Karakterisasi Enzim Selulase Hasil Pemurnian dan Hasil Modifikasi

39 Gambar 12. Diagram alir penelitian. Ekstrak kasar enzim selulase Enzim hasil pemurnian Enzim hasil pemurnian Modifikasi kimia Enzim modifikasi Karakterisasi enzim Penentuan pH dan suhu optimum Penentuan Km dan Vmaks Penentuan stabilitas termal dan pH optimum Uji aktivitas enzim metode Mandels dan penentuan kadar protein metode Lowry Pemurnian : 1. Fraksinasi 2. Dialisis Aspergillus niger L-51 Inokulum Fermentasi Sentrifugasi 58

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ekstrak kasar enzim selulase yang digunakan dalam penelitian ini dihasilkan setelah diinkubasi selama 64 jam pada pH 5 dan suhu 32 C, memiliki aktivitas Unit sebesar 0,5189. 2. Aktivitas spesifik enzim selulase hasil pemurnian 40,6094 Umg, meningkat 13 kali dibandingkan dengan ekstrak kasar enzim yang mempunyai aktivitas spesifik 3,1046 Umg. 3. Enzim hasil pemurnian mempunyai pH optimum 4,5; suhu optimum 50 o C ; K M = 79,96 mgmL substrat ; V maks = 10,14 μmolmL.menit ; k i = 0,0277 menit -1 ; t 12 = 25,02 menit ; ΔG i = 99,96 kJmol. 4. Enzim hasil modifikasi dengan sitrakonat anhidrida 20 μL; 30μL; 40μL dan 50μL mempunyai pH optimum 4; suhu optimum 50 o C ; K M berturut-turut sebagai berikut: 124,24 mgmL; 22,11 mgmL; 36,27 mgmL dan 4877 mgmL; V maks berturut-turut sebagai berikut: 7,22 μmolmL.menit; 1,47 μmolmL.menit; 2,54 μmolmL.menit dan 2,99 μmolmL.menit; k i berturut- turut sebagai berikut: 0,0202; 0,0163; 0,0207 dan 0,0248 menit -1 ; waktu paruh berturut-turut sebagai berikut : 34,31 menit; 42,52 menit, 33,48 menit dan 58 27,94 ; ΔG i berturut-turut sebagai berikut : 100,81 kJmol; 101,38 kJmol; 100,74 kJmol dan 100,25 kJmol. 5. Pada penelitian ini, berdasarkan nilai k i , t 12 dan ΔG i enzim yang dimodifikasi dengan sitrakonat anhidrida 30 µL memiliki tingkat kestabilan tertinggi. 6. Peningkatan stabilitas enzim selulase dari Aspergillus niger L-51, meliputi kestabilan terhadap pH, suhu dan uji stabilitas termal dapat dilakukan dengan cara modifikasi kimia menggunakan sitrakonat anhidrida sehingga dapat diperoleh enzim dengan stabilitas tinggi dan dapat digunakan dalam proses industri yang membutuhkan lingkungan ekstrim.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan untuk mencari kondisi optimum untuk memproduksi enzim selulase sehingga dihasilkan enzim dengan aktivitas yang lebih tinggi, mencari metode pemurnian lain untuk enzim selulase dari Aspergillus niger L-51 lain sehingga dapat dihasilkan enzim dengan tingkat kemurnian tinggi. Pada setiap proses yang melibatkan enzim, khususnya enzim selulase disarankan menggunakan frezeer, es atau dilakukan dalam ruangan dingin, karena enzim sangat rentan terhadap suhu. 59 DAFTAR PUSTAKA Ahern, T.J. and A.M. Klibanov. 1987. Why do enzyme irreversibly inactive at high temperature. Biotec 1. Microbial Genetic Engineering and Enzyme Technology. Gustav Fischer. Stuttgart. New York. Akiba, S., Y. Kiniura, K. Yamamoto, H. Kumagai. 1995. Purification and characterization of a protease.resistant cellulase from Aspergillus niger. Bioengineering. 79:125-130. Anggraini, N. 2011. Peningkatan Kestabilitas Enzim α-amilase dari Bacillus subtilis ITBCCB148 Dengan Modifikasi Kimia Menggunakan Asam Glioksilat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Apriyanti. 2010. Peningkatan Kestabilitas Enzim α-amilase dari Bacillus subtilis ITBCCB148 Dengan Modifikasi Kimia Menggunakan Dimetiladipimidat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Boyer, R.F. 1993. Modern Experimental Biochemistry. Benjamin Cumming Publising Company. California. Busto, M.D., N. Ortega, M. Perez- Mateos. 1995. Induction of β-glukosidase in fungal and soil bacterial cultures. Soil Biology and Biochemistry. 27: 949- 954. Duff, S.J.B and Murray, W.D. 1996. Bioconvertion of forest products industry waste cellulosics to fuel ethanol: a review. Bioresource Technology. 55. 1 –33. Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang Halaman 180-181. 60 Eijnsink, G.H., Sirgit, G. Torben, V. Bertus van de Burg. 2005. Directed Evolution of Enzyme Stability. Biomolecular Engineering. Elsevier Science Inc. New York. 23:21-30. Fan, L.T., Y.H. Lee, M.M. Gharpuray. 1982. The nature of lignocellulosics and their pretreatment for enzymztic hydrolysis. Advances in Biochemical Engineering. 23: 158-187. Fessenden,R.J. and Fessenden, J.S. 1992. Kimia Organik Jilid II. Erlangga. Jakarta. 395-396. Francis, G.E., C. Delgado and D. Fisher. 1992. PEG-modified Proteins In Stability of Protein Pharmaceuticals Part B. Ahern, T.J. and M. C. Manning editor. Plenum Press. New York. 246-247. Goddete, D.W, C. Terri, F.L. Beth, L. Maria, R.M. Jonathan, P.Christian, B.R. Robert, S.Y.Shiow, C.R. Wilson. 1993. Strategy and implementation of a system for protein engineering. Journal of Biotechnology. 28: 41-54. Gunam, I.B.W, Hardiman, T. Utami, 2004. Chemical Pretreatments on Bagasse to Enhance Hydrolysis of Its Cellulose Enzymatically. The 3th Hokkaido Indonesian Student Association Scientific meeting HISAS 3. Sapporo. Janecek, S. 1993. Strategies for Obtaining Stable Enzymes. Process Biochemistry. 28. 435-445. Junita. 2002. Mempelajari Stabilitas Termal Enzim Protease dari Bacillus stearothermophillus Dalam Pelarut Heksana, Toluena, dan Benzena. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kamelia,R, Muliawati S, Dessy N. 2005. Isolasi dan karakterisasi protease intraseluler termostabil dari Bakteri Bacillus stearothermophilus RP1. Seminar Nasional MIPA. Departemen Kimia. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kazan, D, H. Ertan, A. Erarslan. 1997. Stabilization of Escherichia coli Penicillin G Acylase agains thermal Inactivation by cross-linking with dextran dialdehyde polymers. Applied. Microbiology and Biotechnology. 48: 191- 197.