Optimalisasi Produksi Stroberi dan Sayuran Pada Puncak Berry Farm Agrowisata Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat

OPTIMALISASI PRODUKSI STROBERI DAN SAYURAN
PADA PUNCAK BERRY FARM AGROWISATA CIPANAS,
KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

RATNANTA INDRIYANI CHOIRININGRUM

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Produksi
Stroberi dan Sayuran Pada Puncak Berry Farm Agrowisata Cipanas, Kabupaten
Cianjur Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret2015

Ratnanta Indriyani Choiriningrum
NIM H34124028

*
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan
pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
RATNANTA INDRIYANI CHOIRININGRUM. Optimalisasi Produksi Stroberi
dan Sayuran Pada Puncak Berry Farm Agrowisata Cipanas, Kabupaten Cianjur
Jawa Barat. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.
Puncak Berry Farm merupakan perusahaan agribisnis di Jawa Barat yang
mulai mengembangkan bisnis budidaya stroberi dan sayuran untuk kebutuhan
agrowisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kombinasi produksi yang
mengkasilkan keuntungan yang optimal. Metode analisis yang digunakan pada

penelitian ini adalah Linier Programming (LP) yang berfungsi untuk
pembentukan model tujuan dan kendala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
produksi pada Puncak Berry Farm belum optimal, hal tersebut dapat dilihat dari
nilai sisa polibag yang digunakan untuk produksi, pada kondisi aktual lebih besar
dari nol, sedangkan nilai sisa pada kondisi optimal bernilai nol. Selain itu
sumberdaya pada kondisi optimal masih menunjukkan berlebih, hal ini terlihat
dari nilai slack dan surplus lebih besar dari nol.
Kata kunci: agrowisata, stroberi, sayuran, optimalisasi produksi

ABSTRACT
Ratnanta Indriyani Choiriningrum . Strawberries and vegetables Production
Optimalization at Puncak Berry Farm Agrotourims in Cipanas, Cianjur, West
Java. Supervised by Amzul Rifin .
Puncak Berry Farm is an agribussiness company in west java that developed the
business of strowberries and vegetables cultivating for the needs of its
agrotourims. The study aimed to analyze the combination of productions that
bring in the optimal return. The analysis method that used in this study is Linnear
Programming (LP) which from the models of goals and abstacles function. The
result shows that the residual value of polybag that used for production, in the
actual condition the value greater that zero, while the residual value on the

optimal condition is zero. In the other side, the resource on the optimal condition
shows the excess, it seen from the slack or surplus value that greater that zero.
keyword: agrotourims, production optimalization, stroberries, vegetable

OPTIMALISASI PRODUKSI STROBERI DAN SAYURAN
PADA PUNCAK BERRY FARM AGROWISATA CIPANAS,
KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

RATNANTA INDRIYANI CHOIRININGRUM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSITUT PERTANIAN BOGOR
2015


Judul Skripsi

: Optimalisasi Produksi Stroberi dan Sayuran Pada Puncak Berry
Farm Agrowisata Cipanas, Kabupaten Cianjur,
Provinsi Jawa Barat

Nama

: Ratnanta Indriyani Choiriningrum

NIM

: H34124028

Disetujui oleh

Dr. Amzul Riin,SP. MA
Pembimbing


Diketahui oleh

"

Tanggal Lulus:

·

: I :.�R 2015

PRAKATA

Puji dam syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Optimalisasi Produksi Stroberi
dan Sayuran Pada Puncak Berry Farm Agrowisata Cipanas, Kabupaten Cianjur
Jawa Barat” ini berhasil diselesaikan dengan baik. Penelitian yang dilakukan di
Puncak Berry Farm, Cipanas, Cianjur ini mengangkat tema optimalisasi produksi
dan dilaksanakan sejak pertengahan bulan September 2014 sampai dengan bulan
Januari 2015.
Penyusunan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Amzul
Rifin selaku dosen pembimbing serta Ibu Tintin Sarianti yang telah banyak
memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Heru selaku pemilik sekaligus pimpinan perusahaan Puncak Berry Farm, Pak Haji
beserta seluruh pekerja Puncak Berry Farm yang telah bersedia membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada
ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

Ratnanta Indriyani Choiriningrum

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pola Tanam Holtikultura
Optimalisai Produksi Holtikultura
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Produksi
Kombinasi Produksi Optimal
Optimalisasi
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis dan Pengumpulan data
Formulasi Model
Menentukan Fungsi Tujuan

Menentukan Fungsi Kendala
Penentuan Pola Tanam
Metode Analisis Data
Analisis Primal
Analisis Dual
Analisis Sensitivitas
Analisis Post Optimal
DESKRIPSI PUNCAK BERRY FARM
Sejarah dan Perkembangan Puncak Berry Farm
Organisasi dan Manajemen Perusahaan
Sumberdaya Perusahaan
Lahan dan bangunan
Karyawan
Peralatan dan Perlengkapan
Permodalan
Teknis dan Teknologi Produksi
Kegiatan Bisnis Budidaya Tanaman Stroberi
Kegiatan Bisnis Budidaya Sayuran
ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BUAH DAN SAYUR PADA
PUNCAK BERRY FARM

Perumusan Model

ii
iii
iii
1
1
4
7
7
7
8
8
9
10
10
10
10
12
15

18
18
18
18
18
19
19
21
22
23
23
23
23
24
24
24
27
27
28
28

31
32
32
40
41
41

ii

Perumusan Fungsi Tujuan
Perumusan Fungsi Kendala
Keputusan Produksi Aktual dan Optimal
Produksi Aktual
Keputusan Produksi optimal
Analisis penggunaan sumberdaya (analisis dual)
Analisis Perubahan Keuntungan dan Ketersediaan Sumberdaya
Analisis perubahan keuntungan
Analisis perubahan ketersediaan sumberdaya
Skenario pengurangan Ketersediaan Bibit dan Peningkatan biaya Bibit
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

