Respon Pertumbuhan Jahe Putih Kecil (Zingiber officinale var. Amarum) terhadap Pemupukan pada Media Tanpa Tanah.

RESPON PERTUMBUHAN JAHE PUTIH KECIL (Zingiber
officinale var. Amarum) TERHADAP PEMUPUKAN PADA
MEDIA TANPA TANAH

HILMA SUCIANDARI LAHAY

AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon pertumbuhan
jahe putih kecil (Zingiber officinale var. Amarum) terhadap pemupukan pada media
tanpa tanah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Hilma Suciandari Lahay
NIM A24090140

ABSTRAK
HILMA SUCIANDARI LAHAY. Respon Pertumbuhan Jahe Putih Kecil
(Zingiber officinale var. Amarum) terhadap Pemupukan pada Media Tanpa
Tanah. Dibimbing oleh MH BINTORO DJOEFRIE dan MUHAMMAD
SYAKIR.
Budidaya jahe putih kecil masih mengalami kendala yaitu serangan
bakteri Ralstonia solanacearum yang menyebabkan kehilangan hasil cukup
besar. Sifat bakteri Ralstonia solanacearum yaitu tular tanah dan mampu
bertahan lama di dalam tanah sehingga penelitian ini dilakukan menggunakan
media tanpa tanah yaitu campuran serbuk sabut kelapa (cocopeat) dan arang
sekam. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan jahe putih
kecil pada media campuran serbuk sabut kelapa (cocopeat) dan arang sekam
dengan dosis pupuk tertentu. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Cimanggu Bogor Jawa

Barat dari September 2014 hingga Februari 2015. Penelitian menggunakan
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dengan enam
perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan berupa aplikasi dosis pupuk lengkap
(NPK 29+10+10+3), antara lain; P0 (0 g/l) sebagai kontrol, P1 (1 g/l), P2 (2
g/l), P3 (3 g/l), P4 (4 g/l), dan P5 (5 g/l). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan dosis pupuk mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang
daun, tinggi anakan, dan jumlah anakan tetapi tidak berpengaruh pada
diameter batang. Perlakuan dosis pupuk mempengaruhi panjang akar, jumlah
akar, bobot rimpang, bobot segar biomassa, dan bobot kering biomassa, tetapi
tidak berpengaruh terhadap bobot segar dan bobot kering akar. Jahe putih
kecil dapat tumbuh baik pada media tanam campuran arang sekam dan serbuk
sabut kelapa (cocopeat). Dosis yang menghasilkan bobot rimpang terbaik
yaitu 3 g/l (P3).
Kata kunci: jahe putih kecil, arang sekam, serbuk sabut kelapa

ABSTRACT
HILMA SUCIANDARI LAHAY. Growth Response of White Small Ginger
(Zingiber officinale var. Amarum) to Fertilization on Media Without Soil.
Supervised by MH BINTORO DJOEFRIE and MUHAMMAD SYAKIR.
Small ginger cultivation still have an issue, it is Ralstonia

solanacearum bacteria that causes quite large yield loss. The character of
Ralstonia solanacearum is soil borne and can survive a long time in the soil,
so that the study was conducted using media without soil which is a mixture
of coconut coir dust (cocopeat) and rice husk. The research aims to determine
the growth response of small white ginger in a mixture of coconut coir media
(cocopeat) and rice husk media, with the intake of certain fertilizers. The
experiment was conducted in Greenhouse of Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (Balittro), Bogor, West Java Cimanggu from September
2014 to February 2015. The study using a randomized Complete Block

