Analisis Risiko Portofolio Produksi Hortikultura Di Puncak Berry Farm Agrowisata Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

ANALISIS RISIKO PORTOFOLIO PRODUKSI
HORTIKULTURA DI PUNCAK BERRY FARM
AGROWISATA CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR
JAWA BARAT

ENENG RYAN NOVIANTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Portofolio Produksi Hortikultura Di Puncak Berry Farm Agrowisata Cipanas,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Eneng Ryan Novianti
NIM H34124057

ABSTRAK
ENENG RYAN NOVIANTI. Analisis Risiko Portofolio Produksi Hortikultura Di
Puncak Berry Farm Agrowisata Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
Dibimbing oleh NETTI TINAPRILA.
Puncak Berry Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
agribisnis sekaligus agrowisata. Usaha yang dijalankan oleh Puncak Berry Farm
menghadapi permasalahan produksi yang menyebabkan produktivitas stroberi dan
sayuran yang diusahakan mengalami fluktuasi yang mengindikasikan adanya
risiko dalam usahanya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis risiko produksi
dalam pengelolaan stroberi dan sayuran pada kegiatan spesialisasi dan portofolio
(diversifikasi) yang dilakukan Puncak Berry Farm dan menyusun alternatif

strategi diversifikasi dengan menyajikan kombinasi komoditas yang tepat untuk
mengurangi besarnya risiko pada kegiatan diversifikasi yang dilakukan Puncak
Berry Farm. Hasil analisis risiko pada kegiatan spesialisasi diperoleh risiko yang
paling tinggi terdapat pada stroberi sedangkan yang paling rendah terdapat pada
pakcoy. Sedangkan, hasil analisis risiko diversifikasi menghasilkan kombinasi
stoberi dan brokoli merupakan diversifikasi yang paling tinggi risikonya,
sedangkan risiko yang paling rendah adalah stroberi dengan daun bawang.
Kata Kunci : stroberi, sayuran, risiko, spesialisasi, diversifikasi

ABSTRACT
ENENG RYAN NOVIANTI. Horticultural Production Portfolio Risk Analysis at
Puncak Berry Farm, Agrotourism Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
Supervised by NETTI TINAPRILA.
Puncak Berry Farm is an agrobusiness and agrotourism company.
Business doing by this company getting on problem production which causes the
productivity of strawberries and vegetables get on fluctuation was indicated any
risk on business. The purpose of this study was to analyze risk in the production of
strawberries and vegetables on the management of specialization and portfolio
(diversification) is performed at this company, and also formulate an alternative
strategy of diversification by providing the right combination of commodities to

reduce the magnitude of risk diversification activities undertaken by Puncak Berry
Farm.The results of the risk analysis in the specialization activities obtainthat the
highest risk is strawberries while the lowest is pakcoy. The result of
diversification risk analysis, strawberries and brocoli combination in the highest
risk diversification while the lowest risk is strawberries and leeks combination.
Keywords : strawberries, vegetable, risk, specialitation, diversification

ANALISIS RISIKO PORTOFOLIO PRODUKSI
HORTIKULTURA DI PUNCAK BERRY FARM
AGROWISATA CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR
JAWA BARAT

ENENG RYAN NOVIANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Analisis Risiko Portofolio Produksi Hortikultura Di Puncak
Berry Farm Agrowisata Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat
: Eneng Ryan Novianti
: H34124057

Disetujui oleh

Dr Ir Netti Tinaprila, MM

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei 2014 ini adalah Risiko
Produksi, dengan judul Analisis Risiko Portofolio Produksi Hortikultura Di
Puncak Berry Farm Agrowisata Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprila, MM selaku
pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan dalam penyusunan
skripsi ini. Kepada Ibu Dr Ir Anna Farianti, Msi selaku dosen penguji utama dan
kepada Bapak Arif Karyadi, SP selaku dosen akademik yang telah memberikan
saran, masukan dalam perbaikan skripsi ini. Di samping itu, penghargaan penulis

sampaikan kepada Bapak Heru selaku Pembimbing Lapangan sekaligus sebagai
pemilik perusahaan Puncak Berry Farm yang telah bersedia memberikan
informasi yang dibutuhkan selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman semua
atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Eneng Ryan Novianti

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

vi

DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

6


Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA
Risiko Produksi Hortikultura

6
6

Sumber-Sumber Risiko Produksi Hortikultura

7

Strategi Pengelolaan Risiko Produksi Hortikultura


8

RisikoPortofolio Produksi Hortikultura
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis

9
10
10

Konsep Risiko

11

Kategori Risiko

12

Teori Portofolio


14

Manajemen Risiko

15

Strategi Pengelolaan Risiko

16

Kerangka Pemikiran Operasional

17

METODE PENELITIAN

19

Lokasi dan Waktu Penelitian


19

Jenis dan Sumber Data

19

Metode Pengumpulan Data

20

Metode Pengolahan dan Analisis Data

20

Analisis Risiko Pada Kegiatan Spesialisasi

20

Analisis Risiko Pada Kegiatan Portofolio

22

Analisis Strategi Penanganan Risiko

27

Definisi Operasional

27

GAMBARAN UMUM

28

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Puncak Berry Farm

28

Organisasi dan Manajemen Puncak Berry Farm

28

Sumberdaya Perusahaan Puncak Berry Farm

31

Lahan dan bangunan

31

Sumberdaya Manusia

31

Teknis dan Teknologi Produksi di Puncak Berry Farm

33

Pola Tanam Usahatani di Puncak Berry Farm

40

Pemasaran Stroberi dan Sayuran di Puncak Berry Farm

40

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Risiko

43
43

Penilaian Risiko Produksi Pada Kegiatan Spesialisasi

44

Penilaian Risiko Produksi Pada Kegiatan Portofolio

46

Percobaan Bobot Portofolio Pada Kegiatan Diversifikasi

51

Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi
SIMPULAN DAN SARAN

53
54

Simpulan

54

Saran

54

DAFTAR PUSTAKA

55

LAMPIRAN

56

RIWAYAT HIDUP

61

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Volume dan nilai ekspor - impor komoditi hortikultura tahun 20112012
Produksi dan luas panen hortikultura di Indonesia tahun 2011-2012
Jumlah tenaga kerja di Puncak Berry Farm berdasarkan jenis kelamin
tahun 2014
Tingkat pendidikan tenaga kerja pada Puncak Berrya Farm tahun 2014
Jumlah tenaga kerja berdasarkan golongan umur pada Puncak Berry
Farm tahun 2014
Pengendalian hama pada stroberi
Kemasan dan ukuran stroberi pada Puncak Berry Farm
Daftar harga stroberi pada Puncak Berry Farm tahun 2014
Daftar harga sayuran pada Puncak Berry Farm pada awal tahun 2014

