. Pengaruh Demografi, Sosial-Ekonomi, Gaya Hidup, Serta Gizi Dan Kesehatan Terhadap Kejadian Obesitas Sentral Pada Ibu Rumah Tangga.

PENGARUH DEMOGRAFI, SOSIAL-EKONOMI, GAYA HIDUP,
STATUS GIZI DAN KESEHATAN TERHADAP KEJADIAN
OBESITAS SENTRAL PADA IBU RUMAH TANGGA

ASRI LESTARI ROSDIANA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Demografi,
Sosial-Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi dan Kesehatan terhadap Kejadian
Obesitas Sentral pada Ibu Rumah Tangga adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Asri Lestari Rosdiana
NIM I14100115

ABSTRAK
ASRI LESTARI ROSDIANA. Pengaruh Demografi, Sosial-Ekonomi, Gaya Hidup,
serta Gizi dan Kesehatan terhadap Kejadian Obesitas Sentral pada Ibu Rumah
Tangga. Dibimbing oleh RIMBAWAN.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian obesitas sentral pada ibu rumah tangga di Desa Tanjungjaya,
Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Desain penelitian ini adalah
cross sectional dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Penelitian ini
dilakukan pada 96 contoh ibu rumah tangga pada bulan April sampai dengan Juni
2014. Analisis data yang dilakukan meliputi uji deskriptif, uji korelasi Spearman,
uji korelasi Kontingensi dan uji regresi logistik biner metode forward stepwise.
Persentase obesitas sentral pada contoh ditemukan sebesar 69.8%. Sebagian besar
contoh (63.5%) memiliki pendapatan per kapita di atas garis kemiskinan. Aktivitas
fisik contoh sebagian besar (84.4%) termasuk ke dalam kategori ringan. Konsumsi

buah dan sayur sebanyak 97.9% masih berada di bawah rekomendasi Pedoman Gizi
Seimbang. Sebanyak 51% contoh mengonsumsi makanan jajanan sedikitnya satu
kali per hari. Tekanan darah contoh rata-rata (62.5%) berada pada kategori
prehipertensi. Terdapat hubungan yang signifikan (p80 cm (obesitas sentral)

Pendidikan ibu

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi (PT)


Pekerjaan ibu

1.
2.
3.
4.
1.
2.

Tidak bekerja
Buruh, Petani
Pedagang, Wiraswasta
Lainnya
< Rp 286 097
≥ Rp 286 097

1.
2.
3.

4.

Sangat ringan (PAL < 1.4)
Ringan (PAL 1.40-1.69)
Sedang (PAL 1.70-1.99)
Berat (PAL 2.00-2.40)

Ukuran keluarga
(Sumber: BKKBN 1998)
Status gizi (IMT)

Pendapatan per kapita per bulan
(Sumber: BPS 2014)
Aktivitas fisik ibu
(sumber: FAO/WHO/UNU 2001)
Konsumsi sayur

1. < 3 kali sehari
2. ≥ 3 kali sehari


(Sumber: Kemenkes RI 2014)
Konsumsi buah

1. < 2 kali sehari
2. ≥ 2 kali sehari

(Sumber: Kemenkes RI 2014)
Konsumsi makanan jajanan

1. ≤ 1 kali sehari
2. > 1 kali sehari

Tekanan darah (TD)

1.
2.
3.
4.

(Sumber: James et al. 2014)

Riwayat obesitas keluarga

Normal (TD < 120/80 mmHg)
Prehipertensi (TD < 140/90 mmHg)
Stadium I (TD < 160/100 mmHg)
Stadium II (TD ≥ 160/100 mmHg)

1. Ada
2. Tidak

Analisis data terdiri atas analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis
univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan proporsi
dari variabel yang diteliti. Analisis bivariat digunakan untuk menguji hubungan
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang diuji adalah status gizi,