Design Group (RKLT) one factor with six treatments and four repetition.
Treatment in the form of a complete fertilizer dose applications, among
others; P0 (0 g / l) as a control, P1 (1 g / l), P2 (2 g / l), P3 (3 g / l), P4 (4 g
/ l), and P5 (5 g / l) , The results showed that the dosage of fertilizers affect
plant height, number of leaves, leaf length, height and number of tillers but
had no effect on stem diameter, whereas for production factor variable
dosage of fertilizer affect root length, number of roots, rhizome weight, fresh
weight biomass and the dry weight of biomass but did not affect the fresh
weight and dry weight of root. Small white ginger can grow well in the
mixture rice husk and coconut coir dust (cocopeat) media, a dose that

produces the best rhizome weight is 3 g/l (P3).
Keywords: white small ginger, rice husk, cocopeat

RESPON PERTUMBUHAN JAHE PUTIH KECIL (Zingiber
officinale var. Amarum) TERHADAP PEMUPUKAN PADA
MEDIA TANPA TANAH

HILMA SUCIANDARI LAHAY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Judul Skripsi: Respon Pertumbuhan Jahe Putih Kecil (Zingiber ojjicinale
var. Amarum) terhadap Pemupukan pada Media Tanpa Tanah
Nama
: Hilma Suciandari Lahay
NIM
: A24090140

セ@

Disetujui oleh

. O
J
セ@

セ@

Prof Dr Ir HMH Bintoro D M.Agr
Pembimbing I


Dr Ir Muhammad Syakir MS
Pembimbing II

.......____...

Tanggal Lulus :

r;

l.

rr:r

c ''

2n1r.u J

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014
ini ialah pertumbuhan tanaman pada media tanpa tanah, dengan judul Respon
pertumbuhan jahe putih kecil (Zingiber officinale var. Amarum) terhadap
pemupukan pada media tanpa tanah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir H M H Bintoro
Djoefrie M.Agr dan Bapak Dr Ir Muhammad Syakir MS selaku pembimbing.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada serta Bapak Ir Agus
Ruhnayat yang telah banyak membantu, mengarahkan, dan membimbing
selama pelaksanaan di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu atas segala doa dan kasih sayangnya, terimakasih kepada
Miftah Ayatussurur S.Hut atas dukungan serta doanya, dan juga kawankawan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ratih dan Gilang,
Universitas Pakuan Tyan dan Glen, teman-teman Lawalata IPB Alam, Dafi,
Fadhlan, dan Sheila, serta keluarga besar AGH 46 Syahidah, Achma, dan
semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih atas doa,
dukungan, bantuan dan saran yang membangun dari awal hingga
terselesaikannya penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015

Hilma Suciandari Lahay

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Botani dan Karakteristik Jahe

3

Budidaya Jahe Putih Kecil


4

Arang Sekam dan Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) sebagai Media
Tanam

5

Pemupukan

7

METODE

9

Tempat dan Waktu Penelitian

9


Bahan

9

Alat

9

Metode Penelitian

9

Pelaksanaan

10

Pengamatan

11

Analisis Data

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

12

Tinggi Tanaman

12

Jumlah Daun

13

Panjang Daun

13

Jumlah Anakan

14

Tinggi Anakan

15

Diameter Batang

16

Kondisi Lingkungan

17

Panjang, Jumlah, Bobot Segar dan Bobot Kering Akar

20

Bobot Rimpang dan Bobot Biomassa

21

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22

Saran

22

UCAPAN TERIMAKASIH

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

26

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1 Kriteria iklim dan tanah untuk jahe (Rostiana et al. 2007)
4
2 Analisis kimia arang sekam, serbuk sabut kelapa, dan arang sekam
serbuk sabut kelapa
7
3 Pengaruh dosis pupuk terhadap tinggi tanaman
12
4 Pengaruh dosis pupuk terhadap jumlah daun
13
5 Pengaruh dosis pupuk terhadap panjang daun
13
6 Pengaruh dosis pupuk terhadap jumlah anakan
15
7 Pengaruh dosis pupuk terhadap tinggi anakan
16
8 Pengaruh dosis pupuk terhadap diameter batang
17
9 Pengaruh pemupukan terhadap panjang (cm) dan jumlah akar jahe
20
10 Pengaruh pemupukan terhadap bobot segar dan bobot kering
akar
21
11 Pengaruh pemupukan terhadap bobot rimpang dan bobor biomassa
(g)
21

