hipertensi: 49 orang.

Responden sadar hipertensi: 51 orang

(25,5%). Responden terapi

antihipertensi: 34 orang (17%). Amlodipin 6 orang. Captopril 7 orang. Diovan® (valsartan) 2 orang. Tidak menghafal nama obat 19

orang.

Responden tidak terapi antihipertensi: 17

orang. Responden tidak hipertensi: 100 orang.

Gambar 8. Hasil pengaplikasian Rule of Halves di Padukuhan Kadirojo II

Dari Tabel VI di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi umur seseorang maka tekanan sistoliknya juga akan semakin tinggi. Hal ini berkebalikan dengan tekanan diastolik. Adanya pengaruh dari umur terhadap tekanan sistolik karena adanya perubahan alami pada jantung dan menurunnya elastisitas dari pembuluh darah arteri. Selain itu juga, meningkatnya tekanan darah sistolik di setiap jenjang umur, dapat dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas yang dilakukan ataupun dikarenakan oleh stres.

Perempuan lebih mudah terserang penyakit kardiovaskular. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh hormon estrogen. Seorang perempuan, semakin bertambah usianya maka hormon estrogennya semakin lama akan mengalami penurunan yang dapat memicu terjadinya penyakit kardiovaskular, salah satunya adalah hipertensi. Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui proporsi terapi responden hipertensi di Padukuhan Kadirojo II, pada gambar 8 di


(62)

atas telah menunjukkan jumlah responden yang melakukan terapi obat antihipertensi.

B. Perbedaan Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi karena Faktor Risiko Kesehatan

Tabel VII. Perbedaan prevalensi akibat faktor risiko kesehatan pada responden Padukuhan Kadirojo II (n=100)

Variabel p value

(<0.05) OR

CI 95%

Batas bawah Batas atas BMI

0,28 0,7 0,4 1,3 ≤25kg/m2

>25kg/m2 Aktivitas fisik

0,66 0,9 0,5 1,6 Ya

Tidak Pola makan

0,78 0,9 0,5 1,6 Teratur

Tidak teratur Merokok

0,56 1,2 0,6 2,4 Ya

Tidak

Penyakit penyerta

0,08 2,2 0,9 5,4 Ada

Tidak

Pada faktor risiko kesehatan berupa aktivitas fisik, pola makan, dan merokok, hasil yang didapat tidak signifikan. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan pengacau seperti adanya aktivitas lain yang sering responden lakukan namun tidak diteliti oleh peneliti, pola makan responden di luar jadwal, dan juga adanya pengacau dari perokok pasif. Selain itu, terdapat faktor risiko kesehatan lain berupa pengaruh alkohol yang tidak ditampilkan karena dari total responden, ternyata hanya satu responden yang mengonsumsi alkohol. Oleh sebab itu, peneliti tidak mencantumkan pengaruh alkohol dalam hubungannya dengan hipertensi.


(63)

Tabel VIII. Perbedaan kesadaran terhadap hipertensi akibat faktor risiko kesehatan pada responden Padukuhan Kadirojo II (n=51)

Variabel p value

(<0,05) OR

CI 95%

Batas bawah Batas atas BMI

0,57 1,3 0,6 2,9 ≤25kg/m2

>25kg/m2 Aktivitas fisik

0,57 0,8 0,3 1,8 Ya

Tidak Pola makan

0,11 0,5 0,2 1,2 Teratur

Tidak teratur Merokok

0,28 0,6 0,2 1,6 Ya

Tidak Penyakit penyerta

0,12 2,4 0,8 7,6 Ada

Tidak

Pada tabel VIII di atas, tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara faktor risiko kesehatan dengan kesadaran responden hipertensi. Jika hipotesis (H1) diterima, maka nilai p yang seharusnya diperoleh yaitu <0,05. Hasil yang tidak signifikan ini dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan responden yang masih kurang terhadap penyakit hipertensi dan juga faktor kepatuhan responden hipertensi yang masih rendah dalam menjalankan terapi antihipertensi.

Pada tabel IX di bawah ini juga menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap hubungan antara faktor risiko kesehatan dengan terapi responden hipertensi. Ini ditunjukkan dengan nilai p yang didapat yaitu >0,05. Hasil yang diperoleh ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain yaitu jarak rumah responden dengan tempat pengobatan (rumah sakit/puskesmas) dan juga faktor ekonomi responden. Beberapa responden memiliki jarak yang cukup jauh antara rumah dengan tempat pengobatan di Padukuhan Kadirojo II.