41
46
56
56
56
57
61
61
61
62
64
64
64
66
67
76

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Produksi Buah Dan Sayur Di Jawa Barat Tahun 2011-2013
1
Jumlah Penduduk Propinsi Jawa Barat Periode 2008-2010
2
Harga Buah Dan Sayur Puncak Berry Farm
5
Data Produksi Stroberi Dan Sayuran Pada Puncak Berry Farm Tahun 20112013
6
Jumlah Permintaan Stroberi Dan Sayuran Pada Puncak Berry Farm
6
Variable Keputusan Produksi Stroberi Dan Sayur Pada Puncak Berry Farm 19
Perlengkapan Produksi Pada Puncak Berry Farm
30
Perlengkapan Pada Puncak Berry Farm
31
Varietas Tanaman Stroberi
34
Biaya Bibit Per Komoditas
41
Biaya Kapur Dolomit Per Komoditas
42
Biaya Pupuk Npk Mutiara 2577 Per Komoditas
43
Biaya Pupuk Npk Mutiara 1616 Per Komoditas
43
Biaya Pupuk Grower Per Komoditas
44
Penggunaan Bibit Per Komoditas
47
Penggunaan Pupuk Kandang Per Polibag Pada Setiap Komoditas
48
Penggunaan Kapur Dolomite Per Polibag Pada Setiap Komoditas
48
Penggunaan Pupuk Npk Mutiara 2577 Per Polibag Pada Setiap Komoditas 49
Penggunaan Pupuk Npk Mutiara 1616 Per Polibag Pada Setiap Komoditas 49
Penggunaan Pupuk Grower Per Polibag Pada Setiap Komoditas
50
Penggunaan Pestisida Amistartop Per Polibag Pada Setiap Komoditas
51
Penggunaan Pestisida Anvil Per Polibag Pada Setiap Komoditas
51

iii

23 Penggunaan Pestisida Dithane Per Polibag Pada Setiap Komoditas
52
24 Penggunaan Pestisida Daconil Per Polibag Pada Setiap Komoditas
52
25 Penggunaan Pestisida Preveton Per Polibag Pada Masing-Masing Komoditas
53
26 Penggunaan Pestisida Apsa Per Polibag Pada Masing-Masing Komoditas 53
27 Penggunaan Pestida Bamex Per Polibag Pada Masing-Masing Komoditas 54
28 Penggunaan Hok Per Polibag Pada Masing-Masing Komoditas
55
29 Perbedaan Jumlah Produksi Pada Kondisi Aktual Dan Optimal
56
30 Tingkat Penggunaan Polibag Pada Kondisi Aktual Dan Optimal
58
31 Tingkat Penggunaan Bibit Pada Kondisi Aktual Dan Optimal
58
32 Tingkat Penggunaan Pupuk Pada Kondisi Aktual Dan Optimal
59
33 Tingkat Penggunaan Pestisida Pada Kondisi Aktual Dan Optimal
60
34 Penjualan Stroberi Dan Sayuran Pada Kondisi Optimal
60
35 Batas Peningkatan Dan Penurunan Sumberdaya Pada Puncak Berry Farm 62
36 Penggunaan Bibit Dan Harga Benih Pada Masing-Masing Komoditas
63
37 Analisis Pengaruh Ketersediaan Dan Peningkatan Biaya Bibit
63

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kurva Batas Kemungkinan
Kombinasi Output Yang Efisien
Kerangka Pemikiran Operasional
Struktur Organisasi Pada Puncak Berry Farm
Pengisian Media Tanah
Pengapuran
Penyiangan Tanaman
Pemangkasan Tanaman
Penyiraman Tanaman

11
11
17
25
35
36
37
38
39

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Pola Tanam Stroberi Dan Sayuran Pada Puncak Berry Farm
Keuntungan Per Polibag Pada Puncak Berry Farm
Masukan Linier Progamming
Keluaran Linier Programming
Keluaran Lindo Setelah Terjadi Perubahan Skenario

68
69
71
72
74

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi pertanian di Jawa Barat tersebar secara merata di seluruh daerah,
yang meliputi komoditas padi, palawija, dan hortikultura. Selain itu, jenis sayuran
dan buah-buahan di daerah Jawa Barat memiliki potensi yang sangat menjanjikan.
Sementara hasil produksi sayuran dan buah di Jawa Barat dari tahun 2011-2013
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Produksi buah dan sayur di Jawa Barat tahun 2011-2013

Tahun
2011
2012
2013

Komoditas
Buah (Ton)
17.613.467
18.015.271
18.767.424
Sumber : Data olah BPS, 2014

Sayuran (Ton)
10.871.224
10.939.752
11.415.623

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa dari tahun 2011-2013 produksi buah dan
sayur rata-rata mengalami kenaikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa daerah
Jawa Barat memiliki potensi yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan secara
optimal. Hasil buah-buahan dan sayur-sayuran merata di seluruh daerah
kabupaten yang ada di Jabar. Jika semua itu dapat dikembangkan melalui program
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian serta dikelola secara profesional dengan
peralatan yang lebih modern, daerah Jawa Barat akan mendapat tambahan
penghasilan yang besar dari sektor pertanian. Apalagi kalau hasil pertanian itu
diekspor ke negera lain, hasilnya akan menambah devisa negara dalam jumlah
cukup besar.
Pada triwulan I 2013, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat meningkat
dari 5,5% pada triwulan IV 2012 menjadi 5,9%.1 Dari sisi permintaan, sumber
pertumbuhan ekonomi berasal dari akseleratifnya kinerja ekspor neto, peningkatan
investasi. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), dan perbaikan realisasi
konsumsi pemerintah. Hal ini juga didukung dengan masih solidnya konsumsi
rumah tangga. Sementara itu, dari sisi penawaran, faktor dominan yang
mendukung peningkatan laju pertumbuhan ekonomi adalah perbaikan kinerja
sektor pertanian dan peningkatan produksi industri manufaktur. Di lain pihak,
sektor ekonomi dominan lainnya yakni Perdagangan, Hotel, dan Restauran (PHR)
serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi mengalami pertumbuhan yang
melambat.
Dalam struktur perekonomian di Jawa Barat, sektor pertanian merupakan
sektor dominan kedua terbesar setelah industri. Jika hasil pertanian pangan,
termasuk hasil sayur-sayuran dan buah-buahan ini dapat dibudidayakan melalui
teknologi canggih, daerah Jabar bisa seperti Thailand. Distribusi PDRB menurut
sektor ekonomi atau lapangan usaha atas dasar harga berlaku menunjukkan
1

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No 10/02/32/Th. XVI, 5 Februari. 2014
(www.jabarprov.go.id). Diakses tanggal 22 Juni 2014

2

peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Tiga sektor utama
yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan
sektor pertanian mempunyai peran sebesar 70,95 persen pada tahun 20132. Hal
tersebut membuktikan bahwa peran dari sektor pertanian masih dapat
dikembangkan.
Jumlah penduduk Jawa Barat menurut BPS Provinsi Jawa Barat Tahun
2012 mencapai 44.548.431 jiwa atau 18,24% penduduk Indonesia, terdiri dari
laki-laki sebanyak 22.609.621 jiwa dan perempuan sebanyak 21.938.810 jiwa
(Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat, 2013). Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
Jawa Barat pada periode 2007-2012 berfluktuasi dan lebih tinggi dari LPP
Nasional.3 Peningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi di
Jawa Barat menyebabkan permintaan terhadap hasil pertanian buah dan sayur
sebagai sumber protein nabati semakin meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan permintaan buah dan sayur meningkat. Jumlah penduduk Jawa
Barat tahun 2008-2010 dapat dilihat pada tabel 2.
No
1.
2.
3.