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Benih awal jahe
Benih jahe setelah pematahan
Bobot awal benih
Benih direndam fungisida
Daun tanaman P0
Bunga P0 pada 17 MST
Bunga mekar
Pengukuran pH air
Peningkatan pH pada P0
Peningkatan pH pada P1
Peningkatan pH pada P2
Peningkatan pH pada P3
Peningkatan pH pada P4
Peningkatan pH pada P5
Perbandingan akar jahe pada 21 MST
Rimpang P0 pada 21 MST
Rimpang P1 pada 21 MST
Rimpang P3 pada 21 MST
Rimpang P2 pada 21 MST
Rimpang P5 pada 21 MST
Rimpang P4 pada 21 MST
Tanaman dosis P5 layu pada 21 MST
Intensitas cahaya pada U1
Intensitas cahaya pada U2
Intensitas cahaya pada U3
Intensitas cahaya pada U4

10
10
10
10
14
16
16
18
19
19
19
19
19
19
27
27
27
27
27
28
28
28
29
29
30
30

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Rata-rata suhu dan kelembaban rumah kaca per bulan
Akar tanaman setelah dipanen
Rimpang hasil panen jahe
Tanaman dosis P5 pada 21 MST
Data intensitas cahaya pada U1, U2, U3, dan U4

25
27
27
28
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jahe merupakan komoditas tanaman obat dan aromatik yang diperdagangkan
secara luas di dunia karena kegunaannya yang beragam baik sebagai rempah, obat,
maupun bahan makanan. Berkembangnya pemanfaatan rimpang dari jahe sebagai bahan
baku obat tradisional, fitofarmaka, maupun industri makanan dan minuman di dalam
maupun di luar negeri membuka peluang bagi bahan baku jahe di pasar dunia, tetapi hal
ini tidak didukung dengan kondisi budidaya jahe nasional. Terbukti produksi jahe
nasional mengalami penurunan pada 2008 sebanyak 154,963,886 kg menjadi
114,537,658 kg pada tahun 2012 bahkan mencapai penurunan drastis pada 2011 yaitu
94,743,139 kg (BPS, 2014).
Tanaman jahe berdasarkan bentuk dan warna kulit rimpang terbagi menjadi tiga
jenis yaitu jahe putih besar (Zingiber officinale var. officinale) atau biasa dikenal
dengan sebutan jahe badak atau jahe gajah, jahe putih kecil (Zingiber officinale var.
amarum) atau biasa dikenal dengan sebutan jahe emprit, dan jahe merah (Zingiber
officinale var. rubrum). Balai penelitian tanaman obat dan aromatik telah melepas satu
varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu 1), empat varietas jahe putih kecil (Halina
1, Halina 2, Halina 3, Halina 4), dan dua varietas jahe merah (Jahira 1 dan Jahira 2)
(Rostiana et. al, 2007). Dalam industri pengolahan jahe, jahe putih besar dimanfaatkan
sebagai jahe segar yang banyak digunakan untuk sayur, makanan, minuman, permen,
dan rempah-rempah karena aroma dan rasanya kurang tajam jika dibandingkan dengan
kedua varietas lainnya. Jahe merah lebih dikenal penggunaannya sebagai minuman jahe,
bumbu masak, dan obat-obatan karena rasa jahe tersebut sangat pedas dan beraroma
tajam. Jahe putih kecil lebih banyak digunakan untuk penyedap makanan dan bahan
minyak atsiri jahe, selain digunakan sebagai rempah-rempah dan minuman (Januwati,
et. al, 1991).
Jahe putih kecil (Zingiber officinale var. amarum) atau biasa juga disebut dengan
jahe emprit merupakan jenis jahe yang paling banyak disuling minyak atsirinya. Kadar
minyak atsiri jahe putih kecil merupakan yang paling besar dibandingkan dengan kadar
minyak atsiri jahe merah. Jahe putih kecil Varietas Halina 3 memiliki kadar minyak
atsiri sebesar 0,88 – 3,91% sedangkan jahe merah Varietas Jahira 1 memiliki kadar
minyak atsiri sebesar 0,83 – 3,41%. Keunggulan jahe putih kecil lainnya yaitu sifat
tanaman yang adaptif dan tingkat kepedasan yang paling tinggi yaitu 7.99 sedangkan
jahe merah yaitu 5.94 dan jahe gajah 2.25 (Fathona, 2011). Jahe putih kecil merupakan
komoditas jahe yang paling banyak di ekspor dalam bentuk jahe kering (Rostiana, et. al,
2007).
Jahe merupakan tanaman obat yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit
(OPT) seperti penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum), bercak daun
(Phyllosticta sp., Cercospora sp., Phakospora sp.), nematoda (Meloidogyne sp.), busuk
rimpang (Fusarium sp., Phytium sp., Rhizoctonia sp., Sclerotium sp.), dan beberapa
jenis hama termasuk lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons, Eumerus sp.), dan kutu
perisai (Aspidiella hartii). Cara pengendalian hama dan penyakit tersebut masih

