PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Perkara No : 445/Pid/A/2012/PN.TK)

(1)

ABSTRAK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

(Studi Perkara No : 445/Pid/A/2012/PN.TK)

Oleh

CINDY CINTHIYA F.R

Seseorang yang tanpa hak dan melawan hukum melakukan tindak pidana pembunuhan berencana diputus pengadilan bersalah dan terbukti melanggar Pasal 340 KUHP, seperti putusan pengadilan dengan nomor putusan 445/pid/A/2012/PN.TK yang menjatuhkan vonis kepada seorang anak pelaku pembunuhan berencana. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1). Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana pembunuhan berencana (2). Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana pembunuhan berencana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana terhadap tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan oleh anak, yang di dalam penulisan ini adalah pertanggungjawaban tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa berupa pembunuhan berencana terhadap orang dewasa, serta dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana pembunuhan berencana.

Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan normatif empiris. Analisis data yang digunakan dengan cara analisis kualitatif, analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas, dan terperinci yang kemudian diinterprestasikan untuk memperoleh kesimpulan.

Hasil penelitian dan pembahasan berupa (a). Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 445/pid/A/PN.TK, pertanggungjawaban pidana yang diterima oleh anak dalam perkara ini 1 (satu) tahun lebih berat dari tuntutan jaksa dan anak dianggap telah mampu membedakan yang baik dan yang buruk dengan usianya yang sudah tergolong remaja yaitu 15 (lima belas) tahun. (b). Hakim juga mempertimbangkan dari sisi keluarga korban yang kehilangan salah seorang anggota keluarganya akibat perbuatan terdakwa, dan dikhawatirkan akan timbul masalah dan tindak pidana baru jika terdakwa divonis bebas, kemudian melihat dari fakta-fakta di persidangan, sehingga terdakwa dijatuhi hukuman dengan vonis 8 (delapan) tahun penjara, 1 (satu) tahun lebih berat dari tuntutan penuntut umum karena hakim


(2)

CINDY CINTHIYA F.R menganggap tuntutan penuntut umum dengan vonis 7 (tujuh) tahun penjara kurang tepat dan kurang memenuhi rasa keadilan.

Saran penulis dalam penelitian ini adalah : (a). Pertanggungjawaban pidana bagi pelaku anak yang walaupun usianya sudah tergolong remaja, hendaknya dipertimbangkan juga mengenai dampak psikologis dan masa depan bagi anak tersebut. (b). Pertanggungjawaban pidana bagi anak yang melakukan pembunuhan berencana, saran penulis sebaiknya dijadikan anak Negara saja agar dapat dibina dan diajarkan hal-hal yang bermanfaat. (c). Hakim sebaiknya melihat dari sisi keadilan bagi anak dalam menjatuhi hukuman.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. ... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 8

E. Sistematika Penulisan. ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban Pidana ... 14

B. Tindak Pidana Pembunuhan Berencana ... 18

C. Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Sesuai Sistem Peradilan Pidana Anak ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah. ... 30

B. Sumber dan Jenis Data. ... 31

C. Penentuan Narasumber ... 32

D. Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ... 32

E. Analisis Data... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ……….. 34

B. Gambaran Umum Perkara Putusan Nomor 445/pid.A/2012/PN.TK. 35 C. Pertanggungjawaban Pidana terhadap Anak yang Melakukan Pembunuhan Berencana………... …… 39


(8)

D. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana terhadap Anak

yang Melakukan Pembunuhan Berencana……… 47

V. PENUTUP

A. Simpulan………... 56

B. Saran………. 57


(9)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara, anak juga merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan menentukan nasib suatu bangsa, namun pada jaman globalisasi seperti sekarang ini terdapat banyak faktor serta hal yang membuat sang anak melakukan kegiatan yang menyimpang dari perilaku anak seharusnya sehingga mengakibatkan terjadinya kenakalan anak1. Faktor- faktor tersebut mengakibatkan terjadinya tindak pidana yang pelakunya adalah anak di bawah umur.