9
umur, pendidikan, pekerjaan, ukuran keluarga, pendapatan keluarga, aktivitas fisik,
konsumsi sayur dan buah, konsumsi makanan jajanan, tekanan darah, serta riwayat
obesitas keluarga, sedangkan variabel terikat adalah obesitas sentral. Uji korelasi
Spearman digunakan untuk menguji hubungan variabel terikat dengan variabel

bebas yang tergolong data ordinal (umur, ukuran keluarga, pendidikan, pendapatan
per kapita, aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur, konsumsi makanan jajanan,
status gizi, tekanan darah), sedangkan untuk jenis data nominal (pekerjaan dan
riwayat obesitas keluarga) diuji menggunakan uji korelasi Kontingensi.
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan menggunakan analisis regresi logistik. Analisis ini
menggunakan model binary logistic regression dengan metode forward stepwise.
Variabel yang dimasukan ke dalam model ini adalah variabel yang memiliki
hubungan parsial yang signifikan (p 15 tahun, tidak hamil,
baik mempunyai anak maupun tidak serta melakukan pekerjaan rumah tangga
selain pekerjaan di luar rumah.
Obesitas sentral adalah kelebihan lemak pada daerah perut yang diukur melalui
pengukuran lingkar perut serta ditentukan berdasarkan cut off point Depkes RI
(2010) untuk laki-laki >90 cm dan perempuan >80 cm.
Lingkar perut adalah besarnya lingkar perut ibu rumah tangga (cm) yang diukur
di antara tulang rusuk dengan tulang pinggul menggunakan pita ukur.
Faktor demografi adalah faktor yang terdiri dari umur contoh.
Faktor sosial-ekonomi adalah faktor yang diteliti dalam penelitian ini yang
meliputi variabel pendidikan ibu, pekerjaan ibu, ukuran keluarga, pendapatan per
kapita per bulan.

Pendidikan ibu adalah jenis pendidikan formal terakhir yang telah diperoleh
contoh, misalkan SD, SMP, SMA dan tamat Perguruan Tinggi.
Pekerjaan ibu adalah jenis pekerjaan yang dimiliki contoh yang tergolong ke
dalam kategori tidak bekerja, buruh/petani, pedagang/wiraswasta, serta kategori
lainnya (selain dari ketiga kategori sebelumnya).
Ukuran keluarga adalah jumlah keluarga inti yang tinggal di dalam satu rumah
yang sama dan menggunakan sumber daya bersama.
Pendapatan per kapita per bulan adalah jumlah pendapatan total yang
merupakan penghasilan dari seluruh anggota rumah tangga contoh, yang diperoleh
selama satu bulan, dibagi dengan jumlah anggota keluarga contoh.
Gaya hidup adalah faktor yang meliputi aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur
serta konsumsi makanan jajanan.
Aktivitas fisik adalah seluruh aktivitas fisik atau gerak motorik yang dilakukan ibu
rumah tangga baik yang termasuk ke dalam aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik
sedang maupun aktivitas fisik berat.
Konsumsi buah dan sayur adalah frekuensi buah dan sayur yang dikonsumsi ibu
rumah tangga dalam sehari dan dikategorikan menjadi cukup (≥ 3 porsi sehari) atau

10
kurang (< 3 porsi sehari) untuk sayur, dan dikategorikan menjadi cukup (≥ 2 porsi

sehari) atau kurang (< 2 porsi sehari) untuk buah.
Konsumsi makanan jajanan adalah frekuensi makanan jajanan yang (seperti
bakso, siomay, batagor, gorengan) yang dikonsumsi ibu rumah tangga selama satu
dan dikategorikan menjadi: jarang (≤ 1 kali sehari), atau sering (>1 kali sehari).
Status gizi adalah perbandingan antara berat badan (kg) terhadap kuadrat tinggi
badan contoh (m2) yang diklasifikasikan berdasarkan cut off point WHO Asia –
Pasifik 2005.
Status kesehatan adalah keadaan kesehatan contoh yang meliputi tekanan darah
dan riwayat obesitas keluarga.
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah di atas batas normal yang
diukur secara langsung menggunakan tensimeter dan ditentukan berdasarkan cut off
point menurut James et al. (2014) yaitu di atas 140/90 mmHg.
Riwayat obesitas keluarga adalah data riwayat keluarga contoh (ayah, ibu, kakek,
nenek, paman, bibi) yang mengalami obesitas yang diperoleh melalui wawancara
mendalam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah
Desa Tanjungjaya merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah

Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Desa Tanjungjaya
memiliki luas wilayah 412 ha, terdiri dari empat dusun (Cibeureum, Cikalapa,
Cikawungluwuk, dan Talun) serta delapan belas kampung (Cibeureum,
Kiarakoneng, Rancakalong, Cibengang, Cikalapa, Kalapanunggal, Pasirangin,
Cikawungluwuk, Cisadap, Cimenyan, Tanjungsari, Pasirjaya, Leuwimulang,
Rancagede, Talun, Cidamar, Bungursari, Babakan).
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
Tanjungjaya 2010, jumlah penduduk Desa Tanjungjaya adalah sebanyak 6 714 jiwa
yang terdiri dari 3 368 laki-laki dan 3 346 perempuan. Menurut data rekapitulasi
Nomor Induk Keluarga (NIK) yang diperoleh dari Sekretaris Desa, penduduk
perempuan umur lebih dari 15 tahun dan telah menikah berjumlah 2 334 jiwa yang
tersebar di delapan belas kampung. Tingkat pendidikan penduduk paling banyak
adalah lulusan SD (60.1%), sedangkan mata pencaharian penduduk paling banyak
sebagai petani, buruh dan pedagang.

Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi Contoh
Umur seluruh contoh penelitian berkisar antara 18 sampai 72 tahun dengan
rata-rata umur contoh 41.2 ± 12.9 tahun. Tabel 3 menunjukkan sebanyak 51%
contoh berumur di bawah 41 tahun dan 49% berumur di atas 41 tahun. Ukuran
keluarga contoh paling banyak (62.5%) termasuk ke dalam keluarga kecil dengan

rata-rata 4.3 ± 1.5 orang.

11
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik demografi dan sosial-ekonomi
Karakteristik demografi dan sosial ekonomi
Umur (tahun)
< 41 tahun
≥ 41 tahun
Ukuran keluarga
Kecil
Sedang
Besar
Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT
Pekerjaan
Tidak bekerja
Buruh, Petani
Pedagang, Wiraswasta
Lainnya (PNS, guru, perawat)
Pendapatan per kapita per bulan
< Rp 286 097
≥ Rp 286 097

na

%b

49
47

51.0
49.0

60
32
4

62.5
33.3
4.2

15
43
26
10
2

15.6
44.8
27.1
10.4
2.1

47
21
21
7

48.9
21.9
21.9
7.3

35
61

36.5
63.5

a

Jumlah contoh; bPersentase sebaran contoh berdasarkan karakteristik demografi dan sosial-ekonomi
terhadap total contoh

Sebanyak 44.8% contoh merupakan lulusan sekolah dasar (SD). Hal ini sesuai
dengan proporsi terbanyak pendidikan yang dijalani penduduk menurut RPJMDes
Tanjungjaya (2010). Sebanyak 48.9% contoh tidak bekerja, atau mengerjakan
pekerjaan rumah tangga saja.
Tabel 3 menunjukkan sebanyak 36.5% contoh memiliki pendapatan per
kapita per bulan di bawah garis kemiskinan nasional. Penduduk dikatakan miskin
jika pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan. Menurut Badan Pusat
Statistika Indonesia (2014), garis kemiskinan Indonesia pada Maret 2014 adalah
sebesar Rp 286 097 per kapita per bulan.
Gaya Hidup Contoh
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 84.4% contoh memiliki gaya hidup
dengan aktivitas fisik ringan. Aktivitas yang paling banyak dilakukan contoh adalah
tidur (rata-rata 7.5 jam per hari) dan duduk (rata-rata 3.2 jam per hari).
Gaya hidup selanjutnya adalah konsumsi sayur dan buah. Tabel 4
menunjukkan frekuensi konsumsi sayur dan buah contoh sebanyak 97.9% samasama berada pada kategori kurang. Sebanyak 49% contoh mengonsumsi makanan
jajanan setidaknya satu kali sehari. Makanan jajanan yang paling banyak

