Perbedaan Antara Obesitas Dan Non Obesitas terhadap Kejadian Depresi Pada Ibu Rumah Tangga di Daerah Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur

(1)

IBU RUMAH TANGGA DI DAERAH KELURAHAN

CILILITAN, JAKARTA TIMUR

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Nurul Fatimah

NIM: 1111103000045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

vii ABSTRAK

Perbedaan Antara Obesitas Dan Non Obesitas terhadap Kejadian Depresi Pada Ibu Rumah Tangga di Daerah Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur Nurul Fatimah. Pendidikan Dokter 2011. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Depresi dapat terjadi ketika seseorang merasa tidak nyaman dan tidak puas dengan dirinya sendiri. Orang dengan obesitas cenderung tidak puas dengan penampilannya yang berbeda dengan espektasi dan cenderung menyalahkan diri sendiri, sehingga dapat menjurus ke gejala depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara obesitas dan non obesitas dengan kejadian depresi pada ibu rumah tangga di daerah Kelurahan Cililitan. Penelitian analitik cross sectional dengan teknik purposive sampling. Sampel terdiri dari 103 responden ibu rumah tangga obesitas dan 103 responden ibu rumah tangga tidak obesitas yang berusia diatas 20 tahun. Kuesioner depresi yang digunakan adalah Patient Health Questionaire-9 (PHQ-9). Uji statistika menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dari hasil penelitian terdapat 63,10% responden tidak depresi dan sebanyak 36,10% responden mengalami depresi. Kejadian depresi lebih banyak didapati pada responden dengan obesitas yaitu sebesar 64,74%. Hasil bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna kejadian depresi pada responden dengan obesitas dibandingkan dengan responden tidak obesitas (p = 0,018). Kata kunci: depresi, obesitas, ibu rumah tangga.

Comparasion between Obesity and Non Obesity with Incidence of Depression within Hosewife in Cililitan, East Jakarta.

Nurul Fatimah. Medical Student 2011. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Deppresion can occur when a person is not pleasant and not satisfied with themself. An obesse person tend to not satisfied with their appereance which is different from their expectation, they will blame themself, those can lead to a symptom of depression. The aim of this study is to find out the comparation between obesity and non obesity with incidence of depression within housewife in Kelurahan Cililitan. This study using a cross sectional approach with purposive sampling technique. Sample concisted of 103 obese respondents and 103 non obese respondents and the age is 20 or more. This study using a Patient Health Questionaire-9 (PHQ-9) for depression questionaire. The statistic test for this study using Kolmogorov-smirnov test. The result figured out 63,10% non depressive respondents and 36,10% depressive respondents. The result also shown the incidence of depression among an obese respondents is higher than non obese respondents with 64,74%. Bivariat results shows a meaningful relation between incidence of depression in an obese respondents compared with non obese respondents (p=0,018).


(6)

v Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, serta karunia-Nya sehingga penelitian dengan judul “Hubungan Kejadian Obesitas dengan Depresi Yang Dialami Oleh Ibu Rumah Tangga di Daerah Kelurahan

Cililitan, Jakarta Timur” ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed dan dr. Erfira, Sp.M selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga, dan ilmu untuk mengarahkan kami dalam penyusunan penelitian ini.

4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab Modul Riset PSPD 2011.

5. dr. Nurul Heidayati, Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik.

6. Wawa Kartiwa, S.E, M.Si selaku kepala Kelurahan Cililitan Jakarta Timur yang telah mengizinkan kami untuk melakukan penelitian ini.

7. Kedua orang tua kami, Ibu dan Abah yang telah mencurahkan kasih sayangnya, mendukung dalam suka dan duka, dan selalu menyemangati serta mendoakan buah hatinya yang terbaik untuk menghadapi hidup. 8. Kedua adik kami, Syifa dan Salma yang hanya bisa hidup damai bila

disatukan dengan suatu genre musik.

9. Keluarga besar Alm. H. Seha Sudianto, BA dan H. Hali Sumawiria yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam perjalanan mencari ilmu.


(7)

vi

11.Maizan Khairun Nisa selaku kakak dan teman diskusi berbagi ilmu dan membantu banyak sejak awal menuntut ilmu di Pendidikan Dokter FKIK UIN.

12.Teman-teman seperjuangan riset, Annisa Zakiroh, Avissa Mada, dan Hasya yang telah menjadi teman diskusi selama proses penelitian.

13.Annisa Nurul, Nur Fitria, dan Anugrah Adi selaku teman yang membantu banyak dalam pembelajaran statistik penyusunan penelitian ini.

14.Teman-Teman Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2011 yang selalu berbagi ilmu sehingga membantu dalam proses penelitian.

Kami menyadari penyusunan laporan penelitian ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penelitian ini di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ciputat, 8 September 2014


(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN...iv

KATA PENGANTAR...v

ABSTRAK...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR BAGAN...xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang...1

1.2Rumusan Masalah ...3

1.3Hipotesis ...4

1.4Tujuan Penelitian ...4

1.5Manfaat Penelitian ...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas ...5

2.1.2 Epidemiologi Obesitas ...6

2.1.3 Diagnosis & Klasifikasi Obesitas ...7

2.1.4 Etiologi Obesitas ...10

2.1.5 Patofisiologi Obesitas ...12

2.1.6 Komplikasi Obesitas ...15

2.2 Depresi 2.2.1 Definisi Depresi ...16

2.2.2 Etiologi Depresi ...17

2.3 Hubungan Obesitas Dengan Depresi ...21

2.4 Kerangka Teori ...24


(9)

ix

3.1 Desain Penelitian ...28

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...28

3.3 Populasi dan Sampel ...29

3.4 Jumlah Sampel ...29

3.5 Kriteria Sampel ...30

3.6 Cara Kerja Penelitian ...31

3.7 Variabel yang Diteliti ...31

3.8 Management Data ...32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...33

4.1.1.1 Letak Geografis ...33

4.1.1.2 Kependudukan ...33

4.1.2 Uji Validitas Kuesioner ...35

4.1.3 Data Hasil Penelitian ...36

4.2 Pembahasan ...48

4.3 Keterbatasan Penelitian ...50

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...51

5.2 Saran ...52

DAFTAR PUSTAKA ...53


(10)

x

Tabel 2.1 Kalsifikasi Perhitungan Hasil IMT...7

Tabel 2.2 Klasifikasi BB Lebih dan Obesitas berdasarkan IMT menurut WHO untuk Asia...8

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Perempuan Berdasarkan Usia...35

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Perempuan Setiap Rukun Warga...35

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Penelitian ...37

Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Pertama Kuesioner PHQ-9...38

Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Kedua Kuesioner PHQ-9...38

Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Ketiga Kuesioner PHQ-9...39

Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Keempat Kuesioner PHQ-9...39

Tabel 4.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Kelima Kuesioner PHQ-9...40

Tabel 4.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Keenam Kuesioner PHQ-9...40

Tabel 4.10 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Ketujuh Kuesioner PHQ-9...41

Tabel 4.11 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Kedelapan Kuesioner PHQ-9...41

Tabel 4.12 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Kesembilan Kuesioner PHQ-9...42

Tabel 4.13 Distribusi Sampel Berdasarkan Kriteria Obesitas...42

Tabel 4.14 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia...43

Tabel 4.15 Distribusi Sampel Berdasarkan Suku...44

Tabel 4.16 Distribusi Sampel Berdasarkan Agama...45

Tabel 4.17 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan...46


(11)

(12)

xii

Gambar 2.1 Mekanisme Feedback pada Regulasi Lapar dan Kenyang...13

Gambar 2.2 Regulasi Hormon Pada Hipotalamus...14

Gambar 2.3 Neurobiokimia Pembentukan Serotonin...18

Gambar 2.4 Peran Kortisol dalam Derpesi...19

Gambar 2.5 Hubungan Neurotransmiter dengan Psikopatologi...20


(13)

xiii

Bagan 2.1 Prevalensi Obesitas di Seluruh Dunia...6 Bagan 2.2 Diagnosis Depresi Menggunakan Kriteria ICD 10...17


(14)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obesitas secara harfiah diartikan sebagai terlalu banyaknya jaringan lemak didalam tubuh seorang individu.1 Obesitas juga dapat diartikan sebagai peningkatan berat badan yang melebihi kebutuhan skeletal dan fisik karena adanya akumulasi lemak dalam tubuh.2 Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2008, dilaporkan 10% pria dan 14% wanita yang berusia diatas 20 tahun mengalami obesitas dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) ≥ 30 kg/m2. Sedangkan obesitas pada anak-anak dalam 30 tahun terakhir bertambah banyak hingga 30 kali lipat.3

Prevalensi obesitas pada negara maju mencapai 24% sedangkan kejadian pada negara berkembang berkisar 7%. Kejadian obesitas lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria, di beberapa negara bahkan kejadian obesitas pada wanita dua kali lipat dibandingkan pada pria.4

Data WHO tahun 2008 menjelaskan bahwa prevalensi obesitas pada orang dewasa di Indonesia didapati sebesar 9,4%. Angka ini meningkat dibandingkan data prevalensi obesitas tahun 2000 yang hanya sebesar 4,7% .5 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka obesitas pada tahun 2007 pada penduduk berusia di atas 15 tahun didapatkan 10,3% dari total penduduk Indonesia. Pada laki-laki obesitas sebesar 13,9% dari total 81.329.400 penduduk laki-laki dan perempuan sebesar 23,8% dari total 82.067.100 penduduk perempuan mengalami obesitas.6 Berdasakan data Riskesdas 2010 terjadi peningkatan angka obesitas, yaitu laki-laki meningkat menjadi 16,3% dan wanita meningkat menjadi 26.9% .7 Berdasarkan data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, didapati adanya kenaikan prevalensi obesitas pada wanita sejalan dengan pertambahan usia, yaitu sekitar 41%-50% kejadian obesitas terdapat pada wanita diatas usia 55 tahun.8 Provinsi DKI Jakarta masuk dalam 15 provinsi yang orang dewasanya memiliki prevalensi obesitas diatas prevalensi rata-rata nasional bersama dengan provinsi Bangka Belitung, Jawa Tengah,


(15)

Sulawesi Selatan, Banten, Kalimantan Tengah, Papua, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Gorontalo, DI Yogyakarta, Bali, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara.6

Obesitas dipengaruhi oleh multifaktor. Faktor risiko terjadinya obesitas mencakup faktor interaksi antara genetik dan lingkungan. Di antaranya adalah faktor biokimia, nutrisi dan gaya hidup. Kelebihan dari jumlah makanan dan komposisi makanan yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan simpanan lemak dalam tubuh bertambah. Jika energi yang masuk melebihi energi yang digunakan dan aktivitas yang dilakukan sedikit, maka energi yang masuk tidak dipergunakan secara maksimal dan akan tersimpan dalam tubuh sebagai jaringan adiposa 9. Jaringan adiposa yang terbentuk adalah trigliserida yang merupakan penyusun berat badan individu.9,10

Efek dari obesitas pada orang dewasa di antaranya adalah morbiditas. Sedangkan obesitas yang diikuti dengan faktor pemberat lain seperti hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes melitus memiliki kecenderungan mortalitas yang lebih besar.7 Berdasarkan sebuah studi, dikatakan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskular ditemukan empat kali lebih besar pada wanita obesitas dibandingkan dengan wanita tidak obesitas.10 Penampilan fisik individudengan obesitas juga terkadang menjadi suatu persoalan tersendiri, khususnya pada wanita. Penelitian yang dilakukan oleh Kinanti (2010) terkait obesitas pada remaja wanita menyatakan bahwa terdapat pertentangan antara ekspektasi dan kenyataan pada bentuk tubuh remaja yang mengalami obesitas. Hal ini menyebabkan individu dengan obesitas tidak puas dengan penampilan fisiknya, merasa rendah diri dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri.11 Pertentangan dalam diri tersebut lama kelamaan dapat mengacu pada gejala depresi.

