Efektivitas proghram hatching berbantuan dalam pengembangan embrio mencit in vitro dan in vivo

EFEKTIVITAS PROGRAM HATCHING BERlsANTUAN
DALAM PENGEMBANGAN EMBRIO MENCIT
.
IN WTRO DAN IN VIVO

SIT1 MARIYAM

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTGNIAN BOGOR

BOGOR
2006

ABSTRAK
SIT1 MARTYAM. Efektivitas program hatching berbantuan dalam pengembangan
embrio mencit in vitro dm in vivo. Dibimbing oleh Arief Boediono dan Mozes R.
Toelihere (Alm).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan embrio untuk
berkembang secara in vitro dan in vivo setelah program hatching berbantuan.
Hasil penefitian ini diharapkan bisa sebagai informasi berkenaan dengan

efektivitas program hatching berbmtuan secara mekanik dan enzimatik ddam
upaya optirnalisasi perkembangan embrio pada kultur in vitro dan in vivo.
Embrio morula kompak dipanen pada hari ke-3 kebuntingan. Embrio dibagi
dalam 3 kelornpok: 1) embrio diberi perIakuan dengan manipulasi zona pelusida
secara rnekanik (PZD, Partial Zona Dissection), 2) embrio dengan manipuIasi
zona pelusida secara enzimatik (Pronase 0.25%) d m 3) embrio normal dengan
zona utuh (sebagai kontrol). Embrio dikultur dengan media KSOMaa dalam
inkubator COz 5% pada suhu 37°C. Transfer embrio pada resipien bunting semu
rnelalui bedah punggung dilakukan dibawah anastesi mum. Delapan embrio
ditranfer pada salah satu curnua uteri untuk setiap ekor mencit resipien.
~arameteryang diamati dalam peneli&in ini adalah blastocyst rate,
hatching rate, hafchod rate, periode haitching dan implantation rate: ~ i n ~ k a t
perkembangan embrio mencapai tahap blastosis (blastocyst rate) tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P>0.05), sebesar 99.16%, 98.39%
dm 99.22%, berturut-turut untuk embrio mekanik, enzimatik dm kontrol.
Kelompok embrio hasil nlanipulasi zona pelusida baik secara mekanik dan
enzimatik berhasil hatching (hatching rate) semuanya (loo%), berbeda nyata
(P0.05) pada
kelompok embrio kontrol (0% pada keduanya) dibmding mekanik (0% dan 3%,
berturut-turut mtuk lama kultur 0 dan 12 jam), tapi berbeda nyata (Px0.05) bila

dibandingkan dengan kelompok enzimatik (100%). Pada lama kultur 24 jam
tmpak saling berbcda nyata (P0.05) pada kelompok ernbrio mekanik d m
enzirnatik, tapi berbeda nyata (Pc0.05) bila dibandingkan dengan kelornpok
embrio kontrol, sebesar 100% untuk kelompok embrio rnekanik dm enzimatik
pada ketiga lama kuItur 36,48 dan 60 jam, dan sebesar 44.53%, 75% dan 76.56%
bertuut-turut setelah periode kultur 36, 48 dan 60 jam pada embrio kontral.
Embrio tampak hatching lebih a w l pada kelompok &brio hatching berbantuan,
setelah dikultur in vitro selarna 12, 0 dan 24 jam berturut-turut pada perlakuan
rnekanik, enzimatik dan kontrol. Pada embrio hatching berbantuan secara
mekanik diperoleh embrio hatching tidak berbeda nyata (P>0.05) antara lama
kultur 0 d m 12 jam (berturut-turut sebesar 0% dan 2.54%), akan tetapi berbeda
nyata (P