Setiap orang, baik dewasa maupun yang tergolong anak tidak bisa lepas dari hukuman ketika melakukan tindak pidana. Akan tetapi, undang-undang telah membuat pemisahan hukuman yang dilakukan orang dewasa dan usia anak. Mahkamah Konstitusi (MK) melalui Keputusan MK No. 1/PUU-VIII/2010 menyatakan bahwa batas usia minimum (minimum age floor) dari anak nakal (deliquent child) yakni 12 tahun.

1

Tri andrisman.2013.Hukum Peradilan Anak.Bandar Lampung.Universitas Lampung, hlm 6. Kenakalan anak adalah perbuatan yang dilakukan oleh anak, baik sendiri maupun bersama-sama yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum pidana ataupun bukan hukum pidana maupun melakukan perbuatan yang oleh masyarakat dianggap sebagai perbuatan tercela.


(10)

2

Putusan MK tesebut menilai bahwa batas umur 8 tahun dalam Undang-Undang Pengadilan Anak No 3 Tahun 1997 masih terlalu rendah. Anak dapat dijatuhi hukuman pidana jika telah berusia 12 tahun, pidana yang dijatuhkan pada anak yaitu pidana pokok berupa, pidana penjara maksimal 10 tahun, pidana kurungan, pidana denda atau pidana pengawasan. Pidana tambahan terhadap anak yaitu berupa perampasan barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi.

Tindakan yang dijatuhkan kepada anak nakal bisa berupa mengembalikan anak kepada orang tua, wali atau orang tua asuh, menyerahkan kepada Negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja, menyerahkan kepada Departemen Sosial atau organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan dan latihan kerja. Hal tersebut dapat disertai teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh hakim2.

Setiap tahunnya, kenakalan yang dilakukan oleh anak selalu bertambah karena buruknya pergaulan, pengaruh lingkungan, serta faktor usia anak yang cenderung masih labil dan belum bisa mengkontrol emosinya. Kasus pembunuhan berencana yang pelakunya adalah seorang anak di bawah umur jarang terjadi, namun hal ini masuk ke dalam kenakalan anak.

Keluarga juga merupakan salah satu penyebab anak melakukan tindak pidana, keluarga yang tidak harmonis dan broken home membuat anak menjadi kurangnya perhatian dari kedua orangtuanya atau bahkan sebagai bentuk protes atas rasa kesal kepada orangtuanya sehingga melakukan hal-hal negatif.

2

Marlina.2009.Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice.Bandung.PT Refika Aditama, hlm 29.


(11)

3

Usia yang masih labil pun ikut mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak, mereka belum bisa berpikir panjang tentang dampak yang akan terjadi apabila melakukan perbuatan dan perilaku negatif tersebut, serta lingkungan tempat anak bersosialisasi yaitu lingkungan sekolah, rumah dan lingkungan tempat bermainnya.

Lingkungan merupakan institusi pendidikan kedua setelah keluarga, sehingga kontrol di sekolah dan siapa teman bermain anak juga mempengaruhi kecenderungan kenakalan anak yang mengarah pada perbuatan melanggar hukum. Tidak semua anak dengan keluarga tidak harmonis memiliki kecenderungan melakukan pelanggaran hukum, karena ada juga kasus dimana anak sebagai pelaku ternyata memiliki keluarga yang harmonis. Hal ini dikarenakan begitu kuatnya faktor lingkungan bermainnya yang negatif.

Lingkungan merupakan tempat paling berpengaruh pula bagi perkembangan dan perilaku anak, jika anak tumbuh dan berkembang di lingkungan yang baik maka akan baik pula perilakunya. Sebaliknya, jika anak tumbuh dan berkembang di lingkungan yang buruk dan lebih mengarah ke hal-hal yang bersifat negatif, maka perilaku yang dilakukan oleh anak juga cenderung negatif.

Seorang anak yang sedang berada dalam usia remaja atau sedang dalam perkembangan kearah dewasa, terkadang melakukan perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri. Perbuatan yang lepas kontrol seperti melakukan tindak pidana, selain merugikan oranglain juga ikut merugikan dirinya sendiri, namun terkadang mereka berpikir akan merasa puas jika melakukan hal-hal atau perbuatan yang bertentangan dengan norma hukum.


(12)

4

Faktor pergaulan atau pertemanan pun menjadi salah satu pengaruh perilaku anak, jika anak berteman dengan orang-orang yang selalu berperilaku negatif maka anak akan mengikuti teman-teman nya melakukan hal-hal negatif begitu juga sebaliknya.