Depresi merupakan reaksi psikologis dari dalam diri manusia yang cenderung timbul saat seseorang merasakan kehilangan kesehatan, kehilangan orang yang mereka cintai, dan sampai merasa kehilangan harga diri.12 Depresi juga bisa timbul akibat faktor dari dalam diri manusia seperti adanya gangguan dari neurotransmiter dan gangguan otak. Kejadian depresi juga dapat timbul dengan adanya stress di lingkungan sekitar individu, serta berbedanya kenyataan yang diharapkan dengan ekspektasi yang ada. Seseorang yang mengalami depresi ditandai dengan menurunnya mood, menurunnya energi yang dimiliki, dan


(16)

menurunnya kepuasan atau ketertarikan terhadap berbagai macam hal yang dialami.13 Menurut data WHO tahun 2012, sekitar 350 juta orang di dunia mengalami depresi, dengan angka kematian bunuh diri akibat depresi sekitar 1 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.14

Kejadian depresi bisa terjadi pada semua usia. Data dari WHO Paper Depression tahun 2002 menunjukan bahwa usia yang sering ditemukan kejadian depresi adalah pada usia antara 24-36 tahun. Namun dengan semakin bertambahnya tahun, saat ini depresi diketahui mulai terjadi pada usia yang lebih muda, dengan gejala dan tanda yang berbeda-beda pada setiap golongan usia. Depresi dilaporkan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Depresi yang terjadi pada perempuan didapati 1,6 kali sampai 3,1 kali lebih sering dibandingkan pada laki-laki .15 Angka kejadian depresi di Indonesia hingga saat ini belum diperoleh data yang pasti. Namun, dengan adanya data dari WHO mengenai depresi, angka depresi di Indonesia dapat diasumsikan berdasarkan data tersebut.

Baik obesitas maupun depresi lebih sering ditemukan pada wanita. Hingga saat ini penelitian terkait obesitas dan depresi hanya ada pada remaja wanita. Belum adanya penelitian terkait obesitas dan hubungannya dengan depresi pada ibu rumah tangga mendasari keinginan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kejadian obesitas dengan depresi yang dialami oleh ibu rumah tangga di Wilayah Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan antara obesitas dengan kejadian depresi yang dialami oleh ibu rumah tangga.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Apakah terdapat perbedaan antara obesitas dan non obesitas terhadap kejadian depresi pada ibu rumah tangga di daerah Kelurahan Cililitan?


(17)

1.3. Hipotesis

a. Terdapat perbedaan obesitas dan non obesitas terhadap kejadian depresi pada ibu rumah tangga di daerah Kelurahan Cililitan.

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan antara obesitas dan non obesitas terhadap kejadian depresi pada ibu rumah tangga di daerah Kelurahan Cililitan.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran depresi yang terjadi pada ibu rumah tangga di daerah Kelurahan Cililitan.

b. Mengetahui gambaran perbedaan obesitas dan non obesitas terhadap kejadian depresi pada ibu rumah tangga di daerah Kelurahan Cililitan.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat bagi peneliti :

a. Sebagai syarat untuk kelulusan pendidikan klinik Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Melatih kemampuan pribadi dalam melakukan riset dan penelitian.

1.5.2 Manfaat bagi perguruan tinggi :

a. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi dan tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

b. Menjadi data penelitian untuk rujukan bagi penelitian berikutnya.

1.5.3 Manfaat bagi Subjek dan masyarakat :

a. Menaikkan tingkat pengetahuan masyarakat terutama ibu rumah tangga dan keluarganya tentang obesitas dan depresi.


(18)

5

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi

Obesitas didefinisikan sebagai kondisi dimana terdapat ketidaknormalan dan berlebihnya lemak pada tubuh. Obesitas bukan hanya terdapat kelebihan simpanan lemak, namun obesitas juga terjadi karena distribusi lemak di seluruh tubuh yang tidak wajar. Keberadaan proporsi lemak tubuh yang berlebih tentu menghasilkan berat badan yang berlebih pula. Distribusi lemak pada tubuh dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan berbagai macam penyakit degeneratif.1,3 Obesitas dikatakan patologis karena terdapat banyaknya timbunan lemak dalam tubuh yang tidak seimbang dengan yang digunakan oleh tubuh. Berbeda dengan overweight yang merupakan suatu keadaan berlebihnya berat badan yang bisa disebabkan oleh bertambahnya otot, tulang, air, dan lemak.3

Obesitas juga berarti terdapatnya ketidakseimbangan antara energi yang masuk (energy intake) dibandingakan dengan energi yang keluar dalam jangka waktu lama. Banyaknya intake energi dari makanan yang masuk melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi kemudian akan disimpan dalam bentuk lemak pada jaringan lemak dan menyebabkan penambahan berat badan.1

Overweight dan obesitas menurut WHO keduanya dapat menyebabkan efek metabolik yang berpengaruh pada tekanan darah, kadar kolesterol, trigliserida, dan resistensi insulin pada tubuh, keadaan tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, stroke iskemik, dan tipe 2 diabetes melitus. Risiko timbulnya berbagai efek tersebut akan meningkat seiring dengan meningkatnya Indeks Masa Tubuh (IMT). Indeks Masa Tubuh ( IMT ) merupakan salah satu cara untuk mendiagnosis overweight dan obesitas. Obesitas juga dapat berhubungan dengan penyakit mental pada individu yang mengalami obesitas.1,3 Kejadian stroke hemoragik pada penderita obesitas didapati lebih tinggi pada penderita obesitas di daerah Asia dibandingkan dengan daerah lain di dunia.16


(19)

2.1.2 Epidemiologi

Berbagai penelitian epidemiologi menunjukan adanya peningkatan insiden dan prevalensi kejadian obesitas di berbagai penjuru dunia. Menurut WHO, kejadian obesitas di dunia telah meningkat dua kali lipat dari tahun 1988 sampai dengan tahun 2008. Prevalensi obesitas pada wanita meningkat dari 8% menjadi 14 %, dan laki-laki meningkat dari 5% menjadi 10% pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 1988.3 Diperkirakan terdapat sekitar 205 juta laki-laki dan 297 juta wanita yang berumur lebih dari 20 tahun mengalami obesitas. Prevalensi kejadian obesitas secara keseluruhan lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki.3

Berdasarkan data yang ditunjukan oleh WHO, prevalensi kejadian obesitas tertinggi adalah di daerah Amerika dan terendah di daerah Asia Tenggara. Hal tersebut berkaitan dengan perbedaan pendapatan perkapita di setiap negara yang berpengaruh pada kejadian obesitas. Prevalensi kenaikan IMT dua kali lebih tinggi ditemukan pada negara yang pendapatannya menengah ke atas dibandingkan dengan negara berpendapatan menengah ke bawah. Sedangkan prevalensi untuk obesitas perbedaanya sampai tiga kali lipat pada negara dengan pendapatan menengah ke atas dengan angka 24% menderita obesitas dan 7% orang pada negara yang pendapatannya menengah kebawah.3

Bagan 2.1 Prevalensi Obesitas di Seluruh Dunia


(20)

Namun sekarang dilaporkan bahwa obesitas juga banyak terjadi pada daerah yang dulunya mempunyai sejarah kejadian obesitas yang jarang, yaitu Amerika selatan, Amerika Tengah, Asia Tenggara, Australia, dan Afrika. Kejadian ini berkaitan dengan urbanisasi, perubahan gaya hidup, dan diet pada daerah setempat.9

Kejadian obesitas di Indonesia pada tahun 2007 berdasar Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) didapatkan 10,3% (laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%) penduduk Indonesia berusia ≥15 tahun mengalami obesitas. Sedangkan prevalensi pada anak dengan rentang usia usia 6-14 tahun adalah 9,5% laki-laki dan pada 6,4% perempuan mengalami kelebihan berat badan.7

2.1.3 Diagnosis dan Klasifikasi Obesitas

Obesitas dapat didiagnosis dengan perhitungan IMT atau BMI (Body Mass Index).3 Meskipun tidak dapat secara langsung menghitung jumlah lemak dalam tubuh, namun perhitungan menggunakan IMT adalah yang paling sering digunakan.1

IMT dihitung berdasarkan berat badan (kilogram) dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (meter) atau dengan berat badan (pounds) dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (inch) kemudian dikalikan 703.1,3,9

Tabel 2.1. Klasifikasi Perhitungan Hasil Indeks Masa Tubuh

(Gardner, David et al. Obesity and Overweight: In Greenspan’s Basic & Clinical Endokrinology. 8th ed. USA: McGraw Hill. 2007)


(21)

Menurut WHO, batas awal obesitas berdasar pengklasifikasian adalah IMT > 30.00. Berdasarkan hasil IMT, obesitas terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:

 Obesitas Tingkat I, nilai IMT antara 30.00 sampai 34.99,  Obesitas Tingkat II, nilai IMT antara 35.00 sampai 39.99, dan  Obesitas Tingkat III, nilai IMT lebih dari 40.00.1,3,5,17

Sedangkan batas pengklasifikasian untuk orang Asia Pasifik berbeda dari kriteria WHO secara umum. Batas awal obesitas pada penduduk Asia Pasifik berada pada IMT ≥ 25.00. Kemudian obesitas dibagi menjadi dua kategori berdasarkan kriteria obesitas untuk penduduk Asia Pasifik, yaitu:

 Obesitas Tingkat I, nilai IMT antara 25.00 sampai 29.99, dan  Obesitas Tingkat II, nilai IMT ≥ 30.00.17

Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan BMI Menurut WHO untuk Orang Asia

(Sumber: World Health Organization, 1995, 2000, 2004)

Menurut Misnadiarly (2007:37) dalam (Setharyono Angga ,2008:h.8) derajat obesitas dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Bukan Obesitas, Jika berat badan tidak lebih dari 20% dari berat badan ideal dan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi dan hiperlipidemia. Pada kondisi ini tidak diperlukan pengobatan khusus untuk menangani berat badannya, kecuali cara pencegahan dengan restriksi asupan kalori dan olah raga serta aktifitas fisik.

b. Obesitas Ringan, jika berat badan individu berada antara 20 – 30 % di atas berat badan ideal. Pada derajat ini tetap dilakukan pengobatan konservatif


(22)

dan juga perlu adanya pengawasan terhadap akibat yang dapat ditimbulkan oleh obesitas.

c. Obesitas Sedang, jika berat badan individu berada antara 30 – 60 % di atas berat badan ideal. Pada derajat ini risiko bagi individu untuk terkena penyakit karena obesitas sudah sangat tinggi.

d. Obesitas Berat, jika berat badan indvidu berada pada 60% atau lebih di atas berat badan ideal. Pada derajat ini risiko mengalami berbagai macam gangguan respirasi, gagal jantung dan kematian mendadak sudah meningkat dengan tajam.18

Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibedakan menjadi dua jenis, yakni obesitas sentral dan obesitas umum.3 Distribusi lemak di bagian tubuh tertentu memiliki hubungan dengan tingkat mordibitas pada penderita obesitas. Obesitas sentral yaitu obesitas dengan distribusi lemak berlebih yang terdapat pada intra abdominal dan subcutaneous abdominal. Obesitas sentral dapat didiagnosis dengan cara perhitungan waist-to-hip-ratio. Perhitungan lingkar perut memiliki nilai bermakna obesitas jika >80cm pada wanita dan >90cm pada laki-laki.1

Jenis Obesitas: 1. Tipe Android

Banyak didapatkan pada pria dan wanita yang sudah menopause. Tipe android ditandai dengan adanya penumpukkan lemak berlebih pada bagian tubuh atas. Adanya penumpukkan lemak di sekitar dada, leher dan muka sehingga tipe android menyerupai buah apel. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vague (Prancis) memaparkan bahwa terdapat lemak jenuh yang mengandung sel besar yang menumpuk, sehingga tipe android berisiko lebih tinggi terhadap penyakit diabetes, jantung koroner, stroke, dan hipertensi. Kemungkinan terserang kanker payudara lebih tinggi 6 kali lipat dibanding yang bertubuh normal. Namun tipe android dilaporkan lebih cepat menurunkan berat badan dibadingkan dengan tipe lain.

2. Tipe Ginoid

Banyak didapatkan pada wanita usia subur dibandingkan pada pria. Penimbunan lemak berlebih terlihat pada bagian bawah tubuh, sekitar perut, pinggul, paha, dan bokong. Obesitas tipe ini dikatakan lebih aman


(23)

dibandingkan tipe lain, karena kelebihan lemak yang ada adalah kelebihan lemak tidak jenuh serta sel lemak kecil dan lembek. Namun tipe ini lebih sulit menurunkan berat badan dibandingkan dengan tipe android, karena lemak yang berlebihan pada tipe ini lebih sukar mengalami proses metabolisme.19

2.1.4 Etiologi Obesitas

Penyebab terjadinya obesitas sangat multifaktorial.1,5,7,9 Terjadinya saling keterkaitan antara reaksi biokimia dalam tubuh, asupan makanan individu, dan kebiasaan hidup individu. Obesitas juga disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan dan genetik.1 Penyebab obesitas antara lain adalah:

a. Nutrisional

Sejak dalam kandungan, jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dalam rahim dipengaruhi oleh berat badan ibu. Saat anak mendapat makanan padat pertama yang berkalori tinggi maka akan memungkinkan terjadinya kebiasaan untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori pada kehidupan selanjutnya. Karena makanan dengan tinggi kalori dan lemak memiliki rasa yang lebih menarik dan bisa meningkatkan selera makan sehingga dapat mengakibatkan konsumsi makanan yang berlebih.

b. Sosio-ekonomi

Adanya perubahan pada pengetahuan, sikap, dan perilaku serta gaya hidup. ditambah dengan meningkatnya pendapatan yang dapat mempengaruhi jenis makanan yang akan dikonsumsi. Penggunaan transportasi serta pekerjaan yang menyababkan aktifitas fisik yang menurun juga dapat berujung pada obesitas.

c. Psikologis

Banyak yang menjadikan makan sebagai pelarian dari situasi yang sedang dihadapi. Pada kondisi tersebut, kegiatan mengatasi obesitas tanpa diikuti dengan pemecahan masalah malah akan mempersulit.1,9

Adanya anggapan negatif serta perlakuan negatif dari lingkungan terhadap obesitas juga menjadi suatu masalah, dimana orang dengan obesitas akan cenderung menarik diri dari lingkungan yang mengakibatkan makin berkurangnya aktifitas fisik.20


(24)

d. Genetik

Sekitar 80% pasien obesitas memiliki riwayat keluarga obesitas. Adanya gangguan pada produksi leptin, neuropeptida Y, ghrelin, melanokortin, Karboksipeptidase E, protein tidak berpasangan mitokondria dan tubby protein merupakan faktor yang ditemukan dapat mengganggu berat badan.21

e. Kurang Aktivitas Fisik

Kurangnya aktifitas fisik menjadi faktor utama meningkatnya insidensi obesitas dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Dengan berkurangnya aktifitas fisik akan mengurangi energi ekspenditur dan berkontribusi juga pada meningkatnya asupan makanan.

f. Kerusakan Otak

Adanya kerusakan pada hipotalamus ventromedial pada hewan dapat menyebabkan obesitas, namun sangat jarang ditemui pada manusia. Ada yang menyatakan bahwa pada system saraf pusat, terutama pada bagian hipotalamus lateral dan ventromedial menentukan banyak tidaknya asupan makanan yang merupakan respon dari kebutuhan energi dan juga berfungsi untuk mengatur simpanan lemak yang ditentukan oleh set point tertentu yang berbeda pada setiap individu.

g. Faktor Kesehatan

Pada beberapa kasus obesitas diketahui berhubungan dengan penyakit, di antaranya penyakit genetik seperti sindrom prader-willi dan abnormalitas neuroendokrin. Kelainan pada hipotalamus ventromedial juga dapat menyebabkan obesitas. Adanya kelainan pada hipotalamus ventromedial bisa dikarenakan trauma, pembedahan, keganasan atau inflamasi.

h. Penggunaan obat obatan psikotropika

Penggunaan obat psikotropika berupa steroid jangka panjang berhubungan dengan penambahan berat badan yang sigifikan. Pada pasien gangguan psikotik dan penyakit bipolar biasanya barat badan akan bertambah 3 sampai 10 kg bahkan, bisa lebih berat pada penggunaan kronik dan dapat menyebabkan sindroma metabolik.1,2,5


(25)

2.1.5 Patofisiologi Obesitas

Kejadian obesitas tidak terlepas dari asupan makan yang berlebih ke dalam tubuh yang nantinya akan tersimpan sebagai jaringan adiposa. Adanya rasa lapar yang mendorong manusia untuk makan dan rasa kenyang yang membuat manusia menghentikan asupan makan memegang peranan penting dalam regulasi makanan dalam tubuh. Baik rasa lapar maupun kenyang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan sebagaimana dipengaruhi dan dikontrol secara kuat oleh sistem fisiologi tubuh yang berpusat di otak, yaitu hipotalamus.

Beberapa bagian pada hipotalamus berperan untuk mengontrol rasa lapar dan rasa kenyang pada manusia. Bagian nukleus lateral hipotalamus berperan sebagai pusat stimulus untuk makan, jika ada stimulasi di daerah ini maka manusia akan cenderung makan lebih banyak dan nafsu makan meningkat. Sebaliknya, bagian nukleus ventromedial hipotalamus berperan memberikan sensasi kenyang atau puas, yang nantinya akan menginhibisi peran dari nukleus lateral untuk terus mendapatkan makanan. Jika terjadi kerusakan pada bagian nukleus ventromedial di hipotalamus maka tidak akan ada yang menginhibisi sensasi lapar manusia dan bisa menyebabkan obesitas.

Selain nukleus lateral dan ventromedial, bagian hipotalamus lain juga memegang peranan penting dalam pengaturan lapar dan kenyang dalam tubuh. Nukleus paraventrikular, dorsomedial, dan nukleus arkuatus berperan dalam mengontrol intakae makanan. Lesi pada nukleus paraventrikular dapat menyababkan manusia makan berlebih, sedangkan nukleus dorsomedial akan menekan nafsu makan.

Di dalam hipotalamus sendiri terjadi reaksi-reaksi kimia antar neuron yang menerima sinyal utama dari sistem pencernaan manusia tentang lapar dan kenyang, sinyal kimia dari nutrien yang sudah masuk peredaran darah, sinyal dari hormon pada sistem gastrointestinal, hormon yang dilepas oleh jaringan adiposa, dan juga sinyal dari korteks serebri. Nantinya akan terjadi mekanisme umpan balik dari sinyal-sinyal yang ada, yang kemudian akan turut serta meregulasi lapar dan kenyang pada diri manusia.


(26)

Gambar 2.1. Mekanisme Feedback Pada Regulasi Lapar Kenyang

(Guyton, Arthur., and John E. Hall. Textbook of Medical Physiology Eleventh Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2006)

Pada nukleus arkuatus di hipotalamus terdapat dua neuron yang berperan penting. Proopiomelanocortin (POMC) yang nantinya menghasilkan amelanocyte-stimulating hormone (a-MSH). Juga ada neuron yang memproduksi orexigenic substances neuropeptide Y (NPY) dan agouti-related protein (AGRP). Aktivasi pada POMC akan menurunkan nafsu makan dan meningkatkan energi ekspenditur, sebaliknya aktivasi dari NPY-AGRP akan meningkatkan nafsu makan dan menurunkan energi ekspenditur. Neuron-neuron tersebutlah yang menjadi target utama aksi dari bermacam-macam hormon yang meregulasi nafsu makan, di antaranya leptin, insulin, kolesistokinin (CCK) dan ghrelin.