Tabel 2 Jumlah penduduk Propinsi Jawa Barat Periode 2008-2010
Tahun
Jumlah (Ribu Jiwa)
2008
40 918.29
2009
41 501.56
2010
43 053.70
Sumber : BPS, 2014

Komoditas hortikultura dapat digunakan sebagai sumber pangan dan gizi,
sumber perekonomian, dan sumber estetika. Sebagai sumber pangan dan gizi, hal
ini sangat penting karena semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia
maka kebutuhan akan pangan pun akan semakin bertambah. Kebutuhan pangan
harus selalu dipenuhi karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia.
Berdasarkan Ashari (1995) kebutuhan pangan karbohidrat masyarakat Indonesia
dapat dikatakan cukup namun kebutuhan protein, vitamin, dan mineral masih
dibawah tingkat kecukupan. Sumber vitamin tersebut dapat dipenuhi dengan
mengkonsumsi komoditas hortikultura berupa sayuran dan buah-buahan.
Konsumsi rumah tangga tumbuh solid pada triwulan I-2013, yakni
mencapai 4,0%. Sumbangan konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang
pertumbuhan perekonomian Jawa Barat dan memberikan sumbangan sebesar
2,5% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan berjalan yang mencapai 5,9%.4
Kuatnya konsumsi rumah tangga didorong oleh persepsi konsumen atas kondisi
perekonomian yang masih optimis, peningkatan kesejahteraan, stabilitas
makroekonomi, dan tren penurunan angka pengangguran.

2

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No 10/02/32/Th. XVI, 5 Februari. 2014
(www.jabarprov.go.id). Diakses tanggal 22 Juni 2014.
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2018. (www.jabarprov.go.id). Diakses tanggal 21
Juni 2014

3

4

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2013. (www.bi.go.id). Diakses tanggal
28 Juni 2014

3

Salah satu daerah produksi sayuran dan buah di Jawa Barat, adalah
Kabupaten Cianjur. Keadaan agroklimatologis Kabupaten Cianjur yang sangat
mendukung untuk produksi sayuran dan buah, karena Cianjur terdapat pada
daerah dataran tinggi serta mempunyai tingkat curah hujan yang cukup.
Sebagaimana daerah beriklim tropis, maka di wilayah Cianjur utara tumbuh subur
tanaman sayuran, teh dan tanaman hias. Di wilayah Cianjur Tengah tumbuh
dengan baik tanaman padi, kelapa dan buah-buahan. Sedangkan di wilayah
Cianjur Selatan tumbuh tanaman palawija, perkebunan teh, karet, aren, cokelat,
kelapa serta tanaman buah-buahan. Potensi lain di wilayah Cianjur Selatan antara
lain obyek wisata pantai yang masih alami dan menantang investasi.
Sebagai daerah agraris yang pembangunannya bertumpu pada sektor
pertanian, Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah swa-sembada padi.
Produksi padi pertahun sekitar 625 000 ton dan dari jumlah sebesar itu telah
dikurangi kebutuhan konsumsi lokal dan benih, masih memperoleh surplus padi
sekitar 40 persen.5 Produksi pertanian padi terdapat hampir di seluruh wilayah
Cianjur. Kecuali di Kecamatan Pacet dan Sukanagara. Di kedua Kecamatan ini,
didominasi oleh tanaman sayuran dan tanaman hias. Dari wilayah ini pula setiap
hari belasan ton sayur mayur dipasok ke Jabotabek.
Salah satu buah yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah stroberi.
Stroberi merupakan salah satu tanaman hortikultura, daya pikatnya terletak pada
warnanya yang mencolok dan rasanya manis masam segar. Usaha budidaya
stroberi di Indonesia belum dilakukan secara optimal karena banyak petani yang
masih belum tahu cara pembudidayaan yang baik. Budidaya stroberi telah dicoba
oleh beberapa petani di Indonesia khususnya didaerah dataran tinggi Sukabumi,
Cianjur, Cipanas, dan Lembang (Jawa Barat), serta batu (Jawa Timur) dan
Bedugul (Bali).
Strawberry dikenal dengan nama arbei yang berasal dari bahasa Belanda,
aardbei yaitu sebuah genus tumbuhan dalam keluarga Rosaceae. Di Indonesia,
buah ini disebut “stroberi”.Stroberi merupakan tanaman buah berupa herbal yang
ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Tanaman stroberi telah dikenal sejak
zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Stroberi merupakan
berry yang paling terkenal dari semua beryy dan termasuk tanaman semak. Nama
latin buah lambang cinta ini adalah Fragaria. Nama tersebut berkaitan dengan
„fragrance‟ atau „aroma‟. Sedangkan nama strawberry berasal dari bahasa Inggris
kuno straw atau “straw” dan berige atau “berry”. Alasan pemberian nama ini
masih tidak jelas. Konon nama tersebut berkaitan denga „straw‟ alias merang yang
dipakai untuk mengalasi buah strawberry.
Potensi budidaya stroberi didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai
dengan pertumbuhan tanaman. Seperti Jawa Barat (Jabar) yang sudah cukup lama
jadi produsen stroberi jenis lokal. Artinya, kawasan ini jadi sentra stroberi seperti
halnya di Lembang. Tak sedikit yang memanfaatkan lokasi ini sebagai lahan
budidaya stroberi. Bahkan terlihat orang berbondong-bondong ke daerah puncak
ini hanya untuk meluangkan waktu liburan sambil menikmati stroberi.
Perkembangan budidaya stroberi di Indonesia memiliki titik terang dimana tingkat
pertumbuhan petani stroberi terus meningkat didaerah Bandung Selatan. Tetapi
5

Profile daerah Kabupaten Cianjur. (http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1043). Diakses
tanggal 24 Juni 2014.

4

sayangnya petani masih menggunakan pola tanam yang sifatnya konvensional.
Dimana kelemahannya tanaman dapat dengan mudah terserang hama dan
penyakit.
Salah satu pembudidaya pertanian hortikultura di daerah cianjur adalah
Puncak Berry Farm. Selain sebagai pembudidaya tanaman hortikultura, Puncak
Berry Farm adalah salah satu tempat agrowisata di daerah Cianjur. Agrowisata
yang ditawarkan oleh Puncak Berry Farm adalah wisata petik buah dan sayuran.
Komoditas yang dbudidayakan pada Puncak Berry Farm ini adalah stroberi
sebagai komoditas utama, serta sayuran sebagai komoditas penunjang. Puncak
Berry Farm berada di kawasan wisata serta berada di lokasi yang strategis yaitu di
dalam perumahan Green Apple. Lokasi tersebut juga mudah untuk ditemukan
karena berada di pusat kota Cipanas.
Sebagai tempat yang menawarkan wisata petik langsung kepada
pengunjung yang datang, Puncak Berry Farm harus selalu menyediakan stock
buah dan sayuran yang akan dipetik, sehingga tidak membuat kecewa para
pengunjung yang akan berwisata. Sehingga Puncak Berry Farm dalam
berproduksi tentu saja membutuhkan perencanaan yang matang agar pembudidaya
dapat memaksimumkan keuntungan dengan kendala-kendala yang ada.
Perencanaan tersebut dimaksudkan agar ketersediaan buah dan sayur selalu ada.

