Pengaruh Sosial Ekonomi dan Budaya terhadap Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun 2011
PENGARUH SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA TERHADAP PARTISIPASI IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
DI KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2011
TESIS
Oleh :
HAYANA 097032157/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
THE INFLUENCE OF SOCIO-ECONOMY AND CULTURE ON THE HOUSEWIVES’ PARTICIPATION IN WASTE MANAGEMENT
TREATMENT IN BANGKINANG SUB-DISTRICT, KAMPAR DISTRICT, IN 2011
THESIS
BY:
HAYANA 097032157/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
PENGARUH SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA TERHADAP PARTISIPASI IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
DI KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2011
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
HAYANA 097032157/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
Judul Tesis : PENGARUH SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA TERHADAP PARTISIPASI IBU RUMAH
TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2011
Nama Mahasiswa : Hayana Nomor Induk Mahasiwa : 097032157
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ramli, S.E, M.S Ketua
) (Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H) Anggota
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(5)
Telah diuji
Pada Tanggal : 5 Maret 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ramli, S.E, M.S
Anggota : 1. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H 2. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si 3. Ir. Indra Chahaya, M.Si
(6)
PERNYATAAN
PENGARUH SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA TERHADAP PARTISIPASI IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
DI KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2011
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Maret 2012
(7)
ABSTRAK
Dari komponen sampah yang dihasilkan di Kota Bangkinang selama tiga tahun berturut-turut terdapat volume sampah yaitu tahun 2008 adalah 147,25 m3tahun 2009 adalah 167,36 m3, tahun 2010 adalah 188,95 m3
Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis pengaruh social ekonomi (pendidikan, pendapatan, pekerjaan) dan budaya (pengetahuan, kebiasaan) terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain Cross sectional. Populasi adalah ibu-ibu rumah tangga yang berdomisili di Kecamatan Bangkinang sebanyak 4782 orang. Sampel berjumlah 100 IRT, dan di peroleh dengan cara systemrandom sampling. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi yang berpedoman pada kuesioner. Analisi data dilakukan dengan menggunakan uji chi square.
. Volume sampah dari tiga tahun berturut-turut mengalami kenaikan yang cukup tinggi disebabkan oleh kurangnya partisipasi masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah, dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pengolaan sampah menjadi barang yang produktif seperti pemanfaatan sampah organik (pengomposan), pemanfaatan sampah plastic menjadi kegiatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan, pendapatan, pekerjaan, pengetahuan dan kebiasaan terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaansampah.
Diharapkan bagi Dinas Kebersihan dan Pemda setempat mulai dari membuat kebijakan dan melibatkan masyarakat secara aktif dalam pengelolaan sampah dari pengumpulan, pembuangan sampah di lingkungan rumah sebelum di buangke TPA . Bagi masyarakat diharapkan agar melakukan budaya hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah dan melakukan pengelolaan dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce dan Recycle).
(8)
ABSTRACT
From the waste components produced in Bangkinang in the last three years, it was discovered that the volume of waste in 2008 was 147.25 m3, in 2009 was 167.36 m3, and in 2010 was 188.95 m3
The aim of the research was to analyze the influence of socio-economy (education, income, and occupation) and culture (knowledge and habit) on the housewives’ participation in processing the waste in Bangkinang Sub-district, Kampar District. The research was analytic with cross sectional design. The population was 4782 housewives who lived in Bangkinang Sub-district, and 100 of them were used as the samples by using sample random sampling. The data were gathered by conducting interviews and observation, using questionnaires. The data were analyzed by using chi square test.
. The volumes of waste in the last three years have increased significantly due to the lack of public participation in waste management and their lack of awareness in processing the waste to become productive materials such as the use of organic waste (composting) and the use of plastic waste as the 3R (Reduce, Reuse, Recycle) activities.
The results of the research showed that there was significant influence of education, income, occupation, knowledge, and habit on the midwives’ participation in processing waste.
It is recommended that the Sanitary Service and the Local Government should begin to make a policy and to involve public actively in processing waste from collecting to dispose waste in the neighborhood before dumping it to the TPA (waste dumping site). It is also recommended that people should do clean and healthy living culture in their neighborhood and process the waste by the principle of 3R (Reuse, Reduce, and Recycle)
(9)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Sosial Ekonomi dan Budaya terhadap Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun 2011”.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimahkasih dan penghargaan kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Siselaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. Dr. Ramli,S.E, M.S. selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak membantu, mengarahkan serta meluangkan waktu dan pikiran dalam pembimbingan penulis guna penyusunan tesis ini.
5. Dr. dr. WirsalHasan, M.P.H selaku anggota komisi pembimbing yang juga telah banyak membantu serta mengarahkan dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam proses penyusunan tesis ini.
(10)
6. Terimakasih kepada dinas kebersihan dan pertamanan Bangkinang Kabupaten Kampar yang telah memberikan bahan sebagai referensi dan izin untuk melakukan penelitian.
7. Terimakasih takterhingga kepada kedua orang tua, ayahanda Zulkifli, AR. S.Pd dan ibunda Rabiah yang telah memberikan dukungan doa restu serta memberikan dorongan baik secara moril maupun materil kepada penulis serta doa yang takterbatas.
8. Terimakasih kepada saudara-saudaraku Desfina, Am.Keb, Firdaus, SE dan Rini Kurnia Ningsih yang telah memberikan motivasi dan doa kepada penulis. SemogaTuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan meraka.
9. Kepada rekan-rekan mahasiswa seangkatan, senior maupun junior yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan tesis ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritikdan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesisini.
Medan, Maret 2012
(11)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Hayana yang dilahirkan di Matagual (Jambi) pada tanggal 12 Oktober 1986, beragama Islam, penulis berdomisili di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Jalan D.I Panjaitan - Riau.
Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SDN 037 Langgini Bangkinang tahun 1999, selanjutnya Tahun 2002 penulis menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SLTPN 2 Bangkinang, kemudian Tahun 2005 penulis menamatkan Sekolah MenengahAtas di SMUN 2 Bangkinang dan padaTahun 2009 penulis menamatkan Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Prima Indonesia, Medan.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT.... ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ... .... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. LatarBelakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 8
1.3. TujuanPenelitian ... 8
1.4. Hipotesis ... 9
1.5. ManfaatPenelitian ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. PartisipasiMasyarakat ... 10
2.2. Nilai-nilaiPartisipasiMasyarakat ... 13
2.3. Fakto-FaktorMenumbuhPartisipasiMasyarakat ... 14
2.4. Fakto-Faktor yang MemengaruhiPartisipasi ... 16
2.5. PartisipasiMasyarakatdalamBidangKesehatan ... 16
2.6. Faktor Sosial Ekonomi yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah ... 17
2.7. Faktor budaya yang Memegaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah ... 25
2.8. PelaksanaanPengolahanSampah ... 31
2.9. SistemPengelolaanSampah ... 35
2.10. PengaruhPengolahanSampahtehadapMasyarakat dan Lingkungan ... 39
2.11 TempatPembuanganAkhirSampah ... 42
2.12. LandasanTeori ... 43
2.13. KerangkaKonsepPenelitian ... 45
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 46
3.1. JenisPenelitian ... 46
3.2. LokasidanWaktuPenelitian ... 46
(13)
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 48
3.5. Variabel dan DefinisiOperasional ... 50
3.6. MetodePengukuran ... 51
3.7. Metode Analisis Data ... 53
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 55
4.1. Deskriptif Wilayah Penelitian ... 55
4.1.1. LetakGeografis ... 55
4.1.2. KeadaanGeografis ... 56
4.2. AnalisisUnivariat ... 58
4.3. AnalisisBivariat ... 65
4.4. AnalisisMultivariat ... 69
BAB 5. PEMBAHASAN ... 72
5.1. PengaruhFaktorSosialEkonomi ... 72
5.2. PengaruhFaktorSosialBudaya ... 81
5.3. PartisipasiIbuRumahTanggadalamPengelolaanSampah ... 90
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
6.1. Kesimpulan ... 94
6.2. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA……… .. 96
(14)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. JumlahKepalaKeluarga di KecamatanBangkinangTahun 2010……….. 47 3.2. JumlahSampelPenelitianSetiapKelurahandi Kecamatan
Bangkinang………... 48 4.1. DistribusiPendudukMenurutKelompokUmur di KecamatanBangkinang
Kabupaten Kampar ……….. 56 4.2. DistribusiPendudukMenurutJenisPekerjaan di Kecamatan
BangkinangKabupaten Kampar ……….. 56 4.3. DistribusiPendudukMenurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
BangkinangKabupaten Kampar ……….. 57 4.4. JumlahFasilitasdanTenagaKebersihan diKecamatanBangkinang
Kabupaten Kampar……….... 57 4.5. DistribusiPendidikanResponden di KecamatanBangkinang
Kabupaten Kampar……… 58 4.6. DistribusiPendapatanResponden di KecamatanBangkinangKabupaten
Kampar……….. 59 4.7. DistribusiPekerjaanResponden di KecamatanBangkinangKabupaten
Kampar ………. 60 4.8. DistribusiJawabanRespondenBerdasarkanPengetahuanterhadap
PartisipasiIbuRumahTanggadalamPengelolaanSampah di
KecamatanBangkinangKabupaten Kampar……….. 60
4.9. DistribusiPengetahuanResponden di KecamatanBangkinang
Kabupaten Kampar………... 61 4.10. DistribusiJawabanRespondenBerdasarkanKebiasaanterhadap
PartisipasiIbuRumahTanggadalamPengelolaanSampah di Kecamatan
(15)
4.11. DistribusiKebiasaanResponden di KecamatanBangkinangKabupaten
Kampar……….. 63 4.12 DistribusiJawabanRespondenBerdasarkanPartisipasiIbuRumah
TanggadalamPengelolaanSampah di KecamatanBangkinangKabupaten
Kampar……….. 64 4.13. DistribusiPartisipasi IRT Responden di KecamatanBangkinang
Kabupaten Kampar ………... 65 4.14. HubunganPendidikandenganPartisipasiIbuRumahTanggadalam
PengelolaanSampah di KecamatanBangkinangKabupaten Kampar ……. 66 4.15. HubunganPendapatandenganPartisipasiIbuRumahTanggadalam
PengelolaanSampah di KecamatanBangkinangKabupaten Kampar…….. 67 4.16. HubunganPekerjaandenganPartisipasiIbuRumahTanggadalam
PengelolaanSampah di KecamatanBangkinangKabupaten Kampar…….. 68 4.17. HubunganPengetahuandenganPartisipasiIbuRumahTangga
dalamPengelolaanSampah di KecamatanBangkinangKabupaten Kampar 68 4.18. HubunganKebiasaandenganPartisipasiIbuRumahTanggadalam
PengelolaanSampah di KecamatanBangkinangKabupaten Kampar …… 69 4.19. PengaruhSosialEkonomidanBudayaterhadapPartisipasiIbuRumah
(16)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 KuesionerPenelitian ... 99
2. HasilUjiValiditasdanReliabilitas ... 104
3. HasilPengolahan Data Penelitian ... 112
4. Master Data ... 125
5. SuratKeteranganHasilPenelitiandariFakultasKesehatanMasyarakat Universitas Sumatera Utara ... 129
(18)
ABSTRAK
Dari komponen sampah yang dihasilkan di Kota Bangkinang selama tiga tahun berturut-turut terdapat volume sampah yaitu tahun 2008 adalah 147,25 m3tahun 2009 adalah 167,36 m3, tahun 2010 adalah 188,95 m3
Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis pengaruh social ekonomi (pendidikan, pendapatan, pekerjaan) dan budaya (pengetahuan, kebiasaan) terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain Cross sectional. Populasi adalah ibu-ibu rumah tangga yang berdomisili di Kecamatan Bangkinang sebanyak 4782 orang. Sampel berjumlah 100 IRT, dan di peroleh dengan cara systemrandom sampling. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi yang berpedoman pada kuesioner. Analisi data dilakukan dengan menggunakan uji chi square.
. Volume sampah dari tiga tahun berturut-turut mengalami kenaikan yang cukup tinggi disebabkan oleh kurangnya partisipasi masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah, dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pengolaan sampah menjadi barang yang produktif seperti pemanfaatan sampah organik (pengomposan), pemanfaatan sampah plastic menjadi kegiatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan, pendapatan, pekerjaan, pengetahuan dan kebiasaan terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaansampah.
Diharapkan bagi Dinas Kebersihan dan Pemda setempat mulai dari membuat kebijakan dan melibatkan masyarakat secara aktif dalam pengelolaan sampah dari pengumpulan, pembuangan sampah di lingkungan rumah sebelum di buangke TPA . Bagi masyarakat diharapkan agar melakukan budaya hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah dan melakukan pengelolaan dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce dan Recycle).
(19)
ABSTRACT
From the waste components produced in Bangkinang in the last three years, it was discovered that the volume of waste in 2008 was 147.25 m3, in 2009 was 167.36 m3, and in 2010 was 188.95 m3
The aim of the research was to analyze the influence of socio-economy (education, income, and occupation) and culture (knowledge and habit) on the housewives’ participation in processing the waste in Bangkinang Sub-district, Kampar District. The research was analytic with cross sectional design. The population was 4782 housewives who lived in Bangkinang Sub-district, and 100 of them were used as the samples by using sample random sampling. The data were gathered by conducting interviews and observation, using questionnaires. The data were analyzed by using chi square test.
. The volumes of waste in the last three years have increased significantly due to the lack of public participation in waste management and their lack of awareness in processing the waste to become productive materials such as the use of organic waste (composting) and the use of plastic waste as the 3R (Reduce, Reuse, Recycle) activities.
The results of the research showed that there was significant influence of education, income, occupation, knowledge, and habit on the midwives’ participation in processing waste.
It is recommended that the Sanitary Service and the Local Government should begin to make a policy and to involve public actively in processing waste from collecting to dispose waste in the neighborhood before dumping it to the TPA (waste dumping site). It is also recommended that people should do clean and healthy living culture in their neighborhood and process the waste by the principle of 3R (Reuse, Reduce, and Recycle)
(20)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut H.L. Blum, dikutip Notoadmodjo (2007), derajat kesehatan dipengaruhi 4 (empat) macam faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor terbesar yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan.Oleh karena itu, lingkungan sehat dan perilaku sehat perlu diupayakan dengan sungguh-sungguh.
Lingkungan merupakan salah satu peran penting dan berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat.Lingkungan juga merupakan determinan dalam menularkan dan munculnya suatu penyakit, baik menular maupun tidak menular.Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari masyarakat satu kemasyarakat lain, bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang sederhana sampai kepada yang modern (Notoatmodjo,2003).
Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antara lain penyakit disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasislingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sampah, sarana transportasi, serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan (Achmadi, 2008).
(21)
Saat ini penyakit berbasis lingkungan merupakan faktor yang paling dominan di Indonesia dan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh puskesmas di Indonesia, selain Filariasis, Malaria, HIV AIDS, TBC, Kusta, Diare dan Penyakit Infeksi Pencernaan, Penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, Penyakit berpotensi wabah (Demam Berdarah Dengue, Penyakit infeksi baru), eradikasi polio, (Depkes RI, 2000). Hal ini antara lain karena sanitasi lingkungan yang buruk.
Kota Pekanbaru merupakan ibu kota Provinsi Riau, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan mobilitas penduduk yang begitu pesat sehingga menghasilkan sampah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang berbasis lingkungan. Berdasarkan laporan puskesmas dari 12 kecamatan yang ada di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2010, menunjukan ada 10 penyakit terbesar yaitu, ISPA 13531 kasus (36,12%), Diare 9541 kasus (25,47%), Infeksi kulit 3232 kasus (8,63), Malaria 3144 kasus (8,39), DBD 2030 kasus (5,42), TB Paru 1283 kasus (3,43), Gastritis 1250 kasus (3,34%), Dispeksia 1240 kasus (3,31%), Dermatitis 786 kasus (2,09%), Avian influenza 44 kasus (1,11%). Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006 sebanyak 24 %dari penyakit global disebabkan oleh segala jenis faktor lingkungan yang dapat dicegah serta lebih dari 13 juta kematian tiap tahun disebabkan faktor lingkungan yang dapat dicegah. Empat penyakit utama yang
(22)
disebabkan oleh lingkungan yang buruk adalah diare, infeksi saluran pernapasan bawah, berbagai jenis luka yang tidak intens, dan malaria.