(27)

Gambar 2.2 Regulasi Hormon pada Hipotalamus

(Guyton, Arthur., and John E. Hall. Textbook of Medical Physiology Eleventh Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2006)

Jika ada kerusakan di salah satu pathway tersebut, dapat mengakibatkan terganggunya baik pada penginhibisian nafsu makan ataupun peningkatan nafsu makan. Bila terjadi kerusakan yang mengakibatkan tidak dapat diihibisinya nafsu makan, maka individu dengan kerusakan otak tersebut tidak dapat menghambat nafsu makannya dan akan terus makan, yang nanti akan berakibat pada terjadinya obesitas. Jika didukung dengan faktor lain seperti kurangnya aktivitas fisik dan faktor genetik, maka obesitas juga bisa terjadi. Pada penderita obesitas diyakini 20-30% ada terdaat faktor genetik. Adanya mutasi genetik pada gen MCR-4 didapati terjadi pada 5-6% anak dengan obesitas berat. Pada anak-anak masih terjadi pertambahan jaringan adiposa, sehingga biasanya anak yang obesitas akan cenderung mengidap obesitas juga pada saat dewasa.

Meskipun kerusakan hipotalamus tidak selalu didapati pada orang dengan obesitas, namun diyakini bahwa ada kelainan pada hipotalamus orang yang obesitas, namun tidak berarti harus terjadi kerusakan. Selain kelainan pada


(28)

hipotalamus diyakini adanya kelainan pada neurotransmiter-neurotransmiter yang juga sebagai salah satu faktor dapat terjadinya obesitas pada individu.

2.1.6 Komplikasi Obesitas

Obesitas berdampak negatif pada kesehatan bagi para pendertanya. Obesitas berhubungan dengan meningkatnya angka mortalitas sebanyak 50%-100% dibandingkan pada individu dengan berat badan normal, kebanyakan morbiditas dan mortalitas pada pendrita obesitas disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.1

Angka Harapan Hidup pada individu dengan obesitas dapat berkurang hingga 2 sampai 5 tahun dan pada laki-laki dewasa berusia 20 sampai 30 tahun dengan IMT > 45 angka harapan hidupnya berkurang sampai 13 tahun.22

Beberapa komplikasi dari obestias di antaranya adalah resistensi insulin, gangguan reproduksi, penyakit kardiovaskular, gangguan pernafasan, terbentuknya batu empedu, keganasan, penyakit kulit, tulang, dan sendi serta gangguan psikososial yang dapat timbul karena obesitas. Obesitas berdampak pada timbulnya rasa rendah diri, cenderung depresif, dan menarik diri dari lingkungan sekitar. Pada anak-anak sering terjadi hinaan dan ejekan dari teman sepermainan. Dapat juga terjadi penurunan fungsi kerja akibat terhambat oleh kondisi fisik pada penderita obesitas.23

Sedangkan untuk obesitas sentral, komplikasi yang sering terjadi adalah diabetes, hipertensi, hiperlipidemia, dan hiperandrogenisme pada wanita. Semua komplikasi tersebut lebih kuat berhubungan dengan kelebihan lemak pada intraabdominal dan atau lemak di bagian atas tubuh dibandingkan dengan obesitas yang distribusi lemak di seluruh tubuh.1

2.2 Depresi

2.2.1 Definisi Depresi

Depresi merupakan penyakit mental tersering, tanda depersi disertai dengan mood yang sering muram atau sedih, hilangnya ketertarikan atau kesenangan dalam hidup, energi yang semakin menurun, merasakan perasaan bersalah yang berlebih, merasa dirinya tidak berharga, terganggunya waktu tidur,


(29)

terganggunya nafsu makan, konsentrasi yang menurun dan cenderung membahayakan diri sendiri bahkan sampai percobaan bunuh diri.13,15

Berdasarkan kriteria DSM-IV-TR, penyakit depresi timbul tanpa adanya riwayat mania, hipomania, ataupun gabungan. Penyakit depresif mayor setidaknya berlangsung selama 2 minggu dan mengalami setidaknya empat gejala yaitu hilangnya energi, merasa bersalah, masalah dalam berfikir dan megambil keputusan, dan keinginan untuk bunuh diri. Disertai dengan adanya perubahan dalam nafsu makan, berat badan, perubahan dalam tidur dan aktifitas.24

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, depresi dideskripsikan sebagai gangguan jiwa yang terdapat pada seseorang, yang ditandai dengan perasaan yang menurun, seperti muram, sedih, dan perasaan tertekan.25 Individu yang menderita depresi merasakan hilangnya harapan pada dirinya, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa depan. Tidak hanya kehilangan optimisme untuk hidup, individu dengan depresi hidup dalam kehidupan masa sekarang yang dihantui oleh masa lalu, yang dianggap sebagai satu-satunya harapan. Kehilangan harapan akan masa depan akan menyebabkan individu tidak mempercayai masa depanya.26

Depresi termasuk penyakit yang banyak terdapat di dunia, sekitar 350 juta orang di dunia mengalami depresi.14 Dari data epidemiologi, sekitar 15% populasi dunia menunjukan gejala depresi, dan sekitar 10% mengalami penyakit depresi.13 Penyakit depresi mayor merupakan penyakit yang berhubungan dengan mood yang memiliki prevalensi terbanyak yaitu sekitar 17% dari penyakit psikiatri lainya. Dengan insidensi pertahun adalah 1,59%.24

Kejadian depresi ditemukan dua kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.13,14,24 Hal ini disebabkan karena perbedaan hormonal, efek melahirkan anak, perbedaan stressor, dan perilaku yang cenderung menggambarkan ketidakberdayaan.24 Insidensi depresi dilaporkan meningkat seiring dengan meningkatnya usia seseorang, namun dilaporkan juga bahwa kini depresi lebih banyak menyerang di umur yang lebih muda, khususnya pada pria muda. Depresi lebih sering didapatkan pada usia remaja dibandingkan dengan usia anak-anak.13 Nilai tengah untuk umur rata rata terkena depresi adalah usia 40 tahun, dengan 50% di antaranya terjadi antara usia 20 sampai 50 tahun. Data lain


(30)

menyebutkan adanya peningkatan depresi sebelum usia 20 tahun karena adanya peningkatan penggunaan alkohol dan ketergantungan obat pada usia ini.15

Bagan 2.2 Diagnosis Depresi Mengguanakn Kriteria ICD-10

(Baldwin, David J.,and Jon Birtwistle. An Atlas of Depression. London: The Parthenon Publising Group. University of Southampton. 2002.)

Prevalensi depresi didapati lebih tinggi pada mereka yang tidak mempunyai hubugan interpersonal yang dekat baik dengan keluarga maupun lingkungan sosial dan pada individu yang mengalami perceraian atau perpisahan. Berdasarkan demografi, depresi lebih sering ditemukan pada daerah rural dibandingkan dengan daerah urban.24

2.2.2 Etiologi depresi 1. Faktor Genetik

Pengaruh genetik akan lebih terlihat pada pasien yang mengalami bentuk depresi yang berat. Namun pada bentuk depresi lainya faktor genetik terlihat lebih sedikit berperan dibandingkan faktor lingkungan. Marker genetik dari pada penyakit afektif yang sudah terdeteksi terdapat pada kromosom X,4,5,11,18, dan 21. beberapa dari lokasi kromosom yang sudah terdeteksi


(31)

tersebut berhubungan pada neurobiologi dari depresi, contohnya pada kromosom lengan panjang kromosom 5 mengandung kandidat gen yang berkontribusi sebagai reseptor norepinefrin, dipamin asam y-amino butirat dan glutamat.

2. Gangguan Neurotransmiter

Abnormalitas pada jumlah dan fungsi serotonin (hidroksitriptamin, 5-HT), norepinefrin dan dopamin yang bekerja pada sistem saraf pusat dapat berpengaruh pada patofisiologi depresi. Pasien yang mengalami depresi mayor memiliki keabnormalan pada neurotransmiter serotonin. Studi pada hewan menunjukan serotonin berfungsi dalam pengaturan tidur-bangun, nafsu makan, kebiasaan seksual dan agresi. Depresi berhubungan dengan menurunya neurotransmiter pada reseptor post sinaps.

Gambar 2.3 Neurobiokimia Pembentukan Serotonin

(Baldwin, David J.,and Jon Birtwistle. An Atlas of Depression. London: The Parthenon Publising Group. University of Southampton. 2002.)

Depresi juga berhubungan dengan peningkatan level hormon 24-H-adrenokortikotropik (ACTH). ACTH menyebabkan pelepasan kortisol pada kelenjar adrenal. Penelitian menunjukan adanya pembesaran kelenjar adrenal pada individu yang mengalami depresi. Perubahan fungsi 5-HT pada otak yang terlihat pada individu yang mengalami depresi juga bisa merupakan akibat dari hipersekresi kortisol.


(32)

Gambar 2.4 Peran Kortisol dalam Depresi

(Baldwin, David J.,and Jon Birtwistle. An Atlas of Depression. London: The Parthenon Publising Group. University of Southampton. 2002.)

Gambar 2.5 Hubungan Neurotransmiter dengan Psikopatologi

(Baldwin, David J.,and Jon Birtwistle. An Atlas of Depression. London: The Parthenon Publising Group. University of Southampton. 2002.)

3. Faktor Psikososial

Faktor psikososial yang berpengaruh di antaranya adalah kurangnya penghargaan pada diri sendiri, personaliti yang terlalu obsesional, adanya pengalaman yang sengsara semenjak masa kanak kanak, dan pola berfikir


(33)

negatif terhadap diri sendiri dan orang lain disebut sebagai faktor risiko psikologis pada kejadian depresi. Faktor lainya adalah pengalaman kehidupan di masa lalu yang tidak diinginkan seperti kehilangan, perceraian dan mengalami kehidupan yang berat juga sulit, serta kurangnya suport dari lingkungan sekitar. Kemudian hati bisa menjadi risau dan gelisah, dan dapat memunculkan gejala depresi. Sesungguhnya jika manusia senantiasa mengingat Allah maka hatinya akan tenang dan tentram seperti yang telah disebutkan dalam ayat yang berbunyi:

ْم ب لق ن مْطت نمآ نيذل

ب لقْل ن مْطت َ رْكذب َأ ۗ َ رْكذب

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Rad 13:28)

Kurangnya hubungan yang intim anatara orangtua dan anak sebelum anak berusia 15 tahun menjadi faktor predisposisi depresi ketika diiringi dengan kejadian dalam kehidupan yang menakutkan dan stress social.13

Gambar 2.6 Etiologi Depresi

(Baldwin, David J.,and Jon Birtwistle. An Atlas of Depression. London: The Parthenon Publising Group. University of Southampton. 2002.)


