Analisis Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krisan pada MBA Farm Cianjur Jawa Barat

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBIBITAN BUNGA
KRISAN PADA MBA FARM CIANJUR JAWA BARAT

DINI MAULIDA RACHMI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Produksi Pembibitan Bunga Krisan pada MBA Farm Cianjur Jawa Barat adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Dini Maulida Rachmi
NIM H34124001

ABSTRAK
DINI MAULIDA RACHMI. Analisis Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krisan
pada MBA Farm Cianjur Jawa Barat. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILA.
Krisan adalah salah satu tanaman hias dengan nilai volume produksi
tertinggi di Indonesia. MBA Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pembibitan bunga krisan di Cianjur. MBA Farm menghadapi kendala dalam
fluktuasi produksi bibit bunga krisan yang mengindikasikan adanya risiko
produksi. Oleh karena itu, perlu mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi
tersebut, menganalisis besarnya probabilitas dan dampak dari risiko tersebut, dan
menganalisis manajemen strategi penanganan risiko dalam memproduksi bibit
bunga krisan. Metode yang digunakan untuk menganalisis peluang dan dampak
risiko adalah metode z-score dan Value at Risk (VaR). sumber risiko yang
teridentifikasi diantaranya adalah kualitas air, kualitas sekam, kualitas mother
plant, dan cuaca yang tidak menentu. Sumber risiko dengan nilai probabilitas
tertinggi adalah kualitas sekam, sedangkan sumber risiko dengan dampak yang

tertinggi adalah kualitas air. Sumber risiko yang berada di kuadran III adalah
kualitas sekam dan kualitas air. Sehingga alternatif strategi untuk menghadapi
suber risiko tersebut adalah strategi preventif yang dapat menurunkan nilai
probabilitasnya, sedangkan strategi mitigasi dapat menurunkan dampak yang
ditimbulkan oleh kedua sumber risiko tersebut.
Kata kunci: risiko, produksi, krisan, pembibitan krisan

ABSTRACT
DINI MAULIDA RACHMI. Production Risk Analysis of Chrysanthemum
Nursery in MBA Farm Cianjur, West Java. Supervised by NETTI TINAPRILA.
Chrysanthemum is one of ornamental plant that the largest volume
production in Indonesia. MBA Farm is a company that run in the Chrysanthemum
nursery business in Cianjur. MBA Farm face the constraints in fluctuations in
seedling production of chrysanthemum which indicate of production risk.
Therefore, we need to identify the source of production risk, analyzing the
probability and impact of risk, and to analyze the alternative of risk management
handling in producing seedling of chrysanthemum. The methods used to analyze
the probability and impact of risk are z-score and Value at Risk (VaR). The source
of the risk indentified consist water quality, husks quality, quality of mother plant,
and unpredictable weather. Source of the risk with the highest probability value is

husks quality, while the source of the risk with the highest impact is water quality.
The sources of risk that in quadrant III are husk quality and water quality. So the
alternative strategies to deal with these risk is preventive strategy that to reduce
the probability both of risk. While mitigation strategies reduce the impact of the
risk caused by both of sources risks.
Keywords: risk, production, chrysanthemum, chrysanthemum nursery

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBIBITAN BUNGA
KRISAN PADA MBA FARM CIANJUR JAWA BARAT

DINI MAULIDA RACHMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krisan pada MBA
Farm Cianjur Jawa Barat
Nama
: Dini Maulida Rachmi
NIM
: H34124001

Disetujui oleh

Dr Ir Netti Tinaprila, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah analisis
risiko produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krisan
pada MBA Farm Cianjur Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprila MM selaku
pembimbing, yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Ir Sarkad saleh selaku pemilik usaha MBA Farm
yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian, Bapak Achyar
Suryadi selaku kepala kebun, serta sseluruh karyawan MBA Farm yang telah
memberikan waktu dan informasi secara rinci mengenai risiko produksi
pembibitan bunga krisan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Dini Maulida Rachmi

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian


1
1
4
6
6
6

TINJAUAN PUSTAKA
Sumber-sumber Risiko Produksi Tanaman Hortikultura
Peluang dan Dampak Risiko Produksi Tanaman Hortikultura
Strategi Penangan Risiko Produksi Tanaman Hortikultura
Pendapatan Usaha Tanaman Hias

7
7
8
9
9

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional

10
10
16

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis Perbandingan Berpasangan Sumber-sumber risiko
Analisis Probabilitas
Analisis Dampak Risiko
Pemetaan Risiko
Penanganan Risiko
Pendapatan Usahatani


18
18
19
19
20
20
20
22
23
24
25
26

GAMBARAN UMUM USAHA
Sejarah dan Perkembangan Usaha MBA Farm
Lokasi dan Kondisi Perusahaan
Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan
Sumberdaya Perusahaan
Operasional Kegiatan
Analisis Pendapatan


27
27
28
28
29
30
33

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Sumber-sumber Risiko Produksi Bibit Bunga Krisan
Analisis Probabilitas
Analisis Dampak Risiko
Pemetaan Risiko

33
33
40
41
43


vi

Strategi Penanganan Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krsisan

45

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

47
47
48

DAFTAR PUSTAKA

48

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Volume dan Nilai Ekspor-Impor Komoditi Hortikultura Tahun 20112012
Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2012 – 2013.
Wilayah sentra dan produksi tanaman Krisan di Jawa Barat tahun 2012
Form pencatatan sumber risiko produksi pembibitan bunga krisan
Analisis perbandingan berpasangan sumber risiko
Skala perbandingan
Sarana dan prasarana di MBA Farm
Rincian biaya operasional produksi mother plant
Rincian biaya operasional perbanyakan bibit krisan
Hasil analisis perbandingan berpasangan sumber risiko produksi
pembibitan bunga krisan pada MBA Farm
Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko produksi pembibitan
bunga krisan MBA Farm
Hasil perhitungan dampak risiko produksi pembibitan bunga krisan
(VaR) pada MBA Farm
Hasil perhitungan status risiko produksi bibit krisan di MBA Farm