12
dikonsumsi contoh adalah gorengan (sembilan kali per minggu), aneka es (dua kali
per minggu), dan bakso (dua kali per minggu). Hasil ini kemungkinan akan berbeda
jika data konsumsi sayur dan buah yang diteliti tidak sekedar menggambarkan
frekuensi konsumsinya saja, tetapi disertai dengan rata-rata jumlah (gram) sayur
dan buah yang biasa dikonsumsi contoh. Menurut anjuran Pedoman Gizi Seimbang
seseorang dianjurkan mengonsumsi sayur sebanyak tiga sampai lima porsi dan buah
sebanyak dua sampai tiga porsi sehari (Kemenkes RI 2014).
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan gaya hidup

a

Gaya hidup

na

%b

Aktivitas fisik
Sangat ringan (PAL 1.40-1.69)
Ringan (PAL 1.70-1.99)
Sedang (PAL 2.0-2.4)

11
81
4

11.4
84.4
4.2

Konsumsi sayur
< 3 kali sehari
≥ 3 kali sehari

94
2

97.9
2.1

Konsumsi buah
< 2 kali sehari
≥ 2 kali sehari

94
2

97.9
2.1

Konsumsi makanan jajanan
≤ 1 kali sehari
> 1 kali sehari

49
47

51.0
49.0

Jumlah contoh; bPersentase sebaran contoh berdasarkan gaya hidup terhadap total contoh

Menurut data Riskesdas 2013, Provinsi Jawa Barat memiliki proporsi
penduduk yang cukup tinggi dalam konsumsi makanan manis dan makanan
berlemak. Proporsi penduduk Jawa Barat umur di atas 10 tahun yang mengonsumsi
makanan manis dan makanan berlemak lebih dari satu kali per hari adalah sebanyak
50.1%. Konsumsi sayur dan buah penduduk Jawa Barat umur di atas 10 tahun,
sebanyak 96.5% kurang mengonsumsi sayur dan buah (< 5 porsi per hari dalam
seminggu). Selain itu Jawa Barat merupakan salah satu dari lima provinsi di
Indonesia yang memiliki proporsi penduduk dengan perilaku sedentari lebih dari 6
jam per hari di atas proporsi nasional, yaitu sebanyak 33% (Kemenkes RI 2013).

Status Gizi dan Status Kesehatan Contoh
Status Gizi Berdasarkan IMT
Tabel 5 menunjukkan sebanyak 39.6% contoh memiliki status gizi normal,
dan mengalami kegemukan serta obesitas masing-masing sebanyak 26%. Menurut
Kemenkes RI (2013) prevalensi obesitas perempuan dewasa (umur di atas 18 tahun)
berdasarkan data Riskesdas 2013 adalah sebanyak 32.9%, naik 17.5% dari tahun

13
2010. Prevalensi obesitas pada perempuan umur lebih dari 18 tahun di Jawa Barat
adalah sebesar 35%, lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional.
Lingkar Perut
Variabel selanjutnya yang diukur adalah lingkar perut. Lingkar perut (LP)
contoh dapat menggambarkan keadaan obesitas sentral (LP > 80 cm). Contoh dalam
penelitian ini sebagian besar mengalami obesitas sentral (69.8%). Artinya, sebagian
besar contoh dalam penelitian ini memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi
metabolik atau sindroma metabolik. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi
obesitas sentral nasional pada tahun 2013 mengalami peningkatan, yaitu sebanyak
26.6%, meningkat dibandingkan tahun 2007 (18.8%).
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dan status kesehatan

a

Variabel

na

%b

Status gizi
Kurus
Normal
Kegemukan
Obesitas

8
38
25
25

8.3
39.6
26.0
26.0

Lingkar perut
Normal
Obesitas sentral

29
67

30.2
69.8

Tekanan darah
Normal
Prehipertensi
Stadium I
Stadium II

23
60
9
4

24.0
62.5
9.4
4.2

Riwayat obesitas keluarga
Ada
Tidak

58
38

60.4
39.6

Jumlah contoh; bPersentase sebaran contoh berdasarkan status gizi terhadap total contoh.

