I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada awal tahun pelajaran 20062007 telah diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan KTSP
yang merupakan
pengembangan dan
penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus. Penerapan KTSP menjadi tantangan bagi guru untuk meningkatkan
kapasitasnya sebagai tenaga pendidik. Guru dituntut mengoptimalkan seluruh peran yang harus dilaksanakannya dalam proses pembelajaran. Guru
diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran manager, menentukan tujuan pembelajaran director, mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
coordinator, mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar communicator, menyediakan dan memberi kemudahan-kemudahan belajar
facilitator, dan memberikan dorongan belajar stimulator Tirtarahardja dan Sulo, 2000:225
Pelaksanaan pembelajaran ditingkat Sekolah Menengah Atas SMA mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan SNP yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan BSNP. Panduan umumnya memuat ketentuan umum pengembangan KTSP, yang di dalamnya memberikan kesempatan peserta
didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, berakhlak
mulia, berkepribadian, memiliki kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Mengingat adanya keragaman latar belakang, kebinekaan budaya, dan karakteristik peserta didik sebagai masukan dalam sistem pembelajaran, dan di
sisi lain ada tuntutan agar proses pembelajaran mampu menghasilkan lulusan yang bermutu, maka proses pembelajaran harus dipilih, dikembangkan, dan
diterapkan secara luwes dan bervariasi dengan memenuhi kriteria standar. Pembelajaran pada setiap satuan pendidikan setingkat SMA harus interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai degan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik BSNP, 2006 : 2.
Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
standar proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien. Ketentuan dalam standar proses pembelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan hasil pembelajaran pada satuan pendidikan
agar menghasilkan daya saing lulusan yang dapat menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta persaingan global, tanpa membatasi
kreativitas pada satuan pendidikan untuk melakukan pembaharuan proses pembelajaran. Standar proses pembelajaran ini menggunakan paradigma
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, sehingga pendidikan harus memperhatikan keragaman dan keunikan peserta didik yang menjadi tanggung
jawabnya. Oleh karena itu setiap pendidik dituntut memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan.
Beberapa kelemahan pembelajaran matematika siswa kelas X SMAN 7
Bandar Lampung selama ini antara lain guru kurang mampu merumuskan RPP sebagai bahan utama dalam pembelajaran untuk memfasilitasi siswa
memenuhi tuntutan SKL. Materi yang diajarkan kepada peserta didik lebih bersifat ceramah. Selama proses pembelajaran berlangsung peran guru selalu
lebih dominan siswa sangat pasif, minim aktifitas yaitu hanya mendengarkan guru dalam memberikan materi pelajaran. Oleh karena itu, kualitas RPP perlu
ditingkatkan pelaksanaan evaluasi masih perlu diperbaiki, aktivitas belajar masih perlu ditingkatkan yang akhirnya ada peningkatan prestasi belajar
siswa. Berdasarkan hasil observasi terhadap karakteristik siswa kelas X.5 dan X.6
SMAN 7 Bandar Lampung pada mata pelajaran Matematika dengan pokok bahasan penyelesaian persamaan kuadrat dapat dikemukakan bahwa dari sisi
siswa sebagai peserta didik dapat diterapkan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif sederhana yaitu kooperatif tipe STAD yang dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Keaktifan siswa selama ini masih bergantung pada guru sebagai motor penggerak aktivitas belajar mereka.
Keaktifan siswa yang ditampakkan masih terdapat hal-hal yang mengganggu dalam proses pembelajaran, seperti mengobrol dalam kelas yang tidak ada
hubungannya dengan pembelajaran, mengganggu teman, dan melakukan aktivitas lain yang tidak perlu. Rendahnya aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan
metode pembelajaran yang belum bervariasi dan masih berpaku pada metode pembelajaran yang sama. Metode ceramah merupakan pilihan utama dalam
metode pembelajaran. Pada metode pembelajaran ini peran guru akan menjadi sangat dominan, sedangkan siswa ditempatkan sebagai pendengar dan
penonton. Sementara itu untuk hasil belajar siswa tergolong kurang memuaskan, hal ini terlihat dari rata-rata nilai ulangan harian yang hanya
mencapai nilai 53,20 dengan kategori kurang dan KKM mata pelajaran matematika 72 juga belum tercapai.