Kecamatan Bangkinang adalah salah satu kota yang terletak Kabupaten KamparPropinsi Riau, di mana Kabupaten Kampar memiliki 26 puskesmas, salah satunya adalah Puskesmas Bangkinang. Puskesmas Bangkinang menempati urutan pertama dalam 3 kategori puskesmas penyakit berbasis lingkungan tertinggi. Puskesmas Kecamatan Bangkinang, ada 10 penyakit terbesar yaitu: Diare 55.749 jiwa (42,29%), ISPA 14.029 jiwa (10,64%), Hipertensi 12.331 jiwa (9,35%), Gastritis 11.453 (8,69%), Dermatitis 10.406 jiwa (7,89%), Arthritis 4.914 jiwa (3,73%), Infeksi kulit dan jaringan sub kutan 10.063 jiwa (7,63%), Dispeksia 7.995 jiwa (5,99%), Penyakit saluran bagian atas lainnya 4.994 jiwa (3,79%), Asma 4.452 jiwa (3,38%), (Puskesmas Kecamatan Bangkinang, 2010). Berkaitan dengan penyakit tersebut, maka penyakit diare, dermatitis, infeksi kulit merupakan penyakit yang berbasis lingkungan yang antara lain disebabkan oleh sampah atauwaste borne disease.
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bacteri pathogen), dan juga binatang serangga pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola masyarakat.Salah satu ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut adalah sampah.Sampah berasal dari lingkungan, maka penyakit yang ditimbulkan oleh sampah yaitu penyakit yang berbasis lingkungan.Untuk
(23)
mencegah atau timbulnya penyakit di masyarakat maka dilakukan pengurangan atau pengendalian faktor lingkungan yang diduga berhubungan dikenal dengan faktor risiko lingkungan, salah satunya adalah sampah. Jika sampah tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan lingkungan tidak sehat maupun sebaliknya. Penyakit bawaan sampah diantaranya Dysentrie basilaris, Dysentrie amoebica, Cholera, Thypus, Ascariasis, DBD, sakit mata, penyakit kulit yang disebabkan oleh vektor tikus dan lalat (Slamet,1994).
Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkandi Indonesiamerupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Olehkarena itu, pengelolaan sampah yang terdesentralisasi sangat membantu dalammeminimasi sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir.Padaprinsipnya pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengansumbernya.Selama ini pengelolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidakberjalan dengan efisien dan efektifkarena pengelolaan sampah bersifat terpusat.
Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kotaadalah masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yangpantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional yang tinggi,kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang> 60% dari seluruh produksi sampahnya, dari 60% ini sebagian besar ditanganidan dibuang dengan cara yang tidak saniter, boros dan mencemari (Daniel,1985).
(24)
Berdasarkan data badan statistik (BPS) tahun 2004 penampungan sampah ditingkat rumah tangga memegang posisi terdepan. Sistem pengelolaan sampah didaerah perkotaanyaitu sebanyak 41,28%.Sampah yang terangkut petugas 32,59%, dibakar 5,79%, ditimbun 1,15%, diolah menjadi kompos (1,5%)dan sisanya dibuang sembarangan.
Jumlah penduduk kota Pekanbaru saat ini mencapai 584.343jiwa dan menghasilkan sampah 1.899,41 m3, kapasitas pengangkutan sampah baru mencapai 120 m3
Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor dalam menyukseskan program kesehatan lingkungan. Sebaik apa pun program yang dilakukan pemerintah tanpa peran aktif masyarakat, program tersebut tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu isu penting dalam kesehatan lingkungan.Keharusan berpartisipasi bertolak dari arah bahwa lingkungan hidup adalah milik bersama yang pemeliharaan dan pemanfaatannya harus dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat. Semua pihak harus terlibat, karena masing-masing tanpa kecuali menggantungkan diri pada sumber alam dan lingkungan sebagai sumber kehidupan(Mikkelsen, 2003).
atau 60%. Hal ini menjadi sangat dilematis karena sebagian sampah masih berserakan di mana-mana mulai dari pusat kota maupun di pinggiran kota. Hal ini tercermin bahwa partisipasi masyarakat dalam penanganan sampah masih sangat rendah.(Profil Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru, 2010).
(25)
Dalam melakukan pengelolaan sampah dinas yang bertangung jawab adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kampar. Dari komponen sampah yang dihasilkan di Kota Bangkinang selama tiga tahun berturut-turut terdapat volume sampah yaitu tahun 2008 adalah 147,25 m3 tahun 2009 adalah 167,36 m3, tahun 2010 adalah 188,95 m3
Tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) luasnya 6 (enam) Ha dan lokasinya terletak diDesa Koto Kecamatan Bangkinang Seberang. Fasilitas pembuangan sampah dan alat angkut sampah belum memadai, dimana TPS yang tersedia hanya 80 unit dengan kapasitas masing-masing unit 2 m
. Volume sampah dari tiga tahun berturut-turut mengalami kenaikan yang cukup tinggi disebabkan oleh kurangnya partisipasi masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah, dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pengolaan sampah menjadi barang yang produktif seperti pemanfaatan sampah organik (pengomposan), pemanfaatan sampah plastik menjadi kegiatan 3R. Pemerintah Kabupaten Kampar menetapkan target pengurangan sampah kota Bangkinang sebesar 10% pertahun dari total timbunan sampah di kota Bangkinang.
3
, hal ini tidak sebanding dengan timbulan sampah yang mencapai 188,95 m3, sisanya sebanyak 84,68 m3 sampah yang tidak tertampung. Alat angkut sampah yang tersedia di kota Bangkinang juga belum memadai di mana gerobak sampah yang ada hanya 4 unit dengan kapasitas 1 m3, ritasi pengangkutan setiap hari, Mini truck 1 unit dengan kapasitas1,5 m3, ritasi pengangkutan 2 hari sekali, dum truck besar 9 unit dengan kapasitas 4 m3, ritasi pengangkutan 2 kali sehari, arm roll besar 2 unit dengan kapasitas 6 m3, ritasi
(26)
pengangkutan 2 kali sehari, dari segi pengangkutan sampah ada 135,95 m3
Dari survei sementara yang peneliti lakukan terhadap 20ibu rumah tanggayang ada di kota Bangkinang yaitu di Kecamatan Bangkinangternyata partisipasi masyarakat masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya tempat sampah sementara (TPSS) yang dimiliki oleh masing-masing rumah 15 KK (75%), yang mempunyai tempat sampah ada 5 KK (25%). Di sisi lain perilaku masyarakat dalam membuang sampah juga masih kurang, hal ini dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat membuang sampah secara sembarangan/tidak pada tempatnya, dimana yang membuang sampah di Sungai Kampar ada 13 KK (65%) dari 20 KK, yang membuang sampah dihalaman rumah ada 15 KK (75%).
sampah yang tidak terangkut (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bangkinang, 2010).
Mikkelsen (2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat yaitu faktor sosial, faktor budaya dan faktor politik.Adapun yang menjadi perhatian untuk menelaah tingkat partisipasi masyarakat.Penelitian Kholil (2003)di daerah Jakarta Selatan menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilan pengelolaan sampah. Secara ekonomi, partisipasi masyarakat dalam pengadaan wadah tempat pengumpulan sampah dapat menghemat biaya operasional 20%-25% dari total biaya operasional. Penelitian Johan, (2007) menyatakan terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan denganpartisipasi masyarakat.Penelitian Yunizar(2001), menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah tidak sama dimana tingkat
(27)
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat tinggi mencapai 48%, tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah sedang 18% dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rendah yaitu 34%. Dimana terdapatnya hubungan yang positif antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dan tingkat pendapatan menunjukan pengaruh yang negatif.
Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka perlu dilakukan penelitiandengan judul “Pengaruh Sosial Ekonomi (pendidikan, pendapatan,pekerjaan) dan budaya (pengetahuan, kebiasaan) terhadap Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalamPengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar”.
1.2. Permasalahan
Apakah ada pengaruh sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan, pekerjaan) dan budaya (pengetahuan, kebiasaan) terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan pekerjaan) dan budaya (pengetahuan kebiasaan) terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar.
(28)
1.4. Hipotesis
Sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan pekerjaan) dan budaya (pengetahuan kebiasaan) berpengaruh terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah:
1. BagiPemerintah Kabupaten Kampar Kecamatan Bangkinang, sebagai masukantentang manajemen pengelolaan sampah berbasis masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam upaya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.
2. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan agar masyarakat berperan aktif ikut serta dalam pelaksanaan pengelolaan sampah
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan pengaruh sosial ekonomi dan budaya terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.
(29)
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk peran serta atau keterlibatan masyarakat dalam program pembangunan.Partisipasi masyarakat ini menunjukkan bahwa masyarakat merasa terlibat dan merasa bagian dari pembangunan. Hal ini akan sangat berdampak positif terhadap keberhasilan pelaksanaan suatu program pembangunan (Soetomo, 2006).
Mikkelsen (2003),mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan prilaku tersebut. Ada enam tafsiran dan makna berbeda tentang partisipasi yaitu:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek pembangunan, tetapi mereka tidak ikut terlibat dalam pemgambilan keputusan. 2. Partisipasi adalah proses untuk membuat masyarakat menjadi lebih peka untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek pembangunan.
3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan sesuatu.
(30)
4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara komunitas lokal dan pihak penyelenggara,pengimplementasian, pemantauan, dan pengevaluasian staf agar dapat memeperoleh informasi tentang konteks sosial ataupun dampak sosial. 5. Partsisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukan oleh dirinya sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.
Partisipasi adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga ataupun kesehatan lingkungannya.Dalam suatu masyarakat bagaimanapun sederhananya, selalu ada suatu stimulus. Mekanisme ini disebut pemecahan masalah atau proses pemecahan masalah (Depkes, 2006).
Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai jenjang kegiatan. Dilihat dari konteks pembangunan kesehatan, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan diantara berbagai aktivitas program kesehatan, mulai dari pendidikan kesehatan, kemadirian dalam kesehatan, sampai dengan mengontrol perilaku masyarakat dalam menanggapi teknologi dan infrastrusktur kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Ramli (1993), Pengertianpartisipasi adalah sangat kompleks, sehingga tidak mudah untuk mendefinisikannya secara lengkap. Hal ini terlihat dari pengertian yang di kemukakan beberapa ahli berikut ini:
(31)
1. Partisipasi adalah suatu konstribusi suka rela dari masyarakat terhadap program pemerintah yang dapat menunjang pembangunan nasional tanpa turut serta dalam pembuatan program itu sendiri atau mengeritik tetang isinya.
2. Partisipasi dalam arti yang luas ialah menyadarkan masyarakat dan meningkatkan kepekaan dan kemampuan untuk memberikan respons terhadap program pembangunan dan juga mendorong prakarsa setempat.
3. Partisipasi meliputi keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program, mengambil bagian dalam hasilnya serta terlibat dalam evaluasi program tersebut.
4. Partisipasi dalam keterlibatan secara aktif dalam pengambilan keputusan sejauh hal-hal yang berkaitan dengan mereka
5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat yang berhak dan wajib ikut serta dalam memecahkan masalah (kesehatan), lebih bertanggung jawab dalam memperoleh kebutuhan (kesehatan), mengerahkan sumber-sumber lokal dan mengusulkan pemecahan masalah baru, juga menciptakan dan mempertahankan organisasi setempat.
6. Partisipasi adalah suatu proses aktif, artinya bahwa orang atau kelompok yang bersangkutan mengambil prakarsa dan memastikan kewenangannya (otonomi) untuk melakukan hal tersebut.
7. Partisipasi adalah upaya yang terorganisasi untuk menguasai (mengendalikan) sumber-sumber daya dan kelembagaan yang mengatur di dalam situasi sosial
(32)
tertentu, bagi kelompok atau gerakan mereka yang selama ini tersisihkan dari penguasaan/pengendalian tersebut.
Dari definisi di atas belum mendapatkan batasan pengertianyang jelas, sehingga ada kemungkinan apa yang disebut partisipasi dalam suatu kegiatan belum tentu sama dengan kegiatan lainnya. Bagaimanapun luasnya interpretasi tentang partisipasi itu, suatu hal yang pasti ialah bahwa sebahagian besar dari kita sependapat bahwa partisipasi itu sesuatu hal yang baik dan merupakan strategi penting untuk pembangunan.
2.2. Nilai-Nilai Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah suatu pendekatan atau jalan yang terbaik untuk pemecahan masalah-masalah kesehatan dinegara-negara yang sedang berkembang, karena hal-hal berikut (Notoatmodjo, 2007):
1. Partisipasi masyarakat adalah cara paling murah. Dengan ikut berpartisipasi masyarakat dalam program-program kesehatan, itu berarti diperoleh sumber daya dan dana dengan mudah untuk melengkapi fasilitas kesehatan mereka sendiri. 2. Bila partisipasi itu berhasil, bukan hanya salah satu bidang saja yang dapat
dipecahkan, tetapi dapat menghimpun dana dan daya.
3. Partisipasi masyarakat membuat semua orang bertanggung jawab untuk kesehatannya sendiri.
(33)
4. Partisipasi masyarakat didalam pelayanan kesehatan adalah rangsangan dan bimbingan dari atas, bukan sesuatu yang dipaksakan dari atas. Ini adalah suatu pertumbuhan yang alamiah, bukan yang semu.
5. Partisipasi masyarakat akan menjamin suatu perkembangan yang langsung, karena dasarnya adalah kebutuhan dan kesadaran masyarakat.
6. Melalui partisipasi, setiap anggota masyarakat dirangsang untuk belajar berorganisasi, mengambil peran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing
2.3. Faktor –Faktor Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat
Menurut Cary dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa partisipasi dapat tumbuh jika tiga kondisi berikut terpenuhi:
a. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti ada kondisi yang memungkinkan anggota masyarakat untuk berpartisipasi.
b. Mampu untuk berpatisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota masyarakat sehingga mampu untuk memerikan sumbangan saran yang kontruksif untuk program.
c. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk berpatisipasi dalam program.
Ketiga kondisi ini harus hadir secara bersama-sama. Apa bila orang mau dan mampu tetapi tidak merdeka untuk partisipasi, maka orang tidak akan berpatisipasi. Menurut Ross dalam Notoatmodjo(2005), terdapat tiga prakondisi tumbuhnya partisipasi, yaitu :
(34)
a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang yang memadai sehingga dapat mengidentifikasi masalah, prioritas masalah dan melihat permasalahan secara komprehensif.
b. Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan, dan belajar mengambil keputusan.
c. Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif.
Batasan diatas sebenarnya menuntut persyaratan bahwa orang-orang yang akan berpartisipasi akan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu kognisi tertentu. Menurut Notoatmodjo(2005), yang mengutip pendapat Chapin, partipasi dapat diukur dari tinggi rendah sampai yang tertinggi, yaitu:
1. Kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan 2. Memberikan bantuan dan sumbangan keuangan 3. Keanggotaan dalam kepanitiaan
4. Posisi kepemimpinan.
Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Adanya penolakan secara internal dikalangan anggota masyarakat dan penolakan eksternal terhadap pemerintah
2. Kurang dana
3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat; dan 4. kurang sesuai dengan kebutuhan.