Tekanan Darah
Hasil dari pengukuran tekanan darah disesuaikan dengan kategori tekanan
darah menurut James et al. (2014). Sebanyak 62.5% contoh memiliki tekanan darah
yang termasuk ke dalam kategori prehipertensi, dan 24% status tekanan darah
contoh berada pada kategori normal. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi
hipertensi di Jawa Barat (29.4%) lebih tinggi dibandingkan prevalensi hipertensi
nasional (26.5%).
Riwayat Obesitas Keluarga
Riwayat obesitas keluarga diamati untuk melihat ada atau tidak riwayat
obesitas pada keluarga inti contoh, seperti ayah, ibu, nenek, kakek, paman atau bibi
contoh. Secara keseluruhan sebanyak 60.4% contoh memiliki riwayat keluarga
dengan obesitas. Istilah kegemukan diartikan sebagai keadaan jaringan lemak tubuh
berlebihan pada jaringan bawah kulit. Menurut Boediman (2009), salah satu faktor
penyebab kegemukan adalah faktor keturunan atau genetik.

14

Profil Sebaran Obesitas Sentral
Tabel 6 menunjukkan sebaran contoh yang mengalami obesitas sentral
menurut karakteristik demografi dan sosial ekonomi, gaya hidup, serta status gizi
dan status kesehatan contoh. Menurut karakteristik demografi dan sosial ekonomi
contoh, persentase obesitas sentral tertinggi berada pada contoh berumur kurang
dari 41 tahun (35.4%), termasuk ke dalam keluarga kecil (46.9%), tamat SD
(30.2%), tidak bekerja (34.4%), serta pada pendapatan per kapita per bulan di atas
garis kemiskinan (48.9%).
Tabel 6 Profil sebaran obesitas sentral

a

Variabel

na

%b

Umur (tahun)
< 41 tahun
≥ 41 tahun

34
33

35.4
34.4

Ukuran keluarga
≤ 4 orang
5-7 orang
> 7 orang

45
21
1

46.9
21.9
1.0

Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT

9
29
18
9
2

9.4
30.2
18.8
9.4
2.1

Pekerjaan
Tidak bekerja
Buruh, petani
Pedagang, wiraswasta
Lainnyac

33
11
17
6

34.4
11.4
17.7
6.2

Pendapatan per kapita per
bulan
< Rp 286 097
≥ Rp 286 097

20
47

20.8
48.9

Aktivitas fisik
Sangat ringan
Ringan
Sedang

6
59
2

6.3
61.5
2.1

Variabel

na

%b

Konsumsi sayur
< 3 kali sehari

67

69.8

Konsumsi buah
< 2 kali sehari
≥ 2 kali sehari

66
1

68.8
1.0

Konsumsi
makanan
jajanan
< 1 kali sehari
≥ 1 kali sehari

34
33

35.4
34.4

Status gizi
Normal
Kegemukan
Obesitas

18
24
25

18.8
25.0
26.0

Tekanan darah
Normal
Prehipertensi
Stadium I
Stadium II

18
40
6
3

18.8
41.7
6.3
3.1

44
23

45.8
23.9

Riwayat
keluarga
Ya
Tidak

obesitas

Jumlah contoh yang mengalami obesitas sentral; bPersentase contoh yang mengalami obesitas
sentral terhadap jumlah total contoh; cLainnya: Pegawai negeri sipil, guru, perawat.

15
Menurut gaya hidup, persentase obesitas sentral tertinggi ditemukan pada
contoh dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 61.5%, konsumsi sayur kurang dari
tiga kali sehari sebanyak 69.8%, konsumsi buah kurang dari dua kali sehari (68.8%),
serta pada contoh dengan konsumsi makanan jajanan kurang dari satu kali sehari
sebanyak 35.4%. Menurut status gizi, persentase obesitas sentral tertinggi berada
pada contoh dengan status gizi obesitas (26%). Sebaran obesitas sentral tertinggi
berdasarkan tekanan darah ditemukan pada contoh dengan kategori tekanan darah
prehipertensi (41.7%). Menurut riwayat obesitas keluarga, persentase obesitas
sentral tertinggi berada pada contoh yang memiliki riwayat keluarga dengan
obesitas (45.8%).

