Pengusangan Cepat Fisik serta Penyimpanan Benih Koro Pedang (Canavalia ensiformis (L.) DC.) Menggunakan Ruang Simpan dan Kemasan Berbeda

PENGUSANGAN CEPAT FISIK SERTA PENYIMPANAN BENIH
KORO PEDANG (Canavalia ensiformis (L.) DC.) MENGGUNAKAN
RUANG SIMPAN DAN KEMASAN BERBEDA

NANING EMILIA RAHMAWATI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengusangan Cepat
Fisik serta Penyimpanan Benih Koro Pedang (Canavalia ensiformis (L.) DC.)
Menggunakan Ruang Simpan dan Kemasan Berbeda adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Naning Emilia Rahmawati
NIM A24100172

ii

ABSTRAK

NANING EMILIA RAHMAWATI. Pengusangan Cepat Fisik serta Penyimpanan
Benih Koro Pedang (Canavalia ensiformis (L.) DC.) Menggunakan Ruang
Simpan dan Kemasan Berbeda. Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI
dan MEMEN SURAHMAN.
Kondisi lingkungan simpan (suhu dan RH) dan jenis kemasan merupakan
faktor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pengusangan cepat secara fisik terhadap
viabilitas dan vigor benih koro pedang serta mendapatkan ruang simpan dan jenis
kemasan yang tepat untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih koro

pedang selama penyimpanan. Penelitian terdiri atas 2 percobaan. Percobaan I
menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan lama
penderaan fisik sebagai faktornya, yang terdiri atas 0, 30, 60, 90, 120, 150, dan
180 menit. Benih didera pada kondisi suhu (40 ºC) dan RH tinggi (>90%)
menggunakan alat pengusangan cepat tipe IPB 77-1 MMM. Percobaan II
menggunakan rancangan percobaan tersarang dengan 2 faktor. Faktor pertama
berupa ruang simpan yang terdiri atas ruang suhu kamar dan ruang ber-AC. Faktor
kedua jenis kemasan yang terdiri atas 3 taraf yaitu karung plastik, jerigen plastik,
dan plastik polypropylene. Hasil percobaan I menunjukkan bahwa penderaan fisik
dengan suhu dan RH tinggi efektif menurunkan viabilitas dan vigor benih serta
meningkatkan kadar air benih koro pedang. Hasil percobaan II menunjukkan
bahwa penyimpanan benih koro pedang pada ruang suhu kamar menghasilkan
kadar air, viabilitas, dan vigor benih lebih tinggi dibandingkan penyimpanan pada
ruang ber-AC. Penyimpanan benih koro pedang dengan karung plastik
menghasilkan kadar air, viabilitas, dan vigor benih lebih tinggi dibandingkan
dengan penyimpanan dengan jerigen plastik dan plastik polypropylene.
Kata kunci: kadar air benih, lama penderaan, periode simpan, viabilitas benih,
vigor benih

iii


ABSTRACT

NANING EMILIA RAHMAWATI. Physical Accelerated Aging Test and
Storaged of Jack Bean Seed (Canavalia ensiformis (L.) DC.) Using Different
Storage Room and Packaging Materials. Supervised by TATIEK KARTIKA
SUHARSI and MEMEN SURAHMAN.
Environment of storage conditions (temperature and RH) and type of
packaging are important factors affecting seed storability. The aim of this research
was to determine physical accelerated aging effect to jack bean seed viability and
vigor, get the right storage room and pakaging materials to maintain seed viability
and vigor during storage. The research consisted of 2 experiments. Experiment I
using Randomize Complete Block Design (RKLT) with physical aging periods as
a factor, which consisted of 0, 30, 60, 90, 120, 150, and 180 minutes aging
periode. Seed was aged in high temperature (40 ºC) and high RH (>90%) using
accelerated aging machine IPB 77-1 MMM type. Experiment II using a nested
design with two factors. The first factor was storage room that consist of ambient
storage condition and air-conditioned room. The second factor was packaging
materials that consists of 3 levels i.e plastic bags, plastic jerrycans, and plastic
polypropylene. The results of experiment I showed that phyisical accelerated

aging with high temperature and humidity effectively decrease the viability and
vigor as well as increase the moisture content of jack bean seed. Experiment 2
showed that the jack been seed storage in ambient storage condition produce
higher moisture content, viability, and vigor than storage in air-conditioned room.
Jack bean seed storage using plastic bags produce higher moisture content,
viability, and vigor than storage using plastic jerrycans, and plastic polypropylene.
Keywords: aging periods, seed moisture content, seed viability, seed vigor,
storage period

iv

v

PENGUSANGAN CEPAT FISIK SERTA PENYIMPANAN BENIH
KORO PEDANG (Canavalia ensiformis (L.) DC.) MENGGUNAKAN
RUANG SIMPAN DAN KEMASAN BERBEDA

NANING EMILIA RAHMAWATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

vi

vii
Judul Skripsi : Pengusangan Cepat Fisik serta Penyimpanan Benih Koro Pedang
(Canavalia ensiformis (L.) DC.) Menggunakan Ruang Simpan dan
Kemasan Berbeda
Nama
: Naning Emilia Rahmawati
NIM

: A24100172

Disetujui oleh

Dr Dra Tatiek Kartika Suharsi, MS
Dosen Pembimbing 1

Prof Dr Ir Memen Surahman, MSc Agr
Dosen Pembimbing 2

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

viii

ix


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan,
rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi yang
berjudul Pengusangan Cepat Fisik Serta Penyimpanan Benih Koro Pedang
(Canavalia ensiformis (L.) DC.) Menggunakan Ruang Simpan dan Kemasan
Berbeda dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan bagian dari tugas
akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Dra Tatiek Kartika Suharsi,
MS dan Prof Dr Ir Memen Surahman, MSc Agr selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian hingga
penulisan skripsi, Bapak Rahmat dan staf KP. Leuwikopo yang banyak membantu
dalam pelaksanaan penelitian, serta Dr Ir Diny Dinarti, Msi selaku dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat, motivasi, dan
pengarahannya.
Selain itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada orang tua, Om
Rien, Tante Maria, adik-adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa

dan kasih sayangnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman AGH 47 “Edelweiss”
yang telah memberikan semangat dan bantuan selama penelitian hingga skripsi.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Nopember 2014
Naning Emilia Rahmawati

x

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

vii
vii
vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Koro Pedang

2


Penyimpanan Benih

3

Pengemasan Benih

4

Metode Pengusangan Cepat

4

METODE PENELITIAN

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

5


Bahan Penelitian

5

Peralatan Penelitian

6

Analisis Data

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Viabilitas Benih Sebelum Perlakuan

10

Percobaan I : Pengusangan Cepat Fisik Benih Koro Pedang

11

Percobaan II : Penyimpanan Benih Koro Pedang Menggunakan Kemasan
dan Ruang Simpan Berbeda