(34)

2.3 Hubungan Obesitas Dengan Depresi

Terdapat empat kemungkinan hubungan antara obesitas dengan kejadian obesitas pada individu; pertama, obesitas meningkatkan risiko kejadian depresi. Kedua, depresi meningkatkan risiko kejadian obesitas. Ketiga, keduanya mempunyai hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Keempat, tidak terdapat sama sekali hubungan antara obesitas dengan depresi.27

Obesitas dan depresi merupakan kondisi yang sering terjadi dan memiliki jangkauan yang luas terhadap masalah kesehatan.28 Baik overweight maupun obesitas dapat meningkatkan distress psikologis.27 Hubungan antara obesitas dan depresi bergantung pada derajat keparahan obesitas. Orang dengan obesitas mempunyai prevalensi depresi 1,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki berat badan normal.28,29 Orang dengan obesitas memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengalami depresi dan orang depresi mempunyai kemungkinan 1,8 kali lebih besar untuk mengalami obesitas.27

Prevalensi depresi tertinggi didapatkan pada individu yang memiliki IMT >40.28 Semakin tinggi derajat keparahan obesitas semakin banyak kejadian depresi. 27,28,29 Orang dengan overweight kejadian depresi lebih meningkat dibandingkan orang dengan berat normal pada orang yang berpendidikan tinggi, namun hasil yang sama tidak didapatkan pada subyek yang pendidikanya rendah.27

Depresi lebih banyak didapatkan pada wanita dibandingkan pada pria. 1,3,27,28,29

Pada usia dewasa lebih dari 18 tahun, IMT yang tinggi memiliki hubungan yang berkebalikan dengan depresi dan percobaan bunuh diri pada laki-laki, sedangkan hubungan yang positif bermakna ditemukan pada wanita.27 Pada pria ditemukan hasil prevalensi paling rendah pada obesitas derajat 2 dan tertinggi pada obesitas derajat 3. Pada wanita dengan obesitas 30 berhubungan dengan depresi dalam satu bulan terakhir, namun tidak didapatkan pada pria. Hasil berbeda pada obesitas derajat 3 baik pada wanita maupun pria didapatkan adanya hubungan antara obesitas dengan depresi.27 Ada yang mendapatkan bahwa laki-laki usia dewasa sedikit yang mengalami depresi dan ada beberapa studi yang menunjukan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara obesitas dengan kejadian depresi, kemungkinan karena keterkaitan jenis kelamin.29


(35)

Pada usia remaja dengan obesitas cenderung mudah mengalami gangguan psikologis terutama depresi. Remaja dengan obesitas lebih cenderung mengalami depresi karena bentuk badan yang dimiliki cenderung menjadi bahan olok-olok teman sebaya dan cenderung mudah tersisih dalam pergaulan. Depresi karena bentuk tubuh yang dimiliki lebih sering terjadi pada remaja wanita dibandingkan remaja laki-laki. Remaja yang memiliki berat badan berlebih memiliki kecenderungan untuk menjadi orang dewasa yang obesitas dan mereka juga akan menjadi subjek risiko fisik, sosial, dan psikologis.11

Studi tahun 1994 di Alameda County oleh Roberts et al ditemukan adanya depresi pada tahun berikutnya pada orang dengan obesitas setelah dolakukan kontrol terhadapt usia, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, lingkungan sekitar, adanya isolasi sosial dari sekitar, keadaan ekonomi, kondisi kesehatan kronis, dan disabilitas. Di dapatkan bahwa yang paling berperan sebagai faktor risiko dari depresi adalah kesehatan dan disabilitas fungsional.27

Friedman dan Brwonnell mendapatkan hasil bahwa orang dengan obesitas yang memiliki keinginan untuk turun berat badannya jauh lebih depresi dibandingkan orang obesitas lainya.27 Sedangkan kejadian depresi pada remaja obesitas terjadi karena adanya pertentangan batin antara keinginan mendapatkan bentuk tubuh yang ideal dengan bentuk tubuh yang dimiliki pada kenyataan.11

Penjelasan secara biologis hubungan antara obesitas dan depresi sangat kompleks dan tidak dapat dijabarkan secara detail. Obesitas dapat dilihat sebagai derajat inflamasi karena didapati adanya kenaikan berat badan yang dapat mengaktivasi jalur inflamatori dan inflamasi itu sendiri berhubungan dengan depresi. Karena inflamasi berperan penting baik pada obesitas dan depresi, maka inflamasi dapat dikatakan sebagai mediator pada hubungan keduanya.13

Hubungan antara hipotalamus - hipofisis – adrenal (Hipothalamus Pituitary – Adrenal axis) mungkin mempunyai peran penting dalam hubungan obesitas dan depresi, karena obesitas mempengaruhi disregulasi HPA-aksis dan disregulasi HPA-aksis diketahui turut berpengaruh dalam depresi. Obesitas meningkatkan risiko diabetes melitus dan resistensi insulin, yang dapat menginduksi alterasi pada otak, dan meningkatkan risiko depresi.


(36)

Sedangkan depresi yang menginduksi obesitas karena adanya aktivasi jangka panjang dari HPA-axis. Cortisol, dengan adanya insulin, dapat menginhibisi enzim lipid-mobilizing, proses ini dimediasi oleh reseptor glucocorticoid yang ada di jaringan lemak, khususnya di lemak intra-abdominal. Penggunaan obat-obat antidepresan diketahui dapat menginduksi pertambahan berat badan.29

Studi tersebut juga mendapatkan hasil tidak adanya hubungan antara obesitas dengan depresi. Penelitian Lupinno tahun 2010 menuliskan bahwa dari review systematic dengan metode cross-sectional mendapati adanya hubungan yang lemah antara obesitas dan depresi dari studi kepustakaan yang dilakukan.29 Sedangkan penelitian oleh Roberts et al, di dapati tidak adanya hubungan antara obesitas dengan kejadian depresi pada subyek laki-laki.27 Sedangkan Palinkas et al. yang juga menpelajari obesitas dan depresi pada dewasa mendapatkan tidak terdapat hubungan antara obesitas dan depresi baik pada pria maupun pada wanita.27


(37)

(38)

Kerangka Konsep

Penyakit fisik Gangguan makan

Obesitas Sosio ekonomi

Asupan nutrisi tinggi kalori

Aktivitas fisik kurang

Kerusakan hipotalmus


(39)

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat

Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1 Terikat

Depresi Suatu reaksi psikologis dari diri manusia yang timbul saat seseorang merasakan kehilangan kesehatan, orang yang mereka cintai, dan sampai merasa kehilangan harga diri.

Kuesioner Depresi dari Kuesioner Patient Health Quality (PHQ) 9. Depresi dibagi menjadi lima kategori depresi yaitu; tidak depresi, depresi ringan, depresi sedang, depresi sedang berat, dan depresi berat. Pengisian Kuesioner

1. Tidak depresi (skor 1-4)

2. Depresi Ringan (skor 5-9) 3. Depresi Sedang (skor 10-14) 4. Depresi sedang berat (skor 15-19) 5. Depresi Berat(skor 20-27)

Ordinal

2 Bebas

Obesitas Keadaan yang ditandai dengan ketidaknormalan akumulasi lemak di dalam tubuh. Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT). Menimbang, mengukur, dan meng-hitung berat badan dan tinggi badan mengguna-kan rumus

1.Normal (25.0) 2. Obesitas (25.0)

Ordinal

Ibu rumah tangga

Wanita berusia 20 tahun atau lebih yang sudah menikah dan tidak bekerja untuk menghasilkan pemasukan diluar rumah dan hanya mengurus rumah tangga. Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner

Ibu Rumah Tangga Nominal

Usia Usia responden saat mengisi kuesioner. Pengisian identitas kuesioner Pengisian kuesioner

1. 20-24 tahun 2. 25-29 tahun 3. 30-34 tahun 4. 35-39 tahun 5. 40-44 tahun 6. 45-49 tahun 7. 50-54 tahun 8. 55-59 tahun 9. 60-64 tahun 10.>65 tahun

Nominal Penghasil-an Penghasilan yang diperoleh keluarga setiap bulan. Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner 1. <5.000.000 2. 5.000.001-10.000.000 3. 10.000.001-15.000.000 4. 15.000.001-Nominal


(40)

20.000.000 5. >20.000.000 Pendidikan Pendidikan terakhir

yang ditempuh oleh responden pada saat pengisian kesioner.

Pengisian Kuesioner

Pengisian Kuesioner

1. Tidak sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Perguruan tinggi

Nominal

Suku Suku asal daerah responden.

Pengisian kuesioner

Pengisian Kuesioner

1. Jawa 2. Sunda 3. Betawi 4. Lainnya

Nominal

Agama Agama yang dianut oleh responden.

Pengisian kuesioner

Pengisian kuesioner

1. Islam 2. Protestan 3. Katholik


(41)

28

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian menggunakan desain penelitian analitik kategorik tidak berpasangan dengan menggunakan pendekatan secara cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara kejadian obesitas dengan depresi yang dialami oleh ibu rumah tangga di wilayah Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur selama dua bulan dengan menggunakan data primer berupa kuesioner tingkatan depresi PHQ-9 yang akan diisi oleh subyek serta data berat badan dan tinggi badan subyek yang akan dihitung untuk menentukan subyek tergolong obesitas atau tidak.

3.2.1 Timeline Penelitian

No Kegiatan

Waktu

Feb Mar April Mei Juni Juli

III-IV

III-IV

I II II I

I V

I II II I

I V

I I I I I I I V

I I I I I I I V 1 Pembuatan

proposal 2 Penyebaran

kuesioner 3 Pengolahan

data

4 Analisis data 5 Sintesa hasil

analisis 6 Laporan


(42)

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi terjangkau pada penelitian adalah ibu rumah tangga di daerah Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur. Sampel adalah para ibu rumah tangga yang dipilih dengan cara purposive sampling.

3.4 Jumlah Sampel

Perkiraan besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus besar sampel penelitian analisis kategorik tidak berpasangan, yaitu sebagai berikut :

√ √

N1=N2 : Jumlah sampel penelitian

Z : derivat baku alpha

Zβ : derivat baku beta

P1 : Proporsi pada beresiko atau kasus

Q1 : 1-P1

P2 : proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya, 50%

Q2 : 1-P2

P : Proporsi total

Q : 1-P

P1-P2 : perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna, ditetapkan 0,2

Jadi:

P1 = P2 + 0,2 = 0,5 + 0,2 = 0,7 Q1= 1- P1 = 1- 0,7 = 0,3 P = = = 0,6 Q = 1-P = 1-0,6 = 0,4


(43)

Berdasarkan persamaan tersebut, maka untuk total sampel penelitian didapatkan hasil sebagai berikut:

√ √

3.5 Kriteria Sampel Kriteria Inklusi :

 Subyek merupakan ibu rumah tangga berusia diatas 20 tahun.  Subyek tinggal di daerah tempat penelitian dilaksanakan.  Subyek bersedia menjadi responden penelitian


(44)

3.6 Cara Kerja Penelitian

3.7 Variabel yang Diteliti Variabel bebas

 Klasifikasi obesitas dan bukan obesitas, usia, suku, agama, penghasilan, dan pendidikan.