Hubungan Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi dengan Obesitas
Sentral
Umur
Penurunan masa otot yang terjadi seiring bertambahnya umur berpengaruh
pada peningkatan masa lemak. Proporsi lemak yang disimpan di perut meningkat
seiring perubahan bentuk tubuh menjadi bentuk android (menyerupai buah pir)
yang salah satunya dipengaruhi faktor umur yang salah satunya disebabkan otot
dinding perut yang semakin kendur (Diaz et al. 2009). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara umur contoh dengan obesitas sentral (r= 0.009, p= 0.931). Kecenderungan
yang tampak dari hasil uji hubungan tersebut adalah hubungan positif, meskipun
tidak signifikan. Artinya semakin tinggi umur contoh, semakin tinggi lingkar
perutnya. Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara umur contoh dengan
kejadian obesitas sentral dalam penelitian ini diduga disebabkan persentase contoh
yang mengalami obesitas sentral memiliki perbedaan yang tidak begitu besar antara
contoh yang berumur kurang dari 41 tahun (35.4%) dengan contoh yang berumur
lebih dari 41 tahun (34.4%). Hasil uji statistik tersebut sesuai dengan penelitian
Harikedua dan Tando (2012) pada tokoh agama di Kota Manado yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan obesitas sentral.
Ukuran Keluarga
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran keluarga dengan
obesitas sentral (r= -0.170, p= 0.098). Hal ini diduga disebabkan sebagian besar
contoh (62.5%) memiliki ukuran keluarga yang tergolong keluarga kecil dengan
rata-rata jumlah anggota keluarga 4.3 ± 1.5 orang. Kecenderungan hubungan yang
tampak dari hasil tersebut adalah hubungan negatif, artinya, semakin kecil jumlah
anggota keluarga, semakin besar lingkar perut contoh. Ukuran keluarga
mempengaruhi frekuensi dan distribusi pangan yang dikonsumsi setiap anggota
keluarga. Semakin kecil jumlah anggota keluarga, semakin tinggi frekuensi makan
dan jumlah pangan yang dikonsumsi anggota keluarga, sehingga kemungkinan
mengalami obesitas sentral semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan Sugianti et
al. (2009) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan peluang obesitas sentral
menurut ukuran keluarga. Hal ini berarti bahwa subjek dengan ukuran keluarga
kecil, sedang atau besar memiliki peluang yang sama untuk mengalami obesitas
sentral.

16
Pendidikan
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan contoh dengan
obesitas sentral (r=0.225, p=0.164). Penelitian yang dilakukan Rahmawati dan
Sudikno (2008) terhadap subjek di Kota Depok menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan tidak berpengaruh terhadap status obesitas. Tingkat pendidikan belum
tentu menggambarkan pengetahuan seseorang mengenai gizi. Penelitian yang
dilakukan oleh Nainggolan dan Zuraida (2012) menunjukkan bahwa variabel
pengetahuan memiliki pengaruh yang kuat terhadap status gizi. Data penelitian ini
menunjukkan bahwa 44.8% contoh merupakan lulusan SD yang memungkinkan
kurangnya pengetahuan contoh mengenai gizi.
Pekerjaan
Tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan contoh dengan obesitas
sentral (r= 0.072, p= 0.486). Hal ini diduga disebabkan sebaran pekerjaan contoh
yang homogen. Data penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (48.9%)
contoh merupakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Menurut Kantachuvessiri
et al. (2005), pengeluaran energi bervariasi dalam beberapa pekerjaan yang berbeda.
Beberapa pekerjaan melibatkan pengeluaran energi yang tinggi, sementara
pekerjaan yang lain melibatkan pengeluaran energi yang rendah. Pekerjaan yang
dimiliki contoh dalam penelitian ini yaitu, tidak bekerja, buruh, petani, pedagang,
wiraswasta, guru dan perawat. Contoh yang memiliki pekerjaan sebagai petani
tidak bertani setiap hari, namun merupakan petani musiman atau hanya bertani pada
musim panen atau musim tanam saja. Aktivitas rutin yang lebih banyak dilakukan
contoh dalam penelitian ini adalah aktivitas di dalam rumah tangga. Menurut Diana
et al. (2013),
Pendapatan Per Kapita Per Bulan
Terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan per kapita per bulan
dengan obesitas sentral (r=0.209, p=0.041). Hasil uji statistik tersebut menunjukkan
bahwa pendapatan per kapita per bulan berhubungan positif dengan obesitas sentral.
Semakin besar pendapatan per kapita per bulan, semakin besar lingkar perutnya.
Menurut Cahyono (2008), membaiknya tingkat ekonomi dapat mengubah pola
makan atau jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Subjek dengan pendapatan
menengah ke atas memiliki risiko mengalami kegemukan lebih tinggi dibandingkan
subjek yang memiliki pendapatan menengah ke bawah (Diana et al. 2013). Hal ini
diduga berhubungan dengan daya beli pangan contoh, contoh yang memiliki
pendapatan per kapita per bulan yang lebih tinggi akan memiliki daya beli pangan
yang lebih tinggi pula.

