Sejarah Jamur Shitake GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Jamur Shitake

Jamur Shitake juga dikenal dengan nama jamur hitam dari hutan Cina. Di Cina, jamur shitake ini bernama shiangu dan di Jepang bernama shitake. Jamur Shitake ini merupakan makanan jamur utama nomor dua didunia karena bentuknya yang besar dan nomor satu di Jepang. Jamur Shitake merupakan rajanya jamur kayu disebabkan oleh harga, nilai gizi, dan juga khasiatnya yang memiliki potensi ekonomi dan penjualan yang tinggi. Jamur Shitake ini juga mempunyai rasa yang enak, baunya yang harum, dan memiliki khasiat obat. Jamur Shitake ini karena aslinya memang berasal dari daratan Tiongkok dan sudah dibudidayakan sejak 1.000 tahun yang lalu. Sejarah pertama tentang budidaya jamur shitake ditulis oleh Wu Sang Kuang di zaman Dinasti Song 960-1127, walaupun jamur ini sudah dimakan orang di daratan Tiongkok sejak tahun 199 Masehi. Di zaman Dinasti Ming 1368-1644, seorang tabib yang bernama Wu Shui menulis bahwa jamur shitake bukan hanya bisa digunakan sebagai makanan tapi juga sebagai obat untuk penyakit saluran nafas, melancarkan sirkulasi darah, meredakan gangguan hati, memulihkan kelelahan dan meningkatkan energi chi. Jamur Shitake juga dipercaya dapat mencegah penuaan dini, bisa memperbaiki stamina, menambah kekebalan tubuh terhadap virus, memperbaiki pencernaan, dan menurunkan tekanan darah. Jamur Shitake mempunyai kandungan kolesterol rendah dan dapat meningkatkan aksi pada tubuh yang menjurus kearah anti-tumor dan anti-virus. Jamur Shitake atau jamur hioko adalah jamur pangan asal Asia Timur yang terkenal di seluruh dunia dengan nama aslinya dalam bahasa Jepang. Jamur Shitake secara Universitas Sumatera Utara harafiah berarti jamur dari pohon shii Castanopsis cuspidata karena batang pohonnya yang sudah lapuk merupakan tempat tumbuh jamur shiitake. Menurut sejarah, Raja Chui pada tahun 199 memberikan suatu hadiah berupa jamur ini kepada Kyushu. Dan wajarlah bahwa ada anggapan bahwa jamur shitake ini sudah ada pada masa Kerajaan Chui. Jamur Shitake ini semula dikumpulkan dari hutan, tetapi karena banyak orang yang memakannya maka semakin lama jamur ini jadinya semakin sedikit maka kemudian dilakukan penanaman secara tradisional oleh para petani. Dan sejak abad ke-17 dan awal abad ke-18 teknik penanaman jamur shitake semi modern pun telah dikembangkan di Jepang. Dan untuk mengetahui khasiatnya, di Jepang juga telah banyak dilakukan penelitian yang intensif mengenai jamur shitake. Diantaranya, penelitian yang diadakan pada tahun 1970 menemukan bahwa asam amino yang terkandung di dalam jamur ini dapat membantu memproses kolesterol di dalam hati. Dan asam amino ini juga yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, yaitu; thiamin, riboflavin, niacin, serta beberapa jenis serat dan enzim. Kandungan asam amino jamur shitake membuatnya berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan mengatasi gangguan pencernaan, hati, meredakan serangan pilek, dan melancarkan peredaran darah. Jamur Shitake juga mengandung ergosterol, yang akan diolah tubuh menjadi vitamin D setelah kulit terkena sinar matahari. Kemudian pada tahun 1974, diadakan kembali penelitian terhadap 2 kelompok, yaitu kelompok wanita muda 17-30 tahun, dan kelompok wanita tua 40-60 tahun. Kedua kelompok tersebut mengkonsumsi 9 gram jamur shitake kering atau 90 gram jamur shiitake segar setiap hari selama satu minggu. Setelah satu minggu hasil yang diperoleh adalah, kelompok wanita muda total kolesterol turun 5-12 dan untuk wanita yang lebih tua total kolesterol turun 7-15. Universitas Sumatera Utara Penelitian lainnya di Jepang yang dilakukan pada tahun 1980, menemukan bahwa jamur shitake ternyata sangat manjur untuk mengobati penyakit hepatitis B. Jamur berwarna cokelat ini terbukti mampu memproduksi zat antibodi. Penemuan ini telah diuji coba pada 40 orang penderita hepatitis B kronis. Mereka mengkonsumsi 60 gram jamur shitake segar setiap hari selama empat bulan. Hasilnya, hampir semua penderita hepatitis B mengalami pengurangan gejala dan 15 virus hepatitis B dapat di nonaktifkan. Dan menurut penelitian juga, jamur shitake pertama sekali ditanam di daerah pegunungan dan sampai sekarang pun masih dilanjutkan dan dikembangkan. Daerah yang cocok untuk ditumbuhi jamur ini mempunyai iklim yang hangat dan lembab, mempunyai empat musim . Rata-rata curah hujannya berkisar 1200 mm, suhu rata- rata 17 C, dan selama 300 hari daerah tersebut harus terbebas dari hujan salju setiap tahunnya. Dan pepohonan yang tumbuh di daerah tersebut haruslah pohon berjenis daun lebar dan sebagian kecil tumbuhan berdaun jarum cemara,paku. Perkembangan dan penanaman jamur ini juga memerlukan waktu lama dan beliku- liku dan tumbuh pada pokok –pokok kayu tertentu saja.

2.2 Pengembangan Jamur Shitake di Jepang