Variabel terikat

 Kejadian depresi yang dinilai menggunakan kuesioner

Mencari subyek penelitian yang memenuhi kriteria Persiapan penelitian

Subyek memenuhi kriteria inklusi

Informed consent

Subyek bersedia

Pengisian kuesioner

Analisis data


(45)

3.8 Management Data 3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS, dengan melakukan pemeriksaan seluruh data yang terkumpul (editing), memberi angka-angka atau kode-kode tertentu yang telah disesuaikan dengan data kuesioner (coding), memasukan data sesuai kode yang ditentukan masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar (entry). Data digolongkan, diurutkan, serta disederhanakan sehingga mudah dibaca dan diintrepetasikan (cleaning)

3.8.2 Analisis Data

Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat meliputi distribusi umur, pekerjaan, dan tingkat depresi yang dialami subyek.

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui korelasi antara variabel independen dan variabel dependen. Analisis bivariat untuk dua kategori depresi dilakukan menggunakan uji Chi Square jika memenuhi syarat. Jika tidak memenuhi syarat, maka menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan software SPSS. Skor P<0,05 dinyatakan bermakna secara statistik.


(46)

33

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data primer di 16 Rukun Warga (RW) di daerah Kelurahan Cililitan sejak Bulan Maret s/d Mei 2014. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan terkumpul kuesioner sebanyak 206 kuesioner.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1.1 Letak Geografis

Kelurahan Cililitan merupakan salah satu dari tujuh kelurahan yang terletak dalam wilayah Kecamatan Kramatjati, Kota Administrasi Jakarta Timur. Kelurahan Cililitan memiliki luas wilayah 176,35 Ha yang terdiri dari 130 Rukun Tetangga (RT) dan 16 Rukun Warga (RW), dengan batas wilayahsebagai berikut:

- Batas utara : Jl. SMUN 14 dan Jl. Raya Kalibata - Batas Timur : Tol Jagorawi

- Batas Selatan : Jl. Kumbang, Kel. Batu Ampar dan Jl. Buluh, Kel.

Balekambang

- Batas Barat : Kali Ciliwung

4.1.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk di Kelurahan Cililitan per bulan April 2014 adalah sebagai berikut:


(47)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia Kelompok

Jumlah Usia

20-24 1883 25-2 9 1872 30-34 1875 35-39 1852 40-44 1393 45-49 1653 50-54 973 55-59 945 60-64 596 65-69 388 70-74 740 >75 200 Jumlah 14370

Sumber: Laporan Kegiatan Pembinaan Pemerintahan Kelurahan Cililitan Bulan April Tahun 2014

Berdasarkan hasil tabel 4.1 dapat dilihat bahwa distribusi usia penduduk perempuan Kelurahan Cililitan paling banyak adalah pada rentang usia 20-24 sebanyak 1883 orang penduduk, dan yang paling sedikit adalah penduduk pada kelompok usia >75 sebanyak 200 orang penduduk.

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Perempuan Setiap Rukun Warga (RW)

RW Jumlah

01 1297 02 1375 03 686 04 1636 05 2676 06 538 07 700 08 1263 09 1775 10 1685 11 1687 12 1577 13 1478 14 1374 15 1678 16 1819 Jumlah 23224

Sumber: Laporan Kegiatan Pembinaan Pemerintahan Kelurahan Cililitan Bulan April Tahun 2014


(48)

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa distribusi penduduk perempuan paling banyak terdapat pada RW 05 dengan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2676 orang dan jumlah penduduk paling sedikit berada pada RW 06 dengan 538 orang penduduk perempuan.

4.1.2 Uji Validitas Kuesioner

Kuesioner yang dipakai adalah kuesioner dari Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9). Kuesioner HPQ-9 merpakan kuesioner yang paling sering dipakai untuk keperluan baik riset atau diagnosis klinis. PHQ-9 memiliki pertanyaan yang lebih sedikit dibanding kesioner lain tentang depresi, dan fokus kepada gejala depresi dalam DSM-IV. Kuesioner HPQ-9 sebelumnya telah divalidasikan dalam dua studi besar yang melibatkan 3.000 pasien di 8 tempat pelayanan primer dan 7.000 pasien di klinik obstetri ginekologi. Untuk penelitian ini kuesioner diterjemahkan dan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan Cronbach Alfa dengan bantuan program SPSS versi 17.0. dari 9 pertanyaan yang diujicobakan terdapat 6 pertanyaan yang valid dan 3 pertanyaan tidak valid yaitu nomor 1, 6, dan 9. Kemudian dilakukan uji reliabilitas dan didapatkan hasil Cronbach Alfa=0,714. Suatu instrumen dikatakan memiliki tingkat reliabilitas tinggi jika nilai koefisien Cronbach Alfa > 0,60.

Dengan demikian kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena kuesioner tersebut sudah memenuhi syarat kelayakan suatu instrumen.


(49)

4.1.3 Data Hasil Penelitian Tabel 4.3 Karakteristik Responden

Bukan Depresi Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Sedang Berat Depresi Berat

Jumlah %

Obesitas

Obesitas 54 41 7 1 0 103 50

Tidak Obesitas

76 21 5 1 0 103 50

Usia

20-24 3 0 2 0 0 5 2,4

25-29 9 3 1 0 0 13 6,3

30-34 14 12 2 1 0 29 14,1

35-39 18 10 1 1 0 30 14,6

40-44 23 7 2 0 0 32 15,5

45-49 23 11 1 0 0 35 17,0

50-54 17 8 1 0 0 26 12,6

55-59 11 6 0 0 0 17 8,3

60-64 10 4 2 0 0 16 7,8

>65 2 1 0 0 0 3 1,5

Suku

Jawa 47 21 5 2 0 75 36,4

Sunda 37 13 3 0 0 53 25,7

Betawi 27 14 2 0 0 43 20,9

Lainnya 19 14 2 0 0 35 17,0

Agama

Islam 122 50 10 2 0 184 89,3

Protestan 8 11 1 0 0 20 9,7

Katolik 0 1 1 0 0 2 1,0

Tingkat Pendidikan

Tidak

Sekolah 0 0 0 0 0 0

SD 17 5 1 1 0 24 11,6

SMP 22 8 1 0 0 31 15,1

SMA 76 46 9 0 0 131 63,6

Perguruan

Tinggi 15 3 1 1 0 20 9,7

Penghasilan

<5.000.000 112 54 11 2 0 179 86,9 5.000.000-

10.000.000 16 8 1 0 0 25 12,1

10.000.001-

15.000.000 0 0 0 0 0 0 0

15.000.001-

20.000.000 2 0 0 0 0 2 1,0

>

20.000.000 0 0 0 0 0 0 1


(50)

Pada penelitian yang dilakukan di daerah Kelurahan Cililitan ini didapati data 206 responden yang terdiri dari 103 responden yang termasuk dalam kategori obesitas dan 103 responden termasuk dalam kategori tidak obesitas. Karakteristik responden adalah ibu rumah tangga yang berusia diatas 20 tahun. Dengan frekuensi responden terbanyak ada pada kelompok usia 45-49 tahun sebanyak 35 orang responden. Suku Jawa merupakan suku paling dominan dalam penelitian ini dengan jumlah sebanyak 75 orang responden atau sekitar 36,4% dari total responden penelitian. Sebanyak 184 orang responden atau sekitar 89,3% responden beragama Islam dan responden paling sedikit beragama Kristen Katholik sebanyak 2 orang atau sekitar 1,0%. Rata-rata responden berpendidikan lulusan SMA sebanyak 131 responden atau sekitar 63,6% responden. Sebanyak 179 atau sekitar 86,9% orang responden berpenghasilan <Rp.5.000.000 .

Analisis data terdiri dari analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi pada variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Analisis univariat menggambarkan distribusi depresi, usia, suku, agama, pendidikan, dan pengahsilan. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui korelasi antara variabel independen dan variabel dependen.

Dari kuesioner HPQ-9 yang diisi oleh responden, didapati skor jawaban responden tertinggi adalah 20 (74,07%) dan skor terendah adalah 0 (0%) dengan rincian jawaban responden perbutir pertanyaan adalah sebagai berikut:


(51)

Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Pertama Kuesioner PHQ-9

Saya merasa kepuasan dan minat saya menurun saat melakukan

kegiatan sehari hari

Tidak Pernah Beberapa Hari Dalam Seminggu Lebih dari Seminggu Hampir Setiap Hari

Obesitas 38,83% 45,63% 0,97% 5,82%

Tidak Obesitas 59,22% 33,84% 3,88% 2,91%

Pada tabel 4.4 menunjukkan sebanyak 45,63% responden kelompok obesitas memilih jawaban beberapa hari dalam seminggu, berbeda dengan responden kelompok tidak obesitas yang lebih banyak memilih jawaban tidak pernah untuk pertanyaan nomor satu ini. Dari gambaran jawaban responden di atas dapat terlihat bahwa responden dengan obesitas lebih banyak mengalami gejala depresi berupa kepuasan dan minat yang menurun dalam melakukan kegiatan sehari hari dibandingkan dengan responden yang tidak obesitas.

Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Kedua Kuesioner PHQ-9

Saya merasa sedih, depresi, atau hilang harapan Tidak Pernah Beberapa Hari Dalam Seminggu Lebih dari Seminggu Hampir Setiap Hari

Obesitas 77,66% 18,44% 1,94% 1,94%

Tidak Obesitas 71,84% 27,18% 0,97% 0%

Pada tabel 4.5 baik responden obesitas dan responden tidak obesitas keduanya lebih banyak memilih jawaban tidak pernah untuk pertanyaan tentang perasaan sedih, depresi, dan hilang harapan. Namun untuk responden yang memilih jawaban beberapa hari dalam seminggu, lebih dari seminggu, dan hampir setiap hari lebih banyak didapati pada responden tidak obesitas dibandingkan responden obesitas.