(35)
2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisisipasi Masyarakat
Mikkelsen (2003) mengemukanan bahwa faktor-faktor yang memegaruhi patisipasi masyarakat itu yaitu:
1. Faktor sosial yaitu dilihat adanya ketimpangan sosial masyarakat untuk berpartisipasi
2. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap pembaharuan
3. Faktor politik yaitu apabila prosespembangunanyang dilaksanakan kurang melibatkan masyarakat pada awal dan akhir proses pembangunan sehingga terkendala untuk berpatisipasi dan pengambilan keputusan
2.5. Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Kesehatan
Menurut Depkes (1991) partisipasi masyarakat adalah di mana individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga atau kesehatan masyarakat dilingkungannya.Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan bukan semata-mata karena ketidakmampuan pemerintah dalam upaya pembangunan, melainkan memang disadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk mengenal dan memecahkan masalah kesehatan yang dihadapinya, mengingat sebagian besar masalah kesehatan disebabkan perilaku masyarakat itu sendiri.
Dengan kata lain partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memikirkan, merencanakan,
(36)
melaksanakan, dan mengevaluasi program-program kesehatan masyarakat. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya.
Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan didasarkan kepada beberapa hal:
1. Community felt needapabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri, berakti masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut, artinya pelayanan kesehatan bukanlah berdasarkan kebutuhan penguasa tapi benar-benar kebutuhan masyarakat itu.
2. Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan partisipasi masyarakat adalah salah satu bentuk pengorganisasian masyarakat, ini berakti fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.
3. Pelayanan kesehatan akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri, artinya tenaga dan penyelenggaranya akan ditangani oleh anggota masyarakat itu sendiri yang didasarkan sukarela (Notoatmodjo,2007).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi partisipasi masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat adalah terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat dan oleh masyarakat.
2.6. Faktor Sosial Ekonomi yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Status sosial ekonomi berkenaan dengan sekelompok orang dengan penghasilan, jumlah kekayaan, kondisi kehidupan, perubahan gaya hidup yang
(37)
relative sama. Curran dan Ranzetti (2000) dalam Friedman (2010) menjelaskan bahwa kelas sosial ekonomi suatu ukuran individu atau stratifikasi ekonomi keluarga, termasuk didalamnya tiga unsur yaitu kekayaan (unsurmateri), status (unsur pretise), dan kekuatan politik (unsur pembuatan keputusan). Status sosial ekonomi mempunyai pengaruh yang menembus kehidupan keluarga dan anggotanya, terutama dalam kehidupan masyarakat yang heterogen, dan kompleks, menyebabkan perbedaan dalam kebudayaan keluarga dan gaya hidup yang signifikan. Menurut Dalimunte (1995), kehidupan sosial ekonomi adalah suatu keadaan sosial ekonomi masyarakat yang menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan dan penghasilan sebagai tolak ukur.
Sosialekonomi menurut Rossides (1986) dikutip Yulisanti (2000), adalah kedudukan seseorang dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hierarkhis yang merupakan kesatuan tertimbang dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam masyarakatyang biasanya dikenal sebagai previleseberupa Kekayaan, serta pendapatan, danprestise berupa status, gaya hidup dan kekuasaan. Tinggi rendahnya sosial ekonomi seseorang ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan dan pendapatan (Yulisanti, 2000).
2.6.1. Pendidikan
Pendidikan yang sesuai dengan masyarakat demi hidup yang berkelanjutan sama penting baik bagi negara berpenghasilan tinggi maupun bagi negara berpenghasilan rendah. Pendidikan dasar umum bagi semua anak merupakan target
(38)
pembangunan manusia yang paling penting, karena dapat menyingkapkan potensi tersembunyi yang dipunyai oleh banyak orang (Walhi, 1993).
Pendidikan menurut Soerjono Soekanto “Pendidikan merupakan suatu alat yang akan membina dan mendorong seseorang untuk berfikir secara rasional maupun logis, dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin) dengan menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan keterampilan sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi” (Salsabila,2009).
Menurut Kartini Kartono dikutip Salsabila (2009) “Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh metode dan teknik ilmiah diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu.Pendidikan yang ditempuh oleh seseorang akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan ditempuh. Seseorang yang mempunyai pengetahuan diharapkan dapat memberikan bantuan berupa saran, ide/gagasan yang dapat membantu untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan guna untuk meningkatkan pengaman dan penanggulangan bencana alam dan pergolakan sosial. Pendidikan saja tidak diterima dari bangku sekolah, akan tetapi dapat diterima dari pendidikan formal dan informal lainnya. Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi diperlukan keterampilan dan pengetahuanagar dapat mencapai berbagai tingkatannya, dan untuk selalu dapat ditemukan titik tolaknya untuk mengawalinya (Satropoetro, 1998). Ada asumsi yang mengatakan bahwa pendidikan yang dimikili oleh sesorang
(39)
akan mencerminkan cara berpikir orang tersebut, dan semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka pola masyarakat tersebut akan lebih baik.
Pendidikan yang dibedakan menjadi tiga bagian:
a. Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai rencana untuk jangka panjang dan memerlukan perencanaan yang lebih matang, misal: pendidikan SD, SLTP, SMU, Diploma, S1, S2 DAN S3.
b. Pendidikan non formal adalah merupakan suatu pendidikan yang mempunyai rencana untuk jangka panjang serta memiliki tujuan dan sasaran akhir dari pendidikan. Secara umum tujuannya:
1 Memberikan pengetahuan umum mengenai ilmu lingkungan
2 Memberikan latar belakang pengetahuan ilmu lingkungan yang cukup untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan berlandasan kelestarian dari lingkungan yang baik.
3 Memberikan pengetahuan ilmu lingkungan yang cukup bagi para peserta yang dalam tugasnya memerlukan pengetahuan utama (pokok).
c. Pendidikan in-formal adalah pendidikan yang diterima dari media penyebaran pengetahuan yang baik dalam jangka pendek, misalnya: penyebaran pengetahuan melalui srat kabar, majalah, radio, televisi
Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi diperlukan suatu keterampilan dan pengetahuan agar dapat mencapai berbagai tingkatannya, dan untuk itu selalu dapat ditemukan titik tolaknya untuk mengawalinya (Sutiyanti, 1999).
(40)
Faktor pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap perilaku.Faktor lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah sosial penangananya diperlukan pendidikan kesehatan.Dalam rangka membina meningkatkan kesehatan masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada masyarakat dan edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan.Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini mencangkup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, system yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.
2.6.2. Pekerjaan
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seseorang akan memengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup. Dalam kaitan ini Soeroto memberikan difinisi mengenai pekerjaan sebagai berikut: Pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang melakukan dengan dibayar atau tidak menurut Soeroto (1986) dikutip Salsabila (2009).Dengan bekerja orang akan memperoleh pendapatan. Pendapatan ini memberikan kepadanya dan keluarganya untuk mengkonsumsi barang
(41)
dan jasa hasil pembangunan dengan demikian menjadi lebih jelas, barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia telah nyata berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam pembangunan.
Menurut Sedarmayati (2001) yang dikutip oleh Hardywinoti (2007), pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan nasional.
Selanjutnya ditinjau dari aspek ekonomis menurut Ida Bagus Mantra (1991) dikutip Salsabila (2009) bahwa bekerja itu diartikan sebagai melakukan pekerjaan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan baik berupa uang atau barang dalam kurun waktu tertentu.
Kemudian menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification of Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan menjadi :
a). Profesional ahli teknik dan ahli jenis b). Kepemimpinan dan ketatalaksanaan c). Administrasi tata usaha dan sejenisnya d). Jasa
e). Petani
(42)
2.6.3. Pendapatan
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Penelitian oleh Ongko (1998) dalam Tukiman, (2001) tentang demand masyarakat ke balai kesehatan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh faktor harga. Individu akan lebih muda memanfaatkan pelayanan kesehatan apabila pelayanan yang diberikan bebas biaya
Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut: 1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari:
a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang
b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinanrumah
c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.
2) Pendapatan yang berupa barang yaitu: Pembayaran upah dan gaji yang ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas Sundoyo Pitono dikutip Salsabila (2009) mendefinisikan pendapatan adalah sebagai berikut “Seluruh penerimaan baik berupa
(43)
uang ataupun barang baik dari piak lain maupun dari hasil sendiri, dengan jalan dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini”.
Untuk menentukan besar kecilnya pendapatan jelas tidak bisa, hal ini perlu penyesuaian dengan perubahan harga yang terjadi.Untuk itu Pemerintah menetapkan Upah Minimum Regional (UMR).Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok setiap Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan tambahan dan penghasilan insidentil.