14

SIMPULAN DAN SARAN

24

Simpulan

24

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

27

RIWAYAT HIDUP

28

xii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kadar air dan viabilitas awal benih koro pedang sebelum perlakuan
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh lama penderaan terhadap tolok ukur
pengamatan
Pengaruh lama penderaan terhadap kadar air, potensi tumbuh
maksimum, dan viabilitas benih koro pedang
Pengaruh lama penderaan terhadap vigor benih koro pedang
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh ruang simpan dan jenis kemasan
terhadap tolok ukur pengamatan selama periode simpan 1–6 bulan
Pengaruh ruang simpan terhadap kadar air, potensi tumbuh maksimum,
dan viabilitas benih koro pedang selama periode simpan 1–6 bulan
Pengaruh ruang simpan terhadap vigor benih koro pedang selama
periode simpan 1–6 bulan
Pengaruh jenis kemasan terhadap kadar air, potensi tumbuh maksimum,
dan viabilitas benih koro pedang selama periode simpan 1–6 bulan
Pengaruh jenis kemasan terhadap vigor benih koro pedang selama
periode simpan 1–6 bulan

10
11
12
13
15
16
18
21
22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Alat pengusangan cepat (a) APC IPB 77-1 MMM (b) wadah benih
dari APC IPB 77-1 MMM
Jenis kemasan yang digunakan (a) karung plastik, (b) jerigen plastik, (c)
plastik polypropylene
Keragaan kecambah abnormal dari hasil pengusangan cepat secara fisik
Kriteria kecambah koro pedang (a) normal, (b) abnormal

6
7
12
20

DAFTAR LAMPIRAN

1
2

Suhu ruang kamar dan ruang ber AC selama periode simpan 1-6 bulan
RH ruang kamar dan ruang ber AC selama periode simpan 1-6 bulan

27
27

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman kacang-kacangan (anggota famili Leguminosae) merupakan
sumber makanan penting kedua setelah serealia. Kacang-kacangan sudah ditanam
lebih dari 6 000 tahun yang lalu. Leguminosae memiliki lebih dari 600 genus dan
12 000 spesies, tetapi hanya 25 spesies yang saat ini dikonsumsi secara luas
(Ashworth 2002). Fakta ini memberikan peluang yang sangat besar dalam
pengembangan kacang-kacangan di Indonesia. Masih banyak jenis kacangkacangan di Indonesia yang belum populer di masyarakat tetapi memiliki banyak
manfaat, salah satunya adalah koro pedang (Canavalia ensiformis (L.) DC).
Pengembangan koro pedang di Indonesia memiliki tujuan utama untuk
mengurangi kebutuhan kedelai di Indonesia. Kebutuhan Indonesia terhadap
kedelai sekitar 2.2 juta ton tahun-1. Sementara produksi kedelai Indonesia hanya
mampu memenuhi 30–40% dari kebutuhan nasional tersebut. Oleh karena itu,
perlu dikembangkan komoditas lain yang dapat digunakan sebagai subtitusi
kedelai. Salah satu komoditas yang berpeluang adalah koro pedang yang mudah
dibudidayakan secara monokultur maupun tumpang sari serta adaptif pada lahan
kering (Puslitbangtan 2007).
Produksi koro pedang di Indonesia masih terpusat di beberapa daerah,
diantaranya: Kebumen, Grobogan, Jember, Bogor, NTB, dan Sulawesi Selatan.
Produksi koro pedang yang masih terpusat di beberapa daerah membutuhkan
adanya sosialisasi untuk lebih mengenalkan koro pedang di Indonesia. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan produksi koro pedang, sehingga koro pedang dapat
digunakan sebagai salah satu bahan pangan subtitusi kedelai. Tingginya impor
kedelai di Indonesia diharapkan mampu dikurangi dengan adanya produksi koro
pedang ini. Peluang pengembangan koro pedang masih terbuka luas diantaranya
melalui perluasan area tanam baru, Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP),
tersedianya paket teknologi baru, benih unggul bermutu serta peluang pasar yang
cukup besar akibat meningkatnya kebutuhan konsumsi dan berkembangnya
industri olahan (susu, tahu, mie, minyak, biskuit, selai, bubur, dan kosmetik)
(Dirjen TP 2013).
Rencana produksi koro pedang dalam jumlah besar dan berkelanjutan perlu
didukung oleh ketersediaan bahan tanam yang bermutu dan memadai. Penyediaan
benih dalam jumlah besar mengakibatkan adanya persediaan benih di gudang
penyimpanan, sehingga benih harus mengalami penyimpanan. Salah satu hal yang
menjadi perhatian dalam industri dan perdagangan benih adalah daya simpan
benih. Justice dan Bass (2002) mengemukakan bahwa viabilitas benih selama
penyimpanan dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi
kondisi awal benih (kadar air, viabilitas, dan vigor awal benih), hama gudang, dan
cendawan. Faktor abiotik meliputi suhu, kelembaban, dan komposisi gas.
Faktor terpenting yang mempengaruhi periode hidup benih dalam
penyimpanan adalah kadar air benih dan suhu ruang penyimpanan. Pemilihan
jenis kemasan dan kondisi ruang simpan yang tepat diharapkan mampu
mempertahankan kadar air benih dan suhu yang optimal untuk penyimpanan

2
benih. Selain untuk mempertahankan viabilitas benih, pemilihan jenis kemasan
juga harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar, mudah didapatkan, dan ekonomis.
Penyimpanan benih ortodoks dalam jangka panjang dan dalam jumlah besar
membutuhkan kondisi ruang simpan dengan suhu dan RH yang rendah.
Pengkondisian ruang simpan dengan suhu dan kelembaban relatif yang rendah
dapat dilakukan dengan penyimpanan pada ruang ber-AC. Penyimpanan secara
tradisional yang sering dilakukan oleh petani dalam jangka pendek bisa dilakukan
pada suhu kamar dengan memodifikasi bahan kemasan yang digunakan.
Vigor daya simpan merupakan suatu parameter vigor benih yang
ditunjukkan dengan kemampuan benih untuk disimpan dalam keadaan
suboptimum. Salah satu cara simulasi vigor daya simpan benih dilakukan dengan
metode pengusangan cepat. Metode ini dapat menduga vigor daya simpan secara
cepat dan akurat.
Penelitian mengenai pengusangan cepat pada tanaman kacang-kacangan
sudah dilakukan pada beberapa komoditas, diantaranya kedelai (Imaniar 2012),
(Rasyid 2012), (Anggraeni dan Suwarno 2013) dan kacang tanah (Tilawah 2013).
Kedua komoditas tersebut memberikan respon terhadap perlakuan pengusangan
cepat. Viabilitas dan vigor benih kedelai dan kacang tanah semakin menurun
seiring dengan penambahan waktu pengusangan. Pengujian pengusangan pada
benih koro pedang diharapkan bisa menunjukkan hasil seperti pengujian pada
benih kedelai dan benih kacang tanah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengusangan cepat
secara fisik terhadap viabilitas dan vigor benih koro pedang (Canavalia ensiformis
(L.) DC.) serta mendapatkan ruang simpan dan jenis kemasan yang tepat dalam
mempertahankan vabilitas dan vigor benih koro pedang selama penyimpanan.