(52)

Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Ketiga Kuesioner PHQ-9

Saya mengalami gangguan saat tidur, atau tidur terlalu banyak

Tidak Pernah Beberapa Hari Dalam Seminggu Lebih dari Seminggu Hampir Setiap Hari

Obesitas 50,48% 41,74% 3,88% 3,88%

Tidak Obesitas 72,81% 22,33% 3,88% 0,97%

Dari tabel 4.6 antara responden obesitas dan tidak obesitas, kelompok responden obesitas lebih banyak yang menjawab jawaban beberapa hari dalam seminggu, lebih dari seminggu, dan hampir setiap hari. Responden obesitas yang menjawab sebanyak 41,74% dan jawaban responden tidak obesitas sebanyak 22,33% untuk pertanyaan tentang gangguan tidur yang dialami. Namun secara keseluruhan baik dari responden obesitas dan responden tidak obesitas paling banyak memilih jawaban tidak pernah.

Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Keempat Kuesioner PHQ-9

Saya merasa mudah lelah, saya merasa hanya memiliki sedikit

energi Tidak Pernah Beberapa Hari Dalam Seminggu Lebih dari Seminggu Hampir Setiap Hari

Obesitas 41,74% 45,63% 8,73% 2,91%

Tidak Obesitas 55,33% 33,00% 8,73% 2,91%

Pada tabel 4.7 untuk pertanyaan tentang perasaan mudah lelah dan merasa memiliki sedikit energi pada kelompok responden obesitas lebih banyak yang memilih jawaban beberapa hari dalam seminggu sebanyak 45,63% responden. Sedangkan pada kelompok responden tidak obesitas jawaban yang paling banyak dipilih adalah jawaban tidak pernah sebanyak 55,33% orang responden yang menjawab tidak pernah. Dari hasil pertanyaan butir keempat dari kuesioner ini didapati secara keseluruhan jawaban pada kelompok responden obesitas lebih banyak jawaban yang mengarah ke jawaban gejala depresi yang sering dialami.


(53)

Tabel 4.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Kelima Kuesioner PHQ-9

Saya merasa nafsu makan saya menurun atau meningkat

Tidak Pernah Beberapa Hari Dalam Seminggu Lebih dari Seminggu Hampir Setiap Hari

Obesitas 40,77% 46,60% 11,65% 0.97%

Tidak Obesitas 55,33% 33,00% 8,73% 2,91%

Pada tabel 4.8 didapati jawaban pada kelompok responden obesitas untuk pertanyaan tentang gangguan nafsu makan lebih banyak yang menjawab beberapa hari dalam seminggu yaitu berjumlah 46,60% responden, sedangkan kelompok responden tidak obesitas lebih banyak memilih jawaban tidak pernah sebanyak 55,33% responden yang menjawab. Dari hasil pertanyaan butir kelima ini didapati bahwa gejala gangguan nafsu makan merupakan gejala yang cukup sering timbul pada kelompok obesitas.

Tabel 4.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Keenam Kuesioner PHQ-9

Saya merasa diri saya buruk, saya merasa gagal dan saya mengecewakan keluarga saya

Tidak Pernah Beberapa Hari Dalam Seminggu Lebih dari Seminggu Hampir Setiap Hari

Obesitas 80,58% 16,50% 1,94% 0,97%

Tidak Obesitas 90,29% 6,79% 1,94% 0,97%

Pada tabel 4.9 didapati baik pada kelompok responden obesitas dan kelompok responden tidak obesitas paling menjawab pertanyaan dengan jawaban tidak pernah. Pada responden obesitas sebanyak 80,58%, dan pada responden tidak obesitas sebanyak 90,29%. Namun untuk jawaban secara keseluruhan, kelompok responden obesitas lebih banyak memilih jawaban beberapa hari dalam seminggu, lebih dari seminggu, dan hampir setiap hari.


(54)

Tabel 4.10 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Ketujuh Kuesioner PHQ-9

Saya merasa sulit berkonsentrasi, seperti saat membaca koran atau

menonton televisi Tidak Pernah Beberapa Hari Dalam Seminggu Lebih dari Seminggu Hampir Setiap Hari

Obesitas 75,72% 19,41% 1,94% 2,91%

Tidak Obesitas 78,64% 15,53% 2,91% 2,91%

Pada tabel 4.10 didapati hasil jawaban beberapa hari dalam seminggu, lebih dari seminggu, dan setiap hari lebih banyak pada responden obesitas yaitu sebanyak 24,26% dibandingkan responden tidak obesitas yaitu sebanyak 21,35%. Secara keseluruhan didapati jawaban kelompok responden obesitas dan tidak obesitas seputar sulit berkonsentrasi keduanya lebih banyak yang memilih jawaban tidak pernah. Kelompok responden obesitas sebanyak 75,72% responden dan kelompok responden tidak obesitas sebanyak 78,64% responden.

Tabel 4.11 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Kedelapan Kuesioner PHQ-9

gerakan saya berubah dari biasanya, lebih lambat atau lebih

cepat Tidak Pernah Beberapa Hari Dalam Seminggu Lebih dari Seminggu Hampir Setiap Hari

Obesitas 60,19% 27,18% 7,76% 4,85%

Tidak Obesitas 81,55% 17,47% 0,97% 0%

Pada tabel 4.11 baik pada kelompok responden obesitas dan kelompok tidak obesitas lebih banyak yang memilih jawaban tidak pernah. Kelompok responden obesitas sebanyak 60,19% responden dan kelompok tidak obesitas sebanyak 81,55% responden. Namun didapati baik untuk jawaban beberapa hari dalam seminggu, lebih dari seminggu, dan hampir setiap hari lebih banyak didapati pada kelompok responden obesitas dengan jumlah 39,79% responden.


(55)

Tabel 4.12 Distribusi Sampel Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Kesembilan Kuesioner PHQ-9

Saya merasa saya pantas dihukum, dan saya merasa saya ingin

mengakhiri hidup saya

Tidak Pernah Beberapa Hari Dalam Seminggu Lebih dari Seminggu Hampir Setiap Hari

Obesitas 100% 0% 0% 0%

Tidak Obesitas 100% 0% 0% 0%

Pada tabel 4.12 baik pada kelompok responden obesitas dan responden kelompok tidak obesitas semuanya memilih jawaban tidak pernah, dengan masing masing kelompok obesitas 100% responden dan kelompok tidak obesitas sebanyak 100% responden.

Dari hasil penjabaran data per pertanyaan kuesioner didapatkan bahwa gejala depresi yang paling dominan dialami ibu rumah tangga di Daerah Kelurahan Cililitan selama dua minggu terakhir adalah dua gejala utama depresi berupa kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah. Serta satu gejala lainnya dari depresi yaitu gangguan nafsu makan.

Tabel 4.13 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Depresi

Obesitas Bukan Depresi Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Sedang Berat Depresi Berat

Jumlah %

Obesitas 54 41 7 1 0 103 50

Tidak Obesitas

76 21 5 1 0 103 50

Jumlah 130 62 12 2 0 206 100

Berdasarkan tabel 4.13 diatas, dari 206 responden didapati sebanyak 130 orang (63,10%) responden tidak mengalami depresi, dan sebanyak 76 orang (36,89%) responden mengalami depresi. Responden yang mengalami depresi terdiri dari 62 orang (81,57%) responden mengalami depresi ringan, 12 orang (15,79%) responden mengalami depresi sedang, dan 2 orang (2,63%) responden mengalami depresi sedang-berat. Sedangkan depresi berat tidak ditemukan dari responden.

Kategori depresi yang paling banyak adalah kategori depresi ringan yang terdiri dari 41 (66,13%) responden obesitas dan 21 (33,87%) responden tidak


(56)

obesitas. Dengan kata lain depresi diapati hampir dua kali lebih sering pada kelompok responden obesitas dibandingkan dengan kelompok responden tidak obesitas. Kategori depresi sedang merupakan urutan kedua depresi yang terjadi pada responden, yang terdiri dari 7 (58,33%) responden obesitas dan 5 (41,67%) tidak obesitas. Untuk kategori depresi sedang-berat baik pada responden obesitas dengan responden tidak obesitas didapati hasil yang sama yaitu 1 (50%) responden obesitas dan 1 (50%) responden tidak obesitas.

Angka kejadian depresi pada responden dengan obesitas lebih besar dibandingkan responden tidak obesitas. Dari 76 orang responden yang mengalami depresi, 49 (64,47%) diantaranya terdapat pada responden yang mengalami obesitas dan 27 (35,53%) lainnya terjadi pada responden yang tidak mengalami obesitas. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Atlantis et al (2004) yang menggunakan meta analisis dikatakan terdapat hubungan antara obesitas dan depresi pada wanita.33

Tebel 4.14 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Usia Bukan Depresi Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Sedang Berat Depresi Berat

Jumlah %

20-24 3 0 2 0 0 5 2,4

25-29 9 3 1 0 0 13 6,3

30-34 14 12 2 1 0 29 14,1

35-39 18 10 1 1 0 30 14,6

40-44 23 7 2 0 0 32 15,5

45-49 23 11 1 0 0 35 17,0

50-54 17 8 1 0 0 26 12,6

55-59 11 6 0 0 0 17 8,3

60-64 10 4 2 0 0 16 7,8

>65 2 1 0 0 0 3 1,5

Jumlah 130 62 12 2 0 206 100

Pada tabel 2.13 diatas, berdasarkan jumlah responden dari setiap kelompok usia, kejadian depresi paling banyak didapati pada rentang usia 30-34 tahun yaitu sebanyak 15 (51,72%) responden dari 29 orang responden mengalami depresi. Sedangkan untuk usia yang didapati kejadian depresi paling sedikit adalah usia 40-44 tahun yaitu 9 (28,12%) responden dari 32 responden yang mengalami depresi. Namun


(57)

berdasarkan total semua responden yang mengalami depresi, kelompok usia 45-49 tahun adalah kelompok usia terbanyak terjadinya depresi yaitu sebanyak 17% dan kelompok usia dengan jumlah depresi terendah secara keseluruhan adalah kelompok usia >65 tahun dengan jumlah 1,5% responden mengalami depresi. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Aggraini (2014) yang menyatakan bahwa depresi lebih banyak ditemui pada usia remaja dibandingkan pada anak-anak dan orang dewasa.40 Sedangkan menurut buku An Atlas of Depression (2003) kejadian depresi akan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.13 Perbedaan dapat terjadi karena penyebaran kuesioner pada setiap kelompok usia tidak merata yang menyebabkan salah satu kelompok usia lebih banyak responden yang nantinya berpengaruh pada prevalensi depresi yang didapat dari setiap kelompok usia.