1
2
32
32
32
37
41
41
42

10
11
12
13
14

Tingkat produktivitas stroberi, brokoli, daun bawang, dan pakcoy
pada Puncak Berry Farm
Penilaian expected return produksi stroberi, brokoli, daun bawang,
dan pakcoy pada Puncak Berry Farm
Penilaian risiko pada kegiatan spesialisasi komoditas stroberi, brokoli,
daun bawang, dan pakcoy pada Puncak Berry Farm
Penilaian risiko pada kegiatan portofolio stroberi, brokoli, daun
bawang dan pakcoy pada Puncak Berry Farm
Perbandingan risiko produksi berdasarkan bobot portofolio
perencanaan dan yang ada di lapangan pada kegiatan portofolio
stroberi, brokoli, daun bawang, dan pakcoy pada Puncak Berry Farm

43
44
45
46

52

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Produktivitas stroberi pada Puncak Berry Farm
Produktivitas sayuran pada Puncak Berry Farm
Hubungan antara varian income dan expected income
Proses pengelolaan risiko perusahaan
Kerangka pemikiran operasional
Struktur organisasi pada Puncak Berry Farm
Layout tanam pada Puncak Berry Farm

4
5
12
16
18
29
40

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai sektor andalan dalam
membangun perekonomian nasional. Sektor ini mampu memperoleh keuntungan
yang menghasilkan devisa negara. Selain itu, pertanian juga merupakan salah satu
sektor yang dipersiapkan untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan
nilai ekonomis sehingga dapat bersaing pada era pasar bebas. Hal ini disebabkan
karena sektor pertanian telah ikut mendukung kehidupan ekonomi bangsa
Indonesia, salah satu komoditas pertanian adalah hortikultura. Hortikultura
menjadi komoditas yang penting dan strategis karena merupakan kebutuhan
pokok manusia. Hal tersebut menyebabkan permintaan produk hortikultura
semakin meningkat seiring bertambahnya pendapatan masyarakat dan jumlah
penduduk. Selain itu, preferensi konsumen serta pergeseran konsumsi masyarakat
pada dasarnya merupakan faktor penarik bagi pertumbuhan produk hortikultura.
Kekurangan kebutuhan hortikultura Indonesia saat ini masih dipenuhi oleh
komoditas impor. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan volume
dan nilai ekspor impor sektor pertanian pada tahun 2011-2012.
Tabel 1 Volume dan nilai ekspor - impor komoditi hortikultura tahun 2011-2012
No
1

2
3

4

Komoditi
Tanaman
Pangan
Ekspor
Impor
Hortikultura
Ekspor
Impor
Perkebunan
Ekspor
Impor
Peternakan
Ekspor
Impor

2011
Volume (Ton)

2012
Nilai
(000)US$

Volume

Pertumbuhan (%)
Nilai
(000)US$

Volume

Nilai

807 265
15 363 009

584 861
7 023 936

234 274
14 440 737

150 705
6 306 808

-70.98
-6.00

-74.23
-10.21

381 648
2 052 271

491 304
1 686 131

426 576
3 138 802

504 538
1 813 405

11.77
4.22

2.69
7.55

27 0 863 746
4 311 982

40 689 768
8 843 792

29 826 443
3 954 202

32 479 157
4 518 784

7.04
-8.30

-20.18
-48.90

906 997
1 190 630

1 599 071
3 044 801

185 675
1 201 742

556 527
2 698 100

-79.53
0.93

-65.20
-11.39

Sumber : Badan Pusat Statistika, diolah Pusdatin (2013)

Hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang
berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, dimana
volume ekspor mengalami peningkatan pada tahun 2012 sehingga berpotensi
untuk meningkatkan devisa negara. Tabel 1 menunjukkan bahwa volume ekspor
hortikultura pada tahun 2011 sebesar 381.648 ton meningkat menjadi 426.576 ton
pada tahun 2012 (11,77 persen). Sedangkan nilai ekspor pada Tahun 2011 sebesar
US$ 491.304 meningkat menjadi US$ 504.538 pada tahun 2012 (2,69 persen).
Peluang pasar komoditas hortikultura cukup besar, baik untuk pasar domestik
maupun ekspor. Peluang pasar ini dapat terus ditingkatkan melalui upaya
peningkatan daya saing produk (produktivitas, mutu, performan dan efisiensi
produksi) antara lain dengan penanganan yang baik mulai di tingkat on farm,

2

panen, pasca panen dan pemasaran. Selain itu, produk hortikultura dalam negeri
harus diarahkan untuk menjadi produk yang mampu mensubstitusi impor, dengan
cara promosi, peningkatan kesadaran mengkonsumsi produk hortikultura dalam
negeri, disamping memberikan berbagai kemudahan pada pasar ekspor. Volume
impor hortikultura tahun 2011 sebesar 2.052.271 ton meningkat menjadi
3.138.802 ton pada tahun 2012 (4,22 persen), dengan nilai impor pada tahun 2011
sebesar US$ 1.686.131 meningkat sebesar US$ 1.813.405 pada tahun 2012 (7,55
persen). Umumnya impor ini digunakan untuk mengisi permintaan khusus di
pasar-pasar modern, perhotelan dan menunjang pariwisata.
Komoditas hortikultura di Indonesia sangat beragam, yang terdiri dari
sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Kegiatan usahatani
hortikultura khususnya komoditas sayuran dan buah-buahan yang saat ini mulai
banyak dikembangkan, selain memiliki peranan yang sangat besar dalam rangka
pemenuhan gizi masyarakat, komoditas ini juga sangat potensial dan prospektif
untuk dijalankan karena metode pembudidayaannya sangat mudah dan
sederhana. 1 Akan tetapi, hal tersebut masih mengalami kendala karena tidak
didukung dengan produksi yang memadai. Perkembangan tanaman sayuran dan
tanaman buah didasarkan pula pada peningkatan produksi dan luas panen tanaman
hortikultura. Produksi dan luas panen hortikultura dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi dan luas panen hortikultura di Indonesia tahun 2011-2012
No