(1)

(2)

Lampiran 8

OUTPUT POST HOC TEST SISTOLIK Variabel

p value

Tukey HSD

Umur (tahun)

40-49

50-59 0,301 60-69 0,328 70-79 0,652

≥80 0,723 50-59

40-49 0,301 60-69 0,998 70-79 1,000

≥80 0,093 60-69

40-49 0,328 50-59 0,998 70-79 0,994

≥80 0,097 70-79

40-49 0,652 50-59 1,000 60-69 0,994

≥80 0,222

≥80

40-49 0,723 50-59 0,093 60-69 0,097 70-79 0,222

LSD

40-49

50-59 0,055 60-69 0,061 70-79 0,176

≥80 0,215 50-59

40-49 0,055 60-69 0,767 70-79 0,853

≥80 0,013 60-69

40-49 0,061 50-59 0,767 70-79 0,678

≥80 0,014 70-79

40-49 0,176 50-59 0,853 60-69 0,678


(3)

≥80

40-49 0,215 50-59 0,013 60-69 0,014 70-79 0,037 Lanjutan tabel lampiran 8

Games-Howell

40-49

50-59 0,263 60-69 0,084 70-79 0,761

≥80 0,875 50-59

40-49 0,263 60-69 0,994 70-79 1.000

≥80 0,363 60-69

40-49 0,084 50-59 0,994 70-79 0,992

≥80 0,275 70-79

40-49 0,761 50-59 1,000 60-69 0,992

≥80 0,530

≥80

40-49 0,875 50-59 0,363 60-69 0,275 70-79 0,530

BMI (Kg/m2)

Tukey HSD

<18,5

18,5-24,9 0,956 25,0-29,9 0,942

≥30 0,151 18,5-24,9

<18,5 0,956 25,0-29,9 0,569

≥30 0,030 25,0-29,9

<18,5 0,942 18,5-24,9 0,569

≥30,0 0,285

≥30,0 18,5-24,9 <18,5 0,151 0,030 25,0-29,9 0,285 LSD

<18,5 18,5-24,9 0,609 25,0-29,9 0,571


(4)

≥30 0,035 18,5-24,9

<18,5 0,609 25,0-29,9 0,198

≥30 0,006 25,0-29,9

<18,5 0,571 18,5-24,9 0,198

≥30,0 0,076

≥30,0 <18,5 0,035

Lanjutan tabel lampiran 8

18,5-24,9 0,006 25,0-29,9 0,076

Games-Howell

<18,5

18,5-24,9 0,960 25,0-29,9 0,950

≥30 0,196 18,5-24,9

<18,5 0,960 25,0-29,9 0,575

≥30 0,051 25,0-29,9

<18,5 0,950 18,5-24,9 0,575

≥30,0 0,327

≥30,0 18,5-24,9 <18,5 0,196 0,051 25,0-29,9 0,327


(5)

Lampiran 9

OUTPUT POST HOC TEST DIASTOLIK Variabel

p value BMI (Kg/m2)

Tukey HSD

<18,5

18,5-24,9 0,081 25,0-29,9 0,001

≥30 0,000 18,5-24,9

<18,5 0,081 25,0-29,9 0,152

≥30 0,005 25,0-29,9

<18,5 0,001 18,5-24,9 0,152

≥30,0 0,291

≥30,0 18,5-24,9 <18,5 0,000 0,005 25,0-29,9 0,291

LSD

<18,5

18,5-24,9 0,001 25,0-29,9 0,078

≥30 0,000 18,5-24,9

<18,5 0,017 25,0-29,9 0,036

≥30 0,001 25,0-29,9

<18,5 0,000 18,5-24,9 0,036

≥30,0 0,078

≥30,0 18,5-24,9 <18,5 0,000 0,001 25,0-29,9 0,078

Games-Howell

<18,5

18,5-24,9 0,025 25,0-29,9 0,000

≥30 0,003 18,5-24,9

<18,5 0,025 25,0-29,9 0,161

≥30 0,072 25,0-29,9

<18,5 0,000 18,5-24,9 0,161

≥30,0 0,508

≥30,0 18,5-24,9 <18,5 0,003 0,072 25,0-29,9 0,508


(6)

62

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul “Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta” ini memiliki nama lengkap Antonia Adeleide Anutopi. Penulis lahir di Kupang pada tanggal 5 Februari 1993 sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah TK St. Yoseph Naikoten II (1998-1999), SDK St. Yoseph III (1999-2005), SMPN 1 Kupang (2005-2008), SMAK Syuradikara Ende (2008-2011), kemudian tahun 2011 penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah penulis aktif dalam beberapa kegiatan dan organisasi antara lain sebagai anggota Unit Kegiatan Fakultas Bidang Olahraga Voli (2012-2013), Panitia Pengambilan Sumpah/Janji Apoteker Angkatan XXV sebagai seksi dekorasi (2013), Panitia Perayaan Pekan Suci 2013 sebagai koordinator seksi liturgi (2013), dan sebagai peserta dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat yang lolos didanai oleh DIKTI (2014).


Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi berdasarkan faktor risiko kesehatan di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor risiko kesehatan).

0 9 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 2 116

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 2 109

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 1 95

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor risiko kesehatan

0 11 93