1
2
3
20
21
21
30
33
34
39
40
42
44

DAFTAR GAMBAR
1

Jumlah kematian bibit krisan di MBA Farm periode bulan April - Juni
tahun 2014
2 Hubungan fungsi kepuasan dan pendapatan
3 Proses pengelolaan dan risiko perusahaan
4 Kerangka pemikiran operasional
5 Layout peta risiko
6 Strategi Preventif
7 Strategi Mitigasi
8 Struktur organisasi MBA Farm
9 Mother Plant
10 Proses cutting pucuk krisan
11 Stek pucuk yang siap ditanam pada media arang sekam

5
11
12
18
25
25
26
28
31
32
32

vii

12 Pengemasan bibit krisan siap jual
13 Serangan hama pada bibit tanaman krisan yaitu : (a) Leaf miner, (b)
kotoran yang ditinggalkan hama whitefly
14 Penyakit pada bibit tanaman krisan : (a) karat, (b) Phytium, (c)
Fusarium
15 Media sekam siap tanam
16 Peta risiko produksi pembibitan bunga krisan di MBA Farm
17 Pemetaan strategi preventif sumber risiko produksi bibi krisan
18 Pemetaan strategi mitigasi sumber risiko produksi bibi krisan

32
35
36
37
44
45
47

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3

4

5

6

Matriks berpasangan sumber risiko tiap responden
Penjumlahan skor total dari data matriks berpasangan tiap responden
Perhitungan analisis probabilitas kematian bibit dan dampak risiko
produksi bibit krisan akibat sumber risiko kualitas air pada MBA Farm
periode Mei-Juni 2014
Perhitungan analisis probabilitas kematian bibit dan dampak risiko
produksi bibit krisan akibat sumber risiko kualitas sekam pada MBA
Farm periode Mei-Juni 2014
Perhitungan analisis probabilitas kematian bibit dan dampak risiko
produksi bibit krisan akibat sumber risiko cuaca yang tidak menentu
pada MBA Farm periode Mei-Juni 2014
Perhitungan analisis probabilitas kematian bibit dan dampak risiko
produksi bibit krisan akibat sumber risiko kualitas mother plant pada
MBA Farm periode Mei-Juni 2014

51
52

53

54

55

56

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki banyak keanekaragaman
hayati baik flora maupun fauna. Ribuan flora tumbuh di Indonesia terdiri dari
tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura. Hortikultura terdiri sayuran, buahbuahan, tanaman obat dan tanaman hias. Hortikultura merupakan salah satu sub
sektor yang baik untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi. Perkembangan sub sektor hortikultura dapat dilihat dari
perkembangan ekspor impor komoditi hortikultura tahun 2011 – 2012 pada Tabel
1.

Tabel 1 Volume dan Nilai Ekspor-Impor Komoditi Hortikultura Tahun 20112012
No

Komoditi

1
2

Sayuran
Buah-buahan
Tanaman
Hias
Hortikultura
lainnya
Jumlah

3
4

Ekspor
Volume (ton)
Peningkatan
2011
2012
45 988
81 748
77.8%
23 489
46.9%
15 995

Impor
Volume (ton)
2011
2012
755 219
709 925
621 030
660 304

4 889

9 268

89.6%

316

15 125

314 776

312 072

-0.9%

675 704

753 450

381 648

426 577

11.8%

2 052 269

2 138 804

Sumber : Pusat Data Informasi Kementrian Pertanian, 2013 (diolah)

Berdasarkan Tabel 1 bahwa terjadi peningkatan volume ekspor komoditi
hortikultura sebesar 11.8 persen dari tahun 2011 - 2012. Tanaman hias
menunjukkan peningkatan volume ekspor yang cukup besar dari tahun 2011 2012 yaitu sebesar 89.6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor
hortikultura menyumbang devisa bagi negara. Pertumbuhan volume ekspor ini
menunjukkan bahwa usaha tanaman hias sedang berkembang, didukung dengan
perkembangan volume impor lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa baik
pasar domestik maupun ekspor memiliki peluang yang potensial. Agribisnis
tanaman hias di Indonesia memiliki prospek untuk dikembangkan dari sisi potensi
sumberdaya dan segi potensi pasar tanaman hias. Prospek agribisnis tanaman hias
dari sisi sumberdaya ditunjukkan oleh hal-hal berikut : (1) Indonesia merupakan
wilayah tropis yang memiliki agroklimat tropis (wilayah dataran rendah) dan
agroklimat serupa subtropis (wilayah dataran tinggi) maka dari itu hampir seluruh
komoditi agribisnis tanaman hias yang terdapat di dunia dapat dikembangkan di
Indonesia. (2) Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman sumberdaya
tanaman hias yang cukup besar, baik jenis tanaman hias dataran rendah maupun
dataran tinggi. Keragaman tersebut memungkinkan untuk memenuhi hampir
semua segmen pasar tanaman hias internasional. (3) Indonesia masih memiliki
lahan yang relatif luas sehingga pengembangan agribisnis seperti umumnya

2
tanaman hias masih cukup besar. (4) Teknologi dan sumberdaya manusia untuk
pengembangan tanaman hias relatif tersedia. Segi potensi pasar agribisnis
tanaman hias cukup baik di pasar domestik maupun pasar mancanegara terdiri atas,
(1) jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dengan pendapatan yang
cenderung meningkat merupakan pasar yang cukup besar, (2) adanya
pertumbuhan kawasan pemukiman, perkantoran, dan pusat belanja lainnya yang
cukup besar sehingga pertumbuhan tersebut akan meningkatkan permintaan
terhadap tanaman hias, dan (3) meningkatnya pendapatan masyarakat serta
meningkatnya pengetahuan masyarakat akan kesegaran dan keindahan juga akan
meningkatkan permintaan akan tanaman hias.1
Prospek agribisnis tanaman hias di Indonesia cukup baik dilihat dari
perkembangan volume ekspor dan impor yang meningkat, hal tersebut didukung
oleh adanya pertumbuhan produksi tanaman hias. Berikut data produksi tanaman
hias di Indonesia tahun 2012 - 2013 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2012 – 2013.
Produksi (Tangkai)
Jenis Tanaman
Peningkatan/
No
Kind of Plant
Penurunan
2012
2013
1 Anggrek/Orchid
20 727 891
20 277 672
-2.17%
2 Anyelir/Carnation
5 299 671
3 164 326
-40.29%
3 Gerbera/Herbras
9 854 787
7 735 806
-21.50%
4 Gladiol/Gladioulus
3 417 580
2 581 063
-24.48%
5 Pisang-pisangan/Heliconia
3 306 604
2 043 579
-38.20%
6 Krisan/Crisantemum
397 651 571
387 208 754
-2.63%
7 Mawar/Rose
68 624 998
151 947 873
121.42%
8 Sedap Malam/Tuberose
101 197 847
104 975 942
3.73%
9 Dracaena/Dracaenaa)
2 067 627
2 877 745
39.18%
10 Melati/Jasmineb)
22 862 322
30 149 132
31.87%
a)
11 Palem/Palm
1 592 339
1 552 882
-2.48%
Keterangan : a) Satuan dalam pohon
b)
Satuan dalam kg
Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat perkembangan produksi beberapa
komoditi tanaman hias di Indonesia dari tahun 2012 sampai tahun 2013.
Pertumbuhan produksi terjadi pada tanaman bunga mawar, sedap malam,
Dracaena dan melati. Hal ini dapat terjadi karena adanya perubahan selera
konsumen terhadap tanaman hias sehingga produsen mengurangi jumlah produksi
beberapa jenis tanaman hias dan mengingkatan produksi pada tanaman yang
banyak diminati oleh konsumen.
Tabel 2 menunjukan bahwa komoditi tanaman hias unggulan di Indonesia
yang memiliki volume produksi terbesar adalah tanaman krisan, oleh karena itu
krisan menjadi tanaman hias yang paling diminati konsumen. Krisan dibedakan
1