Perumusan Masalah
Puncak Berry Farm merupakan jenis usaha yang menghasilkan stroberi dan
beberapa sayuran segar. Usaha ini juga memberikan kesempatan kepada para
konsumen yang ingin memetik stroberi dan sayuran segar secara langsung di
perkebunan, sehingga usaha ini juga dikenal sebagai tempat wisata yang menjadi
alternatif pilihan banyak wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan
asing. Para wisatawan mengenal tempat ini dengan nama Sweetberry Agrowisata.
Tujuan utama Puncak Berry Farm dalam menjalankan kegiatan produksi
buah stroberi dan sayuran adalah mencapai keuntungan yang maksimal. Untuk
memaksimalkan keuntungan dapat dicapai dengan mengoptimumkan produksi
dari produksi buah stroberi dan kedelapan sayuran yang diproduksi. Adapun
keputusan produksi buah stroberi dan delapan sayuran tersebut dapat dipengaruhi
oleh harga, biaya dan ketersediaan sumberdaya input produksi yang dimiliki
Puncak Berry Farm. Selain itu karena perusahan yang didirikan sudah lama
dirintis perusahaan ingin melihat apakah perencanaan yang selama ini dijalankan
sudah membuat perusahaan mencapai keuntungan maksimal.
Pada awalnya Puncak Berry Farm memulai usaha produksi buah dan
sayuran dengan satu buah stroberi dengan komoditi utama serta enam jenis
sayuran. Sejalan dengan perkembangannya Puncak Berry Farm menambah dua
jenis sayuran untuk diproduksi. Adapun jenis sayuran tersebut antara lain sawi
dan pokcoy. Penambahan dua jenis sayuran yang diproduksi mengakibatkan
penambahan sumberdaya input harus dialokasikan sedemikian rupa, sehingga
dapat menghasilkan output yang paling optimal guna mencapai keuntungan
maksimal.
Proses produksi buah stroberi dan sayuran memerlukan input produksi.
Adapun input produksi tersebut antara lain bibit buah stroberi dan sayuran, lahan,

5

karung, pestisida, obat-obatan dan tenaga kerja. Dalam keadaan aktual stoberi dan
kedelapan sayuran menggunakan input poduksi secara bersama-sama, sehingga
terjadi persaingan dalam penggunaan input-input produksi tersebut. Input
produksi seperti lahan dan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan lahan yang dimiliki
oleh Puncak Berry Farm, tidak dapat di perluas sehingga terjadi keterbatasan
lahan. Selain lahan yang tidak dapat diperluas, lahan yang dipergunakan oleh
Puncak Berry Farm status kepemilikannya adalah menyewa, sehingga ini akan
menjadi kendala dalan usaha yang dijalankan oleh Puncak Berry Farm. Selain itu
penggunaan tenaga kerja yang secara bersama-sama dapat menjadi kendala
dikarenakan kesalahan tenaga kerja dalam penanganan tanaman. Untuk itu
perusahaan harus mengalokasikan sumberdaya tersebut secara tepat untuk
mencapaian tujuan perusahaan.
Stroberi dan kedelapan sayuran yang diproduksi memiliki harga yang
bervariasi disetiap jenisnya. Tingkat harga dari stroberi dan masing-masing
sayuran akan mempengaruhi tingkat keuntungannya. Adapun tabel harga stroberi
dan sayuran dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Harga buah dan sayur Puncak Berry Farm
No
Jenis buah dan sayur
1
Stroberi
2
Brokoli
3
Terong
4
Daun bawang
5
Pakcoy
6
Cabai
7
Kol
8
Kembang Kol
9
Sawi Putih
Sumber : Puncak Berry Farm, September 2014

Harga buah dan sayur (Rp/kg)
65 000
15 000
6 000
6 000
6 000
30 000
6 000
15 000
6 000

Pada tabel 3 terlihat harga stroberi dan sayuran yang bervarisi pada setiap
jenisnya. Harga stroberi dan cabe memiliki harga tertinggi diantara kedelapan
jenis sayuran yang lain. Sedangkan pada sayuran terong, daun bawang, pakcoy,
kol, dan sawi memiliki tingkat harga yang sama yaitu sebesar Rp 6 000,- per kg.
Selain itu jumlah, jumlah permintaan dan produksi yang dihasilkan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keuntungan yang
diperoleh perusahaan. Hal ini disebabkan karena produksi sangat dipengaruhi oleh
produktivitas tanaman dan jumlah tanaman yang ditanam. Jumlah Produksi
stroberi dan sayuran pada Puncak Berry Farm selama tahun 2011-2013 dapat
dilihat pada tabel 4.

6

Tabel 4 Data Produksi Stroberi dan Sayuran pada Puncak Berry Farm tahun 2011-2013
Komoditas
Stroberi
Brokoli
Terong
Daun bawang
Pakcoy
Cabai
Kol
Kembang Kol
Sawi Putih

Jumlah Produksi (kg)
2011
5271,42
1997,92
142,71
428,13
499,48
142,71
499,48
1855,21
499,48

2012

2013
6367,036
3914,08
279,58
838,73
978,52
279,58
978,52
3634,50
978,52

4389,808333
2119,22
151,37
454,12
529,80
151,37
529,80
1967,84
529,80

Sumber : Puncak Berry Farm, 2014

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa semua komoditas produksinya
berfluktuasi. Jumlah produksi stroberi dan sayuran berfluktuasi tersebut
dipengaruhi oleh jumlah permintaan terhadap stroberi dan sayuran yang sesuai
dengan rencana produksi perusahaan. Jumlah produksi yang dihasilkan oleh
Puncak Berry Farm pada umumnya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
permintaan. Untuk memenuhi jumlah permintaan, maka perusahaan mengambil
produksi dari petani yang bermitra dengan perusahaan. Jumlah permintaan pada
Puncak Berry Farm selama tahun 2011-2013 dapat kita lihat pada tabel 5.
Tabel 5 Jumlah Permintaan Stroberi dan Sayuran pada Puncak Berry Farm
Tahun 2011-2013
Komoditas
Stroberi
Brokoli
Terong
Daun bawang
Pakcoy
Cabai
Kol
Kembang Kol
Sawi Putih

Jumlah Permintaan (kg)
2011
6852,85
2597,30
185,52
556,56
649,33
185,52
649,33
2411,78
649,33