Hubungan Gaya Hidup Contoh dengan Obesitas Sentral
Aktivitas Fisik
Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara aktivitas fisik contoh dengan obesitas sentral (r= -0.056, p= 0.585).
Hubungan yang nampak adalah hubungan negatif, semakin rendah aktivitas fisik
contoh, semakin besar lingkar perutnya. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
Mustamin (2010) pada ibu rumah tangga di Kota Makassar yang menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas sentral pada ibu rumah tangga. Penelitian yang dilakukan Paramita (2013)

17
pada perempuan dewasa muda menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat aktivitas dengan ukuran lingkar pinggang. Berdasarkan data
penelitian sebanyak 84.4% contoh memiliki aktivitas fisik ringan. Contoh lebih
banyak melakukan aktivitas rutin ibu rumah tangga, seperti tidur, memasak,
membereskan rumah, beribadah, menonton televisi, duduk, dan mengobrol.
Menurut Faisal (2010) obesitas dapat diartikan sebagai keadaan tubuh akibat
ketidakseimbangan jumlah energi yang masuk dengan pengeluaran energi oleh
tubuh, hal ini berarti terjadi ketidakseimbangan negatif antara asupan dengan
pengeluaran energi. Kegemukan dapat disebabkan oleh energi yang diasup lebih
banyak dibanding energi yang dikeluarkan. Energi yang diasup berasal dari pangan
yang dikonsumsi, sementara energi yang dikeluarkan salah satunya berasal dari
aktivitas fisik yang dilakukan subjek.
Konsumsi Sayur dan Buah
Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi sayuran dengan obesitas
sentral (r= -0.222, p= 0.030). Hasil uji statistik tersebut menunjukkan adanya
kecenderungan hubungan negatif antara konsumsi sayuran contoh dengan obesitas
sentral. Artinya, semakin sedikit konsumsi sayuran contoh, semakin tinggi
kemungkinan contoh mengalami obesitas sentral. Makanan yang mengandung serat
tinggi yang berasal dari sayur dan buah-buahan dapat mengurangi kemungkinan
kegemukan karena mempunyai efek mengenyangkan, rendah kalori, tetapi
mengandung banyak vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh (Arisandi dan
Andriani 2009). Esmaillzadeh dan Azadbakht (2008) pada perempuan Iran,
penelitian ini menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki pola makan yang sehat
disertai asupan serat tinggi memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk
mengalami obesitas umum dan obesitas sentral. Selain sayur, buah-buahan juga
merupakan jenis pangan sumber serat. Hasil uji statistik menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi buah contoh dengan obesitas
sentral (r= -0.063, p= 0.543). Tidak adanya hubungan antara konsumsi buah dengan
kejadian obesitas sentral pada contoh diduga karena konsumsi buah contoh 97.9%
tergolong kurang (Diana et al. 2013), serta karena kandungan serat dari buah yang
dikonsumsi contoh tidak mencukupi kebutuhan. Menurut Rozaline (2006)
kandungan serat makanan pada sayuran lebih banyak dibandingkan pada buahbuahan.
Konsumsi Makanan Jajanan
Hasil uji hubungan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara konsumsi makanan jajanan dengan obesitas sentral (r= 0.009, p= 0.931).
Menurut Beck (2011), peningkatan konsumsi makanan tinggi gula dan lemak
merupakan penyebab obesitas yang lebih penting daripada penurunan konsumsi
serat. Makanan jajanan yang paling banyak dikonsumsi contoh dalam penelitian ini
adalah gorengan, aneka es dan bakso. Selain frekuensi makanan jajanan, hal yang
tak kalah penting diamati adalah jumlah asupan energi dari makanan jajanan yang
dikonsumsi contoh dalam sehari. Contoh dalam penelitian ini sebagian besar (51%)
mengonsumsi makanan jajanan kurang dari atau sama dengan satu kali per hari,
sedangkan makanan jajanan yang paling sering dikonsumsi contoh adalah gorengan,
yaitu rata-rata sebanyak sembilan kali per minggu. Salah satu jenis gorengan yang
sering dikonsumsi contoh adalah taoge-tahu goreng dengan ukuran yang biasa
dikonsumsi yaitu satu potong kecil (kira-kira 50 gram). Menurut Daftar Kandungan