Uraian

Tahun
2011

2012

Produksi
Sayuran (Ton)
10 871 158
11 264 972
Buah-Buahan (Ton)
18 313 507
18 916 731
Tanaman Hias (Tangkai)
486 851 880
616 858 625
Tanaman Biofarmaka(Kg)
316 572 419
374 565 821
2 Luas Panen
Sayuran (Ha)
1 080 243
1 089 410
Buah-Buahan (Ha)
822 604
819 049
Tanaman Hias (M2)
18 679 164
19 212 083
Tanaman Biofarmaka(M2)
169 469 262
185 028 904
Sumber
: Badan Pusat Statistika dan Direktorat Jendral Hortikultura, 2013

Pertumbuhan
(%)

1

3.62
3.29
26.70
18.35
0.85
-0.43
2.37
9.18

Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan yang cukup baik untuk
produksi komoditas hortikultura di Indonesia tahun 2011 sampai 2012. Pada tahun
2012 sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan biofarmaka mengalami
peningkatan yang cukup baik. Tetapi, produksi sayuran dan buah-buahan masih
lebih rendah dibandingkan tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Peningkatan
produksi terhadap sayuran dan buah-buahan mempengaruhi volume dan nilai
ekspor-impor produk sayuran dan buah-buahan Indonesia. Berdasarkan informasi
tersebut tampak bahwa Indonesia lebih banyak mengimpor produk hortikultura
dari pada mengekspor. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan terhadap
sayuran dan buah-buahan sedangkan produksi sayuran dan buah-buahan tidak
1

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Perkembangan Ekspor Impor Komoditi Pertanian. Jakarta : Badan
Pusat Statistik

3

terlalu tinggi. Impor sayuran dan buah-buahan tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk memenuhi kekurangan produksi dalam negeri. Oleh sebab itu, banyak
peluang untuk meningkatkan produksi sayuran dan buah-buahan di Indonesia.
Jawa Barat sebagai sentra tanaman hortikultura di Indonesia dan merupakan
provinsi pemasok kebutuhan buah-buahan dan sayuran terbesar di Indonesia.
Cipanas merupakan salah satu daerah di wilayah Jawa Barat yaitu sekitar 80
kilometer dari Jakarta dan sekitar 20 kilometer dari Kota Cianjur, selain dikenal
sebagai wisata pegunungan, juga merupakan daerah penghasil sayuran. Kawasan
sayuran ini kini dikembangkan menjadi kawasan agropolitan hortikultura. 2 Hasil
produksi kabupaten Cianjur, khususnya disektor pertanian mudah dipasarkan. Hal
ini selain produksi pertanian merupakan kebutuhan rutin sehari-hari, juga
didukung oleh kemudahan-kemudahan pemasaran mengingat lokasi Cipanas
berada di lintasan jalur ekonomi regional Jawa Barat. Daerah Cipanas memiliki
potensi pertanian yang cukup tinggi untuk dikembangan menjadi kawasan
agrowisata, karena alamnya yang indah dan mempunyai udara yang segar
sehingga menjadi daya tarik wisatawan.
Puncak Berry Farm merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
agribisnis sekaligus agrowisata yang terletak di daerah Cipanas. Namun, usaha
yang dijalankan oleh Puncak Berry Farm menghadapi permasalahan produksi
yang menyebabkan produktivitas stroberi dan sayuran yang diusahakan
mengalami fluktuasi. Produk hortikultura sangat memiliki hubungan yang kuat
dengan kondisi dan situasi cuaca serta perubahan iklim global atau dampak
timbulnya global warming (pemanasan global yang bisa mempengaruhi pada
timbulnya musim kering). Kondisi ini bisa berdampak pada banyaknya tanaman
pertanian yang mati atau gagal panen, sehingga berpengaruh pada penurunan hasil
panen (Fahmi, 2010). Selain itu, dengan kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi
mengakibatkan produk hortikultura rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
Semua hal tersebut merupakan sumber-sumber risiko produksi hortikultura yang
harus dipahami dan dikelola apabila suatu perusahaan pertanian ingin berhasil.
Diversifikasi merupakan salah satu solusi yang digunakan untuk
mengurangi risiko produksi yang ada. Hasil perhitungan model portofolio ternyata
memberikan hasil yang jauh lebih baik dalam hal pengelolaan risiko, yaitu risiko
produksi menjadi lebih rendah dibandingkan dengan model tunggal (spesialisasi).
Tarigan (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis risiko produksi sayuran
organik pada Permata Hati Organic Farm, menunjukan hasil analisis risiko
dengan model perhitungan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi
dapat meminimalkan risiko. Selain itu, Sari (2012) dalam penelitiannya mengenai
analisis risiko produksi pembenihan melon menunjukan bahwa analisis risiko
produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan
diversifikasi pada beberapa varietas melon di satu sisi dapat menekan risiko
namun diversifikasi tidak selamanya dapat menekan risiko produksi. Bentuk
diversifikasi dalam pengusahaan sayuran dan buah-buahan umumnya terdiri dari
kombinasi beberapa sayuran dan buah-buahan yang tidak hanya mengacu pada
satu komoditas dalam satu periode waktu budidaya. Strategi pengelolaan risiko
melalui diversifikasi yang bertujuan untuk menekan risiko dalam usahatani

2

www.puncakview.com/Profil_Kab.Cianjur.htm (10 Maret 2014)

4

menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian mengenai
risiko produksi pada kegiatan diversifikasi penting untuk dilakukan.

Rumusan Masalah
Puncak Berry Farm memproduksi stroberi dengan beraneka ragam jenis
sayuran diantaranya brokoli, kembang kol, sawi, daun bawang, pakcoy, kangkung
dan lain-lain. Komoditas unggulan pada perusahaan ini antara lain stroberi,
brokoli, pakcoy dan daun bawang. Puncak Berry Farm dalam pengembangannya
usahanya sering mengalami fluktuasi atau variasi dalam produksi stroberi. Hal ini
diduga memiliki risiko dalam menjalankan kegiatan usahanya. Risiko dalam
produksi dapat disebabkan oleh kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit yang
sulit untuk diduga sebelumnya. Adanya risiko hasil produksi menimbulkan
ketidakpastian terhadap penerimaan yang akan diperoleh. Puncak Berry Farm
mengalami fluktuasi atau variasi produksi selama dua tahun terakhir, hal ini dapat
dilihat pada Gambar 1.