2012

2013
7003,74
4305,48
307,53
922,60
1076,37
307,53
1076,37
3997,95
1076,37

8057,73
2320,00
1050,00
984,96
1824,00
294,00
1216,00
1948,80
1216,00

Sumber : Puncak Berry Farm, 2014

Jumlah permintaan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah
produksi merupakan peluang bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan produksi.
Jumlah permintaan yang besar tersebut dijadikan kendala dalam melakukan
optimalisasi produksi karena meskipun merupakan peluang bagi perusahaan untuk
lebih meningkatkan produksi tetapi sekaligus juga menjadi pembatas produksi
supaya produksi tidak melebihi permintaan karena akan dapat mengurangi
keuntungan.
Permasalahan yang telah dikemukakan diatas merupakan penyebab yang
perlu dilakukan evaluasi terhadap kegiatan produksi yang dilakukan oleh Puncak
Berry Farm. Apakah sejauh ini kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan telah
mencapai optimal atau belum. Penambahan jenis sayuran yang diproduksi, variasi
harga jual sayuran, variasi biaya serta ketersediaan sumberdaya input produksi
yang dimiliki Puncak Berry Farm menjadikan optimalisasi produksi penting untuk
dilakukan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

7

Berdasarkan hal-hal tersebut maka perumusan masalah pada Puncak Berry Farm
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagaimana kombinasi produksi optimal stroberi dengan sayuran pada
Puncak Berry Farm ?
2. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh Puncak Berry Farm
untuk mencapai kombinasi optimal?
3. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan penjualan
terhadap produksi, sumberdaya, dan keuntungan yang diperoleh Puncak
Berry Farm?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian antara lain:
1. Menganalisis kombinasi produksi optimal stroberi dengan sayuran pada
Puncak Berry Farm
2. Menganalisis alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh Puncak Berry Farm
untuk mencapai kondisi optimal
3. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan penjualan
terhadap produksi, sumberdaya, dan keuntungan yang di peroleh Puncak
Berry Farm

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain adalah:
1. Bagi penulis sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh dari kegiatan perkuliahan dan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
2. Bagi perusahaan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
pada proses pengambilan keputusan pada aspek produksi.
3. Sebagai bahan informasi, pustaka dan pengetahuan mengenai optimalisasi
produksi bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Dalam hal ini peneliti hanya akan melakukan optimalisasi produksi
stroberi dan sayuran yang terdiri dari brokoli, kembang kol, terong, kol, cabe,
daun bawang, sawi, dan pokcoy. Variabel yang diamati berjumlah sembilan
variabel, dimana sembilan variabel tersebut merupakan jenis buah dan sayur yang
diproduksi oleh Puncak Berry Farm. Lokasi penelitian yaitu pada Puncak Berry
Farm yang berlokasi di Green Apple.
Model yang dibangun dalam penelitian ini tidak memiliki dimensi waktu
sehingga waktu produksi diabaikan. Pada kondisi aktual produksi stroberi dan
sayuran dapat dipengaruhi oleh musim dan penggunaan input yang berbeda.
model yang dibangun menyederhanakan kondisi tersebut dimana diasumsikan

8

stroberi dan sayuran diproduksi pada musim kemarau dan tidak adanya dampak
perubahan produksi karena penggunaan input yang berbeda.
Pada model yang dirancang, kendala yang dimasukkan dalam model
antara lain sumberdaya tenaga kerja, lahan, dan berbagai sumberdaya iput. Tidak
dimasukkannya kendala modal dalam penelitian ini merupakan salah satu
keterbatasan dalam penelitian ini. Model yang dibangun ditujukan untuk
memberkan informasi mengenai alokasi optimal sumberdaya tenaga kerja,
sumberdaya lahan, serta sumbedaya input lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Pola Tanam Holtikultura
Penelitian mengenai optimalisasi pola tanam sudah banyak dilakukan.
Hasil penelitian tersebut dapat berfungsi sebagai tambahan informasi bagi
penelitian yang akan dilakukan. Pada umunya penelitian mengenai optimalisasi
pola tanam bertujuan untuk menentukan pola tanam yang optimal sehingga dapat
menghasilkan tingkat keuntungan yang maksimal dengan mempertimbangkan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan (Dede 1985; Aripin 1999; Purba
2000; Friska 2001; Faridah 2001)
Dede (1985) dalam penelitiannya menggunakan data pola tanam
sebelumnya lalu yang telah diuji dan dicoba. Sedangkan Aripin (1999) dan Purba
(2000) dalam penelitiannya membandingkan pola tanam pada petani luas dan
petani sempit. Serta Friska (2001) dan Faridah (2001) membandingkan pola
tanam dengan tanaman semusim.
Untuk memperoleh model dibutuhkan tiga unsur utama yaitu fungsi
tujuan, variabel keputusan, dan kendala. Unsur kendala yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah lahan, tenaga kerja, sumberdaya input, serta modal.
Dalam penelitian Aripin (1999), Purba (2000), dan Faridah (2001) memasukkan
transfer penjualan sebagai kendala. Optimalisasi pola tanam untuk setiap jenis
produk yang dihasilkan memiliki fungsi kendala yang berbeda-beda, tergantung
dari jenis produknya dan keadaan perusahaan.
Analisis yang dapat digunakan dalam linear programming. Berdasarkan
hasil penetitian terdahulu mengenai optimalisasi pola tanam, maka dapat diketahui
bahwa salah satu alat analisis kuantitatif yang dapat membantu dengan baik dalam
penyusunan perencanaan keputusan kombinasi produksi optimal adalah linear
programming.
Penelitian mengenai optimalisasi pola tanam yang telah dilakukan
sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Adapun
perbedaanya terletak pada komoditas yang diteliti yaitu stroberi dan sayuran serta
variabel-variabel kendala yang ada. Sedangkan persamaan penelitian ini dapat
terlihat dari metode analisis yang sama yaitu Linear Programming. Penelitian
terdahulu mempunyai manfaat bagi penelitian ini sebagai bahan referensi dalam
penyusunan fungsi tujuan serta fungsi kendala yang terdapat dalam Linear
Programming.