Perkembangan jaman pada masa sekarang ini cenderung tidak hanya orang dewasa yang melakukan tindak pidana namun juga anak pun dapat melakukan tindak pidana. Anak yang seharusnya masih bermain dengan teman-temannya dan belajar di sekolah harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dan berhadapan dengan hukum.

Kenakalan anak berupa pembunuhan berencana, dapat pula dilatarbelakangi karena rasa terlalu kesal sehingga mengakibatkan dendam yang kemudian mencari segala cara untuk dapat melampiaskan kekesalan atau emosinya kepada orang yang ditujunya sehingga tidak dapat berpikir panjang yang mengakibatkan memiliki niat untuk menghabisi nyawa musuhnya dan kemudian merencanakan suatu pembunuhan.

Kenakalan anak yang dilakukan oleh terdakwa tergolong suatu tindak pidana yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum pidana. Terdakwa melakukan tindak pidana pembunuhan berencana kepada korbannya karena motif dendam. Korban selalu menuduh terdakwa mencuri handphone miliknya, karena tuduhan tersebut terdakwa menjadi kesal sehingga terdakwa berencana untuk menghabisi nyawa korban.


(13)

5

Terdakwa berpura-pura meminta gula pasir kepada korban, setelah korban mengambilkan 1 (satu) gelas gula pasir kepada terdakwa, gula pasir tersebut segera diserahkan pada terdakwa dan korban menutup kembali pintu rumahnya namun tidak menutup rapat, melihat pintu rumah korban tidak terkunci terdakwa segera meletakkan gula pasir tersebut dan masuk ke dalam rumah korban.

Terdakwa berhadapan dengan korban tersebut terdakwa menusukkan pisau yang dibawanya kebagian dada kanan korban, setelah itu terdakwa sempat pergi ke depan untuk mengunci pintu dan kembali lagi pada korban, kemudian terjadi tarik menarik sehingga mengakibatkan terdakwa dan korban jatuh dilantai dengan posisi terdakwa berada diatas badan korban, lalu terdakwa menusuk paha sebelah kanan korban.

Akibat perbuatannya, korban dilarikan ke rumah sakit dan meninggal dunia pada malam hari nya. Terdakwa dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara karena didakwa telah melanggar Pasal 338 KUHP dan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Namun, di dalam sidang di pengadilan Hakim menjatuhkan vonis terhadap terdakwa dengan hukuman 8 (delapan) tahun penjara., hukuman tersebut lebih berat dari yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Hal tersebut dikarenakan karena perbuatan terdakwa tergolong cukup sadis dan telah menghilangkan nyawa korban3.

Berdasarkan hal tersebut di atas, pada kasus yang terdapat dalam penulisan ini, terdakwa dipengaruhi oleh faktor intern yaitu mencari identitas/jati diri dan sedang berada dalam masa puber jika dilihat dari usianya yang berusia 15 (lima

3


(14)

6

belas) tahun, sehingga tingkat egonya masih tinggi serta pemikirannya yang masih belum stabil (labil) dan tidak berpikir panjang, sehingga ia memiliki pemikiran untuk merencanakan suatu pembunuhan berencana yang dilatarbelakangi oleh dendam yang membuat ia melakukan pembunuhan berencana.

Anak pada kasus ini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya yang menghilangkan nyawa orang lain serta perbuatan yang telah direncanakan terlebih dahulu, faktor dendam karena terlalu kesal selalu dituduh dan diolok sebagai pencuri handphone menjadikannya memiliki niat dan merencanakan untuk menghabisi nyawa korban.

Faktor jauh dari orangtua dan pemikiran yang belum dapat berpikir panjang akan perbuatannya, menjadikannya bertindak melakukan perbuatan yang melawan hukum. Melakukan tindak pidana pembunuhan berencana pada tetangganya yang berakibat korban meninggal dunia karena mengalami luka tusuk dan memar yang disebabkan oleh terdakwa.

