Mekanisme Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

MEKANISME PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

O L E H

ODDY AZHARI LUBIS

072600047

Untuk memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL… ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 3

C.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 6

D.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 6

E.Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 8

F.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 9

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI A.Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 11

B.Struktur organisasi ... 12


(3)

BAB III GAMBARAN TENTANG SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI

A.Uraian teoritis ... 21

1.Pengertian pajak ... 21

2.Dasar hukum... 23

3.Fungsi pajak ... 23

4.Syarat pemungutan pajak ... 23

5.Pengelompokan pajak ... 25

6.Asas pemungutan pajak ... 26

7.Sistem pemungutan pajak ... 27

8.Tarif pajak ... 28

B.Gambaran mengenai pendataan subjek pajak orang pribadi ... 29

1.Subjek pajak ... 29

2.Tidak termasuk subjek pajak ... 29

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A.Analisa pelaksanaan pendataan subjek pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 31

1.Pendaftaran ... 31


(4)

B.Analisa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendataan di Kantor Pelayanaan Pajak... 40 C.Analisa upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi kendala

atau penghambat dalam pelaksanaan pendataan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 43 B.Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 13

Tabel 2 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 13

Tabel 3 Berdasarkan Pangkat/Golongan ... 14

Tabel 4 Berdasarkan Usia ... 14

Tabel 5 Berdasarkan Jabatan ... 15


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

(PKLM)

Peningkatan penerimaan negara dalam negeri memegang peranan penting dan vital dalam kebijaksanaan fiskal, baik negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Peningkatan penerimaan dalam negeri terutama dari sektor pajak sangatlah penting yaitu berguna untuk membiayai pengeluaran rutin dan untuk membiayai berbagai prasarana-prasarana yang umumnya di negara berkembang masih terbatas.

Subjek pajak dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang PPh disebut Wajib Pajak.

Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

Subjek Pajak orang pribadi yaitu, orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari (tidak


(7)

harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.

Saat ini Negara Indonesia memakai sistem pemungutan pajak Self Assesment System yang menggantikan Official Assesment System. Self Assesment bertujuan agar wajib pajak dapat memperhitungkan, menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Sedangkan tugas dari fiskus adalah sebagai pembina, pengawas, peneliti, dan memberikan sanksi kepada wajib pajak yang tidak patuh melaksanakan kewajiban perpajakannya. Namun kenyataannya masih banyak wajib pajak yang belum menyadari dan tidak sepenuhnya melaksanakan kepercayaan yang telah diberikan pemerintah kepadanya dalam memenuhi kewajibannya di bidang perpajakan.

Di Indonesia subjek pajak diatur pertama kali dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 No. 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen oleh Undang-Undang No. 36 Pasal 2 tahun 2008 yang menjelaskan tentang Tata Cara Pendataan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma perhitungan penghasilan neto.


(8)

Berdasarkan uraian diatas yang menjadi latar belakang penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dimaksudkan agar mahasiswa mengetahui dan mempraktikkan secara langsung teori yang sudah dipelajarinya tentang pendataan subjek pajak orang pribadi, dengan ini penulis merasa tertarik untuk membuat laporan tugas akhir dengan judul “MEKANISME PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI.”

B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

(PKLM)

Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, yang menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :

a. Untuk mengetahui mekanisme pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

b. Untuk mengetahui kendala-kendala atau penghambat dalam pelaksanaan pendataan tersebut.


(9)

c. Untuk mengetahui upaya-upaya yang akan ditempuh oleh Pemerintah dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan pendataan tersebut.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) a. Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi Pemerintah dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

2. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya di bidang perpajakan.

3. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam permasalahan perpajakan yang timbul selama melaksanakan PKLM. 4. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab dan

kedisiplinan dalam bekerja.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan pada Instansi Pajak, khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam pelaksanaan pendataan.

2. Membina hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan; dan 3. Mempromosikan Image Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

kepada masyarakat khususnya sivitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.


(10)

c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

1. Meningkatkan hubungan kerjasama antara pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2. Meningkatkan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama perkuliahan.

3. Membuka interaksi antara dosen dan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

4. Meningkatkan ide dan masukan untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan; dan

5. Mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) Program Studi Diploma III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.

C. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, penulis membahas secara rinci mengenai:

1. Mekanisme Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

2. Kendala pelaksanaan Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.


(11)

3. Upaya yang akan ditempuh Pemerintah untuk mengatasi kendala-kendala yang di hadapi dalam Pelaksanaan Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

D. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul kepada Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan penulis menerima persetujuan atas judul dari Ketua Program Studi Administrasi Perpajakan serta penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti undang-undang, buku-buku pajak dan literatur lain yang berhubungan dengan Mekanisme Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.


(12)

3. Observasi Lapangan

Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, mengenai prosedur Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi. Dalam observasi ini penulis memberikan suatu pengantar untuk melaksanakan data yang akan diminta pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data mengenai prosedur pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi melalui:

- Data Primer atau Wawancara (bersumber dari pihak yang memahami tentang Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Binjai)

- Data Sekunder atau Dokumentasi (bersumber dari refrensi-refrensi ilmiah yang mendukung proses Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai mekanisme pelaksanaan pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi.


(13)

E. METODE PENGUMPULAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Adapun cara pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi tentang mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

F. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan Tugas Akhir lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(14)

BAB ll GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Binjai , Strukrur Organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi serta gambaran data pegawai.

BAB lll GAMBARAN TENTANG SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang data pelaksanaan pendataan subjek pajak orang pribadi yang ada di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

BAB lV ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan tori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi yang ada di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khususnya oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.


(15)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. SEJARAH SINGKAT KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

BINJAI

Kantor Pelayanan Pajak Binjai didirikan berdasarkan Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994, dengan wilayah kerja sebagai berikut:

a. Kotamadya Binjai b. Kabupaten Langkat c. Kabupaten Deli Serdang

• Kec. Labuhan Deli • Kec. Sunggal • Kec. Pancur Batu • Kec. Hamparan Perak • Kec. Sibolangit • Kec. Kutalimbaru d. Kabupaten Tanah Karo

Pada tanggal 27 Mei 2008, Kantor Pelayanan Pajak Binjai berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang artinya Kantor


(16)

Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki wilayah kerja sebagai berikut:

a. Kotamadya Binjai b. Kabupaten Langkat

Lokasi Geografi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai terletak di Jl. Jambi No. 1 Rambung Barat, Binjai Selatan. Kantor Pemerintahan ini mempunyai kewajiban untuk memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam membayar pajak.

B. STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

BINJAI

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai penetapan, tugas-tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal.


(17)

Struktur data kepegawaian yang mendukung operasional Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Kali-laki 54 orang

Perempuan 16 orang

70 0rang

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin, jumlah pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai berjumlah 70 orang. Yaitu laki – laki sebanyak 54 orang dan perempuan 16 orang.

Tabel 2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan

Jenjang Jumlah

S2 S1/D4 D3 D1 SMA SMP SD 6 orang 22 orang 14 orang 12 orang 13 orang 0 orang 3 orang


(18)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang memiliki gelar S1/D4 lebih banyak yaitu 22 orang,dibandingkan pegawai-pegawai lain.

Tabel 3. Berdasarkan Pangkat/Golongan

Pangkat/Golongan

Golongan Jumlah

IV 2

III 31

II 37

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Pangkat/Golongan yang paling banyak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah Pangkat/Golongan II sebanyak 37 orang. Pangkat/Golongan III sebanyak 31 orang, dan selebihnya Pangkat/Golongan IV sebanyak 2 orang.

Tabel 4. Berdasarkan Usia

Usia Jumlah

s.d. 25 tahun 26 s.d. 40 tahun 41 s.d. 50 tahun Di atas 50 tahun

16 orang 32 orang 10 orang 12 orang

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa usia Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai keseluruhan berusia s.d. 25 tahun sebanyak 16 orang, 26


(19)

s.d. 40 tahun sebanyak 32 orang, 41 s.d. 50 tahun sebanyak 10 orang, dan diatas 50 tahun sebanyak 12 orang.

Tabel 5. Berdasarkan Jabatan

Jabatan Jumlah

Kepala Kantor Kasi/Kasubbag Supervisor Fungsional Account Representative Pelaksana 1 8 1 7 10 44

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai terdapat 1 Kepala Kantor, 8 Kasi/Kasubbag, 1 Supervisor, 7 Fungsional, 10 Account Representative, dan 44 Pelaksana.

