Konseptual Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis

c. Teori Keadilan Teori keadilan menjelaskan bahwa dalam menegakkan hukum seorang Hakim juga harus memperhatikan teori keadilan hukum dan juga harus melihat fakta kongkret dalam persidangan. Karena melihat rasa keadilan tidak tepat apabila terdakwanya semata-mata bukan atas dasar niat jahat dan sudah berusia lanjut, di bawah umur atau karena suatu keadaan tertentu yang sepatutnya tidak diganjar dengan hukuman pidana penjara maka Hakim harus dapat memberikan pertimbangan sesuai dengan rasa keadilan. Nilai hukum dan rasa keadilan Hakim jauh lebih diutamakan dalam mewujudkan hukum yang berkeadilan. Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa hakim wajib memutuskan tiap-tiap perkara, menafsirkan atau menjelaskan Undang-undang jika tidak jelas dan melengkapinya jika tidak lengkap. Tetapi penfsiran hakim mengenai undang-undang dan ketentuan yang dibuatnya itu, tidak mempunyai kekuatan mengikat umum, tapi hanya berlaku dalam peristiwa-peristiwa tertentu. Karena itu secara prinsip, hakim tidak terikat oleh putusan-putusan hakim lainnya.

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang mengambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus, yang merupakan kumpulan dalam arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin tahu akan diteliti. 7 Adapun Konseptual yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: A. Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana dalam istilah asing disebut juga dengan teorekenbaardheid atau criminal responsibility yang menjurus kepada 7 Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Pres. Jakarta. pemidanaan petindak dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka dipertanggung jawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak. 8 B. Pembunuhan Pembunuhan adalah perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, di mana perbuatan tersebut merupakan kejahatan yang telah diatur dalam ketentuan yang ada dalam KUHP. 9 C. Anak Dalam Undang-Undang Negera Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 yang dimaksud dengan anak adalah : 1. Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 8 delapan tahun tetapi belum mencapai umur 18 delapan belas tahun dan belum pernah kawin. 2. Anak Nakal adalah : a. Anak yang melakukan tindaka pidana; atau b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. 10 c. Dibawah Umur Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat 2 yang berbunyi: “ Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 delapan tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun deklapan belas 8 Saleh, Roeslan. 1981. Perbuatan Dan Pertanggung Jawaban Pidana. Aksara Bara, Jakarta. 9 Muladi dan Barda Nawawi Arief. 2005. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Alumni. Bandung. 10 Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. tahun dan belum pernah menikah .” Jadi dalam hal ini pengertian anak dibatsi dengan syarat sebagai berikut: pertama, anak dibatasi dengan umur antara 8 delapan sampai dengan 18 delapan belas tahun. Sedangkan syarat kedua si anak belum pernah kawin. Maksudnya tidak sedang terikat dalam perkawinan ataupun pernah kawin dan kemudian cerai. Apabila si anak sedang terikat dalam perkawinan atau perkawinanya putus karena perceraian, maka sianak dianggap sudah dewasa walaupun umurnya belum genap 18 delapan belas tahun.

E. Sistematika Penulisan