9

Optimalisai Produksi Holtikultura
Penelitian mengenai optimalisasi produksi telah banyak dilakukan.Hasil
penelitian tersebut dapat berfungsi sebagai tambahan informasi bagi penelitian
yang akan dilakukan. Pada umumnya penelitian mengenai optimalisasi produksi
bertujuan untuk mencari kombinasi produksi yang dapat menghasilkan tingkat
keuntungan yang maksimal dengan mempertimbangkan sumberdaya yang
dimiliki oleh perusahaan (Irawan 2001; Silalahi 2006; Mariyati 2008; Lestari
2009).
Linear programming merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
untuk memecahkan permasahan optimalisasi tersebut. Lestari (2009) dan Silalahi
(2006) menggunakan metode
linear programming untuk memecahkan
permasahan optimalisasi dalam penelitiannya, sedangkan Irawan (2001) dalam
tesisnya menggunakan metode
goal programming
untuk memecahkan
permasalahan optimalisasi produksi bibit tanaman dengan bioteknologi sistem
kultur jaringan pada PT Dafa Teknoagro Mandiri.
Untuk memperoleh model linear programming dibutuhkan tiga unsur
utama yaitu fungsi tujuan, variabel keputusan, dan kendala.Variabel keputusan
yang digunakan dalam suatu penelitian dapat berupa jenis komoditas (Lestari
2009; Irawan 2001; Maryati 2008). Selain komoditas yang dijadikan sebagai
variabel keputusan, dimensi waktu juga dapat dijadikan sebagai variabel
keputusannya. Silalahi (2006), menggunakan dimensi waktu dari triwulan 1
sampai triwulan 12.
Optimalisasi produksi untuk setiap jenis produk yang dihasilkan memiliki
fungsi kendala yang berbeda-beda, tergantung dari jenis produknya dan keadaan
perusahaan.Pada berbagai penelitian terdahulu yang terkait dengan optimalisasi
produksi dengan menggunakan linear programmingvariabel yang digunakan
sebagai kendala pada umumnya adalah lahan, bibit, pupuk, pestisida, media
tanam, dan tenaga kerja. Irawan (2001) juga memasukan kendala mesin, ruang
stock dan ruang pendingin. Selain kendala umum tersebut Irawan (2001) dan
Lestari (2009) memasukan kendala permintaan pasar sehingga terdapat batasan
jumlah yang akan diproduksi. Batas minimum jumlah yang harus produksi dan
modal juga dapat dimasukan menjadi kendala (Silalahi, 2006)
Analisis yang dapat digunakan dalam linear programming yaitu analisis
primal, dual, dan sensitivitas. Akan tetapi, dapat pula dilengkapi dengan analisis
post optimal (Irawan 2001; Silalahi 2006; Mariyati 2008; Lestari 2009).
Berdasarkan hasil penetitian terdahulu mengenai optimalisasi produksi, maka
dapat diketahui bahwa salah satu alat analisis kuantitatif yang dapat membantu
dengan baik dalam penyusunan perencanaan keputusan kombinasi produksi
optimal adalah linear programming.
Penyusunan produksi optimal akan mengahasilkan suatu jawaban atau
solusi optimal. Solusi optimal yang diperoleh dari model yang terbentuk dapat
berbeda dengan kondisi aktual yang ada pada perusahaan.Silalahi (2006)
menyatakan bahwa berdasarkan model yang dibentuk terdapat adanya perbedaan
tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Penelitian tersebut menyebutkan
bahwa solusi optimal mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi produksi aktual yang ada dalam perusahaan. Hal
tersebut juga terjadi pada penelitian Irawan (2001), Mariyati (2008), dan Lestari

10

(2009) yang menyebutkan bahwa pada kondisi produksi yang optimal mampu
menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi
aktual.
Penelitian mengenai optimalisasi
produksi yang telah dilakukan
sebelumnya memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Adapun
perbedaanya terletak pada komoditas yang diteliti yaitu stroberi dan sayuran serta
variabel-variabel kendala yang ada. Sedangkan persamaan penelitian ini dapat
terlihat dari metode analisis yang sama yaitu Linear Programming. Penelitian
terdahulu mempunyai manfaat bagi penelitian ini sebagai bahan referensi dalam
penyusunan fungsi tujuan serta fungsi kendala yang terdapat dalam Linear
Programming.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Produksi
Produksi secara umum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses
yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output). Sedangkan
dalam arti sempit produksi hanya dimaksudkan sebagai kegiatan pengolahan
dalam pabrik yang menghasilkan produk berupa barang jadi atau barang setengah
jadi, barang industri maupun komponen komponen penunjang.
Fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara jumlah input dengan
jumlah output. Menurut Nicholson (2002) fungsi produksi, menjelaskan bauran
berbagai input untuk menghasilkan output. Dalam bentuk matematika sederhana,
fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = f(K,L,…,n)
Dimana :
Q
= Output yang dihasilkan selama satu periode tertentu
K
= Kapital (modal)
L
= Labour (jam tenaga kerja)
N
= Faktor lain yang mempengaruhi produksi
Kombinasi Produksi Optimal
Penentuan kombinasi produksi optimal untuk memperoleh keuntungan
maksimum dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi dan garis
isorevenue. Menurut Lipsey (1995) kurva kemungkinan produksi mengungkapkan
tiga konsep, yaitu kelangkaan (scarcity), pilihan (choice), dan opportunity cost.
Kelangkaan ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak dapat dicapai
melebihi batas. Pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih berbagai titiktitik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas.Opportunity Cost merupakan
keputusan memproduksi satu barang lebih sedikit agar dapat memproduksi barang
lain dalam jumlah yang banyak dan pada kurva diperlihatkan oleh kemiringan
batas tersebut kekanan bawah.

11

Batas kemungkinan produksi memisahkan kombinasi output yang bisa
dicapai atau dipilih (titik a, b, dan c) dan kombinasi output yang tidak bias dicapai
(titik d) dapat dilihat pada Gambar 1. Kurva kemungkinan produksi mempunyai
slope negatif karena sumberdaya bersifat terbatas. Artinya satu jenis barang bisa
diproduksi lebih banyak hanya jika barang lain diproduksi lebih sedikit

Gambar 1 Kurva Batas kemungkinan
Sumber : Lipsey,et al., 1995

Menurut Nicholson (1999), kurva kemungkinan produksi disebut juga
isoquant karena masing-masing titik dalam kurva menunjukkan kombinasi input
yang akan menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Garis isoquant
merupakan garis yang menunjukkan kombinasi output yang dapat dijual
perusahaan yang akan memberikan penerimaan tertentu.