2

mengandalkan penggunaan pestisida sintetik karena belum tersedianya varietas tanaman
jahe yang tahan terhadap serangan OPT (Supriadi dan Rosita, 2011).
Salah satu kendala terbesar yang dihadapi dalam budidaya tanaman jahe yaitu
penyakit layu bakteri pada jahe yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum.
Patogen Ralstonia solanacearum menyebabkan penyakit layu bakteri pada lebih dari
200 spesies tanaman dari 50 famili, yaitu kentang, tomat, jahe, lada, tembakau, dan
pisang. Penyakit layu bakteri dianggap penyakit paling merusak karena sifatnya yang
agresif, distribusi geografis yang luas, dan inang yang tahan terhadap kondisi ekstrim
(Meng, 2013). Penggunaan varietas tahan penyakit akan mengurangi kerugian biaya
pengendalian dan aman terhadap lingkungan, namun sampai saat ini belum ada varietas
jahe yang tahan terhadap penyakit busuk rimpang dan layu bakteri. Kondisi tersebut
disebabkan oleh sifat patogen yang merupakan cendawan tular tanah dan mampu
bertahan lama di dalam tanah tanpa adanya tanaman inang, dengan membentuk struktur
istirahat (Pancasiwi, et al. 2013).
Ralstonia solanacearum merupakan patogen yang mampu bertahan hidup pada
akar tanaman yang bukan inang dan pada tanah dalam jangka waktu yang cukup lama.
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi kemampuan bertahan dari Ralstonia
solanacearum. Kelembaban tanah yang tinggi dapat meningkatkan populasi bakteri
tersebut, sementara kandungan bahan organik tanah yang tinggi dan kondisi suhu yang
tinggi akan mengurangi populasinya. Ralstonia solanacearum mudah berkembang,
menular, dan menyebar terutama pada musim hujan, lembab, dan panas. Oleh karena itu
penyakit layu bakteri sangat sulit dikendalikan (Hartati, 2012).
Jahe dikenal sebagai tanaman yang banyak menyerap unsur hara terutama N dan
K (Yusron, et al. 2012). Media tanam campuran arang sekam dan serbuk sabut kelapa
tidak mengandung unsur hara sebanyak media tanah sehingga pemberian pupuk
tambahan sangat dibutuhkan. Jahe merupakan temu-temuan yang responsif terhadap
pemupukan, pada media yang miskin unsur hara pertumbuhan jahe akan terhambat
sedangkan pada media dengan unsur hara yang tinggi maka efisiensi penyerapan unsur
hara tanaman jahe sangat rendah yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu
(Yusron, et al. 2012).
Percobaan penanaman jahe putih kecil pada media tanpa tanah diharapkan mampu
menghasilkan pertumbuhan jahe yang optimal dan mampu menghindari serangan
bakteri Ralstonia solanacearum, akan tetapi penggunaan media tanam tanpa tanah
masih belum populer di kalangan petani secara umum karena biaya produksi yang
dianggap lebih mahal. Untuk itu dilakukan percobaan menggunakan media tanam tanpa
tanah yang mudah di dapat di lapangan serta tidak membebani petani secara finansial.
Media tanam yang dipilih adalah campuran cocopeat dan arang sekam.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan mempelajari respon pertumbuhan jahe
putih kecil terhadap pemupukan pada media tanam tanpa tanah yaitu campuran arang
sekam dan serbuk sabut kelapa (cocopeat).