Upaya-upaya yang telah dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan
rendahnya aktivitas siswa antara lain dengan cara memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Namun pada realisasinya
guru belum dapat meningkatkan aktivitas siswa. Siswa yang aktif hanya terbatas pada siswa-siswa tertentu saja. Selain itu guru juga memberikan tugas
di sekolah maupun memberikan Pekerjaan Rumah PR kepada siswa, akan
tetapi masih banyak di antara siswa yang tidak mengerjakannya. Mereka menunggu pekerjaan temannya selesai, setelah itu mereka menyalin pekerjaan
temannya. Rendahnya aktivitas siswa itu diduga berdampak pada rendahnya prestasi
belajar siswa. Siswa menjadi malas karena kurang termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya yang dilakukan guru sebagai tenaga pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran di dalam kelas yang mampu
membuat peserta didik lebih aktif sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar mereka.
Berdasarkan Peraturan Menteri No. 23 tahun 2006 tentang SKL, siswa SMA
harus memiliki sejumlah kompetensi sebagai berikut : 1 Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja, 2
Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya, 3 Menunjukkan sikap percaya diri dan
bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya, 4 Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial, 5 Menghargai
keberagaman agama, bangsa, suku, ras dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global, 6 Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan
secara logis, kritis, kreatif dan inofativ, 7 Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif dalam pengambilan keputusan, 8
Menunjukkan kemampuan
mengembangkan budaya
belajar untuk
pemberdayaan diri, 9 Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik, 10 Menunjukkan kemampuan menganalisis
dan memecahkan masalah kompleks, 11 Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial, 12 Memanfaatkan lingkungan secara
produktif dan bertanggung jawab, 13 Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, 14 Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya, 15 Mengapresiasi karya seni dan budaya, 16
Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompk, 17 Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan,
18 Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan satuan, 19 Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat, 20
Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain, 21 Menunjukkan keterampilan membaca dan menuliskan naskah secara
sistematis dan estetis, 22 Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahsa Indonesia dan bahasa Inggris, 23
Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi. Dari uraian di atas untuk mata pelajaran matematika digunakan pada nomor 6,
7, 8, 9, dan 10.
Sejalan dengan tuntutan SKL tersebut maka pembelajaran matematika dilaksanakan secara inovatif, kreatif, dan efektif. Hal ini tidaklah mudah
karena masih terdapat kesulitan guru dan siswa di SMA N 7 Bandar Lampung, untuk sama-sama melakukan proses pembelajaran tersebut.
Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah
pembelajaran kooperatif
Cooperative Learning.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang heterogen untuk menyelesaikan suatu tugas
untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa harus saling membantu temannya dalam memahami pelajaran, saling
berdiskusi menyelesaikan tugas, saling bertanya antar teman jika belum memahami pelajaran yang selama ini pembelajaran metode ceramah yang
diterapkan. Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe, diantaranya adalah
STAD, Teams Games Tournament TGT, Jigsaw II, Grup Investigation GI, Team Accelerated Instruction TAI, dan Cooperative Integerated Reading
Compotition CIRC. Bagi pemula, disarankan oleh Pannen 2001:69 untuk menggunakan STAD
karena STAD merupakan bentuk belajar kooperatif yang paling mudah dilakukan. Karena siswa belum terbiasa belajar secara kooperatif maka akan
diterapkan model belajar kooperatif tipe STAD. Pada penelitian ini akan dilakukan studi untuk mengetahui peningkatan aktivitas pembelajaran yang
berpotensi mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, yaitu pembelajaran kooperatif type STAD. Pemilihan pembelajaran kooperatif ini didasarkan atas
karakteristik siswa kelas X di SMAN 7 Bandar Lampung yang kurang aktif, karena pada pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah sesuai dengan pokok
bahasan penyelesaian persamaan kuadrat, terutama kesempatan siswa untuk mengeksplorasi kemampuan belajarnya secara kelompok sehingga diharapkan,
akan terlihat aktifitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung..
1.2 Identifikasi Masalah