Purwani (Mufidah, 2001) mengatakan pendapatan atau penghasilan merupakan suatu gambaran tentang posisi ekonomi seseorang atau keluarga dalam perkapita di masyarakat yang dihitung berdasarkan bulanan, yang kemudian ditambah dengan penghasilan tambahan lainnya.Hal ini diukur dan disesuaikan dengan pengeluaran seseorang atau keluarga tersebut.
Ada asumsi yang mengatakan bahwa semangkin tinggi tingkat pendidikan, maka pendapatan setiap bulannya yang mereka terima akan menjadi lebih baik. Partisipasi dapat diwujudkan dalam bentuk sumbangan spontan berupa uang dan barang.Seseorang yang mampu memberikan sumbangan materi berupa uang (money participation) dan barang (material participation) menunjukan kemampuan penghasilan yang dimilikinya lebih dari cukup. Bantuan yang diberikan masyarakat berupa sumbangan materi yang bersifat sukarela biasa disebut dengan istilah swadaya masyarakat (Sutiyanti, 1999).
(44)
2.7. Faktor Budaya yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta budhaya, bentuk jamak dari bhudi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Budaya sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Setiadi, 2002).
Menurut Taylor dikutip Notoatmodjo (2005) kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung nilai ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan seni, moral hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Linton dikutip Setiadi (2002) kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya. Soemardjan dan Soemardi dikutip Setiadi (2009) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Noorkasiani (2009) kebudayaan berakti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) selain itu berakti kejayaan manusia untuk mengatasi rintangan dan kesukaran didalam kehidupannya guna
(45)
mencapai kesehatan dan kebahagiaan yang pada awalnya bersifat tertib dan damai. Menurut Koentjaranigrat (1997) kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan dalam belajar dan yang semua tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Koentjaranigrat (1997) wujud dari suatu budaya dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) hal yaitu: (1) wujud dari suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.Menurut Setiadi, (2002), subtansi/isi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang muncul di masyarakat dalam bentuk pengetahuan, nilai pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan.
Unsur-unsur sosial budaya, ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovist yang dikutip igbal (2009) menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik.
2. Clyde Kluckhohn dalam Momon (2008)menyebutkan ada tujuh unsur kebudayaan yaitu, bahasa, sistem pengatahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian.
(46)
Wujud dan komponen kebudayaan, menurut J.J. H yang dikutip Noorkasiani (2009), wujud kebudayaan di bedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas dan artefak (karya).
1. Gagasan (wujud idea) adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak (tidak dapat diraba atau disentuh). Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
(47)
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan sosial budaya seseorang masyarakat sangat berpengaruh terhadap perilaku dan status kesehatannya. Beberapa fenomena sosial budaya yang dapat diketahui hubungannya dengan status kesehatan baik individu maupun masyarakat yaitu stigma sosial dan kesehatan individu ini adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya, dan akan memengaruhi kesembuhan seseorang dari penyakitnya.
Menurut Hendrik L. Blum (1974) status kesehatan individu atau masyarakat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti lingkungan dan perilaku. Lingkungan ini termasuk sosial budaya, sementara perilaku adalah yang berasal dari individu itu sendiri. Sosial budaya ini termasuk bagaimana sistem pendidika, sistem religius, sistem pemerintah, sistem norma, sitem ekonomi. Perilaku sendiri sebenarnya juga sangat dipengaruhi oleh sosial budayanya tempat ia dibesarkan. Oleh karena itu, perilaku dan lingkungan sosial budaya adalah satu hal yang erat kaitanya dan saling memengaruhi.
2.7.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti
(48)
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Notoadmodjo, 2007).
Pengetahuan menurut Mustopadidjaj (2008), pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seorang dalam suatu bidang tertentu dan keterampilan adalah kemapuan untuk melaksanakan tugas tertentu baik secara mental maupun fisik.
Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: a. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tantang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
b. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
c. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
d. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
(49)
Merujuk pada beberapa teori dan pendapat yang mendefinisikan tentang pengetahuan yang dijabarkan diatas maka pengetahuan masyarakatdalam pengelolaan sampah adalah kemampuan masyarakat terhadap semua tingkatan pengetahuan, mulai dari tahu, memahami hingga dapat mengevaluasi materi-materi yang telah ditetapkan sebagai pengetahuan tentang pengelolaan sampah.
2.7.2. Kebiasaan
kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah (Wikipedia, 2010).
Kebiasaan lingkungan sehat dimulai dari Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas) (Noeroni, 2010).
(50)
Kebiasaan masyarakat sering membuang sampah sembarangan telah menjadi budaya yang telah lama lekat pada masyarakat tersebut sehingga sangat susah untuk dirubah karena terus-menerus dilakukan serta pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah masih kurang sehingga kebiasaan tersebut tetap dilakukan, kebiasaan membuang sampah sembarangan dapat mencemari lingkungan, nilai estetikan dan dapat mencemari sungai. Selain kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan, juga ada kebiasaan lain masyarakat yaitu melakukan pengolahan sampah dengan cara dibakar. Cara ini bertujuan menyusutkan volume sampah, namun cara ini dapat menimbulkan bahaya kebakaran, pencemaran udara dan kerusakan pada lingkungan (Dainur, 1995).
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kedaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal.Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia yang hidup didalamnya (Notoatdmodjo, 2003).
2.8. Pelaksanaan Pengelolaan Sampah 2.8.1. Definisi Sampah
Menurut Dewi (2008), sampah atau waste adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki
(51)
nilai ekonomis. Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair dan gas.
Sampah menurut definisi Word Health Organitation (WHO, 2003), adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.Bila dilihat dari aspek kesehatan, maka sampah harus mendapat penanganan yang sempurna.Mengingat ada dampak negatif yang ditimbulkan terhadap manusia maupun lingkungan.
2.8.2. Sumber-Sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikutnya (Notoatmodjo, 2007).
1. Sampah yang berasal dari pemukiman
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah di masak atau belum, bekas pemungkus berupa kertas, plastik, daun, pakaian-pakaian bekas, bahan bacaan, perabotan rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.
2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum seperti pasar, tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.
(52)
3. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan. Sampah ini berupa kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya.
4. Sampah yang berasal dari jalan raya
Umumnya berupa kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan pasir, sobekan ban, daun-daunan, plastik dan sebagainya.
5. Sampah yang berasal dari kawasan industri
Sampah yang berasal dari pembangunan industri dan segala sampah yang berasal dari proses industri.
6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah yang sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa sayur mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu patah dan sebagainya. 7. Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah berasal dari pertambangan tergantung jenis usaha pertambangannya itu sendiri, misalnya: batu-batuan, tanah cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran dan sebagainya.
8. Sampah yang berasal dari pertenakan dan perikanan
Sampah ini berupa kotor-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.
(53)
2.8.3. Jenis-Jenis Sampah
Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas. Sampah yang menurut jenisnya adalah:
1 Sampah organik
Sampah organik yang termasuk diantaranya sisa-sisa bahan makanan ata sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya. Keseluruhan dikenal juga sebagai sampah dapur/sampah buangan rumah tangga, dan juga sampah pasar serta sampah industri bahan makanan
2 Sampah non organik
Sampah non organik teramasuk diantaranya berbagai jenis sisa gelas, logam plastik dan sebagainya. Biasanya jenis ini terbagi atas sampah yang dapat dihancurkan oleh mikroorganisme. Umumnya sampah yang tak dapat dihancurkan oleh mikroorganisme termasuk sampah anorganik, misalnya sisa-sisa mobil bekas, gelas dan sebagainya.
Menurut sifat fisiknya sampah:
a. Sampah kering, yaitu sampah yang dapat dimusnahkan dengan dibakar, diantaranya kertas, sisa makanan, sisa tanaman yang dapat di keringkan
b. Sampah basah, yaitu sampah yang karena sifatnya fisiknya sukar dikeringkan untuk dibakar (Dainur, 1995).