Gambar 2 Kombinasi output yang efisien
Sumber : Lipsey, et al., 1995

Gambar 2 memperlihatkan kurva kemungkinan produksi untuk X dan Y
ditunjukkan oleh daerah OAEB. Garis isorevenue ditunjukkan oleh garis TR1 dan
TR2 (TR2>TR1). Kombinasi produksi optimal diperoleh pada saat kurva
kemungkinan produksi bersinggungan dengan garis isorevenue (titik E).
Kombinasi produksi di titik E sebesar d untuk barang X dan sebesar c untuk

12

barang Y. Pada titik ini total penerimaan yang diterima perusahaan sudah
maksimal yaitu sebesar TR2. Jika kombinasi produksi dititik a dan b maka
penerimaan perusahaan tidak maksimal yaitu sebesar TR1.
Pola Tanam
Pola tanam adalah suatu usaha penanaman pada suatu bidang lahan dengan
mengatur pola pertanaman. Pola pertanaman adalah suatu susunan tata letak dan
tata urutan tanaman pada sebidang lahan selama periode tertentu, termasuk
didalamnya masa pengolahan tanah dan bera (Setjanta, 1983).
Selanjutnya Tahir (1974) menyatakan bahwa pola tanam adalah suatu pola
bercocok tanam selama setahun atau lebih dan atau kurang yang terdiri dari
beberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir,
bersisipan atau secara bertumpangsari dengan maksud untuk meningkatkan
produksi usahatani atau meningkatkan pendapatan petani tiap satuan luas per
satuan waktu. Pada dasarnya yang perlu diperhatikan dalam perencanaan prediksi
atau pengaturan pola tanam adalah bahwa semua kombinasi tanaman harus dapat
memenuhi persyaratan teknis, lingkungan, ekonomi dan sosial seperti pemilihan
jenis tanaman yang sesuai dengan sifat-sifat lahan, iklim, dan memiliki komoditas
yang ekonomis.
Menurut Kuntjoro (1977) tujuan petani memilih pola tanam tertentu bagi
usahataninya adalah untuk memenuhi konsumsi keluarga, memperoleh
pendapatan tunai, meratakan penyebaran kerja, dan mengurangi resiko. Penentuan
pola tanam merupakan salah satu prinsip yang digunakan petani sebagai manajer
dalam mengelola usahataninya (Hernanto, 1989)
Selanjurnya Suryana dkk. (1990) memberikan batasan konsep diversifikasi
yang berarti perluasan dari suatu produk yang diusahakan selama ini, ke produk
atau industri baru yang sebelumnya tidak diusahakan. Hal ini dilakukan untuk
meminimumkan resiko karena menggantungkan hasil usaha hanya pada satu jenis
produk saja akan lebih riskan, dibanding dengan melakukan usaha berbagai
komoditas, diversifikasi juga dilakukan untuk menghindari akibat buruk dari
fluktuasi ekonomi.
Optimalisasi
Nicholson (1992) menyatakan optimalisasi atau optimasi merupakan alat
yang penting untuk mengembangkan model-model yang mengasumsikan bahwa
para pelaku ekonomi secara rasional mengejar sasaran tertentu seperti
memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Memaksimumkan
keuntungan dilakukan dengan menggunakan atau mengalokasikan masukan
(biaya) tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Sedangkan
meminimumkan biaya dilakukan dengan cara menggunakan masukan (biaya)
yang paling minimum untuk menghasilkan tingkat output tertentu.
Persoalan optimalisasi terbagi atas dua jenis yaitu optimalisasi dengan
kendala atau tanpa kendala. Optimalisasi dengan kendala membagi solusi optimal
menjadi maksimisasi terkendala (memaksimumkan sesuatu dengan adanya
kendala) dan minimisasi kendala (meminimumkan sesuatu dengan adanya
kendala). Sedangkan optimalisasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi
kendala terhadap pencapaian fungsi tujuan diabaikan sehingga penentuan nilai
maksimum atau minimum tidak terbatas pada pilihan-pilihan yang tersedia.

13

Solusi yang diperoleh dari suatu permasalahan yang dihadapi terkadang
bukan merupakan solusi yang terbaik. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala
yang bersifat fisik maupun teknis. Linear programming merupakan salah satu
teknis optimalisasi yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah optimalisasi
terkendala. Kelebihan cara ini berasal dari kemampuan computer untuk mengolah
data yang banyak dengan cara efisien. Linear Programming dengan program
komputer memberikan kemungkinan untuk mengolah secara efisien sehingga
percobaan untuk mengganti beberapa perubahan variable dapat dilakukan dalam
waktu yang relatif singkat dan dampaknya dapat diketahui.Kelamahan Linear
Programming terletak pada masalah yang dapat dipecahkan. Linear Programming
hanya dapat digunakan pada masalah-masalah yang tujuannya unidimensional
(tujuan tunggal).
Menurut Soekartawi (1991) optimalisasi penggunaan faktor produksi pada
prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi seefisien mungkin.
Penggunaan faktor produksi (input) tersebut merupakan upaya menggunakan
input (bahan baku, tenaga kerja, mesin dan modal) secara efisien. Menurut Buffa
dan Sarin (1996) pemograman linear sering digunakan untuk mengalokasikan
sumberdaya yang terbatas atau langka sebagai kegiatan yang saling bersaing
sedemikian sehingga satu kriteria tertentu teroptimasi (minimum atau
maksimum).
Program linear berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai
suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi linier dan beberapa kendala
linier (Mulyono, 1991). Syarat yang harus dipenuhi agar dapat menyusun dan
merumuskan suatu persoalan atau permasalahan yang dihadapi ke dalam model
program linear adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
Tujuan adalah permasalahan yang dihadapi dan ingin dipecahkan serta dicari
jalan keluarnya. Fungsi tujuan dapat berupa dampak positif seperti manfaat,
keuntungan dan kebaikan yang ingin di maksimumkan atau dampak negatif yang
ingin diminimumkan.
2. Alternatif pembanding
Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin di bandingkan seperti
biaya tertinggi dengan biaya terendah, permintaan tertinggi dengan permintaan
terendah.
3. Sumberdaya
Sumberdaya yang dianalisis harus ada dalam keadaan terbatas.Keterbatasan
tersebut disebut sebagai kendala atau syarat ikatan.
4. Perumusan kuantitatif
Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan secara kuantitatif
dalam bentuk model matematika.
5. Keterkaitan variable
Variabel-variabel yang membentuk fungsi tujuan dan kendala harus
mempunyai hubungan fungsional atau hubungan keterkaitan.
Model dasar dari program linear dapat dirumuskan sebagai berikut:
Maksimumkan (minimumkan) :


14

Untuk j = 1,2,3, ..., n
Dengan Syarat

untuk semua



Keterangan :
Xj
Z
cj
bi
aij

: peubah pengambilan keputusan atau (yang ingin dicari: yang tidak
diketahui)
: nilai skalar kriteria pengambilan keputusan ; suatu fungsi tujuan
: parameter yang dijadikan kriteria optimasi, atau koefisien peubah
pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan
: sumberdaya yang terbatas, yang membatasi kegiatan atau usaha yang
bersangkutan ; disebut pula konstanta atau “nilai sebelah kanan” dari
kendala
: koefisien; teknologi peubah pengambilan keputusan (kegiatan yang
bersangkutan) dalam kendala ke-i

Model program linear mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang
harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah program linear menjadi
absah. Asumsi itu menuntut bahwa hubungan fungsional dalam masalah itu
adalah linear dan additif, dapat dibagi dan deterministik.
1. Linierity
Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu dengan
input yang lain besarnya tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi.
2. Proporsionalitas
Asumsi ini menyatakan bahwa jika variabel pengambilan keputusan
(xj)berubah, maka dampak perubahannya menyebar dalam proporsi yang
sama terhadap fungsi tujuan (cjxj) dan juga fungsi kendala (aijxij).
3. Additivitas
Asumsi mensyaratkan bahwa untuk setiap tingkat kegiatan tertentu (xj)nilai
total fungsi sasaran (z) dan pemakaian total dari setiap sumberdaya sama
dengan jumlah kontribusi atau penggunaan sumberdaya oleh setiap kegiatan
yang dilakukan.
4. Divisibilitas
Setiap kegiatan pemrograman linear dapat mengambil sembarang nilai
fraksional. Jadi suatu kegiatan dapat dibagi ke dalam tingkat-tingkat
fraksional. Dengan kata lain, nilai (xj) boleh integer dan non-integer.
5. Deterministik
Semua parameter model (cj, aij, dan bi) diasumsikan diketahui konstan.
Secara tidak langsung mengasumsikan masalah keputusan dalam satu rangka
statis dimana semua parameter diketahui dengan kepastian

15

1.