Secara psikologis jika dilihat dari segi kejiwaan sang anak yang masih berusia 15 (lima belas) tahun, yang melatarbelakangi anak tersebut melakukan perbuatan tindak pidana dapat juga dilatarbelakangi oleh perkembangan jiwa setelah mendapat perlakuan selalu dituduh dan diolok-olok sebagai pencuri handphone, sehingga ia mengalami sedikit tekanan terutama tekanan emosional yang mengakibatkan memiliki pemikiran jangka pendek untuk melampiaskan kekesalannya dan tidak dapat berpikir jangka panjang sehingga muncul pemikiran untuk menghabisi nyawa korban.


(15)

7

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana pembunuhan berencana ?

2. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana pembunuhan berencana ?

2.Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan pada skripsi ini adalah kajian ilmu hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan peranggungjawaban pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana pembunuhan berencana pada putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 445/pid/A/2012/PN.TK. Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2013 dan ruang lingkup lokasi penelitian adalah pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana terhadap tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan oleh anak, yang di dalam penulisan ini


(16)

8

adalah pertanggungjawaban tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa berupa pembunuhan berencana terhadap orang dewasa, serta dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana pembunuhan berencana.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan praktis:

a. Kegunaan teoritis, digunakan sebagai sarana pemahaman (untuk lebih paham/memahami) tentang pembunuhan berencana khususnya yang dilakukan oleh anak di bawah umur dan mengerti tentang pertanggungjawabannya.

b. Kegunaan Praktis, menyangkut tentang tindak pidana untuk memberi efek jera bagi pelaku dan sebagai contoh untuk yang lain.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti4.

Kerangka teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori pertanggungjawaban pidana dan dasar pertimbangan hakim.

4


(17)

9

a. Pertanggungjawaban pidana

yaitu akibat dari suatu perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Pertanggungjawaban tersebut diberikan sesuai dengan jenis perbuatan pidana yang dilakukan5.

Pertanggungjawaban pidana harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut6 :

1. Kemampuan bertanggung jawab:

Moeljatno menyimpulkan bahwa adanya kemampuan bertanggung jawab harus ada7:

a. Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk; sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum; (faktor akal)

b. Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi. (faktor perasaan/kehendak)

2. Kesengajaan (dolus) & Kealpaan (culpa)

a. Kesengajaan (dolus), ada dua teori yang berkaitan dengan pengertian

“sengaja”, yaitu teori kehendak dan teori pengetahuan atau

membayangkan.

b. Kealpaan (culpa) adalah terdakwa tidak bermaksud melanggar larangan undang-undang, tetapi ia tidak mengindahkan larangan itu. Ia alpa, lalai, teledor dalam melakukan perbuatan tersebut. Jadi, dalam kealpaan terdakwa kurang mengindahkan larangan sehingga tidak berhati-hati

5

Moeljatno.1993.Asas-asas Hukum Pidana.Jakarta.Rineka Cipta, hlm 156. 6

Ibid, hlm 165 7


(18)

10

dalam melakukan sesuatu perbuatan yang objektif kausal menimbulkan keadaan yang dilarang.

Pertanggungjawaban pidana pada anak yang memiliki usia sudah dapat dipidana adalah untuk memberikan efek jera pada sang anak serta sebagai pendidikan untuk anak agar tidak melakukan perbuatan pidana lagi .

b. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana

Seorang hakim haruslah independen, tidak memihak kepada siapapun juga, jika sudah berada di dalam sidang maka semua orang diperlakukan sama. Menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dinyatakan, bahwa setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Hakim sebagai orang yang menjalankan hukum berdasarkan demi keadilan di dalam menjatuhkan putusan terhadap perkara yang ditanganinya tetap berlandaskan pada aturan yang berlaku dalam undang-undang dan memakai pertimbangan berdasarkan aturan yang berlaku dalam undang-undang, memakai pertimbangan berdasarkan data-data autentik serta para saksi yang dapat dipercaya.

Putusan Hakim harus berdasarkan penafsiran hukum yang sesuai dengan rasa keadilan yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat, juga faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor budaya, sosial, ekonomi, politik dan lain-lain.


(19)

11

Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap kasus yang sama dapat berbeda karena antara hakim satu dengan yang lainnya mempunyai cara pandang serta dasar pertimbangan yang berbeda pula.

