Djoko Prakoso juga menyatakan bahwa istilah anak nakal dirasa kurang tepat dan kurang mendukung sanksi terhadap penindakan terhadap anak-anak, sehingga
kiranya istilah “anak nakal” tersebut diganti dengan istilah “petindak anak-anak”, sedangkan tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak digunakan istilah “tindak
pidana anak-anak”. Pengguna istilah tersebut kiranya sudah tepat sebab hanya seseorang anak yang melakukan suatu tindak pidana yang dapat dipidana yang
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana maupun Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997.
E. Sanksi Pidana Bagi Anak yang Melakukan Tindak Pidana
Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Pidana dikatakan bahwa semua anak, asal jiwanya sehat dianggap mampu bertanggungjawab dan dapat dituntut. Secara
yuridis formal, ketentuan pidana yang berlaku bagi anak-anak telah mendapatkan jaminan atas kapasitas hukum, terutama Hukum Pidana terdapat beberapa Pasal
didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang secara langsung mengatur dan menunjuk.
Pasal 45
Dalam hal penentuan pidana terhadap orang yang belum dewasa karena melakukan sesuatu perbuatan sebelum umur enam belas tahun, Hakim dapa
menentukan : Memerintahkan supaya yang bersalah dikembalikan kepada orang tuanya, walinya
atau pemeliharaanya, tanpa pidana apapun. Ataupun memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah tanpa pidana apapun, jika perbuatan
merupakan kejahatan atau salah satu pelanggaran berdasarkan pasal-pasal 489,
490, 492, 496, 497, 503, 505, 514, 517-519, 526, 531, 532, 536 dan 540 serta belum lewat dua tahun sejak dinyatakan bersalah karena melakukan kejahatan
atau salah satu pelanggaran tersebut diatas dan putusannya telah menjadi tetap; atau menjatuhkan pidana kepada yang bersalah.
Pasal 46
1 Jika hakim memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan pada
pemerintah, maka iah dimasukan dalam rumah pendidikan negara supaya menerima pendidikan dan pemerintah atau kemudian hari dengan cara
lain, atau diserahkan kepada seseorang tertentu yang bertempat tuingga di Indonesia atau kepada suatu badan hukum, yayasan atau lembaga amal
yang berkedudukan di Indonesia untuk menyelenggarakan pendidikannya atau kemudian hari atas tanggungan pemerintah, dengan cara lain dalam
kedua hal diatas a\paling lama sampai orang yang bersalah itu mencapai umur 18 delapanbelas tahun.
2 Aturan untuk melaksanakan ayat 1 Pasal ini ditetapkan dengan Undang-
undang.
Pasal 47
1 Jika hakim menjatuhkan pidana meka maksimum pidana pokok terhadap
tindak pidananya dikurangi sepertiga. 2
Jika perbuatan itu merupakan kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara paling lama limabelas tahun.
3 Pidana tambahan didalam Pasal 10 butir b nomor 1 dan 3 tidak diterapkan.
Ketentuan yang diatur dalam Pasal 45, 46 dan 47 ini dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Pasal 67
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, dan yang isinya menyatakan : “Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, maka Pasal 45, 46, dan 47 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan demikian, ketentuan yang mengatur tentan anak yang melakukan tindak
Pidana harus mengacu pada ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak mengatur sanki- sanksi yang dapat dikenakan terhadapa anak sebagaimana ditentukan dalam Pasal
23 sebagai berikut: 1
Pidana yang dapat dijatuhkan pada anak nakal ialah pidana pokok dan piana tambahan.
2 Pidana Pokok yang dapa ditunjuka pada anak nakal ialah :
a. Pidana Penjara b. Pidana Kurungan
c. Pidana Denda d. Pidana Pengawasan
3 Selain Pidana Pokok sebagaimana dimaksud ayat 2 maka terdapat anak
nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan berupa perampasan barang- barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi.
Selanjutnya terdapat pula beberapa jenis tindakan yang dapat dikenakan pada anak yang diatur dalam Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak, sebagai berikut : 1
Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah : a. Mengembalikan kepada orangtua, wali atau orangtua asuh
b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja, atau
c. Menyerahkan kepada Departemen Sosial atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan, pembinaan dan
latihan kerja. 2
Tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 dapat disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh Hakim.
Dalam Konsep KUHP baru Tahun 2012 mengenai Pidana dan tindakan bagi anak diatur dalam Pasal 106 sampai dengan Pasal 123 Konsep KUHP. Ketentuan
tentang Pidana bagi anak diatur dalam Pasal 109 Konsep KUHP sebagai berikut : 1
Pidana Pokok bagi anak terdiri atas : a. Pidana Nominal :
1. Pidana Peringatan, atau 2. Pidana Teguran Keras
b. Pidana dengan syarat : 1. Pidana Pembinaan diluar lembaga,
2. Pidana Kerja Sosial, atau 3. Pidana Pengawasan,
c. Pidana Denda, atau d. Pidana Pembatasan Pembebasan :
1. Pidana Pembinaan didalam lembaga. 2. Pidana Penjara, atau
3. Pidana Tuntutan. 2
Pidana Tambahan terdiri atas : a. Perampasan barang-barang tertentu dan atau tagihan,
b. Pembayaran ganti kerugian, atau c. Pemenuhan kewajiban adat.
Sedangkan mengenai tindakan diatur Pasal 122, yang isinya sebagai berikut : 1
Setiap anak yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dan 35 dapat dikenakan tindakan :
a. Perawatan dirumah sakit jiwa, b. Penyerahan kepada pemerintah, atau
c. Penyerahan kepada seseorang. 2
Tidanakan yang dapat dikenakan terhadap anak tanpa menjatuhkan Pidana Pokok adalah :
a. Pengembalian kepada orang tua, wali, atau pengasuhannya; b. Penyerahan kepada pemerintah;
c. Penyerahan kepada seseorang; d. Keharusan meliputi suatu pelatihan yang diadakan oleh pemerintah
ayau badan swasta; e. Pencabutan surat izin mengemudi;
f. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
g. Perbaikan akibat tindak pidana; h. Rehabilitas; dan
i. Perawatan di lembaga.
Dalam Konsep KUHP ini, ada hal-hal baru yang menarik untuk dikemukakan berkenaan dengan pemidanaan, yang tidak akan ditemui pada hukum positif kita,
antara lain : 1. Anak pelaku yang belum mencapai umur 12 tahun tidak dapat di
pertanggungjawabkan Pasal 106 ayat 1, serta pidana dan tindakan hanya berlaku pada anak berusia antara 12 tahun sampai dengan 18 tahun ayat 2
2. Penerapan pidana pembatasan kebebasan dalam merupakan upaya terakhir, khususnya terhadap tindak pidana berat atau yang disertai dengan kekerasan
Pasal 117 ayat 1. 3. Maksimum pidana pembatasanperampasan kebebasan yang dikenakan
adalah selama-lamanya ½ satu perdua dari maksimum pidana penjara yang diancamkan terhadap orang dewasa Pasal 121 ayat 2.
4. Apabila tindak pidana diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana yang dapat dijatuhkan pada anak adalah Pidana
Penjara selama-lamanya sepuluh tahun Pasal 119 ayat 2.
III. METODE PENELITIAN