2.

3.

Dalam program linier terdapat tiga jenis analisis antara lain adalah:
Analisis Primal
Analalisis primal dilakukan untuk mengetahui jumlah kombinasi produk
(Xj)yang terbaik dengan menghasilkan tujuan (Z), dimana tujuan Z tersebut
meminimumkan biaya, risiko-risiko atau memaksimumkan keuntungan,
pendapatan dan sebagainya dengan keterbatasan sumberdaya yang tersedia
(Nasendi dan Anwar,1985).
Analisis Dual
Nilai dual yang dihasilkan dalam analisis dual menunjukkan perubahan dalam
fungsi tujuan apabila sumberdaya tersebut berubah satu satuan. Dari analisis
dual juga dapat diketahui sumberdaya mana saja yang membatasi fungsi
tujuan. Hal tersebut diketahui dengan cara melihat sumberdaya yang
mempunyai nilai dual yang lebih besar dari nol dan sering disebut kendala
aktif (Nasendi dan Anwar, 1985).
Analisis Post Optimal
Analisis post optimal menyangkut analisis terhadap nilai-nilai peubah
pengambilan keputusan sebagai dampak dari perubahan dalam:
a) Perubahan koefisien fungsi tujuan
b) Perubahan koefisien teknologi input atau output
c) Perubahan ketersediaan sumberdaya atau nilai sebelah kanan atau RHS
(Right Hand Side) fungsi kendala
d) Adanya tambahan fungsi kendala baru maupun tambahan peubah
pengambilan keputusan

Analisis post optimal bertujuan untuk memperoleh informasi tentang solusi
optimal yang baru dan yang mungkin sesuai dengan perubahan dalam parameter
model melalui perhitungan tambahan yang minimal.

Kerangka Pemikiran Operasional
Puncak Berry Farm merupakan perusahaan perorangan yang bergerak
dalam bidang agribisnis, yaitu wisata petik buah dan sayur. Produksi buah stroberi
dan berbagai sayuran merupakan salah satu kegiatan yang dijalankan Puncak
Berry Farm. Produksi buah stroberi dan berbagai jenis sayuran ini untuk
memenuhi wisata petik buah stroberi dan sayuran
Puncak Berry Farm memproduksi buah stroberi dan berbagai jenis
sayuran. Adapun jenis sayuran tersebut adalah brokoli, kembang kol, terong, cabe,
daun bawang, kol, sawi, dan pokcoy.
Pada awalnya Puncak Berry Farm memulai usaha dengan memproduksi
buah stroberi saja dan keenam jenis sayuran. Sejalan dengan perkembangan
Puncak Berry Farm menambah dua jenis sayuran untuk diproduksi. Adapun dua
jenis sayuran tersebut adalah sebagai berikut sawi dan pokcoy. Penambahan
produk yang akan dihasilkan mengakibatkan kompetisi penggunaan sumberdaya
yang tersedia semakin meningkat. Kompetisi tersebut terjadi dikarenakan
ketersediaan sumberdaya input yang bersifat terbatas, namun jumlah sayuran yang
diproduksi semakin bertambah.

16

Beberapa macam kendala ketersediaan sumberdaya input produksi yang
dihadapi perusahaan akan berdampak pada tujuan utama Puncak Berry Farm.
Adapun kendala tersebut antara lain adalah ketersediaan lahan, ketersedian bibit,
potensi tenaga kerja dan ketersediaan pupuk serta obat. Keuntungan maksimal
yang ingin dicapai perusahaan tidak akan terwujud karena hambatan kendala
tersebut. Oleh karena itu Puncak Berry Farm harus dapat mengalokasikan
sumberdaya produksi yang tersedia dan terbatas jumlahnya kepada buah stroberi
dan kedelapan jenis sayuran yang diproduksi sedemikian rupa agar tujuan
perusahaan tercapai.
Harga buah stroberi dan berbagai jenis sayuran yang bervariasi turut
menjadi faktor penyebab perlu dilakukannya optimalisasi produksi. Perusahaan
dapat mencapai keuntungan yang maksimal dengan hanya memproduksi buah dan
sayuran yang memiliki tingkat harga yang tinggi. Akan tetapi hal tersebut tidak
dapat dilakukan karena buah dan sayuran tersebut memiliki tingkat permintaan
yang bervariatif sebagai pembatasnya. Sehingga perlu dilakukan analisis untuk
mengetahui bagaimana kombinasi produksi buah dan sayur tersebut.
Tujuan dari optimalisasi adalah untuk memaksimalkan keuntungan pada
suatu perusahaan berdasarkan proses produksi yang dilakukan dengan
memperhatikan kendala-kendala yang ada. Optimalisasi tersebut dibentuk dengan
model maksimisasi keuntungan, hal ini disebabkan pada kondisi aktual
perusahaan tidak ditemukan adanya kendala anggaran. Adapun permasalahan
yang dihadapi perusahaan adalah terdapat adanya kendala permintaan.
Penyusunan produksi yang optimal dapat dilakukan dengan teknik Linier
programming. Linier Porgramming dapat memberikan pemecahan persoalan
sebagai alternatif pengambilan keputusan. Linier programming ini mampu
menghasilkan kombinasi output yang optimal untuk memaksimalkan keuntungan
dengan memperhatikan kendala-kendala yang dihadapi perusahaan. Analisis linier
programming yang dapat dilakukan yaitu analisis primal, analisis dual dan post
optimal.
Selama proses produksi perusahaan akan dihadapkan dengan banyak
perubahan. Perubahan-perubahan tersebut antara lain dapat berupa perubahan
ketersediaan sumberdaya perusahaan dan harga sumberdaya input yang secara
langsung dapat mempengaruhi tujuan perusahaan dalam memaksimalkan
keuntungan. Adanya perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan diperlukannya
analisis untuk mengetahui dampak perubahan ya