Menurut Mackenzie ada beberapa teori pendekatan yang dapat digunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan menjatuhkan putusan dalam suatu perkara yaitu sebagai berikut8 :

1. Teori Keseimbangan

2. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi 3. Teori Pendekatan Keilmuan 4. Teori Pendekatan Pengalaman 5. Teori Ratio Decidendi

6. Teori Kebijaksanaan

2.Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti atau diketahui9.

a. Pertanggungjawaban pidana adalah akibat dari suatu perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Pertanggungjawaban tersebut diberikan sesuai dengan jenis perbuatan pidana yang dilakukan10.

b. Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya11.

8

Ahmad Rifai.2011.Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif.Sinar Grafika,Jakarta,hlm 105.

9

Soerjono soekanto.1986.Pengantar Penelitian Hukum.UI Press. Jakarta, hlm 124. 10

Moeljatno.1993.Asas-asas Hukum Pidana.Jakarta.Rineka Cipta, hlm 156 11


(20)

12

c. Tindak pidana adalah perbuatan atau tindakan melawan hukum yang berlaku, baik itu pelanggaran atau ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga tindak pidana perlu diatur dengan suatu norma hukum yang berupa sanksi agar dipatuhi dan ditaati12.

d. Pembunuhan berencana adalah suatu pembunuhan biasa seperti Pasal 338 KUHP, akan tetapi dilakukan dengan direncanakan terdahulu. Direncanakan lebih dahulu (voorbedachte rade) sama dengan antara timbul maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara bagaimanakah pembunuhan itu akan dilakukan13.

E. Sistematika Penulisan.

Untuk mempermudah dalam memahami penulisan ini, maka sistematika penulisan disusun sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, permasalahan, ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis, kerangka konseptual dan sistematika penulisan.

12

Moeljatno.op.cit. hlm 156. 13


(21)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam tulisan ini menjelaskan tentang pengertian pertanggungjawaban pidana, pengertian pembunuhan berencana oleh anak, dan pengertian pertimbangan hakim yang digunakan dalam mengambil keputusan.

III. METODE PENELITIAN

Menjelaskan tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam skripsi ini yaitu menjelaskan tentang langkah-langkah yang digunakan dalam menguraikan konsep dan teori hukum, peraturan perundang-undangan dalam hubungannya dengan tindak pidana yang dilakukan oleh terpidana.

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Memuat pembahasan, yang menjelaskan tentang pertanggungjawaban pidana terhadap tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan oleh anak, dan menjelaskan tentang dasar hukum pertimbangan hakim dalam mengambil dan menentukan putusan.

V. PENUTUP

Bab penutup dari penulisan skripsi ini berisikan secara ringkas hasil pembahasan dari skripsi ini dan saran dari penulis serta memuat lampiran-lampiran yang berhubungan dengan skripsi ini.


(22)

31

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah.

Pembahasan Skripsi ini dilakukan dengan pendekatan normatif empiris. Menggunakan pendekatan normatif empiris karena skripsi ini memfokuskan pada studi perkara sehingga pendekatan atau metode yang digunakan adalah normatif dengan menggunakan dokumen-dokumen serta buku-buku literatur yang berhubungan dengan pertanggungjawaban pidana terhadap tindak pidana pembunuhan berencana berdasarkan Nomor Putusan 445/pid/A/2012/PN.TK.

Empiris dengan mewawancarai narasumber secara mendalam yang berkaitan dengan tindak pidana pembunuhan berencana khususnya yang dilakukan oleh anak, dengan begitu dapat diketahui informasi-informasi mengenai objek penelitian dalam penulisan ini dan dengan adanya wawancara oleh narasumber dapat diketahui dengan jelas bagaimana duduk perkara, bentuk pertanggungjawaban, serta dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan untuk perkara tindak pidana pembunuhan berencana berdasarkan Nomor Putusan 445/pid/A/2012/PN.TK.


(23)

32

B. Sumber dan Jenis Data.

Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer dan sekunder. 1. Data Primer

Yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif (memaksa)1 Adapun yang menjadi bahan hukum primer dalam tulisan ini adalah berupa wawancara dengan responden, untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Yaitu data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data sekunder dalam penelitian ini, terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer :

(1). Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945.