Produktivitas Stroberi
Produksi (Kg)/Polybag

0.70
0.60
0.50
0.40
0.30

Stroberi

0.20
0.10
0.00
0

2

4

6
8
Periode Produksi

10

12

14

Gambar 1 Produktivitas stroberi pada Puncak Berry Farm

Pada Gambar 1 terlihat bahwa produktivitas stroberi pada Puncak Berry
Farm selama 12 periode produksi mengalami fluktuasi. Hal ini dikarenakan
produksi stroberi di Puncak Berry Farm rentan terhadap perubahan cuaca. Selain
itu, bisa disebabkan dari kualitas bibit yang digunakan semakin menurun. Hal ini
akan berimplikasi terhadap penurunan penerimaan perusahaan dan mengurangi
minat pengunjung/wisatawan dalam memetik langsung stroberi. Sedangkan
perubahan harga komoditi pada Puncak Berry Farm biasanya jarang terjadi pada
komoditi stroberi. Selain itu, beberapa sayuran yang ada di Puncak Berry Farm

5

juga masih terjadi fluktuasi produksi. Produktivitas dari beberapa sayuran dapat
dilihat pada gambar 2.

Produksi (kg)/Polybag

Produktivitas Sayuran
2.000
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000

Brokoli
Daun
Bawang
Pakcoy

0

2

4

6

8

10

12

14

Periode Produksi

Gambar 2 Produktivitas sayuran pada Puncak Berry Farm

Pada gambar 2 terlihat juga produktivitas beberapa sayuran pada Puncak
Berry Farm pada tahun 2013 mengalami fluktuasi atau variasi produksi. Namun
fluktuasi yang terjadi tidak seperti stroberi yang sangat terlihat fluktuasi pada
setiap periode produksinya. Hal ini dikarenakan produksi sayuran pada Puncak
Berry Fam masih bisa ditangani dengan baik karena produksinya yang masih
sedikit, karena hanya berdasarkan permintaan dari pengunjung bukan sebagai
komoditi utama pada perusahaan.
Data di atas menunjukan bahwa Puncak Berry Farm dalam melakukan
produksi stroberi dan sayuran masih mengalami fluktuasi dan diduga dalam
proses produksi stroberi dan sayuran tersebut terdapat risiko produksi yang
dihadapi oleh Puncak Berry Farm. Dalam hal ini, Puncak Berry Farm dalam
usahanya telah melakukan sistem tumpang sari. Tumpang sari yang dilakukan
Puncak Berry Farm adalah dengan mengusahakan stroberi dan berbagai jenis
sayuran. Tumpang sari merupakan sistem penanaman yang dilakukan pada dua
komoditas atau lebih yang bertujuan agar penggunaan lahan lebih efektif. Selain
itu, ditujukan untuk meminimalkan risiko yang ada. Dengan demikian, tumpang
sari merupakan salah satu cara yang dilakukan Puncak Berry Farm untuk
mengurangi risiko yang terjadi pada kegiatan produksi stroberi dan beberapa jenis
sayuran. Berdasarkan gambaran kondisi tersebut, maka rumusan masalah yang
dapat diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.
Apakah pola diversifikasi (tumpang sari) yang dilakukan perusahaan
merupakan alternatif terbaik untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh
Puncak Berry Farm?
2. Bagaimana kombinasi komoditas yang tepat untuk meminimalisasi risiko
produksi yang dihadapi pada kegiatan diversifikasi?

6

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut :
1.
Menganalisis risiko produksi dalam pengelolaan stroberi dan sayuran pada
kegiatan spesialisasi dan portofolio (diversifikasi) yang dilakukan Puncak
Berry Farm.
2.
Menyusun alternatif strategi diversifikasi dengan menyajikan kombinasi
komoditas yang tepat untuk mengurangi besarnya risiko pada kegiatan
diversifikasi yang dilakukan Puncak Berry Farm.

Manfaat Penelitian
Dilakukan penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain:
1.
Bagi Puncak Berry Farm, penelitian ini diharapkanmenjadi bahan
pertimbangan dalam menjalankan usahanya saat menghadapi risiko
2.
Bagi penulis,penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan serta dapat menjadi wadah aplikasi ilmu-ilmu yang selama ini
dipelajari di bangku kuliah.
3.
Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi bagi penelitian selanjutnya di bidang yang sama.

Ruang Lingkup Penelitian
Puncak Berry Farm merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
agribisnis sekaligus agrowisata kegiatan bisnis yang dijalankan oleh Puncak Berry
Farm adalah budidaya stroberi dan sayuran. Komoditi yang dikaji pada penelitian
ini adalah stroberi, brokoli, pakcoy dan daun bawang. Hal ini dikarenakan
komoditas ini adalah komoditas unggulan dari perusahaan karena banyak
permintaan dan luasan lahan yang diusahakan untuk komoditas ini lebih besar
daripada komoditas yang lainnya.Penelitian ini menggunakan data per periode
produksi. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi pada
kegiatan spesialisasi dan portofolio serta alternatif penangan risiko.

TINJAUAN PUSTAKA
Risiko Produksi Hortikultura
Penelitian sebelumnya mengatakan adanya risiko produksi timbul karena
adanya sumber risiko. Sumber risiko mengakibatkan hasil panen yang diperoleh
tidak seperti yang diharapkan atau peningkatan dan penurunan dari target