http://web.mb.ipb.ac.id/output/pageToPdf/id/tipe/entri.html. Prospek Agribisnis Florikultura. [2
April 2014]

3
menjadi krisan potong dan krisan pot. Krisan potong digunakan untuk dekorasi
pada acara pernikahan, hiasan vas bunga, dan ragkaian bunga. Sebagai tanaman
pot krisan dapat digunakan untuk hiasan pada meja kantor, ruanga hotel, restauran,
dan rumah tempat tinggal. Krisan memiliki keunggulan disamping variasi warna
yang sangat beragam juga memiliki kesegaran yang relatif lama dan mudah untuk
dirangkai.
Krisan di Indonesia banyak dibudidayakan di Pulau Jawa dimana jumlah
produksi krisan terbesar adalah Pulau Jawa yaitu sebesar 379 535 323 tangkai
(BPS 2014). Sentra produksi tanaman hias adalah Kabupaten Cianjur, kondisi
alam Cianjur mendukung pengembangan usaha di bidang pertanian baik tanaman
pangan maupun tanaman hias. Cipanas merupakan bagian dari kabupaten Cianjur
yang merupakan sentra produksi tanman hias khusunya tanaman krisan potong.
Wilayah sentra dan produksi tanaman krisan Jawa Barat tahun 2012 disajikan
pada tabel 3.

Tabel 3 Wilayah sentra dan produksi tanaman Krisan di Jawa Barat tahun 2012
No
1
2
3
4
5

Kabupaten / Kota
Cianjur
Bandung Barat
Sukabumi
Bogor
Bandung

Produksi
111 600 500
71 172 500
33 503 467
461 685
324 632

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Provinsi Jawa Barat (2012)2

Keberhasilan agribisnis krisan dipengaruhi oleh setiap sub-sistem yang
saling terintegrasi. Sub-sistem agribisnis meliputi sub-sistem pertanian hulu
hingga sub-sistem pertanian hilir. Sub-sistem pertanian hulu meliputi industri
pembenihan/pembibitan tanaman/hewan, industri yang memproduksi sarana dan
prasarana yang digunakan dalam proses budidaya pertanian. Sedangkan subsistem pertanian hilir meliputi industri yang mengolah hasil pertanian menjadi
bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industri
pascapanen dan pengolahan hasil pertanian (Saragih 2004). Setiap sub-sistem
terintegrasi satu sama lain, keberhasilan pada sub-sistem on farm (budidaya) akan
sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pada sub-sistem hulu. Begitupun kaitannya
pada agribisnis tanaman hias krisan, keberhasilan usaha budidaya tanaman hias
krisan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan usaha pembibitan krisan. Bibit krisan
merupakan input utama pada budidaya krisan. Bibit krisan yang baik, dan
ketersediaan bibit krisan yang melimpah akan mendorong kemajuan usaha pada
proses budidaya krisan.
Agribisnis tidak terlepas dari risiko produksi dimana produksi komoditi
agribisnis banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor alam yang sulit dikendalikan
oleh petani sehingga dapat menimbulkan kerugian. Usaha krisan memiliki risiko
produksi, berdasarkan penelitian Nasti (2013) terdapat risiko produksi pada
budidaya krisan yang disebabkan oleh beberapa sumber risiko diantaranya hama,
2

http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/submenu/925 Sentra Produksi Tanaman Hias Jawa Barat
2012. [2 April 2014]

4
penyakit, cuaca dan iklim yang tidak stabil, serta risiko tenaga kerja yang memiliki
kinerja kurang optimal. Salah satu sumber risiko produksi hama dan penyakit dapat
diakibatkan dari kualitas bibit yang digunakan. Hal tersebut didukung oleh penelitian
Sianturi (2011) yang membahas bahwa kualitas dan kematian bibit bibit berpengaruh
pada kualitas dan hasil panen pada proses produksi. Kualitas bibit krisan yang kurang
baik mengakibatkan kualitas bunga rendah, rentan terhadap serangan hama dan
penyakit sehingga hasil produktivitas tidak pasti. Kematian bibit bibit yang tidak pasti
mencerminkan hasil panen juga tidak pasti. Bibit krisan dapat diperoleh dengan dua
cara yaitu dengan mengipor atau dengan memproduksi sendiri. Bibit krisan yang
diimpor umumnya lebih berkualitas karena sudah memiliki lisensi, namun harganya
relatif mahal. Oleh karena itu, memproduksi sendiri dapat menekan biaya produksi
dan juga menjamin ketersediaan bibit, namun risiko yang dihadapi apabila dilakukan
produksi bibit sendiri adalah kualitas bibit yang rendah karena kemungkinan bibit
krisan merupakan hasil persilangan/hibrida yang kualitasnya tidak diketahui pasti dan
kemungkinan bisa mengalami kontaminasi dengan hama atau penyakit dari
lingkungan yang mempengaruhi kualitasnya. Berdasarkan uraian tersebut maka
perlun adanya analisis risiko untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan
produksi atau keputusan tindakan mengurangi risiko yang akan dihadapai
sehingga dapat menurunkan tingkat risiko dan menurukan tingkat kerugian akibat
adanya risiko.