(54)
2.9. Sistem Pengelolaan Sampah
Dalam proses pengolahan sampah, tahap distribusi memiliki peranan penting. Hirarki lalu lintas sampah mulai dari tingkat terendah, yaitu rumah tangga hingga tempat pembuangan akhir (TPA). Sebelum diolah, sampai menyusuri tiga alur pendistribusian yang saling berkaitan terlebih dahulu, yaitu penampungan, pengumpulan dan pembuangan sampah ( Dewi, 2008).
a) Penampungan sampah
Penampungan sampah ditingkat rumah tangga memegang posisi terdepan. Berdasarkan data badan statistik (BPS) tahun 2004, didaerah perkotaan, baru 41,28% sampah yang terangkut petugas 35,59%, dibakar 7,79%, ditimbun 1,15%, diolah menjadi kompos. Dan sisanya dibuang sembarangan. Akan jauh lebih baik jika sejak awal pengolahan, sampah telah dipilih berdasarkan jenisnya, sampah organik atau sampah anorganik. Selain itu, sampah yang hendak dikemas rapi dalam kantong khusus (bioplastik) atau kantong plastik biasa.
b) Pengumpulan sampah
Sampah yang telah dibuang pada tingkat rumah tangga sudah mulai diserbu oleh pemulung. Pada tahap pengumpulan oleh para pemulung, sampah biasanya dipilih secara sederhana menjadi tiga jenis, yaitu sampah layak kompos, dengan jumlah terbesar 50%, sampah layak jual sebesar 10%, dan sampah layak buang sebesar 34%.
(55)
c) Pembuangan sampah
Sampah yang dikumpul, selanjutnya perlu dibuang untuk dimusnahkan, ditinjau dari perjalanan sampah, maka pembuangan atau pemusnahan ini adalah terakhir yang harus dilakukan terhadap sampah.
2.9.1. R (Reuse Reduce Recycle
1. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya.
)
Contoh kegiatan reuse sehari-hari:
a. Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.
b. Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.
c. Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
d. Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis. e. Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
f. Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan 1. Reduce
Contoh kegiatan reduce sehari-hari:
(56)
a. Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
b. Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
c. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali).
a. Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
d. Kurangi penggunaan bahan sekali pakai. 2. Recycle
Contoh kegiatan recycle sehari-hari:
berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
a Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai. b. Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
c. Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
d. Lakukan pengolahan sampah non organik menjadi barang yang bermanfaat (Alamenda, 2010).
2.9.2 Sistem Pembuangan Sampah
Didalam tahap pembuangan, pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain: (Chandra, 2007).
(57)
1. Sanitary landfill
Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada diruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang penggerak.
2. Incineration
Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.
3. Compositing
Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk.
4. Hog feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak misalnya babi perlu diingat bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasukan atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak. 5. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang baik.
(58)
6. Open dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapang, jurang atau tempat sampah.
7. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut, akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.
8. Individual incineration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk terutama di pedesaan.
9. Recyling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau didaur ulang. Contoh plastik, gelas, kaleng, besi.
10. Reduction
Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah sampai kebentuk yang lebih kecil.
11. Saluaging
Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali.
2.10. Pengaruh Pengolahan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan Pengolahan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Menurut Dewi Susanna (2007), pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif.
(59)
a. Pengaruh Positif
Pengolahan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat dan lingkungan, seperti berikut:
1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk memberi lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah.
2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk
3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengolahan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.
4. Pengelolaaan sampah dapat menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerak.
5. Menurunkan insiden kasus penyakit menular yang erat hubungan dengan sampah
6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.
7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat 8. Keadaan lingkungan yang baik akan menhemat pengeluaran dana kesehatan
(60)
b. Pengaruh Negatif
Pengolahan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut:
1. Pengaruh terhadap Kesehatan
a) Pengolahan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus
b) Insiden penyakit demam berdarah dengue akan meningkatkan karena vektor penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan.
c) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan, misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan sebagainya.
d) Gangguan psikosomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan lain-lain. 2. Pengaruh terhadap Lingkungan
a. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.
b. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
c. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kabakaran yang lebih luas.
d. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air menjadi dangkal
(61)
e. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk 3. Pengaruh terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
a. Pengelolahan sampah yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain untuk datang berkunjung kedaerah tersebut.
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat oarang lain untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
c. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola.
d. Penumpukan sampah di pinggir menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat barang dan jasa kegiatan transportasi.
2.11. Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Tempat pembuangan akhir sampah adalah tempat dimana sampah dikelola untuk dimusnahkan (Anonimous, 2009). Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia), lokasi untuk penempatan tempat pembuangan akhir harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan, sebagai berikut:
1. Jarak terhadap pemukiman minimal 300-500 meter Hal ini mengingat:
a. Jarak terbang lalat yang relatif
b. Bau yang ditimbulkan oleh sampah yang membusuk dapat terbawa angin ke pemukiman
(62)
2. Jarak terhadap sumber air baku untuk minum (mata air, sumur, danau, dll) minimal 200 meter. Hal ini mengingat bahwa hasil dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sumber air tersebut.
3. Tidak terletak pada daerah banjir
Hai ini mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan berakibat pada pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya.Bila sampah langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi dalam waktu yang lama.
4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi
5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar ataupun umum, sedikitnya 200 meter.
2.12. Landasan Teori
Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan sesuatu.Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka (Mikkelsen, 2003).
Menurut Mikkelsen (2003), faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat itu yaitu:faktor sosial, faktor budaya dan faktor politik. Salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk menelaah tingkat partisipasi masyarakat adalah faktor sosial ekonomi dan faktor budaya. Faktor sosial ekonomi yaitu pendidikan,
(63)
pendapatan dan pekerjaan dan faktor budaya yaitu kebiasaan lingkungan sehat dan pengetahuan
Sosialekonomi menurutRossides (1986)dalam Yulisanti (2000),adalah kedudukanseseorang dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hirarkhis yangmerupakan kesatuan tertimbang dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam masyarakatyang biasanya dikenal sebagai previlese berupa Kekayaan, serta pendapatan, danprestise berupa status, gaya hidup dan kekuasaan.Tinggi rendahnya status sosial ekonomi seseorang ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan dan pendapatan (Yulisanti.A.I, 2000).
Menurut Setiadi, dkk (2002), subtansi/isi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang muncul di masyarakat dalam bentuk pengetahuan, nilai pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan. Menurut Taylor dalam Notoatmodjo (2005), kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung nilai ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan seni, moral hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.Menurut Mikkelsen (2003), Setiadi, dkk (2002), dan Taylor dalam Notoatmodjo (2005), faktor sosial ekonomi adalah pendidikan, pendapatan dan pekerjaan dan faktor budaya yang dimaksud adalah pengetahuan dan kebiasaan.
(64)
2.13. Kerangka Konsep Penelitian
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, alur penelitian ini digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini:
Variabel Independen (X) Variabel Dependen(Y)
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pengelolaan Sampah Faktor Sosial Ekonomi
−Pendidikan
−Pendapatan
−Pekerjaan Faktor Budaya
− Pengetahuan
(65)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain Crossectional Study yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh sosial ekonomi dan budaya terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Bangkinang KabupatenKampar.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bangkinang yaitu Kelurahan, Langgini dan Kelurahan Bangkinang Kabupaten Kampar.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian inidilakukan pada bulan Oktober 2011 sampai dengan Januari 2012mulai dari survei kelapangan, pengumpulan, pengolahan, analisa data sampai pembuatan laporan penulisan.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang berdomisili di Kecamatan Bangkinang sebanyak 4782 orang.