TINJAUAN PUSTAKA

Koro Pedang
Tanaman kacang-kacangan atau Leguminosae memiliki lebih dari 600 genus
dan 12 000 spesies. Salah satu spesies dari Leguminosae adalah koro pedang
(Canavalia esiformis (L) DC.) dengan nama umum Jack Bean yang merupakan
tanaman asli Amerika Tengah (Ashworth 2002). Kacang berbiji keras ini di
Indonesia sering disebut dengan koro pedang dan di beberapa daerah disebut koro
bedog. Koro pedang tumbuh menyerupai perdu, batangnya bercabang pendek dan
lebat dengan jarak percabangan pendek dan perakarannya tunggang. Tipe daun
trifoliata dengan panjang tangkai daun 7–10 cm, dan lebar daun 10 cm. Tinggi
tanaman ini mampu mencapai 1 meter. Bunga berwarna ungu atau putih, tumbuh

3
pada ketiak atau buku cabang dan mulai muncul ketika tanaman berumur 2–3
bulan (Puslitbangtan 2007).
Budidaya koro pedang di lapangan membutuhkan benih 20–25 kg ha-1
dengan jarak tanam ideal 1 X 1 m, 2 biji per lubang. Pemeliharaan tanaman
meliputi penyiangan rumput yang tumbuh di sekitar tanaman dan penyemprotan
pestisida dilakukan jika ada gejala serangan organisme pengganggu tanaman.
Hama utama yang sering menyerang tanaman ini adalah ulat. Perawatan polong
dilakukan dengan memberi tiang penyangga atau ajir untuk menghindari buah
yang busuk akibat menempel di tanah. Koro pedang mulai dapat dipetik setelah
umur 4.5 bulan, selang 2–3 minggu berikutnya setelah pemanenan pertama dapat
terus dipanen sampai umur 6 bulan (Dirjen TP 2013).
Kacang koro pedang merupakan tanaman semusim yang menyerbuk sendiri.
Tanaman ini membutuhkan kondisi panas untuk pembentukan biji. Polong dari
koro pedang pada umumnya memiliki lebar 3 cm dan panjang 10–30 cm dengan
3–18 biji polong-1. Penanaman koro pedang dilakukan langsung dengan benih dan
perkecambahan optimal pada suhu 24–32 ºC dengan perkecambahan terjadi dalam
waktu 7 hari (Ashworth 2002).
Kelebihan koro pedang adalah memiliki adaptasi yang luas pada lahan
suboptimal, terutama pada lahan kering masam, mudah dibudidayakan secara
tunggal atau tumpangsari, dan cepat menghasilkan biomasa untuk pupuk hijau
atau pakan (Puslitbangtan 2007).
Penyimpanan Benih
Justice dan Bass (2002) mengungkapkan bahwa setelah masa panen, benih
melewati masa pengolahan dan kemudian penyimpanan. Benih akan mengalami
beberapa perubahan pada masa penyimpanannya. Prosedur penyimpanan benih
yang baik dalam jangka panjang bukan sekedar penyimpanan benih yang tertutup
dalam wadah kedap uap air saja, melainkan benih harus dikeringkan hingga
mencapai kadar air yang aman untuk disimpan.
Selama penyimpanan, benih mengalami penurunan mutu (deteriorasi) yang
disebabkan oleh RH dan suhu tinggi (faktor abiotik), aktivitas mikroba, serangga,
kutu dan tikus (faktor biotik). Faktor lingkungan yang paling penting yang dapat
mempengaruhi mutu benih selama penyimpanan adalah suhu dan kelembaban
relatif. Copeland dan McDonald (2001) menegaskan bahwa benih tanaman
kacang-kacangan dapat disimpan dengan aman selama satu tahun dengan kadar
air 10–11% pada suhu ruang. Penyimpanan jangka panjang pada benih
kacang-kacangan akan aman jika disimpan dengan kadar air ≤10% dengan
suhu ≤20 ºC.
Penyimpanan benih kacang panjang di ruang kamar (KA benih
6.94–16.18%) dan ruang ber-AC (KA benih 7.69–14.10%) selama 15 minggu
masih memiliki viabilitas yang tinggi dengan ditandai DB yang masih di atas 90%
(Utami et al. 2013). Hasil penelitian Febriyanti (2013) menunjukkan bahwa
viabilitas benih kacang koro pedang yang disimpan di ruang suhu kamar dan
ruang ber-AC masih tinggi setelah disimpan selama 6 bulan.

4
Pengemasan Benih
Tujuan utama pengemasan benih selama penyimpanan, diantaranya:
memudahkan pengelolaan benih, memudahkan transportasi benih untuk
pemasaran, memudahkan penyimpanan benih dengan kondisi yang memadai,
mempertahankan presentase viabilitas benih, mengurangi deraan (tekanan atau
pengaruh) alam, dan mempertahankan kadar air benih. Kadar air benih yang sudah
rendah harus tetap dijaga selama penyimpanan. Kadar air benih perlu
dipertahankan, oleh karena itu benih perlu dikemas dengan bahan pengemas yang
dapat mencegah terjadinya peningkatan kadar air benih. Perubahan kadar air dapat
terjadi karena kondisi lingkungan yang memiliki kadar air lebih tinggi atau lebih
rendah daripada kadar air benih yang disimpan (Kuswanto 2003).
Bahan kemasan bedasarkan Justice dan Bass (2002) dapat diklasifikasikan
menjadi bahan pengemas yang porous dan bahan kedap uap air. Bahan pengemas
yang porous hanya mampu menampung dan menghindari tercampurnya benih
secara fisik, tetapi tidak mampu memberikan perlindungan terhadap uap air.
Kemasan porous yang digunakan untuk pengemasan benih terbuat dari karung
goni, karung kain, kertas, dan kardus. Wadah kedap uap air dapat memberikan
kekedapan yang mutlak terhadap uap air dan gas serta melindungi benih
di dalamnya dari pengaruh cahaya. Wadah kedap uap air pada umumnya terbuat
dari logam, kaca, plastik, dan aluminium foil.
Penelitian mengenai penyimpanan benih padi menggunakan 3 macam jenis
kemasan yaitu kantong plastik ketebalan 0.8 mm, kaleng bertutup, dan kaleng
kedap udara selama tujuh bulan tidak berbeda nyata terhadap tolok ukur kadar air
dan daya berkecambah benih padi. Sehingga tiga jenis bahan kemasan tersebut
dapat digunakan sebagai kemasan pada penyimpanan benih padi. Penyimpanan
menggunakan kaleng kedap udara lebih direkomendasikan karena memiliki daya
berkecambah yang lebih stabil dan jumlah benih yang terinfeksi jamur paling
sedikit (Rahayu et al. 2011). Penelitian Purwanti (2004) menyimpulkan benih
kedelai hitam yang disimpan dengan kantong plastik dan kaleng pada suhu rendah
(20–23 ºC) dan suhu tinggi (27–29 ºC) selama 6 bulan, mampu mempertahankan
daya tumbuh (>90%) dan vigor serta pertumbuhan bibit yang tinggi.
Penyimpanan benih kedelai varietas Wilis, Burangrang, dan Baluran selama
3 bulan dengan perlakuan teknik pengemasan plastik dengan perlakuan vakum
memberikan rata-rata daya berkecambah lebih baik dari pada plastik dengan
perlakuan tanpa vakum meskipun secara statistik dengan uji Duncan α = 95%
tidak berbeda nyata untuk semua varietas (Indartono 2011). Menurut hasil
penelitian Febriyanti (2013) jenis kemasan dan periode simpan mempengaruhi
kadar air dan viabilitas benih koro pedang selama penyimpanan. Kemasan plastik
polietilen dan botol kaca merupakan kemasan yang paling baik untuk
penyimpanan koro pedang selama penyimpanan 6 bulan dibandingkan dengan
kemasan karung terigu dan karung plastik.
Metode Pengusangan Cepat
Daya simpan benih dapat diduga dengan metode pengusangan cepat.
Metode pengusangan cepat bertujuan untuk memberikan kondisi cekaman buatan