Perumusan Masalah
MBA Farm Indonesia merupakan salah satu produsen bibit krisan yang
terletak di Kp. Munjul Desa Ciwalen Sukaresmi Cianjur Jawa Barat. Usaha ini
didirikan oleh Ir. Sarkad Saleh pada tahun 2004 dengan luas lahan yang dimiliki ±
2 000 m2. Perusahaan ini hanya memfokuskan usaha pada pembibitan bunga
krisan baik bibit krisan potong maupun bibit krisan pot. Saat ini MBA Farm
bergabung dengan Asosiasi pengusaha tanaman hias krisan di Cipanas Cianjur
dalam rangka kerjasama pemasaran bibit tanaman krisan baik krisan potong
maupun krisan pot. Pemasaran bibit krisan potong meliputi petani budidaya
krisan diwilayah Cipanas Cianjur, Malang, Padang, dan Tomohon Sulawesi Utara.
Pada saat proses produksi sering terjadi kendala yang dihadapi seperti
serangan hama dan penyakit sehingga jumlah produksi yang diharapkan tidak
sesuai dengan jumlah produksi aktual. Bibit tanaman yang terkena hama tidak
bisa hanya diberikan obat pembasmi hama, namun harus dimusnahkan karena
akan mempengaruhi pertumbuhan bibit tanaman lainnya, begitupun dengan bibit
tanaman yang terserang penyakit harus dimusnahkan. Hal tersebut sangat
mempengaruhi jumlah produksi bibit pada MBA Farm. Selain itu, pada proses
pembibitan tanaman krisan membutuhkan cahaya lebih dari 12 jam sehingga
MBA Farm perlu menyiapkan lampu penerangan pada malam hari untuk proses
pertumbuhan bibit krisan. Namun penerangan yang kurang dapat menurukan
kualitas bibir krisan, sehingga dapat menimbulkan ketidak puasan konsumen dari
bibit tanaman krisan yang diproduksi MBA Farm. Pada musim kemarau bibit
krisan memperoleh cukup cahaya matahari sehingga pertumbuhan bibit menjadi
cepat namun musim kemarau yang tidak diimbangi dengan turun hujan
menyebabkan bibit krisan mudah kering, sehingga perlu penyiraman yang intensif.
Sebaliknya pada musim hujan dengan curah hujan tinggi menyebabkan
kelembaban pada media sekam dan memudahkan hama dan penyakit menyerang

5
tanaman. Penggunaan obat-obatan dalam rangka membasmi hama maupun
mengobati penyakit pada bibit krisan menyebabkan peningkatan biaya produksi.
Selain itu, kualitas bibit krisan yang tidak sesuai dengan permintaan konsumen
akan menurunkan harga jual bibit. Hal tersebut tentunya dapat mengurangi
pendapatan bagi usaha pembibitan krisan di MBA Farm ini. Jumlah kematian
bibit krisan di MBA Farm periode bulan April - Juni tahun 2014 dapat dilihat
pada Gambar 1.

Kematian Bibit Krisan
25000
20000
15000
10000
5000

Kematian
Bibit
Krisan

0

Gambar 1 Jumlah kematian bibit krisan di MBA Farm periode bulan April Juni tahun 2014

Fluktuasi kematian bibit krisan pada Gambar 1 merupakan indikasi adanya
risiko pada usaha pembibitan krisan. Kematian bibit krisan yang berubah-ubah
pada setiap periodenya dikarenakan penangan risiko produksi pada MBA Farm ini
belum optimal. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk meminimalkan risiko
yang dapat menghambat proses produksi. Saat ini, tindakan yang telah dilakukan
oleh MBA Farm dalam menghadapi risiko adalah penggunaan green house untuk
mengontrol cuaca yang tidak menentu. Namun penggunaan green house ini belum
sepenuhnya dapat menurunkan risiko produksi tersebut. Selain itu, bangunan
green house yang masih menggunakan bambu sebagai penyangga mudah rapuh
disaat musim hujan. Hal ini menjadi bahan kajian dan penelitian mengenai
manajemen risiko perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang
menyebabkan risiko untuk dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahn
yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :
1.

Sumber risiko produksi tanaman hias terdiri dari serangan hama dan penyakit,
iklim dan cuaca, kualitas input, dan keterampilan tenaga kerja. Apakah
sumber risiko tersebut merupakan sumber penyebab kematian bibit krisan di
MBA Farm? Apakah terdapat sumber risiko lain yang menyebabkan kematian
bibit krisan di MBA Farm ?

6
2.

3.

Berapa besar peluang kejadian berisiko dan dampak kerugian yang
diakibatkan oleh setiap sumber risiko yang menyebabkan kematian bibit
krisan di MBA Farm ?
Perusahaan telah menerapkan penggunaan green house tetapi masih
menghadapi risiko produksi. Apakah ada alternatif strategi lainnya yang dapat
diterapkan untuk mengatasi atau mengurangi peluang serta dampak risiko
kematian bibit krisan di MBA Farm berdasarkan analisis pendapatan usaha
pembibitan bunga krisan ?
Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang menyebabkan kematian
bibit krisan di MBA Farm.
2. Menganalisis besar peluang dan dampak kerugian yang diakibatkan oleh setiap
sumber risiko yang yang menyebabkan kematian bibit krisan di MBA Farm.
3. Menganalisis alternatif strategi selain penggunaan green house berdasarkan
analisis pendapatan usaha pembibitan bunga krisan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi atau mengurangi peluang serta dampak risiko produksi kematian
bibit krisan di MBA Farm.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran yang
membangun dan bermanfaat bagi :
1. Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran dalam mengaplikasikan teori dan
ilmu-ilmu yang diperoleh selama di bangku perkuliahan.
2. Bagi dunia akademik, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
referensi dalam penelitian lebih lanjut mengenai analisis risiko usaha
agribisnis.
3. Bagi perusahaan, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam hal
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengelola
risiko usaha.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan antara lain :
1. Komoditi yang akan dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah bibit
tanaman bungan krisan.
2. Penelitian ini difokuskan pada proses pembibitan dimulai dari petik pucuk
krisan dari mother plant hingga pemanenan bibit pada umur 12-14 hari.
3. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil penelitian lapang
mengenai jumlah kematian bibit selama periode produksi dari bulan Mei
hingga Juni 2014.