(2). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 Tentang Berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(3). Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. (4). Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman.

(5). Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

b. Bahan Hukum Sekunder :

Bahan hukum sekunder dapat bersumber dari bahan-bahan hukum yang melengkapi hukum primer dan peraturan perundang-undangan lain yang sesuai dengan masalah dalam penelitian ini.

1

Prof Peter Mahmud Marzuki 2008, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Edisi I Cet ke-4 Jakarta,


(24)

33

b. Bahan Hukum Tersier.

Bahan Hukum tersier dapat bersumber dari berbagai bahan seperti teori atau pendapat para ahli dalam berbagai literature/buku hukum, dokumentasi, media massa, kamus hukum, dan sumber dari internet. Selain itu, bahan hukum tersier berasal dari Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 445/pid/A/2012/PN.TK.

C. Penentuan Narasumber

Narasumber adalah orang yg memberi (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber) informasi2

Narasumber dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hakim pengadilan Negeri Tanjung Karang = 2 orang 2. Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung = 1 orang +

Jumlah = 3 orang

D. Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam pembuatan skripsi ini, penulis melakukan dengan cara :

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu dengan cara membaca, mengutip, dan mencatat buku-buku dan peraturan perundang-undangan yang menjadi refrensi untuk skripsi ini.

2


(25)

34

b. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer. Studi lapangan dilakukan dengan metode wawancara dengan mewawancarai Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang, serta dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Prosedur Pengolahan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research), yang dilakukan melalui serangkaian membaca, mencatat dan mengutip dari sumber-sumber baik primer maupun sekunder yang berhubungan dengan permasalahan dalam tulisan, dan juga studi lapangan yang dilakukan dengan mewawancarai secara mendalam (deep interview) para pihak yang berkaitan dengan penelitan ini.

E. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dengan cara analisis kualitatif, analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas, dan terperinci yang kemudian diinterprestasikan untuk memperoleh kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.


(26)

57

V.PENUTUP

A. Simpulan

1. Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang dengan nomor putusan 445/pid/A/2012/PN.TK, hakim menjatuhkan vonis kepada terdakwa selama 8 (delapan) tahun penjara, dan ini lebih berat 1 (satu) tahun dari tuntutan penuntut umum karena hakim berpendapat bahwa perbuatan anak tersebut tergolong cukup sadis karena setelah menusukkan pisau ke dada kanan korban, pelaku sempat pergi menguci pintu dan karena melihat korbannya belum meninggal dan sempat melawan, maka pelaku menusukkan pisau kembali ke paha kanan korban, sehingga vonis 8 (delapan) tahun penjara dijatuhi kepada terdakwa .

2. Abdaus Salam bin Dahri Manan telah terbukti secara sah telah melakukan pembunuhan berencana yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain dan terbukti telah melanggar Pasal 340 KUHP, dan motif yang dilakukan terdakwa adalah karena rasa sakit hati yang selalu diolok-olok dan dituduh korban sebagai pencuri HP milik korban. Hakim lebih mempertimbangkan pada sisi keluarga korban serta melihat dari fakta-fakta di persidangan dan dari usia korban yang dianggap remaja dan cukup mampu untuk membedakan yang baik dan yang buruk sehingga dapat


(27)

58

dipertanggungjawabkan perbuatannya dengan vonis 8 (delapan) tahun penjara.

B. Saran

Saran penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pertanggungjawaban pidana bagi pelaku anak yang walaupun usianya sudah tergolong remaja, hendaknya dipertimbangkan juga mengenai dampak psikologis dan masa depan bagi anak tersebut.

b. Pertanggungjawaban pidana bagi anak yang melakukan pembunuhan berencana, saran penulis sebaiknya dijadikan anak Negara saja agar dapat dibina dan diajarkan hal-hal yang bermanfaat.

c. Hakim sebaiknya melihat dari sisi keadilan bagi anak tersebut dalam menjatuhi putusan.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Andi Zainal. 1985. Asas-Asas Hukum Pidana: Bagian Pertama, Alumni, Bandung.

Affandi, Wahyu.2001.Hakim dan Penegakkan Hukum.Bandung.Alumni

Andrisman,Tri. 2013. Hukum Peradilan anak. Universitas Lampung Bandar Lampung.