5
(suhu dan RH tinggi) yang diasumsikan sebagai kondisi penyimpanan yang
sebenarnya. Copeland dan McDonald (2001) berpendapat bahwa ketika
diusangkan benih yang memiliki vigor tinggi akan menurun lebih lambat
dibandingkan benih yang vigornya rendah.
Penelitian mengenai pengusangan cepat benih pada Leguminosae sudah
dilakukan pada beberapa komoditas, diantaranya kedelai dan kacang tanah. Hasil
penelitian Imaniar (2012) pada benih kedelai yang diberi perlakuan pengusangan
fisik dan kimia menggunakan APC IPB 77-1 MM menunjukkan bahwa terjadi
korelasi yang negatif antara beberapa peubah (daya berkecambah, potensi tumbuh
maksimum, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh) dengan waktu pengusangan.
Korelasi negatif ini menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik yang artinya
semakin lama waktu pengusangan maka daya berkecambah, potensi tumbuh
maksimum, indeks vigor, dan kecepatan tumbuh benih kedelai akan semakin
rendah.
Tilawah (2013) pada penelitiannya menyimpulkan bahwa beberapa
varietas kacang tanah seperti varietas Kelinci dan Kancil tidak tahan terhadap
pengusangan cepat secara fisik yang ditandai dengan tolok ukur viabilitas dan
vigor benih yang terus turun jika lama pengusangan semakin ditambah. Benih
kacang tanah varietas Tuban menunjukkan adanya fenomena dormansi yang
ditunjukkan oleh viabilitas dan vigor benih yang meningkat dengan semakin
lamanya waktu pengusangan cepat secara fisik. Pada penelitian ini juga
menunjukkan hasil korelasi antar tolok ukur pada pengusangan cepat secara fisik
selama 72 jam menunjukkan keeratan hubungan yang nyata dengan penyimpanan
alami selama 3 bulan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih dan
Kebun Percobaan Leuwikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari
sampai dengan Juli 2014.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih koro pedang yang
dipanen bulan September 2012 dari lahan Kebun Percobaan Leuwikopo, Dramaga,
Bogor. Bahan lain yang digunakan adalah karung plastik, jerigen plastik, dan
plastik polypropylene sebagai jenis kemasan, media pasir untuk media
pengecambahan benih, benang jahit dan kertas label.

6
Peralatan Penelitian
Alat- alat yang digunakan meliputi alat pengusangan cepat (APC) tipe IPB
77-1 MMM, peralatan untuk mengukur kadar air (oven 103±2 ºC, timbangan
analitik, dan desikator), bak plastik untuk pengujian daya berkecambah benih, alat
perekat kemasan (sealer), jarum jahit, pengukur RH dan suhu (Hygrothermometer).
Prosedur Percobaan
Percobaan I. Pengusangan cepat fisik benih koro pedang
Percobaan ini menggunakan alat pengusangan cepat (APC) IPB 77-1 MMM
(Gambar 1a). Alat pengusangan cepat tipe IPB 77-1 MMM merupakan hasil
modifikasi ke-3 dari alat pengusangan cepat tipe IPB 77-1. Pengusangan fisik
dengan alat ini dilakukan dengan menggunakan uap panas. Uap panas dihasilkan
dari proses pemanasan air yang kemudian uap panasnya disalurkan ke dalam
ruang deraan benih. Benih yang akan didera, dimasukkan ke dalam wadah benih
(Gambar 1b) yang terbuat dari besi yang berlubang-lubang. Benih didera sesuai
dengan lama penderaan, yang terdiri atas: 0, 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit.

Gambar 1 Alat pengusangan cepat (a) APC IPB 77-1 MMM (b) wadah
benih dari APC IPB 77-1 MMM
Tahap awal pelaksanaan percobaan pertama yaitu meningkatkan kadar air
benih hingga 20%. Peningkatan kadar air dilakukan dengan memasukkan benih
ke dalam plastik PP yang sudah diberi air, kemudian dimasukkan ke dalam
refrigerator suhu 5 ºC selama 20 jam. Benih yang sudah dilembabkan, kemudian
dimasukkan ke dalam alat pengusangan cepat (APC) IPB 77-1 MMM sesuai
waktu perlakuan.
Benih yang sudah selesai diberi perlakuan kemudian diuji kada air,
viabilitas dan vigornya. Tolok ukur yang diamati meliputi kadar air benih (%),
potensi tumbuh maksimum (%), daya berkecambah (%), berat kering kecambah
normal (g), indeks vigor (%), kecepatan tumbuh (% etmal-1), dan keserempakan
tumbuh (%). Pengujian KA dilakukan dengan metode langsung oven suhu rendah
103±2 ºC selama 17±1 jam. Pengujian viabilitas benih dilakukan dengan
menanam 50 butir benih koro pedang menggunakan metode penanaman benih
dalam pasir (in sand).

7
Percobaan II. Penyimpanan benih koro pedang menggunakan kemasan dan
ruang simpan berbeda
Penyimpanan benih dilakukan selama 6 bulan pada 2 jenis ruang simpan
dan 3 jenis kemasan yang berbeda. Ruang simpan yang digunakan adalah ruang
suhu kamar dan ruang ber-AC. Kemasan yang digunakan dalam penyimpanan ada
3 macam, yang terdiri atas: karung plastik (11 X 23 cm), jerigen plastik (1 liter),
dan plastik polypropylene (15 X 21 X 0.08 cm) (Gambar 2).
.

Gambar 2 Jenis kemasan yang digunakan (a) karung plastik, (b) jerigen plastik,
(c) plastik polypropylene
Penyimpanan benih dilakukan dengan memasukkan benih koro pedang
sebanyak 500 g ke dalam setiap jenis kemasan. Kemasan karung plastik ditutup
dengan cara dijahit, sedangkan plastik polypropylene direkatkan dengan alat
perekat kemasan (sealer). Selanjutnya benih disimpan di ruang suhu kamar dan
ruang ber-AC dengan periode simpan 1–6 bulan. Ruang kamar yang digunakan
dalam penelitian ini adalah laboratorium benih yang ada di Kebun Percobaan
Leuwikopo dengan suhu 23.3–29.9 ºC dan RH 61–85% (Lampiran 1 dan 2).
Penyimpanan di ruang ber-AC dilakukan di gudang penyimpanan benih
Lewikopo dengan suhu 16.3–26.3 ºC dan RH 33–69% (Lampiran 1 dan 2).
Pengujian kadar air, viabilitas, dan vigor benih dilakukan seperti pada percobaan I.
Pengamatan untuk percobaan I dan II dilakukan terhadap:
1. Kadar air (KA) benih
Kadar air diukur dengan menggunakan metode langsung, yaitu dengan
metode oven pada suhu 103±2 ºC selama 17±1 jam. Benih yang sudah
dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator selama 30 – 45 menit. Kemudian
KA dihitung menggunakan rumus:
KA (%) =
x 100%
- 1