3

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu:
1. Terdapat perbedaan respon tanaman jahe terhadap dosis pupuk.
2. Semakin tinggi dosis pupuk maka pertumbuhan tanaman jahe akan semakin baik

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Karakteristik Jahe
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis tanaman yang
termasuk kedalam suku Zingiberaceae. Jahe tumbuh merumpun berupa tanaman terna
tahunan, berbatang semu, dan berdiri tegak dengan ketinggian mencapai 0,75 m. Secara
morfologi tanaman jahe terdiri atas akar, rimpang, batang, daun, dan bunga. Perakaran
tanaman jahe merupakan akar tunggal yang semakin membesar seiring dengan
umurnya, hingga membentuk rimpang serta tunas-tunas yang akan tumbuh menjadi
tanaman baru. Akar tumbuh dari bagian bawah rimpang, sedangkan tunas akan tumbuh
dari bagian atas rimpang (Bermawie dan Susi, 2011).
Akar jahe berbentuk bulat, ramping, berserat, berwarna putih sampai cokelat
terang. Akar keluar dari garis lingkaran sisik rimpang. Ukuran panjang akar jahe putih
besar 12,9 – 21,5 cm, jahe putih kecil 20,5 – 21,2 cm, dan pada jahe merah 17,4 – 24,0
cm. Diameter akar pada jahe putih besar 4,5 – 6,3 mm, jahe putih kecil 4,8 – 5,9 mm
dan jahe merah 12,3 – 12,6 mm (Rostiana et al. 1991)
Rimpang jahe berdaging, bernas dan strukturnya bercabang secara tidak teratur.
Rimpang merupakan modifikasi bentuk dari batang yang terdapat di dalam tanah,
berfungsi sebagai alat perkembangbiakan dan sebagai tempat menyimpan cadangan
makanan dan sangat kaya dengan senyawa-senyawa metabolit sekunder. Karena
merupakan modifikasi dari batang, bagian luar rimpang ditutupi dengan daun yang
berbentuk sisik tipis yang tersusun melingkar seperti karang. Pada setiap lingkaran sisik
terdapat satu tunas yang tersembunyi (Ajijah et al. 1997).
Batang pada tanaman jahe merupakan batang semu yang tumbuh tegak lurus,
berbentuk bulat pipih, tidak bercabang tersusun atas seludang-seludang dan pelepah
daun yang saling menutup sehingga membentuk seperti batang. Bagian luar batang
berlilin dan mengkilap, serta mengandung banyak air/succulent, berwarna hijau pucat,
bagian pangkal biasanya berwarna kemerahan (Bermawie dan Susi, 2011).
Daun terdiri atas pelepah dan helaian. Pelepah daun melekat membungkus satu
sama lain sehingga membentuk batang. Helaian daun tersusun berseling, tipis berbentuk
bangun garis sampai lanset, berwarna hijau gelap pada bagian atas dan lebih pucat pada
bagian bawah, tulang daun sangat jelas, tersusun sejajar. Panjang daun sekitar 5-25 cm
dan lebar 0,8 – 2,5 cm. Bagian ujung daun agak tumpul dengan panjang lidah 0,3 – 0,6
cm. Permukaan atas daun terdapat bulu-bulu putih (Bermawie dan Susi, 2011). Panjang
daun jahe putih besar 17,4 cm – 21,9 cm, jahe putih kecil 17,4 – 19,8 cm, dan jahe
merah 24,5 – 24,8 cm. Luas helaian daun jahe putih besar 24,9 – 27,5 cm, jahe putih
kecil 14,4 – 20,5 cm, dan jahe merah 32,6 – 51,2 cm (Ajijah et al. 1997).