Djamil,M.Nasir.2012.Anak Bukan Untuk Dihukum.Jakarta.Sinar Grafika. Format penulisan Karya Ilmiah, Universitas Lampung.2010..Bandar

Lampung.Universitas lampung.

Gultom,Maidin.2006.Perlindungan Hukum Terhadap Anak.Bandung.Refika Aditama.

Gunadi,Ismu.2011.Cepat dan Mudah memahami HukumPidana.Surabaya.Prestasi Pustaka Publisher.

Hadikusuma, Hilman.2013.Metode Pembuatan Kertas Kerja Atau Skripsi Ilmu Hukum.Bandung.CV Mandar Maju.

Hamzah, Hatrik,1996. Asas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana

Indonesia, Jakarta:Raja Grafindo. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Marzuki, Mahmud 2008. Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Edisi I Cet. ke-4 Jakarta

Marlina.2009.Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice.Bandung.PT Refika Aditama


(29)

Moeljatno. 1995. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Muhammad,Abdulkadir.2004.Hukum dan Penelitian Hukum.Bandung.Citra Aditya.

Peter Mahmud Marzuki 2008, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Edisi I Cet ke-4 Jakarta.

Rifai,Ahmad.2011. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam perspektif Hukum Progresif.Jakarta.Sinar Grafika.

Saleh, Ruslan.1995. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rajawali.

Samodjo, 1985. Ringkasan dan Tanya Jawab Hukum Pidana. Bandung, Armico Soetodjo,wagiati.2005.Hukum Pidana Anak.Bandung.Refika Aditama.

Utrech. 1965. Hukum Pidana I. Universitas, bandung.

Wagiati soetodjo.2005. Hukum Pidana Anak.bandung.Refika Aditama. Zainal Abidin Farid.1995.Istilah Perbuatan Pidana.Jakarta.

Undang – Undang

Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 Tentang Berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Undang–Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.


(30)

Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor. 1/PUU-VIII/2010 Tentang Batas Usia Anak Dapat Dipidana

Keppres No. 36 Tahun 1990 Ratifikasi Konvensi Internasional Tentang Hak-hak Anak (Children Rights Convention),


(1)

34

b. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer. Studi lapangan dilakukan dengan metode wawancara dengan mewawancarai Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang, serta dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Prosedur Pengolahan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research), yang dilakukan melalui serangkaian membaca, mencatat dan mengutip dari sumber-sumber baik primer maupun sekunder yang berhubungan dengan permasalahan dalam tulisan, dan juga studi lapangan yang dilakukan dengan mewawancarai secara mendalam (deep interview) para pihak yang berkaitan dengan penelitan ini.

E. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dengan cara analisis kualitatif, analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas, dan terperinci yang kemudian diinterprestasikan untuk memperoleh kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.


(2)

57

V.PENUTUP

A. Simpulan

1. Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang dengan nomor putusan 445/pid/A/2012/PN.TK, hakim menjatuhkan vonis kepada terdakwa selama 8 (delapan) tahun penjara, dan ini lebih berat 1 (satu) tahun dari tuntutan penuntut umum karena hakim berpendapat bahwa perbuatan anak tersebut tergolong cukup sadis karena setelah menusukkan pisau ke dada kanan korban, pelaku sempat pergi menguci pintu dan karena melihat korbannya belum meninggal dan sempat melawan, maka pelaku menusukkan pisau kembali ke paha kanan korban, sehingga vonis 8 (delapan) tahun penjara dijatuhi kepada terdakwa .

2. Abdaus Salam bin Dahri Manan telah terbukti secara sah telah melakukan pembunuhan berencana yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain dan terbukti telah melanggar Pasal 340 KUHP, dan motif yang dilakukan terdakwa adalah karena rasa sakit hati yang selalu diolok-olok dan dituduh korban sebagai pencuri HP milik korban. Hakim lebih mempertimbangkan pada sisi keluarga korban serta melihat dari fakta-fakta di persidangan dan dari usia korban yang dianggap remaja dan cukup mampu untuk membedakan yang baik dan yang buruk sehingga dapat


(3)

58

dipertanggungjawabkan perbuatannya dengan vonis 8 (delapan) tahun penjara.