7
4. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi per
periode penanaman pada bulan Mei-Juni 2014 dan data produksi, penjualan
krisan pada bulan April 2014.
5. Lingkup kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis risiko
produksi serta alternatif strategi penanganan risiko.

TINJAUAN PUSTAKA
Sumber-sumber Risiko Produksi Tanaman Hortikultura
Sumber-sumber risiko pada tanaman umumnya terdiri dari sumber risiko
operasional dan sumber risiko pasar. Sumber risiko operasionl terdiri dari cuaca
yang tidak menentu, serangan hama penyakit, penggunaan input, dan kesalahan
teknis dari tenaga kerja. Sedangkan sumber risiko pasar mencakup perubahan
harga dan selera konsumen.
Ditinjau dari usaha bidang pertanian sebagian besar sumber risiko produksi
adalah kondisi iklim dan serangan hama penyakit. Hasil penelitian Jamilah (2011)
mengenai Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun Di Kawasan
Agropolitan Cianjur Jawa Barat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi wortel dan bawang daun adalah faktor iklim dan cuaca,
faktor hama dan penyakit tanaman, tingkat kesuburan lahan, efektifitas
penggunaan input, dan keterampilan sumber tenaga kerja yang kurang. Faktorfaktor tersebut mempengaruhi fluktuasi produksi wortel dan bawang daun di
kawasan Agropolitan Cianjur.
Penelitian lain dalam kaitannya dengan analisis risiko produksi adalah
mengenai Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya
Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat oleh Wisdya (2009). Penulis menyimpulkan
bahwa sumber-sumber risiko produksi anggrek antara lain curah hujan, serangan
hama dan penyakit, kontaminasi dan kerusakan mekanis. Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jamilah (2011) pada penilitian analisis risiko
produksi anggrek terdapat sumber risiko curah hujan, dimana curah hujan
mempengaruhi tingkat keberhasilan produksi anggrek. Hal ini disebabkan karena
disaat curah hujan tinggi dapat menyebabkan busuk daun sehingga menurukan
jumlah produksi.
Demikian juga dengan hasil penelitian Nasti (2013) mengemukakan bahwa
sumber risiko produksi krisan potong pada perusahaan Natalia Nursery adalah
hama dan penyakit, cuaca dan iklim yang tidak stabil, serta risiko tenaga kerja
yang memiliki kinerja kurang optimal. Hujan dapat mempengaruhi pertumbuhan
krisan dimana pada musim hujan sinar matahari yang diterima oleh tanaman
krisan minim sehingga memperlambat proses pertumbuhan bunga. Sebaliknya
pada musim kemarau dapat menyebabkan krisan mudah mengering. Tenaga kerja
menjadi sumber risiko pada pengusahaan bunga krisan potong di Natalia Nursery
karena pekerja menunjukkan kinerja yang tidak optimal dikarenakan tingkat
absensi yang sering tidak terkendali.

8
Hal yang sama juga diutarakan oleh Zebua (2011) pada penelitiannya
mengenai Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias Adenium di Perusahaan Anisa
Adenium, Bekasi Timur Provinsi Jawa Barat. Sumber risiko produksi pada usaha
ini adalah adanya serangn hama dan penyakit, iklim dan cuaca, teknik
perbanyakan, peralatan dan bangunan, dan keterampilan tenaga kerja. Namun ada
beberapa perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasti (2013) dan
Wisdya (2009) yaitu terdapat sumber risiko teknik perbanyakan. Teknik
perbanyakan menjadi sumber risiko produksi pada tanaman hias adenium karena
teknik pemilihan bibit Adenium yang kurang tepat, dimana benih atau bibit yang
mempunyai kualitas rendah akan mempengaruhi produksi adenium. Selain itu
peralatan bangunan menjadi umber risiko dalam usaha ini karena media yang
tidak memenuhi kualitas akan mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman
adenium.
Pada penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa sumber risiko produksi
yang banyak dihadapi pada usaha tanaman hortikultura adalah serangan hama dan
penyakit, cuaca dan iklim, kualitas input produksi, dan keterampilan tenaga kerja.
Peluang dan Dampak Risiko Produksi Tanaman Hortikultura
Risiko terkait pada dua dimensi yaitu dimensi peluang dan dimensi dampak.
Dimensi peluang merupakan kemungkinan risiko akan terjadi, dan dimensi
dampak merupakan tingkat kepentingan atau biaya yang terjadi jika risiko yang
bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Risiko dapat diukur dengan diketahui
kedua dimensi tersebut sehingga dapat menentukan alternatif strategi yang dapat
meminimalisis tingkat kerugian dan tingkat risiko yang dihadapi.
Penelitian terdahulu mengenangi pengukuran risiko dengan menghitung
peluang dan dampak dari sumber-sumber risiko yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Hotib (2013) tentang analisis risiko produksi jamur tiram putih pada CV Jaya
Makmur kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Penelitiannya menyimpulkan
bahwa teridentifikasi empat (4) sumber risiko pada usaha produksi jamur tiram putih
meliputi kegagalan proses sterilisasi, penyakit, hama, dan suhu. Berdasarkan
perhitungan probabilitas kejadian dari setiap sumber risiko dengan menggunakan
metode analisis z-score menghasilkan nilai probabilitas tertinggi pada sumber risiko
kegagalan proses sterilisasi yaitu sebesar 42.9 persen dengan dampak risiko yang
ditimbulkan sebesar Rp139 460 820. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh
Yamin (2012) mengenai analisis risiko produksi tomat cherry menghitung setiap
kemungkinan yang terjadi pada sumber risiko produksi tomat cherry yang meliputi
pengaruh cuaca, hama, penyakit, kualitas bibit dan sumber daya manusia dengan
metode analisis z-score. Data yang digunakan untuk menghitung tingkat probabilitas
terjadi risiko adalah data produksi tomat cherry 10 periode terakhir. Probabilitas dari
sumber risiko ini adalah 44 persen dan nilai dampaknya yang dihitung dengan metode
VaR (Value at Risk) dengan tingkat kepercayaan 95 persen adalah Rp9 722 492.00.
Berbeda dengan penelitian Nasti (2013) pengukuran dampak dan probabilitas
sumber risiko dianalisis dengan menggunakan metode Expert opinion dan Delphy
melaui wawancara yang kemudian dilanjutkan dengan pemetaan risiko. Metode
Expert opinion dan Delphi dipilih karena tidak tersedia data historis mengenai
produksi terkait risiko produksi krisan potong pada perusahaan terkait. Expert opinion
merupakan suatu metode dimana seorang ahli dalam suatu bidang diminta
pendapatnya mengenai dampak dan probabilitas suatu risiko. Sementara itu metode