4

Bunga jahe terbentuk langsung dari rimpang, tersusun dalam rangkaian bulir
(spica) berbentuk silinder seperti jagung. Panjang bulir berkisar antara 4-7 cm dengan
lebar 1,5 – 2,5 cm. Pada jahe putih panjang bulir berkisar antara 4 – 6,5 cm sedangkan
pada jahe merah berkisar antara 8 – 11,5 cm. Setiap bunga dilindungi oleh daun
pelindung berwarna hijau berbentuk bulat telur. Jahe merupakan tanaman hermaprodit
dengan sistem serbuk silang karena posisi kepala putik lebih tinggi dibandingkan kepala
sari (Ajijah et al. 1997).
Tanaman jahe sangat jarang dapat membentuk buah. Bakal buah (ovarium)
berbentuk bundar, diameternya sekitar 0,2 cm terdiri atas tiga ruang, masing-masing
ruang berisi tujuh bakal biji. Buah berbentuk bulat panjang seperti kapsul, berkulit tipis
dan berisi sejumlah biji-biji. Jika buah itu masak maka kapsul akan pecah dan terbuka
(Ajijah et al. 1997).

Budidaya Jahe Putih Kecil
Faktor iklim dan tanah seperti curah hujan dan intensitas cahaya serta tekstur
tanah dan drainase sangat mempengaruhi pembentukan rimpang. Pembentukan rimpang
akan sangat terhambat dengan kadar liat tinggi dan drainase kurang baik, demikian juga
pada intensitas cahaya dan curah hujan yang rendah. Tinggi tempat optimum untuk
budidaya jahe pada kisaran 300 – 800 m dpl. Di dataran rendah (

Dokumen yang terkait

Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian In Vivo)

4 99 95

Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinalle roscoe) Terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Penelitian in vivo)

7 103 91

Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Plasma dan Otot Gastroknemius Mencit Sebelum Latihan Fisik Maksimal

1 39 73

Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri Rimpang Jahe Emprit (Zingiber officunale Rosc.) Dan Uji Aktivitas Antibakteri

15 125 67

Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe (Zingiber officinale ROSC.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Testis Dan Gambaran Histopatologi Tubulus Seminiferus Testis Mencit Yang Diberi Plumbum Asetat

3 54 98

Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc.)Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Ginjal Dan Gambaran Histopatologis Tubulus Proksimal Ginjal Mencit Yang Diberi Plumbum Asetat

3 62 105

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Sistem Keranjang Terhadap Pemberian Pupuk Organik Padat Dan Komposisi Media Tanam

2 50 90

Kandungan gingerol dan shogaol, intensitas kepedasan dan penerimaan panelis terhadap oleoresin jahe gajah (Zingiber officinale var. Roscoe), Jahe Emprit (Zingiber officinale var. Amarum), dan Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum)

6 43 129

Karakteristik Nanoemulsi Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale Var. Amarum).

5 24 48

Respon Pertumbuhan Eksplan Jahe Emprit (Zingiber officinale var. Amarum) Terhadap Pemberian Beberapa Konsentrasi IBA dan BAP Secara Kultur In Vitro.

0 0 15