8
Keterangan:
KA
: Kadar air benih (%)
M1
: Berat cawan (g)
M2
: Berat cawan + benih sebelum dioven (g)
M3
: Berat cawan + benih setelah dioven (g)
2. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Potensi tumbuh maksimum merupakan jumlah benih yang berkecambah,
baik berkecambah normal maupun abnormal sampai akhir pengamatan.
Rumus dari penghitungan PTM sebagai berikut:
PTM (%) =

enih ang erkecam ah
enih ang dikecam ahkan

x 100%

3. Daya Berkecambah (DB)
Persentase total kecambah normal selama pengamatan disebut dengan
daya berkecambah (DB). Pengamatan daya berkecambah dilakukan dengan
dengan menanam 50 butir benih koro pedang menggunakan metode
penanaman benih dalam pasir (in sand). Metode dalam pasir dilakukan dengan
meletakkan benih di atas pasir dengan sedikit ditekan dan di atas benih diberi
lapisan pasir. Pengamatan daya berkecambah dilakukan pada hari ke-5 dan
ke-7 setelah benih dikecambahkan. Daya berkecambah dapat dihitung dengan
rumus:
DB (%) =

enih ang dikecam ahan

x 100%

Keterangan:
DB
: Daya Berkecambah (%)
KN I
: jumlah kecambah normal pada hari ke-5
KN II
: jumlah kecambah normal pada hari ke-7
4. Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)
Berat kering kecambah normal diperoleh dengan mengeringkan
kecambah normal yang tumbuh hingga hari ke-7. Sebelum dioven, kotiledon
dibuang terlebih dahulu. Kecambah dikeringkan pada oven bersuhu 60 ºC
selama 3 X 24 jam.
5. Indeks Vigor (IV)
Indeks vigor dihitung berdasarkan persentase kecambah normal yang
tumbuh pada hitungan pertama (5 HST) pengujian DB. Indeks vigor dihitung
dengan rumus:
% =

enih ang ditanam

Keterangan:
IV
: Indeks vigor (%)
KN I
: jumlah kecambah normal pada hari ke-5

100%

9
6. Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh dapat diukur berdasarkan jumlah tambahan
perkecambahan setiap hari atau etmal selama kurun waktu perkecambahan.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung kecambah normal setiap etmal (24
jam) mulai dari hari pertama pengamatan hingga akhir pengamatan. Kecepatan
tumbuh dapat dihitung dengan rumus:
KCT (% etmal-1) =
t
Keterangan:
N
: presentase kecambah normal setiap pengamatan (%)
T
: waktu pengamatan ( 1 etmal = 24 jam)
7. Keserempakan Tumbuh (KST)
Keserempakan tumbuh dihitung berdasarkan persentase kecambah
normal kuat yang dihitung pada hari antara KN I dan KN II, tepatnya pada
hari ke-6 dengan menggunakan rumus:
kecam ah n rmal kuat
KST (%) =
x 100%
enih ang dikecam ahkan
8. Pengukuran Suhu dan RH Ruang Simpan
Pengukuran suhu dan RH maksimum-minimum menggunakan Hygrothermometer pada masing-masing ruang simpan dilakukan sebagai data
pendukung. Suhu dan RH maksimum dan minimum diamati setiap satu
minggu sekali.
Analisis Data
Percobaan I menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT).
Faktor perlakuan berupa lama penderaan (P) yang terdiri atas 7 taraf, yaitu
0 menit (P0), 30 menit (P1), 60 menit (P2), 90 menit (P3), 120 menit (P4),
150 menit (P5), dan 180 menit (P6). Pada masing-masing taraf terdiri atas
3 ulangan, sehingga pada percobaan ini ada 21 satuan percobaan.
Model rancangan yang digunakan pada percobaan ini ialah :
Yij = µ αi βj εij
Keterangan:
Yij
: respon nilai peubah yang diamati
: nilai rata-rata umum
αi
: pengaruh lama penderaan pada taraf ke-i (i: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)
βj
: Pengaruh kelompok pada taraf ke-j (j: 1, 2, 3)
εij
: Pengaruh galat lama penderaan pada taraf ke-i dan kelompok pada taraf
ke-j.
Percobaan II menggunakan rancangan tersarang (nested design) dengan
2 faktor. Faktor pertama berupa ruang simpan (R) yang terdiri atas 2 taraf
perlakuan yaitu ruang suhu kamar (R1) dan ruang ber-AC (R2). Faktor kedua
adalah jenis kemasan (K) yang terdiri atas 3 taraf perlakuan yaitu karung plastik

10
(K1), jerigen plastik (K2), dan plastik polypropylene (K3) (jenis kemasan
tersarang pada ruang simpan). Total kombinasi perlakuan ada 6 kombinasi dengan
masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ulangan dan pengamatan dilakukan 6 kali
sehingga terdapat 108 satuan percobaan.
Model rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
Yijk = µ αi βj(i) ε(ij)k
Keterangan:
Yijk
: nilai peubah yang diamati
µ
: nilai tengah umum
αi
: pengaruh faktor ruang simpan pada taraf ke-i (i = 1,2)
βj(i)
: pengaruh faktor jenis kemasan pada taraf ke j (j= 1,2,dan 3) yang
tersarang pada ruang simpan ke-i
ε(ij)k : pengaruh galat ruang simpan ke-i jenis kemasan ke-j dan ulangan ke-k
Data hasil percobaan yang diperoeh diuji dengan uji F pada aplikasi SAS.
Hasil analisis ragam yang menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh
nyata terhadap variabel yang diamati dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range
Test (DMRT) pada taraf α = 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Viabilitas Benih Sebelum Perlakuan
Benih koro pedang yang digunakan pada kedua percobaan ini berasal dari
lahan Kebun Percobaan Leuwikopo yang dipanen pada bulan September 2012.
Penyimpanan benih pada percobaan II dimulai dari Januari sampai Juli 2014,
sehingga saat disimpan benih berumur 16–22 bulan setelah panen. Benih koro
pedang disimpan dengan kemasan karung plastik pada ruang ber-AC mulai
setelah panen hingga akan digunakan untuk penelitian. Informasi mengenai
viabilitas awal benih sangat diperlukan dalam penelitian ini, terutama untuk
percobaan penyimpanan benih.
Tabel 1 Kadar air dan viabilitas awal benih koro pedang sebelum perlakuan
Tolok ukur
Nilai
Kadar air (%)
9.31
Potensi tumbuh maksimun (%)
98.80
Daya berkecambah (%)
95.60
Berat kering kecambah normal (g)
24.55
Indeks vigor (%)
47.80
-1
Kecepatan tumbuh (% etmal )
17.64
Keserempakan tumbuh (%)
53.80
Data kadar air dan viabilitas benih sebelum perlakuan terdapat pada Tabel 1.
Kondisi awal benih koro pedang sebelum perlakuan memiliki kadar air 9.31% dan
daya berkecambah 95.60% (Tabel 1). Kadar air dan daya berkecambah tersebut