7

yangingin dicapai. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis tentang risiko
produksi pada komoditas hortikultura diantaranya: Safitri (2009), Tarigan (2009)
Primasari (2011), Sianturi (2011), dan Sari (2012).
Sumber-Sumber Risiko Produksi Hortikultura
Risiko pada kegiatan produksi tidak berjalan dengan lancar maka dapat
mengakibatkan kerugian. Sumber-sumber penyebab terjadinya risiko pada suatu
kegiatan produksi hasil pertanian sebagian besar dapat disebabkan oleh faktorfaktor teknis seperti perubahan cuaca, iklim, hama dan penyakit, penggunaan
input serta kesalahan teknis (human error) dari sumberdaya manusia. Selain dari
faktor-faktor teknis, sumber-sumber penyebab risiko pada usaha pertanian dari
segini non-teknis digolongkan pada risiko pasar yang meliputi fluktuasi harga
input dan harga output.
Risiko pada bidang pertanian umumnya relatif lebih besar dibandingkan
dengan industri lainnya. Usaha di bidang pertanian umumnya produk yang
dimiliki mudah mengalami pembusukan dan harus mempunyai tempat
penyimpanan yang aman dan bersih agar produk tetap segar. Sebagai contoh,
menjual produk tepat waktu, jumlah yang dipanen disesuaikan dengan
kemampuan daya beli konsumen, memiliki lemari pendingin dan menjaga suhu
produk selalu berada dalam kondisi stabil dan segar. Selain itu, dalam bisnis
pertanian membutuhkan penanggulangan dalam bidang penyediaan pestisida
untuk jenis tanaman jika terserang hama, membutuhkan perawatan yang intensif
agar produk pertanian selalu dalam keadaan yang baik, naik turunnya harga input
akan memberi pengaruh pada harga jual serta keuntungan yang akan diperoleh
oleh perusahaan.
Primasari (2011) dalam penelitian mengenai risiko produksi tanaman hias
dan bibit tanaman buah di PT Istana Alam Dewi Tara.Sumber-sumber yang
menunjukkan adanya risiko dalam kegiatan produksi tanaman hias dan bibit
tanaman buah adalah perubahan iklim atau cuaca, serangan hama dan penyakit,
serta teknik perbanyakan tanaman (teknologi) yang kurang tepat. Hal yang sama
juga diperoleh Sianturi (2011) dalam penelitiannya mengenai pengusahaan bunga
pada PT Saung Mirwan menyimpulkan bahwa karakteristik setiap jenis bunga
turut menentukan jenis dan sumber risiko yang dihadapi. Sumber-sumber risiko
yang dihadapi PT Saung Mirwan dalam mengusahakan berbagai jenis bunga
antara lain kondisi cuaca atau iklim, hamadan penyakit, bibit, peralatan dan
bangunan, tenaga kerja serta harga produk. Sumber risiko yang paling potensial
terjadi adalah hama dan penyakit karena sumber risiko lainnya seperti pengaruh
cuaca dan iklim sudah bisa dikontrol dengan penggunaan green house.
Safitri (2009) dalam penelitiannya mengenai risiko produksi daun potong di
PT Pesona Daun Mas Asri. Risiko produksi bisa di akibatkan oleh kondisi cuaca
yang tidak pasti dan serangan hama penyakit yang sulit diduga sebelumnya. Pada
musim hujan produk yang dihasilkan cukup baik karena kebutuhan akan air dapat
tercukupi, namun saat musim kemarau datang kebutuhan akan air kurang
tercukupi sehingga dapat menyebabkan daun tidak dapat berproduksi dengan baik,
selain itu pada saat musim kemarau kondisi tanaman sangat rentan terhadap sinar
matahari yang berlebih yang bisa mengakibatkan daun menjadi kering seperti
terbakar. Sari (2012) dalam penelitiannya mengenai risiko produksi pembenihan
melon di CV Multi Global Agrindo. Sumber-sumber risiko produksi benih melon

8

antara lain kondisi cuaca dan iklim, hama dan penyakit, kegiatan produksi benih,
dan keterampilan tenaga kerja. Selain itu, penellitian Tarigan (2009) mengenai
risiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm. Sumbersumber risiko terjadi pada kondisi cuaca atau musim penghujan dimana sayuran
sangat rentan terhadap hama dan penyakit tanaman. Akibat adanya risiko produksi
menyebabkan penurunan tingkat produktivitas dan pendapatan perusahaan.
Sumber-sumber risiko dari segi non-teknis pada usaha pertanian
digolongkan pada risiko pasar. Puspitasari (2012) dalam penelitiannya mengenai
risiko pemasaran tanaman hias pot di PT Bina Usaha Flora mengungkapkan
bahwa risiko yang dihadapi oleh perusahaan berasal dari adanya fluktuasi
penjualan dari tanaman hias pot yang berdampak terhadap penerimaan perusahaan.
Fluktuasi penjualan pada tanaman tersebut diperngaruhi oleh beberapa sumber
risiko, yaitu adanya preferensi konsumen, adanya event tertentu, kurangnya
informasi pasar dan kerusakan tanaman pada saat pengiriman.
Berdasarkan peninjauan terhadap penelitian terdahulu, maka dari hasil
analisis risiko produksi yang telah dilakukan menunjukan bahwa suatu kegiatan
produksi usaha pertanian khususnya produk hortikultura tidak akan terlepas dari
sumber-sumber risiko produksi. Dari penelitian-penelitian terdahulu diperoleh
variabel-variabel yang menjadi sumber-sumber risiko antara lain faktor cuaca atau
iklim, hama dan penyakit, kualitas bibit, kinerja sumberdaya manusia dan
teknologi. Variabel-variabel tersebut diduga menjadi sumber risiko pada
perusahaan agrowisata yang diteliti dalam penelitian ini.
Strategi Pengelolaan Risiko Produksi Hortikultura
Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan untuk menekan dampak yang
ditimbulkan risiko. Strategi pengelolaan risiko dalam pertanian Kaan (2002)
dalam Sianturi (2011) antara lain 1) mengurangi risiko dalam operasi, misalnya
diversifikasi produk, 2) transfer atau pengalihan risiko di luar operasi, misalnya
kontrak produksi dan 3) membangun kemampuan operasi untuk bertahan dari
adanya risiko, misalnya memelihara aset lancar.
Sianturi (2011) dalam penelitiannya upaya yang dilakukan oleh PT Saung
Mirwan dalam mengatasi risiko yang dihadapi adalah dengan terlebih dahulu
mengidentifikasi risiko-risiko yang ada kemudian dievaluasi selanjutnya diambil
tindakan untuk meminimalisir risiko. PT Saung Mirwan melakukan strategi
sebagai upaya pengendalian risiko. Primasari (2011) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa diperlukan strategi lain yang dilakukan perusahaan dalam
pengelolaan risiko agar lebih meminimalkan risiko yang ada. Strategi lain yang
perlu diterapkan PT Istana Alam Dewi Tara adalah dengan memperhatikan cara
perbanyakan tanaman yang tepat; penggunaan media tanam yang baik;
membersihkan area pertanaman dari gulma atau rumput liar yang tumbuh
disekitar area untuk menghindari serangan hama; serta mengoptimalkan
pelaksanaan manajemen perusahaan. Usulan strategi ini diharapkan dapat lebih
meminimalkan risiko produksi pada kegiatan diversifikasi yang dilakukan PT
Istana Alam Dewi Tara.
Sari (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa strategi pengelolaan
risiko yang diterapkan oleh CV MGA berdasarkan sumber-sumber risiko yang ada
antara lain pengelolaan risiko produksi yang disebabkan kondisi cuaca yang sulit
untuk diprediksi, hama dan penyakit, kesalahan pada kegiatan produksi benih, dan