B. Saran

Saran penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pertanggungjawaban pidana bagi pelaku anak yang walaupun usianya sudah tergolong remaja, hendaknya dipertimbangkan juga mengenai dampak psikologis dan masa depan bagi anak tersebut.

b. Pertanggungjawaban pidana bagi anak yang melakukan pembunuhan berencana, saran penulis sebaiknya dijadikan anak Negara saja agar dapat dibina dan diajarkan hal-hal yang bermanfaat.

c. Hakim sebaiknya melihat dari sisi keadilan bagi anak tersebut dalam menjatuhi putusan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Andi Zainal. 1985. Asas-Asas Hukum Pidana: Bagian Pertama, Alumni, Bandung.

Affandi, Wahyu.2001.Hakim dan Penegakkan Hukum.Bandung.Alumni

Andrisman,Tri. 2013. Hukum Peradilan anak. Universitas Lampung Bandar Lampung.

Djamil,M.Nasir.2012.Anak Bukan Untuk Dihukum.Jakarta.Sinar Grafika. Format penulisan Karya Ilmiah, Universitas Lampung.2010..Bandar

Lampung.Universitas lampung.

Gultom,Maidin.2006.Perlindungan Hukum Terhadap Anak.Bandung.Refika Aditama.

Gunadi,Ismu.2011.Cepat dan Mudah memahami HukumPidana.Surabaya.Prestasi Pustaka Publisher.

Hadikusuma, Hilman.2013.Metode Pembuatan Kertas Kerja Atau Skripsi Ilmu Hukum.Bandung.CV Mandar Maju.

Hamzah, Hatrik,1996. Asas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana

Indonesia, Jakarta:Raja Grafindo. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Marzuki, Mahmud 2008. Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Edisi I Cet. ke-4 Jakarta

Marlina.2009.Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice.Bandung.PT Refika Aditama


(5)

Moeljatno. 1995. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Muhammad,Abdulkadir.2004.Hukum dan Penelitian Hukum.Bandung.Citra Aditya.

Peter Mahmud Marzuki 2008, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Edisi I Cet ke-4 Jakarta.

Rifai,Ahmad.2011. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam perspektif Hukum Progresif.Jakarta.Sinar Grafika.

Saleh, Ruslan.1995. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rajawali.

Samodjo, 1985. Ringkasan dan Tanya Jawab Hukum Pidana. Bandung, Armico Soetodjo,wagiati.2005.Hukum Pidana Anak.Bandung.Refika Aditama.

Utrech. 1965. Hukum Pidana I. Universitas, bandung.

Wagiati soetodjo.2005. Hukum Pidana Anak.bandung.Refika Aditama. Zainal Abidin Farid.1995.Istilah Perbuatan Pidana.Jakarta.

Undang – Undang

Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 Tentang Berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Undang–Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.


(6)

Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor. 1/PUU-VIII/2010 Tentang Batas Usia Anak Dapat Dipidana

Keppres No. 36 Tahun 1990 Ratifikasi Konvensi Internasional Tentang Hak-hak Anak (Children Rights Convention),


Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

ANALISIS PROSES PERADILAN PIDANA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCABULAN (Studi Kasus Nomor Perkara: 460/Pid.B/2007/PN.TK)

0 32 81

ANALISIS PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Perkara Nomor 892/Pid.SUS (A)/2011/ PN.TK)

0 9 60

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang No. 508/ PID/B 2011/PN.TK)

3 17 55

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi Perkara No : 1083/Pid.B (A)/2011/PN.TK)

0 8 73

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANGGOTA KEPOLISIAN YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK (Studi Pada Putusan Nomor 116/Pid.B/2012/PN.TK)

0 11 52

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Perkara Nomor 791/PID.A/2012/PN.TK)

1 12 47

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (Studi Putusan Nomor: 791/Pid.A/2012/PN.TK)

2 26 62

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEGAWAI PDAM WAY RILAU BANDAR LAMPUNG YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN SOLAR (Studi Putusan Nomor: 21/PID/TPK/2012.PN.TK)

4 34 65

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENGEROYOKAN (Studi Perkara No. 1083/Pid.A/2012/PN.TK Kelas IA Tanjung Karang)

2 16 51