11
sesuai dengan persyaratan standar kelulusan sertifikasi benih tanaman pangan,
yaitu kadar air benih koro pedang maksimal 12% dan daya berkecambah minimal
70% untuk semua kelas benih (Dirjen TP 2009).
Percobaan I : Pengusangan Cepat Fisik Benih Koro Pedang
Penyimpanan dengan waktu yang relatif lama harus dilakukan jika
ketersediaan benih banyak. Selama periode simpan, benih harus dipertahankan
mutunya. Kemampuan benih untuk mempertahankan mutu selama penyimpanan
ditentukan oleh tolok ukur kadar air benih, potensi tumbuh maksimum, viabilitas
benih (daya berkecambah dan berat kering kecambah normal), dan vigor benih
(indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan keserempakan tumbuh). Salah satu metode
untuk menguji mutu benih adalah dengan metode pengusangan cepat benih secara
fisik. Pengusangan cepat benih secara fisik dapat dilakukan dengan mendera benih
pada kondisi suhu dan RH yang tinggi.
Perlakuan lama penderaan pada penelitian ini berpengaruh sangat nyata
terhadap kadar air (KA) benih dan viabilitas benih dengan tolok ukur daya
berkecambah (DB). Lama penderaan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur
potensi tumbuh maksimum dan vigor benih dengan tolok ukur kecepatan tumbuh
(KCT) (Tabel 2). Lama penderaan tidak berpengaruh nyata pada tolok ukur BKKN,
IV dan KST. Berat kering kecambah normal dan kecepatan tumbuh dipengaruhi
ulangan secara nyata. Ulangan dikelompokkan berdasarkan hari pemberian
perlakuan yang berbeda secara berturut-turut. Ulangan pertama dilakukan pada
hari pertama dan begitu juga pada hari ke-2 dan ke-3.
Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh lama penderaan terhadap tolok ukur
pengamatan

Lama
penderaan (P)
Ulangan
KK (%)

Tolok ukura
BKKN
IV
(g)
(%)

KA
(%)

PTM
(%)

DB
(%)

**

*

**

tn

tn
18.7

tn
5.81

tn
8.73

*
15.08

KCT
(% etmal-1)

KST
(%)

tn

*

tn

*
7.59b

tn
11.71

tn
12.53b

a

KA: kadar air; PTM: potensi tumbuh maksimum; DB: daya berkecambah; BKKN: berat kering
kecambah normal; IV: indeks vigor; KCT : kecepatan tumbuh; KST: keserempakan tumbuh; kolom
yang mengandung simbol *, **, tn: berpengaruh nyata, sangat nyata, tidak nyata; bdata hasil
transformasi arcsin.

Penelitian ini menunjukkan kadar air setelah pengusangan cenderung terus
meningkat sejalan dengan meningkatnnya lama penderaan. Benih yang diberi
perlakuan lama penderaan 120, 150 dan 180 menit memiliki kadar air yang sangat
tinggi (Tabel 3). Alat pengusangan dengan kondisi suhu 40 ºC dan RH yang
mencapai 90% menyebabkan benih mengalami peningkatan kadar air yang
signifikan. Mustika et al. (2014) menyatakan peningkatan kadar air benih kedelai
setelah pengusangan dikarenakan benih bersifat higrokopis sehingga benih kedelai
dapat menyerap air dari udara sekitar.

12
Tabel 3 Pengaruh lama penderaan terhadap kadar air, potensi tumbuh maksimum,
dan viabilitas benih koro pedang
Tolok ukura

Lama penderaan
(menit)

KA (%)

PTM (%)

DB (%)

BKKN (g)

0
30
60
90
120
150
180

9.06d
15.52dc
18.10bc
17.15c
24.21ab
26.09a
26.36a

98.67a
90.00ab
90.00ab
87.33bc
84.00bc
94.00ab
79.33c

94.00a
74.00b
78.00b
68.67bc
73.00bc
76.00b
60.68c

19.70
17.70
20.15
17.32
16.03
16.03
13.91

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan) ; KA: kadar air; PTM: potensi tumbuh maksimum; DB:
daya berkecambah; BKKN: berat kering kecambah normal.

Tolok ukur potensi tumbuh maksimum menunjukkan jumlah benih yang
tumbuh, baik menjadi kecambah normal maupun abnormal. Benih koro pedang
yang mengalami penderaan selama 180 menit memiliki potensi tumbuh
maksimum paling rendah sebesar 79.33% tetapi tidak berbeda dengan benih yang
didera selama 90 dan 120 menit (Tabel 3). Potensi tumbuh maksimum cenderung
turun sejalan dengan meningkatnnya lama penderaan. Penelitian Imaniar (2012)
pada benih kedelai juga menunjukkan semakin lama waktu penderaan maka
potensi tumbuh maksimun akan semakin turun.

Gambar 3 Keragaan kecambah abnormal dari hasil pengusangan cepat secara fisik
Menurunnya nilai PTM sejalan dengan meningkatnnya lama penderaan
diduga karena tingginya kadar air benih yang sudah diusangkan. Benih dengan
kadar air yang tinggi akan cepat terserang hama penyakit ketika dikecambahkan.
Hal inilah yang diduga sebagai penyebab rendahnya PTM pada benih dengan
penderaan 180 menit (79.33%) (Tabel 3). Benih yang sudah terserang hama
penyakit akan mati atau tumbuh dengan kondisi abnormal. Kecambah abnormal
yang banyak ditemukan dari hasil pengusangan cepat ini antara lain: kecambah

13
busuk, akar primer tidak tumbuh atau busuk, kotiledon busuk, dan panjang
hipokotil kurang dari 2 kali panjang benih (Gambar 3).
Berdasarkan hasil penelitian ini, ciri fisik benih yang sudah diberi perlakuan
penderaan fisik menjadi keriput dan berair dibandingkan dengan kondisi fisik
benih sebelum perlakuan. Hal ini sama dengan ciri benih yang mengalami
kemunduran fisik menurut Justice dan Bass (2002) mengalami perubahan warna,
umumnya lebih kusam dan keriput dari keadaan awalnya. Kemunduran benih juga
bisa dilihat dari banyaknnya kecambah abnormal dan benih yang mati karena
busuk.
Penurunan viabilitas benih yang diberi perlakuan pengusangan
ditunjukkan dengan tolok ukur DB. Daya berkecambah benih yang tidak
mengalami penderaan sebesar 94.00%, setelah didera selama 180 menit daya
berkecambah benih koro pedang hanya 60.68% (Tabel 3). Daya berkecambah
cenderung terus menurun sejalan dengan meningkatnnya lama penderaan. Hasil
penelitian Imaniar (2012) pada benih kedelai juga menunjukkan semakin lama
waktu pengusangan maka daya berkecambahnya akan semakin rendah.
Berdasarkan penelitian Belo dan Suwarno (2012) bahwa pengusangan cepat fisik
(suhu 41 ºC dan RH 100%) pada padi varietas Batanghari juga menurunkan daya
berkecambah benih seiring dengan peningkatan waktu pengusangan.
Penurunan vigor benih karena pengusangan dapat dilihat dari tolok ukur
kecepatan tumbuh yang cenderung mengalami penurunan setelah benih didera
secara fisik. Kecepatan tumbuh benih koro pedang yang sebelum didera sebesar
16.78% etmal-1, setelah mengalami penderaan selama 180 menit KCT benih koro
pedang tinggal 11.11% etmal-1 (Tabel 4). Sesuai dengan penelitian Badriah (2012)
yang menunjukkan adanya keeratan hubungan antara lama waktu pengusangan
fisik dengan tolok ukur vigor benih jagung. Semakin lama waktu pengusangan
benih jagung di APC tipe IPB 77-1 MM, tolok ukur indeks vigor dan kecepatan
tumbuh benih jagung semakin menurun. Hasil penelitian Ekowahyuni et a.l
(2012), pengusangan cepat fisik pada suhu 40 ºC terhadap benih cabai besar
genotipe IPB C9 menyebabkan penurunan kecepatan tumbuh seiring dengan
peningkatan lama penderaan.
Tabel 4 Pengaruh lama penderaan terhadap vigor benih koro pedang

a

Tolok ukura

Lama penderaan
(menit)