Tabel 4.15 Distribusi Sampel Berdasarkan Suku

Suku Bukan Depresi

Depresi Ringan

Depresi Sedang

Depresi Sedang Berat

Depresi Berat

Jumlah %

Jawa 47 21 5 2 0 75 36,4

Sunda 37 13 3 0 0 53 25,7

Betawi 27 14 2 0 0 43 20,9

Lainnya 19 14 2 0 0 35 17,0

Jumlah 130 62 12 2 0 206 100

Depresi didapati paling banyak didapati pada kelompok suku lain yaitu 16 orang (45,71%) responden dari 35 responden mengalami depresi yang terdiri dari depresi ringan dan depresi sedang. Kemudian diikuti oleh suku Betawi dengan 16 (37,20%) responden dari 43 responden mengalami depresi yang terdiri dari depresi ringan dan depresi sedang. Pada suku Jawa didapati adanya 28 (36,84%) responden dari 75 responden mengalami depresi. Terdiri dari depresi ringan, depresi sedang, dan depresi sedang-berat. Terakhir adalah suku Sunda dimana terdapat kejadian depresi sebesar 16 (30,02%) responden dari 53 responden mengalami depresi yang terdiri dari depresi ringan dan depresi sedang. Berdasarkan total responden, kelompok Suku Jawa merupakan suku yang paling banyak terjadi depresi yaitu sekitar 28 orang (36,4%) dari total 76 orang responden secara keseluruhan mengalami depresi. Dan kelompok


(58)

suku yang terendah adalah suku lain yaitu sebanyak 16 orang (17%) responden yang mengalami depresi. Belum ada penelitian yang meneliti prevalensi depresi antara suku-suku yang ada di Indonesia.

Tabel 4.16 Dsitribusi Sampel Berdasarkan Agama

Agama Bukan Depresi

Depresi Ringan

Depresi Sedang

Depresi Sedang Berat

Depresi Berat

Jumlah %

Islam 122 50 10 2 0 184 89,3

Protestan 8 11 1 0 0 20 9,7

Katolik 0 1 1 0 0 2 1,0

Jumlah 130 62 12 2 0 206 100

Berdasarkan jumlah responden dari setiap kelompok agama, depresi paling banyak didapati pada agama katholik yaitu sebanyak 2 (100%) dari 2 responden mengalami depresi yang terdiri dari depresi ringan dan depresi sedang. Kemudian diikuti oleh agama kristen protestan yaitu sebanyak 12 (60%) responden mengalami depresi yang terdiri dari depresi ringan dan depresi sedang. Terakhir adalah agama islam yaitu 62 (33,70%) responden mengalami depresi yang terdiri dari depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat. Sedangkan berdasarkan kejadian depresi secara keseluruhan, agama islam adalah yang terbanyak yaitu sebanyak 62 (84,93%) dari 73 responden secara keseluruhan mengalami depresi, diikuti oleh agama kristen protestan sebanyak 12 (17,10%) responden dan katholik dengan 2 (2,63%) responden yang mengalami depresi. Penelitian terkait depresi dan hubunganya dengan agama belum ada di Indonesia.


(59)

Tabel 4.17 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Bukan Depresi Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Sedang Berat Depresi Berat

Jumlah %

Tidak

Sekolah 0 0 0 0 0 0 0

SD 17 5 1 1 0 24 11,65

SMP 22 8 1 0 0 31 15,05

SMA 76 46 9 0 0 131 63,60

Perguruan

Tinggi 15 3 1 1 0 20 9,70

Jumlah 130 62 12 2 0 206 100

Kejadian depresi paling banyak didapati pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 55 (41,98%) respondenya mengalami depresi yang terdiri dari depresi ringan dan sedang. Dan kejadian depresi paling sedikit didapati pada responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi, sebanyak 5 (25%) responden mengalami depresi yang terdiri dari depresi ringan, sedang, dan sedang-berat. Sedangkan untuk tingkat pendidikan terakhir SD sebanyak 7 (29,16%) responden mengalami depresi dan SMP sebanyak 9 (29,03%) responden. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Stephanie A (2005) di Amerika Serikat depresi semakin tinggi prevalensinya dengan tingkat pendidikan yang tinggi pula, namun pendidikan yang rendah berhubungan dengan kejadian depresi hanya pada responden Mexican American. 34

Tabel 4.18 Distribusi Sampel Berdasarkan Penghasilan

Penghasilan Bukan Depresi Depresi Ringan Depresi Sedang Depresi Sedang Berat Depresi Berat

Jumlah %

<5.000.000 112 54 11 2 0 179 86,9 5.000.000-

10.000.000 16 8 1 0 0 25 12,1

10.000.001-

15.000.000 0 0 0 0 0 0 0

15.000.001-

20.000.000 2 0 0 0 0 2 1,0

>20.000.000 0 0 0 0 0 0 1

Jumlah 130 62 12 2 0 206 100

Dari tabel didapakan kejadian depresi paling banyak terjadi pada responden yang berpenghasilan >Rp.5.000.000 dengan angka kejadian sebanyak 67 (36,89%)


(60)

dari 179 responden mengalami depresi. Kemudian diikuti oleh yang berpenghasilan Rp.5.000.000-10.000.000 sebanyak 9 (36%) dari 25 respondenya mengalami depresi yang terdiri dari depresi ringan dan depresi sedang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Stephanie A (2005) di Amerika Serikat Depresi lebih banyak 1,5 kali pada orang dengan tingkatan ekonomi rendah dibandingkan dengan yang tingkat ekonominya cukup.

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui korelasi antara variabel independen yaitu obesitas dan variabel dependen yaitu tingkat depresi. Analisis menggunakan Chi Square, namun karena ada lebih dari 1 tabel yang memiliki nilai expected count < 5 (Sopiyudin, 2009), maka tidak memenuhi syarat untuk uji Chi Square sehingga dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov sebagai uji alternatif.

Tabel 4.19 Analisis Bivariat Perbedaan Obesitas dan Non Obesitas dengan Kejadian Depresi

*Uji Kolmogorov-Smirnov

Dengan analisis Kolmogorov-Smirnov, diperoleh nilai significancy adalah 0.018, karena nilai p< 0.05 maka, dinyatakan bahwa terdapat berbeda bermakna antara obesitas dengan kejadian depresi pada populasi ibu rumah tangga di Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur.

Tidak Depresi Depresi Ringan Depresi Sedang

N % N % N %

Obesitas Obesitas 54 26,21 41 19,90 7 3,39

Tidak Obesitas 76 36,90 21 10,20 5 2,43

Total 130 63,11 62 30,10 12 5,82

Depresi Sedang-Berat Depresi Berat p*

N % N %

Obesitas Obesitas 1 0,48 0 0 0.018

Tidak Obesitas 1 0,48 0 0


(1)

56

Lampiran 1 Hasil Uji Statistik

a. Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner

Cronbach’s Alpha N of Items

.714 9

b. Uji Kolmogorov-Smirnov Perbandingan Kejadian Depresi pada Ibu Rumah Tangga dengan Obesitas Dan Tanpa Obesitas di Daerah Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur.

Distribusi depresi responden

Most Extreme Differences Absolute .214

Positive .000

Negative -.214

Kolmogorov-Smirnov Z 1.533


(2)

Lampiran 2 Kuesioner Depresi HPQ-9 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Nurul Fatimah / 1111103000045 adalah mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang

melakukan penelitian tentang “Hubungan Kejadian Obesitas Dengan Depresi Yang Dialami Oleh Ibu Rumah Tangga Di Wilayah Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir sebagai persyaratan meraih gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Untuk keperluan tersebut, saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak memberikan dampak yang membahayakan. Saya mohon kesediaanya untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya demi ketepatan data dan analisis penelitian.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Saudara nantinya akan mengisi beberapa data mengenai identitas saudara di halaman pertama, sedangkan data mengenai berat badan dan tinggi badan akan dilakukan oleh saya selaku peneliti. Kemudian di halaman berikutnya saudara akan diberikan sembilan pertanyaan terkait dengan keadaan depresi. Kesediaan saudara dalam penelitian ini penting peranya untuk melihat hubungan antara obesitas dan depresi demi peningkatan kualitas hidup yang lebih baik di masa mendatang. Jika saudara sudah mengerti dengan penjelasan tersebut, dan saudara bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti bahwa saudara mengerti dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Terimakasih atas partisipasi saudara dalam penelitian ini.

Jakarta, 2014

Peneliti Responden


(3)

Kuesioner

Hubungan Kejadian Obesitas Dengan Depresi Yang Dialami Oleh Ibu Rumah Tangga Di Wilayah Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur

Kode Responden* :

Berat Badan Responden* :

Tinggi Badan Responden* :

Indeks Masa Tubuh* :

*diisi oleh peneliti

Identitas Responden (diisi oleh responden)

Nama : ... Umur : ... tahun

Alamat : ... ... Suku : ... Agama : ... Pekerjaan : ...

Pendidikan : Tidak sekolah / SD / SMP / SMA / PT

Penghasilan Keluarga : 1. <Rp.5.000.000

(per bulan) 2. Rp. 5.000.001-Rp.10.000.000 3. Rp. 10.000.001-Rp. 15.000.000 4. Rp. 15.000.001-Rp.20.000.000 5. > Rp. 20.000.000


(4)

Kuesioner Tingkat Depresi

Selama 2 minggu terakhir, sesering apakah Anda pernah merasa terganggu oleh gejala berikut. Jika ya, berikan tanda  pada kolom jawaban yang menurut anda cocok.

Terima kasih atas kesediaan Anda menjawab pertanyaan ini.

No Pertanyaan Tidak

Pernah Beberapa Hari Dalam Semingg Lebih Dari Seminggu Hampir Setiap Hari 1 Saya merasa kepuasan dan minat

saya menurun saat melakukan kegiatan sehari-hari

2 Saya merasa sedih, depresi, atau hilang harapan

3 Saya mengalami gangguan saat tidur, atau tidur terlalu banyak 4 Saya merasa mudah lelah atau

merasa hanya memiliki sedikit energi.

5 Saya merasa nafsu makan saya menurun atau meningkat

6 Saya merasa diri saya buruk, saya merasa gagal dan saya mengecewakan keluarga saya

7 Saya merasa sulit

berkonsentrasi, seperti saat membaca koran atau menonton televisi.

8 saya merasa (atau orang lain merasa) bahwa saya bergerak sangat pelan atau sangat cepat lebih dari biasa

9 Saya merasa saya pantas

dihukum, dan saya merasa saya ingin mengakhiri hidup saya


(5)

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Kelurahan Cililitan, Jakarta Timur


(6)

Lampiran 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurul Fatimah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 September 1993

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pala II No.80, Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Nomor Telepon/HP : 021-8407505/087883446039

Email : nurulfatimah@live.com

Riwayat Pendidikan:

1. Taman Kanak-Kanak Dinamika (1998-1999) 2. SD Negeri Lubang Buaya 04 (1999-2005) 3. SMP Negeri 81 Jakarta (2005-2008) 4. SMA Negeri 48 Jakarta (2008-2011)

5. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011 – sekarang)