9

tenaga kerja yang kurang terampil dan teliti. Selain itu, pengelolaan risiko juga
dilakukan dengan upaya diversifikasi. Hasil penelitian Puspitasari (2012)
menjelaskan strategi penanganan risiko yang dapat dilakukan oleh PT Bina Usaha
Flora untuk meminimalkan risiko adalah melakukan diversifikasi usaha, integrasi
vertikal, kemitraan, promosi yang lebih efektif, networking yang luas, serta
kontrak pemasaran. Selain itu, Safitri (2009) hasil penelitianya menjelaskan
Strategi yang dilakukan oleh PT PDMA untuk dapat mengatasi risiko yang ada
yaitu dengan diversifikasi dan pola kemitraan.
Staretgi yang dikemukakan oleh Tarigan (2009) yaitu penanganan untuk
mengatasi risiko produksi Permata Hati Organic Farm dapat dilakukan dengan
pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Selain itu, untuk penanganan
risiko juga dapat dilakukan kemitraan produksi dengan petani sekitar yang
memproduksi sayura norganik serta kemitraan dalam penggunaan input, serta
perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsifungsi manajemen yang terarah dengan baik.
Berdasarkan peninjauan terhadap penelitian terdahulu, strategi pengelolaan
risiko yang dilakukan sebagai upaya penanganan risiko diantaranya melalui
identifikasi sumber-sumber risiko, memperhatikan cara perbanyakan tanaman
yang tepat, penggunaan media tanam yang baik, membersihkan area pertanaman
dari gulma atau rumput liar yang tumbuh disekitar area untuk menghindari
serangan hama, serta mengoptimalkan pelaksanaan manajemen perusahaan
dengan melakukan diversifikasi dan pola kemitraan.

Risiko Portofolio Produksi Hortikultura
Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan kombinasi
investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risikoyang dihadapi. Dasar
teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana
hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan
menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling
menghilangkan jika beberapa jenis investasi. Oleh karena itu, dilakukan analisis
kombinasi dua aset atau lebih (portofolio) untuk menganalisis risiko kombinasi
dari semua yang memungkinkan berisiko dibandingkan dengan individual aset.
Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan
dengan menggunakan Expected return dan metode analisis seperti Variance,
Standard Deviation (simpangan baku),dan Coefficient Variation. Ketiga ukuran
tersebut mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya, dan variance sebagai
penentu untuk mengukur nilai Standard Deviation (simpangan baku),dan
Coefficient Variation. Semakin kecil nilai ketiga ukuran tersebut mencerminkan
semakin kecil tingkat risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
Sianturi (2011) dalam penelitiannya mengenai analisis risiko pengusahaan
bunga pada PT Saung Mirwan menggunakan metode analisis risiko yaitu
Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variance serta melihat pengaruh
diversifikasi untuk menekan risiko. Hasil dari analisis risiko portofolio
(diversifikasi) pada beberapa komoditas bunga di satu sisi dapat menekan risiko
namun diversifikasi tidak selamanya dapat menekan risiko. Sehingga dalam
penelitiannya memberikan saran yang direkomendasikan adalah diversifikasi yang

10

dilakukan oleh PT Saung Mirwan selain untuk merespon pasar perlu dikaitkan
juga dengan upaya menekan risiko dengan cara memilih kombinasi komoditas
yang paling rendah risikonya. Pada penelitian Primasari (2011) mengenai analisis
risiko produksi tanaman hias dan bibit tanaman buah di PT Istana Alam Dewi
Tara. Penilaian risiko yang dilakukan adalah dengan menghitung risiko pada
kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Hasil analisis pada kegiatan diversifikasi
dua komoditas, ternyata didapat risiko diversifikasi yang lebih tinggi
dibandingkan risiko spesialisasinya. Sebaliknya diversifikasi empat komoditas
yang dilakukan PT Istana Alam Dewi Tara merupakan strategi yang tepat untuk
meminimalkan risiko karena dapat menurunkan risiko pada risiko spesialisasinya.
Namun strategi ini belum sepenuhnya dapat meminimalkan risiko, untuk itu
diperlukan pula strategi lain dalam pengelolaan risiko agar lebih meminimalkan
risiko yang ada.
Analisis risiko yang digunakan oleh Safitri (2009) menggunakan model
analisis tunggal (spesialisasi) dan analisis portofolio (diversifikasi).Dengan
menggunakan model tunggal (spesialisasi), philodendron marble memiliki risiko
produksi yang lebih tinggi dibandingkan tanaman Asparagus bintang jika
acuannya adalah produktivitas. Tetapi jika menggunakan acuan pendapatan bersih
maka tanaman yang memiliki risiko produksi tertinggi adalah komoditas
Asparagus bintang. Namun hasil perhitungan model portofolio ternyata
memberikan hasil yang jauh lebih baik dalam hal pengelolaan risiko, yaitu risiko
produksi menjadi lebih rendah dibandingkan dengan model tunggal (spesialisasi).
Selain itu, Tarigan (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis risiko produksi
sayuran organik pada Permata Hati Organic Farm, menunjukan hasil analisis
risiko dengan model perhitungan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan
diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Sari (2012) dalam penelitiannya
menunjukan bahwa analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan
portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi pada beberapa varietas
benih melon di satu sisi dapat menekan risiko namun diversifikasi tidak
selamanya dapat menekan risiko produksi.
Berdasarkan peninjauan terhadap penelitian terdahulu, maka dari hasil
analisis risiko portofolio yang telah dilakukan menunjukan bahwa suatu kegiatan
produksi usaha pertanian dengan melakukan diversifikasi dapat menekan atau
meminimalisasi risiko. Adanya diversifikasi maka kegagalan pada salah satu
usaha diharapkan bisa dikompensasi dari usaha yang lainnya.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun
kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab-sub
bab berikut :