IV (%)

0
30
60
90
120
150
180

40.00
38.00
43.33
38.00
41.33
50.00
34.00

KCT (% etmal-1)
16.78a
13.51ab
14.38ab
12.6bc
12.67bc
14.3ab
11.11c

KST (%)
31.33
27.33
30.00
26.33
27.33
28.67
23.33

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan) ; IV: indeks vigor; KCT : kecepatan tumbuh; KST:
keserempakan tumbuh.

14
Perlakuan lama penderaan tidak berpengaruh terhadap tolok ukur indeks
vigor dan keserempakan tumbuh benih koro pedang. Hal ini diduga karena benih
koro pedang yang digunakan memiliki vigor benih yang sudah rendah. Tolok ukur
indeks vigor dan keserempakan tumbuh mengalami penurunan selama penderaan,
tetapi lama penderaan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada kedua tolok
ukur tersebut. Masih adanya penurunan vigor benih akibat lama penderaan dapat
diketahui karena lama penderaan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur
kecepatan tumbuh.
Percobaan II : Penyimpanan Benih Koro Pedang Menggunakan Kemasan
dan Ruang Simpan Berbeda
Hasil sidik ragam pengaruh jenis kemasan dan ruang simpan disajikan pada
Tabel 5. Perlakuan ruang simpan dan jenis kemasan berpengaruh sangat nyata
terhadap kadar air benih koro pedang selama penyimpanan 6 bulan. Pengamatan
tolok ukur potensi tumbuh maksimum memberikan hasil yang berbeda dengan
pengamatan kadar air benih. Potensi tumbuh maksimum tidak dipengaruhi oleh
ruang simpan dan jenis kemasan selama penyimpanan, kecuali pada periode
simpan 2 bulan. Jenis kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap PTM benih
pada periode simpan 2 bulan.
Hasil pengamatan daya berkecambah benih hampir serupa dengan tolok
ukur potensi tumbuh maksimum. Ruang simpan dan jenis kemasan tidak
berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih selama periode simpan
1–5 bulan. Periode simpan 6 bulan, ruang simpan dan jenis kemasan berpengaruh
nyata pada tolok ukur daya berkecambah. Ruang simpan berpengaruh nyata pada
tolok ukur BKKN pada periode simpan 1 dan 3 bulan. Jenis kemasan berpengaruh
nyata terhadap berat kering kecambah normal pada periode simpan
1 dan 4 bulan serta berpengaruh sangat nyata pada periode simpan 2, 3, dan
5 bulan. Ruang simpan dan jenis kemasan tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tolok ukur BKKN pada periode simpan 6 bulan.
Ruang simpan dan jenis kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok
ukur indeks vigor selama periode simpan 1–5 bulan, kecuali pada periode simpan
5 bulan. Ruang simpan tidak berpengaruh nyata terhadap indeks vigor pada
periode simpan 5 bulan. Ruang simpan dan jenis kemasan tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur indeks vigor pada periode simpan
6 bulan.
Perlakuan ruang simpan dan jenis kemasan mulai berpengaruh nyata
terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh pada periode simpan 2 bulan. Ruang
simpan berpengaruh nyata pada periode simpan 2, 4, dan 6 bulan serta
berpengaruh sangat nyata pada periode simpan 3 bulan. Jenis kemasan
berpengaruh nyata terhadap tolok ukur kecepatan tumbuh pada periode simpan
2 bulan serta berpengaruh sangat nyata pada periode simpan 3–5 bulan. Perlakuan
ruang simpan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur keserempakan
tumbuh pada periode simpan 2 dan 3 bulan serta berpengaruh nyata pada periode

15
simpan 4 bulan. Jenis kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur KST
selama penyimpanan 6 bulan, kecuali pada periode simpan 3 dan 6 bulan.
Tabel 5 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh ruang simpan dan jenis kemasan
terhadap tolok ukur pengamatan selama periode simpan 1–6 bulan

KA
(%)

PTM
(%)

DB
(%)

Ruang simpan
Kemasan
KK(%)

**
**
9.37

tn
tn
0.95

tn
tn
2.84

Ruang simpan
Kemasan
KK(%)

**
**
4.87

tn
**
0.67

tn
tn
2.96

Ruang simpan
Kemasan
KK(%)

**
**
3.08

tn
tn
0.47

tn
tn
4.76

Ruang simpan
Kemasan
KK(%)

**
**
8.50

tn
tn
1.91

tn
tn
3.58

Ruang simpan
Kemasan
KK(%)

**
**
3.03

tn
tn
2.78

tn
tn
5.82

Ruang simpan
Kemasan
KK(%)

**
**
4.45

tn
tn
4.05

*
*
15.75b

Tolok ukura
BKKN
IV
KCT
(% etmal-1)
(g)
(%)
Bulan ke-1
*
**
tn
*
**
tn
b
11.03 17.92
4.58
Bulan ke-2
tn
**
*
**
**
*
8.12
9.53
2.83
Bulan ke-3
*
**
**
**
**
**
6.54
17.20
4.81
Bulan ke-4
tn
**
*
*
**
**
9.69
19.49
5.18
Bulan ke-5
tn
tn
tn
**
**
**
9.98
17.83
5.47
Bulan ke-6
tn
tn
*
tn
tn
tn
b
b
13.70
19.60
13.63

KST
(%)
tn
**
18.69b
**
**
19.48
**
tn
17.16
*
**
14.34b
tn
**
18.65b
tn
tn
14.41b

a

KA: kadar air; PTM: potensi tumbuh maksimum; DB: daya berkecambah; BKKN: berat kering
kecambah normal; IV: indeks vigor; KCT : kecepatan tumbuh; KST: keserempakan tumbuh; kolom
yang mengandung simbol *, **, tn: berpengaruh nyata, sangat nyata, tidak nyata; bdata hasil
transformasi arcsin.