9
Delphy merupakan suatu metode dimana beberapa orang ahli diminta pendapat
mengenai dampak dan probabilitas dari suatu risiko yang kemudian pendapat dari ahli
tersebut diberikan kepada ahli lainnya tanpa memberitahukan identitas dari ahli
sebelumnya.

Strategi Penangan Risiko Produksi Tanaman Hortikultura
Zebua (2011) dalam penelitiannya menegenai analisis risiko produksi
tanaman hias Adenium mengungkapkan bahwa strategi untuk penanganan risiko
yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan Anisa Adenium adalah dengan melakukan
diversifikasi jenis bunga adenium, dimana nilai coefficient variation untuk
diversifikasi lebih kecil bila dibandingkan komoditi tunggal. Hal ini mengindikasikan
bahwa dengan melakukan diversifikasi maka akan dapat menekan risiko produksi
yang terjadi di perusahaan. Berbeda halnya dalam penangan risiko produksi pada
penelitian yang dilakukan oleh Nasti (2013) dalam menangani risiko produksi
tanaman bunga krisan potong dilakukan pemetaan risiko. Sumber risiko dengan
probabilitas yang tinggi dan dampak yang tinggi dilakukan stratgei penanganan risiko
dengan strategi preventif untuk mengurangi probabilitas terjadinya risiko dan strategi
mitigasi untuk menekan dampak risiko. Strategi yang diusulkan adalah (1) strategi
preventif atau pencegahan, yaitu dengan pelaksanaan SOP pengolahan lahan dengan
baik, perbaikan tanaman induk, dan perbaikan sistem naungan, (2) strategi mitigasi,
yaitu dengan diversifikasi produksi dan unit usaha, serta dengan pengalihan risiko, (3)
pengendalian OPT, yaitu dengan cara fisik, mekanis, kultur teknis, biologis, dan
kimiawi, (4) pengembangan sumberdaya manusia, dan (5) membangun hubungan
kemitraan.
Penelitian Aryanti (2013) mengenai analisis risiko produksi cabai paprika
mengusulkan alternatif strategi penanganan risiko berdasarkan status risiko pada
pemetaan risiko. Strategi yang diusulkan adalah strategi mitigasi yaitu strategi yang
diharapkan dapat mengurangi dampak risiko yang ditimbulkan oleh sumber risiko.
Strategi mitigasi yang diusulkan pada sumber risiko serangan hama adalah sebagai
berikut: pemasangan perangkap lekat warna kuning atau biru, penyebaran predator
(kumbang macan), sanitasi lingkungan kebersihan rumput, dan pemberian obatobatan kimia. Strategi mitigasi yang diusulkan oleh serangan penyakit adalah
pengasapan serbuk belerang, pada saat pembuangan tunas air dan daun yang muda
tangan pekerja terlebih dahulu harus dicelupkan ke dalam larutan susu skim dan pada
saat pemanenan pisau atau gunting yang akan digunakan terlebih dahulu dicelupkan
terlebih dahulu ke dalam larutan susu skim dan menggunakan obat-obatan kimia.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilaksanakan pada
penelitian analisis risiko produksi pembibitan tanaman krisan adalah terletak pada
pertimbangan dalam menentukan strategi penanganan risiko. Penelitian ini akan
mempertimbangkan pendapatan usaha dalam menentukan strategi penanganan risiko.
Selain itu, analisis pendapatan pada penelitian ini akan dijadikan sebagai analisis
sikap pemilik usaha dalam menghadapi risiko.
Pendapatan Usaha Tanaman Hias
Petani dalam pengelolaan usahanya selalu mengupayakan agar usahanya
memperoleh keuntungan, dimana biaya yang di keluarkan dapat menghasilkan

10
produksi maksimal. Sehingga pada akhirnya pendapatan petani akan meningkat,
dan dengan meningkatnya pendapatan maka secara otomatis tingkat kesejahteraan
petani tersebut akan meningkat.
Penelitian terdahulu mengenai pendapatan usaha tanaman hias telah
dilakukan oleh Chaizar (2007) analisis pendapatan Phillodendrom Millo, tanaman
hias Euphorbia, dan tanaman hias puring. Penelitiannya bertujuan untuk
memberikan masukan kepada perusahaan PD Atsumo sebagai produsen tanaman
hias dalam melaksanakan usahatani bunga potong dan pengembangan usahanya.
Hasil penelitiannya menunjukkan produk tanaman mana yang memberikan
keuntungan terbesar bagi perusahaan. Sama halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pangemanan et al. (2011) menganalisis pendapatan usahatani
krisan potong. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan
petani dari usahatani bunga krisan di Kelurahan Kakaskasen II Kecamatan
Tomohon Utara. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa usahatani bunga
potong (krisan) menguntungkan terlihat dari nilai nilai R/C usahatani bunga krisan
adalah 4.43 yang berarti bahwa setiap Rp1.00 biaya yang digunakan dalam
usahatani, akan menghasilkan penerimaan sebesar 4.43.
Penelitian selanjutnya mengenai analisis pendapatan usaha tanaman hias
adenium di kota Samarinda yang dilakukan oleh Fitriani et al (2007). Pendapatan
yang diperoleh pengusaha tanaman hias adenium di Samarinda rata-rata adalah
sebesar Rp73 654 001.59 per responden per tahun, Nilai R/C ratio sebesar 2.66
yang berarti bahwa usaha tanaman hias adenium di Kota Samarinda adalah
menguntungkan dan efisien. Biaya terbesar pada usahatani tanaman hias adenium
di Samarinda ini adalah biaya pembelian bibit, sehingga masukan dari penulis
untuk mengurangi biaya pembelian bibit adalah dengan memproduksi bibit sendiri.
Penelitian terdahulu mengenai pendapatan usaha tanaman hias pada
umumnya bertujuan untuk memberikan masukan terhadap kebijakan usaha yang
dijalankan dalam rangka memaksimumkan keuntungan. Kaitannya dengan
penelitian analisis risiko produksi adalah membandingkan kentungan usaha
dengan tingkat risiko yang dihadapi. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan strategi penanganan risiko produksi yang relevan dengan
kondisi keungan perusahaan.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko
Istilah risiko dan ketidakpastian sangat identik. Terkadang dua istilah
tersebut diartikan dengan makna yang sama. (Robison & Barry 1987)
mengemukakan bahwa risiko dan ketidakpastian adalah dua istilah yang berbeda
dimana ketidakpastian merupakan suatu kondisi yang tidak dapat diketahui atau
diperkirakan sebelumnya oleh pengambil keputusan. Sedangkan, risiko adalah
suatu kondisi yang menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat
diketahui oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman.