(66)
3.3.2.Sampel
Sampel adalah ibu-ibu rumah tangga yang berdomisili di Kecamatan Bangkinang yang terdiri dari 2 kelurahan seperti tabel di bawah ini:
Table 3.1. Jumlah Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Bangkinang Tahun 2011
No Kelurahan Jumlah Orang
1. Bangkinang 2425
2. Langgini 2357
Total 4782
Sumber: Profil Kecamatan Bangkinang 2010
Besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakanrumus (Notoadmodjo, 2005).
n = N
1 + N(d2)
n = 4782
1 + 4782(0,12) n = 4782
48.82
n = 100 IRT Keterangan: N = JumlahIRT n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan dengan presisi 10% =0,1% N = Besarnya populasi
(67)
Untuk mencari jumlah sampel dari masing-masing kelurahan di kecamatan Bangkinang menurut Prasetyo (2005) digunakan rumus:
populasi
Sampel = x Total sampel Total populasi
Tabel 3.2. Jumlah Sampel Penelitian Setiap Kelurahan di KecamatanBangkinang
No Lokasi Populasi (N) Jumlah Sampel
1. Kelurahan Bangkinang 2425 2425/4782x100 = 51 2. Kelurahan Langgini 2357 2357/4782x100 = 49
Total 100
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak sederhana dengan teknik undian terhadap anggota populasi.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data digunakan untuk menjelaskan permasalahan penelitian di perlukan data primer dan sekunder
3.4.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden dengan cara wawancara dan kuesioner, data sarana dan prasarana sampah yaitu tersedianya atau tidak tempat sampah, apakah banyaknya sampah yang menumpuk dan berserakan dilakukan dengan observasi.
(68)
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh langsung dari sumber yang formal seperti BPS dengan pencatatan dokumen, laporan kegiatan, jurnal yang diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Kantor Camat Bangkinang, yang relevan dengan tujuan penelitian.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrument pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang rancang sedemikian rupa agar relevan dengan tujuan penelitian, untuk itu kuesioner di ujicoba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.Ujicoba dilakukan kepada 30 ibu rumah tangga (Dahlan,2008) pada lokasi yang menyerupai karakteristik wilayah penelitian di Kecamatan Bangkinang Barat untuk melihat realibilitas dan validitas data.
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kestabilan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment (r) dengan jumlah sampel 30 ibu rumah tangga, dengan ketentuan jika r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid atau sebaliknya (Sugiyono,2010).
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha,menganalisa reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran
(1)
didaurdan diisi ulang. (Recycle) dengan melakukan pemisahan sampah organik menjadi kompos, dan sampah non organik menjadi barang yang bermanfaat.
(2)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan ibu rumah tangga berpengaruh terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.
2. Pendapatan ibu rumah tangga berpengaruh terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.
3. Pekerjaan ibu rumah tangga berpengaruh terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.
4. Pengetahuan ibu rumah tangga berpengaruh terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.
5. Kebiasaan ibu rumah tangga berpengaruh terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.
6. Variabel pendapatan, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan kebiasaan ibu rumah tanggasecara keseluruhan berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, pengaruh tersebut sebesar 49,5%.
(3)
6.2 Saran
1. Bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Bangkinang
Sebaiknya pengelolaan sampah di Kota Bangkinang perlu di tingkatkan melalui sistem pengelolaan sampah yang melibatkan masyarakat secara aktif dengan melakukan pengumpulan sampah di depan rumah, pembuangan sampah ke tempat pengumpulan sampah sementara di lingkungan rumah masing-masing sebelum di buang ke TPA.
2. Bagi Pemda setempat agar membuat kebijakan dan peraturan tentang sampah yang mudah untuk diikuti oleh masyarakat dan menerapkan sangsi bagi masyarakat yang tidak mematuhi atau tidak bertanggung jawab atas kebersihan lingkungannya masing-masing.
3. Bagi masyarakat
Sebaiknya perlu ditingkatkan partisipasi masyarakatdalam pengelolaan sampah serta membiasakan untuk hidup bersih dan sehat dengan melakukan pembayaran iuran sampah, menyediakan tempat sampah di rumah masing-masing, melakukan 3R yaitu : melakukan pemakaian kembali bila sampah tersebut masih layak dipergunakan seperti barang bekas, pengurangan sampah dengan membakar dan menimbun dan memisahkan sampah basah dan kering, melakukan pemilihan sampah yang bisa di daur ulang dan bernilai ekonomis.
4. Sebaiknya ibu rumah tangga menerapkan budaya kebersihan lingkungan kepada anggota keluarga dengan melakukan budaya gotong royong di lingkungan rumah.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.F, 2008,. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, UI Press, Jakarta Anonymous, 2009. Tempat Pembuangan Akhir Sampa
Diakses 8 februari 2009.
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta
Alamendah, 2010. 3R-Reuse-Reduce-Recycle-Sampah.Jawa Tengah, Indonesia.
Budiman, C. 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.
Dainur, 1995. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Widya Medika. Jakarta
Daniel, T.S., dkk. 1985. Tehnologi Pemanfaatan Sampah Kota dan Peran Pemulung Sampah: Suatu Pendekatan Konseptual. PPLH ITB. Bandung
Dalimunthe, R.F. 1995. Analisa Kehidupan Sosial Masyarakat Bekas Pemilik Lahan di Kawasan Industry Medan, Tesis Hasil Penelitian Pascasarjana USU, Medan.
Dewi, Q. 2008. Penanggulangan dan Pengolahan Sampah. Penebar Swadaya, Depok. Dewi, S. 2007. Pengaruh Pengolahan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan.
Jakarta
Depkes R.I, 1994. PendekatanEdukatif, PPM ,Depkes RI. Jakata ________,2006. Rencana Strategi Lingkungan Sehat. Jakarta ________, 1991. Partisipasi Masyarakat. Jakarta
Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2010. Profil Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kampar. Riau
Harywinoto, S. 2007. PanduanGerentologi Jakarta. PustakaUmum
Kantor Menteri Lingkungan Hidup Bapeldal. 1997. Undang-undang Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(5)
Mikkelsen, B. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Uapaya-Upaya Pemberdayaan. (Terjemahan Matheos Nalle), Edisi Ketiga, Februari 2003. Mubarak, dkk, 2009.Sosiologiuntuk Keperatawatan Pengantar dan Teori. Jakarta,
Salemba Medika
Marylin, dkk, 2010.Bukuajarkeperawatankeluarga, Jakarta EGC
Notoatmodjo, 2005. PomosiKesehatanTeoridanAplikasi.RinekaCipta. Jakarta , 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta __________,S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta Neoroni, 2010. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dalam Kehidupan Berumah Tangga.
Jakarta Noorkasiania, dkk. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta. Salemban Medika.
Ramli,1993, Partisipasi Anggota Kelompok Tani Padi Sawah Terhadap Kesinambungan System Irigasidan Produksi, Studi Kasus di Kecamatan Percut Sei Tua Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, Medan, Tesis Soekanto, S. 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sastropuotra, R,A, Santoso. 1998. Kesehatan Lingkungan Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta
Sutiyanti, 1999. Partisipasi Masyarakat DAS Deli Dalam Pengelolaan Limbah Domestik Serta Pengaruhnya Terhadap Kualitas Air. Tesis
Salsabila (2009). Status Sosial Kesehatan Keluarga dan Lingkungan, Kanisius, Yogyakarta
Slamet, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka cipta. Jakarta
Setiadi, 2002, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Jakarta: Edisi Kedua, Predana Medis Group
________, 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan, IPB Press, Bogor
(6)
Sudarman, M. 2008, Sosiologi Kesehatan, Jakarta, Salemba Medika.
Universitas Sumatera Utara, 2010, Pedoman Penulisan Proposal Penelitian dan Tesis, Medan, Program StudiI lmu Kesehatan Masyarakat
SEA-UEMA, 2010,. Kegiatan yang digerakkan Masyarakat untuk Pengelolaan Lingkungan Terpadu pada Pemukiman di Pinggir Sungai di Bandung Indonesia. Southeast Asia Urban Environmental Management Applications Project Urban Environmental Management Field of Study School of Environment, Resources and Development. Asian Institute of Technology. Khlong Luang, Patthumtani 12120, Thailand
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WAHLI) dan World Culde Fund For Nature Indonesia Programe (WWF). 1993 Bumi Wahana Menuju Kehidupan yang Berkelanjutan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Yunizar, 2001. Partisipsi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pengelolaan Sampah di Kota Binjai. USU. Medan
Yulisanti.A.I., 2000, “Status Sosial Ekonomi dan Prilaku Konsumtif Kelas menengah Baru”, APMD, Yogyakarta.