Pengaruh ruang simpan terhadap kadar air, potensi tumbuh maksimum,
dan viabilitas benih koro pedang
Kadar air benih yang disimpan di ruang kamar nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar air benih yang disimpan di ruang ber-AC selama
periode simpan 6 bulan. Kadar air benih yang disimpan di ruang suhu kamar
antara 10.69 sampai 11.40% sedangkan kadar air benih yang disimpan di ruang
ber-AC antara 8.27 sampai 9.32% (Tabel 6) . Hal ini disebabkan pada kondisi

16
kamar selama penyimpanan menunjukkan suhu dan RH cukup tinggi (suhu
23.3–29.9 ºC dan RH 61–85%) sedangkan pada kondisi ruang ber-AC
menunjukkan suhu dan RH lebih rendah (suhu 16.3–26.3 ºC dan RH 33–69%)
(Lampiran 1 dan 2).
Penyimpanan benih kedelai hitam selama 6 bulan menunjukkan perubahan
kadar air berkisar 0–1%. Peningkatan KA benih dikarenakan selama penyimpanan
benih melakukan penyeimbangan dengan udara sekitar. Kadar air benih
meningkat sejalan dengan lamanya penyimpanan, karena semakin lama
penyimpanan benih lebih lama mengadakan keseimbangan dengan uap air
disekitarnya (Irfantongga 2012). Rahayu dan Widajati (2007) dari hasil penelitian
terhadap benih caisin menyimpulkan hal yang sama, kadar air benih caisin yang
disimpan pada kondisi kamar memiliki kadar air rata-rata nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi ruang AC.
Tabel 6 Pengaruh ruang simpan terhadap kadar air, potensi tumbuh maksimum,
dan viabilitas benih koro pedang selama periode simpan 1–6 bulan
Ruang Simpan

KA (%)

Ruang kamar
Ruang ber-AC

10.83a
9.32b

Ruang kamar
Ruang ber-AC

11.40a
9.13b

Ruang kamar
Ruang ber-AC

11.21a
8.96b

Ruang kamar
Ruang ber-AC

10.69a
8.27b

Ruang kamar
Ruang ber-AC

10.69a
9.10b

Ruang kamar
Ruang ber-AC

11.06a
9.27b

Tolok ukura
PTM (%)
DB (%)
Bulan ke-1
99.33
96.67
99.11
96.89
Bulan ke-2
99.78
94.44
99.11
93.78
Bulan ke-3
100.00
94.00
99.78
92.89
Bulan ke-4
98.89
92.44
98.44
90.00
Bulan ke-5
96.20
90.44
98.67
90.00
Bulan ke-6
95.33
67.11a
93.78
53.11b

BKKN (g)
23.97a
20.64b
20.64
19.00
23.32a
21.62b
25.11
23.83
19.66
19.58
11.49
9.66

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada pengamatan bulan
yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan) ; KA: kadar air;
PTM: potensi tumbuh maksimum; DB: daya berkecambah; BKKN: berat kering kecambah
normal .

Potensi tumbuh maksimum (PTM) merupakan total benih yang
menunjukkan gejala pertumbuhan, dengan kata lain PTM merupakan gambaran
dari benih yang mampu tumbuh menjadi kecambah normal maupun abnormal
(Saleh dan Wardah 2010). Potensi tumbuh maksimum benih koro pedang secara

17
statistik tidak dipengaruhi ruang simpan selama periode simpan 1–6 bulan.
Selama penyimpanan, potensi tumbuh maksimum mengalami fluktuasi tetapi
tetap bertahan di atas 90.00%. Potensi tumbuh maksimum benih yang disimpan
di ruang kamar antara 95.33–100.00% dan benih yang disimpan di ruang ber-AC
memiliki nilai potensi tumbuh maksimum 93.78–99.78% (Tabel 6). Berbeda
dengan hasil penelitian Baktisari (2011) terhadap benih kedelai, potensi tumbuh
maksimum pada periode simpan 1 bulan mulai mengalami penurunan antara
72–97%. Potensi tumbuh maksimum pada periode simpan 3 bulan mengalami
penurunan tajam sehingga nilainya kurang dari 45%. Benih koro pedang mampu
mempertahankan potensi tumbuh maksimum hingga periode simpan 6 bulan
diduga karena kulit benih yang tebal dan keras mampu melindungi benih ketika
disimpan.
Faktor ruang simpan tidak berpengaruh nyata terhadap tolok ukur daya
berkecambah benih koro pedang, selama periode simpan 1–5 bulan DB masih
bertahan di atas 90%. Daya berkecambah benih di ruang kamar lebih tinggi
daripada daya berkecambah benih di ruang ber-AC pada periode simpan 6 bulan.
Daya berkecambah benih pada periode simpan 6 bulan ini megalami penurunan
yang sangat signifikan hingga mencapai 67.11% pada ruang kamar dan 53.11%
pada ruang ber-AC (Tabel 6). Hasil penelitian Muchtar et al. (2014) menunjukkan
benih jagung manis tanpa perlakuan coating (kontrol) mengalami penurunan yang
sangat signifikan. Periode simpan 0 bulan daya berkecambah 82.7% dan pada
periode simpan 6 bulan daya berkecambah turun menjadi 56.7%.
Tabel 6, pada penyimpanan 6 bulan KA (11.06%) dan DB benih (67.11%)
yang disimpan pada ruang suhu kamar lebih tinggi daripada KA (9.27%) dan DB
benih (53.11%) yang disimpan di ruang ber-AC. Penyimpanan benih ortodoks
pada umumnya memperlihatkan bahwa benih yang memiliki KA lebih tinggi
maka DB akan lebih rendah. Hasil penelitian ini dapat seperti demikian, diduga
karena meskipun KA benih yang disimpan di ruang kamar lebih tinggi tetapi
masih di bawah batas maksimal KA benih koro pedang yaitu 12% untuk semua
kelas benih (Dirjen TP 2009). Sehingga memungkinkan DB benih yang disimpan
di ruang suhu kamar lebih tinggi daripada DB benih yang disimpan di ruang
ber-AC.
Penurunan DB yang sangat signifikan pada periode simpan 6 bulan,
sedangkan PTM benih yang masih bertahan di atas 90.00% (Tabel 6)
memperlihatkan bahwa pada akhir penyimpanan ini banyak sekali benih yang
tumbuh menjadi kecambah abnormal. Tabel 6 menunjukkan PTM benih di ruang
kamar sebesar 95.33% dan DB sebesar 55.56%, dari data ini dapat dilihat bahwa
39.77% (19 benih) dari 50 benih tumbuh abnormal. Hasil tersebut juga
mengindikasikan bahwa viabilitas benih koro pedang sudah turun pada periode
simpan 6 bulan (22 bulan setelah panen).
Berat kering kecambah normal benih yang disimpan di ruang kamar lebih
tinggi dibandingakan dengan berat kering kecambah normal yang disimpan di
ruang ber-AC pada periode simpan 1 dan 3 bulan. Selama penyimpanan
1–4 bulan, berat kering kecambah normal cenderung tetap di atas 20 g, dan mulai
turun pada periode simpan 5 bulan dan turun secara signifikan pada periode
simpan 6 bulan (Tabel 6). Syarovi et al. (2013) menyatakan benih yang memiliki
daya berkecambah tinggi akan memiliki bobot kering kecambah normal yang

18
tinggi pula. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang bisa dilihat pada
Tabel 6, bahwa benih yang memiliki DB tinggi maka BKKN-nya juga cenderung
lebih tinggi.
Tabel 7 Pengaruh ruang simpan terhadap vigor benih koro pedang selama periode
simpan 1–6 bulan
Ruang simpan

IV (%)

Ruang kamar
Ruang ber-AC

52.00a
33.78b

Ruang kamar
Ruang ber-AC

44.56a
32.22b

Ruang kamar
Ruang ber-AC

51.11a
24.44b

Ruang kamar
Ruang ber-AC

42.67