11

UTILITY

UTILITY

Risiko berkaitan dengan ketidakpastian, hal tersebut dikemukakan oleh
Kountur (2008) yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak
tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi dan ketidakpastian
yang dihadapi perusahaan bisa berdampak merugikan atau mungkin saja
menguntungkan.
Ketidakpastian
yang
memberikan
dampak
yang
menguntukngkan maka hal tersebut dikenal dengan istilah kesempatan
(opportunity). Jika ketidakpastian berdampak merugikan maka hal tersebut
dinamakan risiko (risk).
Menurut Harwood et al (1999), risiko merupakan kemungkinan kejadian
yang dapat memberikan kerugian atau berkurangnnya kesejahteraan sesorang.
Risiko yang dapat memberikan dampak kerugian bagi suatu usaha. Risiko dapat
diakibatkan karena kurangnya informasi yang diperoleh oleh pihak manajemen
perusahaan. Maka perlu adanya pengelolaan dalam mengurangi tingkat risiko.
Kepuasan atau utilitas yang diterima oleh pihak manajemen perusahaan dari
setiap pengeluaran dalam skala besar menentukan strategi yang akan dijalankan.
Maksimalisasi utilitas menjadi kriteria pilihan yang dibuat oleh pihak manajer
perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai adalah maksimalisasi utilitas dan bukan
peningkatan pendapatan semata (Debertin, 2012). Hubungan antara fungsi
kepuasan dan pendapatan (income) dapat dilihat pada Gambar 2.

INCOME

RISK - NEUTRAL

UTILITY

RISK - AVERSE

RISK - PREFERRER

INCOME

Gambar 2 Hubungan fungsi kepuasan dan pendapatan
Sumber : Debertin, 2012

INCOME

12

Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan antara pendapatan dengan
kepuasan adalah positif dimana setiap penigkatan pada tingkat pendapatan maka
akan meningkatkan tingkat kepuasan.
Sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robinson dan Barry, 1987):
1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan
yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.
2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan
keuntungan yang diharapkan.
3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau
menaikkan keuntungan yang diharapkan.
Manajemen Risiko
Risiko selalu dihadapi dalam setiap usaha baik usaha dibidang pertanian
maupun usaha non-pertanian. Risiko memberikan dampak negatif bagi perusahaan
sehingga perlu adanya manajamen risiko untuk mengurangi besarnya dampak
yang ditimbulkan oleh risiko usaha. Manajemen risiko dapat dilakukan dengan
adanya kesadaran mengenai risiko yaitu dengan mengidentifikasi risiko yang ada,
mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada dan
mengkomunikasikan keseluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat
dicari penanganannya. Proses pengelolaan risiko menurut Kountur (2008), dapat
dihat pada Gambar 3.

Evaluasi

PROSES

OUTPUT

Identifikasi Risiko

Daftar Risiko

Pengukuran Risiko

1. Peta Risiko
2. Status Risiko

Penanganan Risiko
Keterangan:

Usulan
(penanganan risiko)

Garis Proses
Garis Hasil (output)

Gambar 3 Proses pengelolaan dan risiko perusahaan
Sumber : Kountur (2008)

13

Identifikasi risiko merupakan tahapan untuk mengidentifikasi risiko apa saja
yang dihadapi oleh perusahaan. Teknik untuk mengidentifikasi risiko adalah
dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak
diinginkan. Pengukuran risiko mencakup seberapa besar kemungkinan
(probabilitas) risiko akan terjadi dan seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila
risiko tersebut benar-benar terjadi. Selain itu, pengukuran ini juga dilakukan untuk
menentukan derajat kepentingan masing-masing sumber risiko dan untuk
memperoleh informasi yang diperlukan dalam manajemen risiko. Beberapa
pengukuran risiko dapat dilakukan adalah dengan pengukuran probabilitas,
pengukuran dampak, serta pengukuran status risiko. Penelitian yang bertujuan
untuk melakukan pemetaan risiko melakukan metode lain yaitu dengan
perhitungan probabilitas dengan menggunakan distribusi normal (z-score) dan
juga Value at Risk. Pengukuran risiko dilakukan untuk mengetahui peluang
terjadinya sebuah risiko serta dampak kerugian yang dapat disebabkan. Risiko
selalu terkait dengan dua dimensi, sehingga teknik pemetaan yang paling tepat
juga menggunakan dua dimensi yang sama. Dimensi tersebut adalah dimensi
probabilitas (kemungkinan) dan dimensi dampak. Semakin kecil nilai probabilitas
dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko maka semakin kecil perhatian
manajemen terhadap risiko tersebut, sebaliknya semakin besar nilai dampak dan
probabilitas dari risiko yang dihadapi maka perusahaan perlu strategi penanganan
risiko dengan harapan dapat mengurangi risiko.
Sumber dan Jenis Risiko
Risiko pada usaha dibidang pertanian berbeda halnya dengan usaha nonpertanian. Kegiatan usaha dibidang pertanian sangat tergantung pada kondisi alam
terutama iklim dan cuaca. Oleh kareana itu, usaha dibidang pertanian memiliki
risiko dan ketidakpastian yang lebih besar dibandingkan dengan usaha dibidang
non-pertanian. Kountur (2008) mengelompokan jenis risiko menjadi dua
kelompok berdasarkan sudut pandang penyebab dan sudut pandang akibat.
Apabila dilihat dari sudut pandang penyebab, terjadinya risiko ada dua
macam, yaitu :
a. Risiko keuangan merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor
keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing.
b. Risiko operasional merupakan risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor
non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam.
Sedangkan risiko dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan
terdapat dua kategori, antara lain :
a. Risiko Murni adalah risiko yang hanya dapat mengakibatkan kerugian saja dan
tidak memungkinkan adanya keuntungan.
b. Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya
kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan.
Harwood et al (1999) menyatakan bahwa terdapat beberapa sumber risiko
pada kegiatan produksi pertanian antara lain:
a. Risiko produksi
Risiko produksi merupakan risiko yang lebih sering dihadapi oleh pelaku
bisnis pertanian di sektor onfarm daripada sub sektor lainnya. Sumber risiko