11

Konsep Risiko
Risiko dalam kegiatanbisnis pada umunya akan menimbulkan dampak
negatif terhadap pelaku bisnis. Seperti yang dikemukakan oleh Harwood, et al
(1999) bahwa risiko menunjukkan kemungkinan kejadian yang menimbulkan
kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya. Menurut Kountur (2004), risiko
berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya
atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi, masih
menurut Kountur (2008) risiko itu berhubungan dengan suatu kejadian, dimana
kejadian tersebut memiliki kemungkianan untuk terjadi atau tidak terjadi dan jika
terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan.
Setiap bisnis yang dijalankan pasti memiliki risiko dan ketidakpastian. Hal
ini bertentangan dengan perilaku individu yang menginginkan kepastian dalam
berusaha. Indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan
adanya variasi atau fluktuasi, seperti fluktuasi produksi, harga atau pendapatan.
Untuk meminimalkan risiko yang mungkin dihadapi, dibutuhkan penilaian atau
analisis risiko yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan.
Kepuasan atau utilitas yang diterima petani (manager) dari setiap
pengeluaran dalam skala besar menentukan strategi yang akan dijalankan.
Maksimalisasi utilitas menjadi kriteria pilihan yang dibuat oleh manajer. Tujuan
yang ingin dicapai manager adalah maksimalisasi utilitas dan bukan peningkatan
pendapatan semata (Debertin, 1986).
Prilaku setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda satu sama
lain. Hubungan antara varian return yang merupakan ukuran dari tingkat risiko
yang dihadapi, dengan return yang diharapkan (expected return) yang merupakan
ukuran dari tingkat kepuasan pembuat keputusan. Perilaku pembuat keputusan
dalam menghadapi risiko tersebut diklasifikan menjadi tiga kategori sebagai
berikut:
1.
Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (Risk Averse) yaitu perilaku
individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan menghindari risiko.
Kurva Risk Averse menunjukkan adanya kenaikan variance income yang
merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan menaikkan income
yang diharapkan.
2.
Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) menunjukkan
adanya kenaikan variance income yang merupakan ukuran tingkat risiko
tidak akan diimbangi menaikkan income yang diharapkan. Artinya, jika
varian income semakin tinggi, maka expected income akan tetap.
Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Taker/Lover)
menunjukkan adanya kenaikan variance income akan diimbangi oleh pembuat
keputusan dengan kesediaanya menerima income yang diharapkan lebih rendah.
Risk Lover cenderung menganggap risiko sebagai suatu hal yang tidak perlu
dikhawatirkan. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat dijelaskan
dengan teori utilitas seperti terlihat pada Gambar 3.

12

Expected
Income

Expected
Income

Income Variance
Risk Natural

Income Variance
Risk Averse

Expected
Income

Income Variance
Risk Lover

Gambar 3 Hubungan antara varian income dan expected income
Sumber : Debertin, 1986

Kategori Risiko
Risiko dapat dikategorikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko,
akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan kejadian yang terjadi
(Kountur, 2008).
1.
Risiko dari Sudut Pandang Penyebab
Risiko jika dilihat dari sudut pandang penyebab terjadinya risiko, ada
duamacam risiko yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan
adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat
bunga, dan mata uang asing. Jadi, risiko yang disebabkan oleh terjadinya
perubahan harga, perubahan tingkat bunga, atau perubahan mata uang asing
disebut sebagai risiko-risiko keuangan. Sedangkan risiko operasional adalah
risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan, faktor-faktor non
keuangan tersebut yaitu manusia, teknologi, dan alam.
2.
Resiko dari Sudut Pandang Akibat
Risiko dari sudut pandang akibat, dapat dibagi menjadi 3 yaitu risikomurni
versus risiko spekulatif, risiko statis versus risiko dinamis dan risiko subjektif
versus risiko objektif. Adapun penjelasan dari masing-masing risiko tersebut
adalah:
a.
Risiko murni versus risiko spekulatif
Risiko dianggap sebagai risiko murni jika suatu ketidakpastian
terjadi,maka kejadian tersebut pasti menimbulkan kerugian, tidak ada
kemungkinan akan menghasilkan keuntungan. Perusahaan menghadapi
berbagai hal dalam risiko ini. Contohnya adalah, barang rusak karena

13

terbakar, barang terhanyut akibat banjir, kerusakan mesin, dan kehancuran
gudang. Kebalikan risiko murni adalah risiko spekulatif yaitu risiko dimana
kita mengharapkan terjadinya untung atau kerugian. Contohnya usaha bisnis,
kerugian akibat spekulatif akan merugikan individu tertentu tetapi akan
menguntungkan individu lainnya.
b.
Risiko statis versus risiko dinamis
Munculnya risiko statis ini dari kondisi keseimbangan tertentu.
Contoh risiko murni statis adalah, ketidakpastian dari terjadinya sambaran
petir dan angin topan. Risiko dinamis mungkin murni mungkin juga
spekulatif. Contoh risiko dinamis adalah urbanisasi, perkembangan
teknologi yang kompleks dan perubahan undang-undang atau peraturan
pemerintah.
c.
Risiko subjektif versus risiko objektif
Risiko subjektif adalah risiko yang berkaitan dengan kondisi mental
seseorang yang mengalami keragu-raguan atau cemas akan terjadinya
kejadian tertentu. Subjektif atas risiko tertentu mungkin juga bersifat murni
atau spekulatif, dan statis atau dinamis. Intinya, risiko subjektif adalah
ketidakpastian secara kejiwaan yang berasal dari sikap mental atau kondisi
pikiran seseorang. Risiko objektif adalah probabilitas penyimpangan aktual
dari yang diharapkan (dari rata-rata) sesuai pengalaman. Risiko objektif
lebih mudah diamati secara akurat dibandingkan dengan risiko subjektif
karena dapat diukur.
3.
Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas
Aktivitas yang dapat menimbulkan risiko ada berbagai macam, misalnya
aktivitas pemberian kredit, risikonya disebut risiko kredit. Seseorang yang
melakukan perjalanan juga dapat menghadapi risiko, yang disebut risiko
perjalanan. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah
aktivitas yang ada.
4.
Risiko dari Sudut Pandang Kejadian
Umumnya terdapat beberapa kejadian dalam suatu aktivitas, sehingga
kejadian adalah salah satu bagian dari aktivitas. Sebagai contoh, dari sudut
pandang penyebabnya, risiko kebakaran termasuk kategori risiko operasional
karena disebabkan oleh faktor-faktor operasional dan bukan faktor keuangan.
Risiko kebakaran termasuk kategori risiko murni dari sudut pandang akibatnya,
karena kebakaran yang terjadi hanya rugi saja. Risiko kebakaran dapat
dimasukkan sebagai salah satu bagian dari aktivitas, misalnya mengendarai mobil,
banyak aktivitas yang bisa menimbulkan kebakaran seperti, memasang kabel
listrik, memasak dan lain-lain. Agar risiko dapat dikelola dengan baik, seharusnya
dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Hanya dengan menyatakan risiko
berdasarkan kejadian, baru dapat diketahui cara-cara apa yang dapat dilakukan
untuk mengelola risiko tersebut. Sangat sulit mengelola risiko yang dinyatakan
berdasarkan aktivitas karena aktivitas masih bersifat sangat umum. Dalam suatu
aktivitas masih terdapat bermacam-macam kejadian, kejadian yang berbeda
membutuhkan penanganan yang berbeda. Darmawi (2008) mengemukakan
beberapa jenis risiko, yaitu:
1) Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian), chance of loss
biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana

14

terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu
kemungkian kerugian.
2) Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian),
istilah“possibility” berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada
diantara nol dansatu. Definisi ini merupakan pengertian risiko yang
hampir mendekati pengertian risiko dalam kehidupan sehari-hari, akan
tetapi definisi ini agaklonggar, tidak cocok dipakai dalam analisis secara
kuantitatif.
3) Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian), yaitu adanya risiko
karena adanya ketidakpastian. Kondisi yang tidak pasti itu disebabkan
oleh beberapahal yaitu:
- Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan
ituberakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar
ketidakpastiannya.
- Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan
- Keterbatasan pengetahuan/ keterampilan/ teknik mengambil
keputusan dan sebagainya
Teori Portofolio
Pengukuran risiko menjadi sangat penting dalam tahapan analisis
risikokarena tahapan ini dapat menentukan relatifitas penting atau tidaknya risiko
tersebut untuk ditangani dan untuk memperoleh informasi yang akan membantu
dalam menetapkan kombinasi strategi manajemen risiko. Untuk menentukan
banyaknya kejadian yang dianggap berisiko dapat menggunakan konsep
perhitungan peluang. Hasil dari perhitungan peluang ini akan menunjukkan
seberapa sering perusahaan menghadapi periode atau hasil yang sesuai dengan
harapan, melebihi harapan dan tidak sesuai dengan harapan. Portofolio dalam
bidang pertanian umumnya dilakukan dengan menanam lebih dari satu tanaman
dalam satu lahan pada waktu bersamaan.
Portofolio bertujuan mencari hasil pengembalian tertinggi dari proporsi
penggunaan lahan pada tingkat risiko terendah dengan hasil tertentu. Menurut
Hardwood et al. (1999) teori diversifikasi atau portofolio merupakan manajemen
strategi untuk menekan risiko dengan mengusahakan beberapa aktivitas usaha
atau aset. Hal ini berdasarkan jika salah satu aktivitas usaha gagal atau tidak
memberikan hasil yang diharapkan pengusaha bisa menutupi kerugian tersebut
dari aktivitas lain yang memberikan keuntungan lebih. Pengukuran risiko juga
mencakup proses penilaian risiko. Menurut Elton dan Grubber (1995) terdapat
beberapa penilaian risiko yaitu, perhitungan varian (variance), standar deviasi
(standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga alat ukur
penilaian risiko ini saling berkaitan satu sama laindengan nilai varian sebagai
dasar perhitungan untuk pengukuran lainnya. Standar deviasi merupakan akar
kuadrat dari perhitungan nilai varian, sedangkan koefisien variasi merupakan rasio
antara nilai standar baku dengan nilai expected return. Expected return merupakan
nilai atau hasil yang diharapkan oleh pengusaha atau pelaku usaha. Expected
return dapat berbentuk jumlah produksi, jumlah penjualan, dan penerimaan atau
pendapatan.
Alat analisis risiko dengan model varian dan standar deviasi sering sekali
dianggap kurang tepat apabila dibandingkan dengan penerimaan (return). Varian

15

dan standar deviasi hanya menunjukkan nilai risiko secara absolut. Khususnya
apabila dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam menajemen
perusahaan, model perhitungan dengan varian dan standar deviasi tidak layak.
Untuk mengatasi hal itu, model perhitungan dengan menggunakan koefisien
variasi merupakan model yang paling sesuai. Koefisien variasi sudah
memperhitungkan antara nilai risiko yang dihadapi sebuah perusahaan dan
perbandingannya dengan setiap satu-satuan penerimaan (return) yang diperoleh
oleh perusahaan sehingga pada akhirnya pernyataan yang mengatakan „high risk
high return’ dapat diuji dan dilihat kebenarannya dalam kasus yang dihadapi
perusahaan.
Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan pelaku bisnis dalam menginvestasikan
dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau
aset.kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan dengan
diversifikasi. Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa
investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal
ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin
pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori portofolio membahas portofolio
yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi
pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu
hasil tertentu.
Manajemen Risiko
Menurut Darmawi (2008), manajemen risiko adalah suatu usaha
untukmengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan
perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih
tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu dipahami tentang konsep-konsep yang
dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses
manajemen tersebut. Menurut Kountur (2004), manajemen risiko adalah cara-cara
yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang
disebabkan oleh adanya risiko. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh
kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk
mencapai tujuan perusahaan. Penanganan risiko yang baik segala kemungkinan
kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan sehingga biaya
menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perusahaan akan mendapatkan keuntungan
yang lebih besar.
Ada empat cara menangani risiko yaitu dengan cara menghindari
dengantidak mengambil risiko, mencegah timbulnya risiko untuk meminimalkan
kemungkinan terjadinya risiko, mengurangi kerugian akibat risiko untuk
meminimalkan akibatnya, mengalihkan risiko ke pihak lain. Suatu risiko yang
kemungkinan terjadinya besar dan konsekuensinya juga besar maka cara yang
terbaik untuk menangani risiko tersebut adalah menghindar. Jika tidak
dapatmenghindar dan harus menghadapi risiko maka cara yang bisa dilakukan
adalah mencegah; membuat kemungkinan terjadinya risiko sekecil mungkin.
Selain mencegah kerugian, akibat dari kerugian itu perlu dikurangi, pengurangan
kerugian akibat risiko dilakukan terutama jika konsekuensi dari risiko tersebut
besar.

16

Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah
bagaimanacara menangani semua risiko yang ada di