18
Bahan Makanan 2010, kandungan energi dalam 100 gram taoge-tahu goreng adalah
sebesar 392 kkal. Hal ini berarti jika kebutuhan energi contoh dalam sehari adalah
2200 kkal, makan kontribusi energi dari 50 gram makanan jajanan jenis taoge-tahu
goreng adalah 8.9%.
Penelitian yang dilakukan Guallar-Castillon et al. (2007) menunjukkan
bahwa kontribusi energi terhadap kebutuhan energi sehari dari makanan yang
digoreng adalah 12.6% pada wanita. Selain itu terdapat hubungan positif antara
konsumsi makanan yang digoreng dengan kejadian obesitas umum dan obesitas
sentral, prevalensi obesitas umum dan obesitas sentral meningkat dengan
meningkatnya asupan energi dari makanan yang digoreng.

Hubungan Status Gizi dan Status Kesehatan Contoh dengan Obesitas
Sentral
Status Gizi berdasarkan IMT
Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi contoh (r=0.656,
p=0.000) dengan obesitas sentral. Status gizi contoh berhubungan positif dengan
obesitas sentral. Semakin tinggi indeks massa tubuh contoh (semakin gemuk
contoh), lingkar perutnya semakin besar. Hal ini berarti adanya peningkatan berat
badan akan meyebabkan peningkatan lingkar perut. Penelitian ini menunjukkan
hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan Gierach et al. (2014) pada pasien
dengan sindroma metabolik yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
antara IMT dengan ukuran lingkar pinggang pasien. IMT dapat digunakan untuk
mengukur estimasi lemak viseral, komplikasi yang berhubungan dengan obesitas
akan meningkat ketika nilai IMT mencapai 25 kg/m2.
Tek

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Ibu Rumah Tangga dengan Produktivitas Kerja dalam Pembibitan Mangrove Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat

0 52 75

Gambaran Gaya Hidup Pada Ibu Rumah Tangga Yang Obesitas Di Perumnas Simalingkar A Medan, Tahun 2004

3 50 66

Pengaruh Sosial Ekonomi dan Budaya terhadap Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun 2011

0 71 117

Identifikasi Strategi Pemberdayaan Bidang Ekonomi Pada Ibu Rumah Tangga Desa Suka Makmur oleh Pemerintah Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2006

0 35 102

Pengaruh Sosial Ekonomi Rumah Tangga Terhadap Kenakalan Remaja Di Desa Sidodadi Kecamatan Birubiru Kabupaten Deli Serdang

7 84 114

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Sentral pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2012-2014

7 35 188

Perbedaan Antara Obesitas Dan Non Obesitas terhadap Kejadian Depresi Pada Ibu Rumah Tangga di Daerah Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur

1 11 74

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) RUMAH TANGGA DAN STATUS KESEHATAN DENGAN KEJADIAN GIZI Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga dan Status Kesehatan dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Kelurahan Bu

0 2 16

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP, DAN ETNISITAS TERHADAP OBESITAS PADA REMAJA DI SURAKARTA.

0 1 17

KONDISI DEMOGRAFI DAN SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PEKERJA ANAK DKI JAKARTA

0 3 8