14
yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya
produktivitas, kerusakan barang yang ditimbulkan oleh serangan hama dan
penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, kesalahan sumberdaya manusia, dan
masih banyak lagi.
b. Risiko Pasar atau Harga
Risiko pasar adalah salah satu risiko yang sering dihadapi oleh perusahaan
agribisnis khususnya yang bergerak di bidang budidaya tanaman
musiman.Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya adalah barang tidak
dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah,
ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan, dan lainlain.Posisi pelaku usaha yang harus mengikuti harga pasar menyebabkan petani
tidak memiliki kendali akan harga yang berlaku di pasaran.
c. Risiko Kelembagaan
Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan antara lain adanya aturan
tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk
memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.Perubahan kebijakan
dan peraturan sangat berpengaruh pada sektor pertanian.Salah satu contohnya
adalah peningkatan kuota impor dapat memunculkan masalah bagi produsen
dalam negeri.Risiko kelembagaan dapat member dampak pada risiko produksi,
risiko pasar atau harga dan risiko keuangan.
d. Human Resource Management Risks (Risiko Sumberdaya Manusia)
Risiko sumberdaya manusia adalah kejadian yang menyebabkan
sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan tidak bekerja dengan
optimal.Risiko sumberdaya manusia sangat erat kaitannya dengan produksi
sehingga dapat mempengaruhi risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan
Risiko suberdaya manusia juga dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya yang
bekerja dalam suatu kegiatan usaha kususnya pertanian.
e. Risiko Finansial
Risiko finansial terjadi karena adanya kejadian yang berhubungan dengan
finansial, dimana kejadiannya tidak sesuai dengan yang direncanakanRisiko
yang ditimbulkan oleh risiko finansial antara lain adalah adanya piutang tak
tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat,
perputaran barang rendah, laba yang menurun akibat dari krisis ekonomi dan
sebagainya.
Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko menurut Elton dan Gruber (1995) dapat menggunakan
Variance, Strandar Deviation dan Coefficient Variance. Ketiga ukuran tersebut
berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya.
Standard deviation yang merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan
coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai
expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa
pendapatan, produksi atau harga. Penilaian risiko dengan menggunakan nilai
variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak

15
mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan
(expected return). Jika nilai variance dan standard deviation digunakan untuk
mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha
maka dikhawatirkan akan terjadi keputusan yang kurang tepat.
Keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu usaha harus
menggunakan perbandingan dengan ukuran satuan yang sama. Coefficient
Variance merupakan ukuran yang tepat dalam dalam menilai risiko suatu kegiatan
usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang
diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Uukuran coefficient variation merupakan
penilaian risiko terhadap kegiatan usaha yang sudah dilakukan dengan
mengukuran perbandingan satuan yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap
return.
Tujuan pengukuran risiko menurut Kountur (2008) yaitu menghasilkan apa
yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang
menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih
krusial dari risiko lainnya. Beberapa pengukuran risiko dapat dilakukan adalah
dengan pengukuran probabilitas, pengukuran dampak, serta pengukuran status
risiko. Penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemetaan risiko melakukan
metode lain yaitu dengan perhitungan probabilitas dengan menggunakan distribusi
normal (z-score) dan juga Value at Risk. Pengukuran risiko dilakukan untuk
mengetahui peluang terjadinya sebuah risiko serta dampak kerugian yang dapat
disebabkan.
Penanganan Risiko
Menurut Harwood et al. (1999), alternatif penanganan risiko produk
pertanian dapat diatasi dengan cara diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak
produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Dengan kata lain,
Ada empat cara menangani risiko yaitu dengan cara menghindari dengan tidak
mengambil risiko, mencegah timbulnya risiko untuk meminimalkan kemungkinan
terjadinya risiko, mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan
akibatnya, mengalihkan risiko ke pihak lain (asuransi).
Divesifikasi sering menjadi alternatif strategi untuk mengurangi risiko usaha.
Strategi diversifikasi ini dilakukan dengan alasan apabila usaha yang satu
memiliki memiliki hasil yang rendah, mungkin unit usaha lain akan memberikan
hasil yang lebih tinggi.
Menurut Kountur (2008) ada dua strategi penaganan risiko, yaitu preventif
dan mitigasi. Dapat dilihat pada Gambar 4 peta risiko dari kedua strategi
penangan risiko tersebut.
a. Preventif
Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi, preventif
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu membuat atau memperbaiki sistem,
mengembangkan sumber daya manusia, serta memasang atau memperbaiki
fasilitas fisik.
b. Mitigasi
Mitigasi merupakan strategi penanganan risiko yang ditujukan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari suatu risiko. Beberapa cara yang
termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah :

16
1. Diversifikasi pengelolaan produk yang dihasilkan. Diharapkan dengan
adanya diversifikasi produk yang memberikan hasil rendah dapat
diimbangi dengan hasil yang lebih besar dari produk lainnya.
2. Penggabungan (merger) adalah salah satu cara atau pola penanganan risiko
dengan cara penggabungan dengan pihak atau perusahaan lain.
3. Pengalihan Risiko merupakan cara untuk mengurangi dampak risiko, yaitu
dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain.
Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (1995), usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dika