Tabel 6. Penjabaran Pegawai Berdasarkan Seksi

Seksi Jumlah

Subbag Umum 8

Seksi Pelayanan 12

Seksi PDI 10

Seksi Waskon I 6

Seksi Waskon II 5

Seksi Waskon III 5

Seksi Penagihan 6

Seksi Ekstensifikasi 7

Seksi Pemeriksaan 4

Fungsional Pemeriksa 8


(20)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 10 seksi besarta Pegawai-pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai :

a. Subbagian Umum

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi c. Seksi Pelayanan

d. Seksi Penagihan e. Seksi Pemeriksaan f. Seksi Ekstensifikasi

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III j. Kelompok Jabatan Fungsional

C. TUGAS DAN FUNGSI PEGAWAI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA BINJAI.

Adapun tugas pokok dan fungsi pada masing-masing seksi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum


(21)

a. Pelayanan dan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian.

b. Melakukan urusan keuangan.

c. Melakukan urusan rumah tangga serta perlengkapan. 2. Seksi Pelayanan.

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan. b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya. d. Penyuluhan perpajakan.

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.

f. Kerjasama Perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI).

Memiliki tugas dan fungsi : a. Pengumpulan data. b. Pengolahan data.

c. Penyajian Informasi perpajakan. d. Perekaman dokumen perpajakan.

e. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

f. Pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). g. Pelayanan dukungan teknis komputer.


(22)

h. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing. i. Penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Memiliki tugas dan fungsi :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPH, PPN, PBB, BPHTB dan pajak lainnya.

b. Bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan.

c. Penyusunan profil Wajib Pajak. d. Analisis kerja Wajib Pajak.

e. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi. f. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. 5. Seksi Ekstensifikasi.

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan. b. Pendataan objek pajak dan subjek pajak.

c. Penilaian objek pajak.

d. Kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan


(23)

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak d. Administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya

7. Seksi Penagihan

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif. b. Penagihan piutang pajak.

c. Penundaan dan pengangsuran tunggakan pajak.

d. Usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketenyuan yang berlaku. 8. Kelompok Fungsional

Kelompok ini terdiri atas :

a. Pejabat Fungsional Pemeriksaan.

b. Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.


(24)

BAB III

GAMBARAN TENTANG SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI

A. URAIAN TEORITIS 1.Pengertian Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada kas Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa “ Segala Pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang “.

Dengan demikian tidak diperkenankan memungut pajak, kecuali dengan ketentuan Undang-Undang.


(25)

Ciri dan corak sistem perpajakan Indonesia adalah:

a. Pemungutan Pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan sosial.

b. Tanggung Jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (self assessment), sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat Wajib Pajak.


(26)

Dasar Hukum

a. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 16 Tahun 2000.

b. Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2000.

c. Undang-Undang No. 36 Pasal 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pendataan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung neto dengan menggunakan norma perhitungan penghasilan neto.

2.Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak, yaitu: a. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya

b. Fungsi Regulerend (mengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.


(27)

3.Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

b. Pemungutan Pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis) Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

c. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

d. Pemungutan pajak harus efesien (Syarat Finansiil)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.


(28)

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

4.Pengelompokan Pajak

a. Menurut golongannya

1. Pajak lanngsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

b. Menurut sifatnya

1. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak, misalnya Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak, misalnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)


(29)

c. Menurut lembaga pemungutannya

1. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, misalnya Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Materai.

2. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas :

a. Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi), contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

b. Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota), contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.

5.Asas pemungutan pajak

a. Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.


(30)

b. Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.

6.Sistem pemungutan pajak

a. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang

member wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

b. Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

c. With holding system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.


(31)

7.Tarif pajak

Ada 4 macam tarif pajak, yaitu : a. Tarif sebanding (proporsional)

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

Contoh : untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.

b. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

Contoh : besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp. 1.000,-

c. Tarif progresif

Persentase tariff yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

Contoh : pasal 17 UU PPh 2000 d. Tarif degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.


(32)

B. GAMBARAN MENGENAI PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI

1.Subjek Pajak

Subjek Pajak Orang pribadi yaitu, Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia .

Subjek pajak dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam Undang-Undang PPh disebut Wajib Pajak.

Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

2.Tidak Termasuk Subjek Pajak

Ada 4 (empat) macam yang tidak termasuk subjek pajak, yatiu: a. Badan perwakilan Negara asing

b. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari Negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersa-sama mereka, dengan syarat bukan Warga Negara Asing (WNA) dan di Indonesia tidak


(33)

menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya, serta Negara yang bersangkutan memberika perlakuan timbal balik.

c. Organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat Indonesia menjadi organisasi tersebut, dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia .


(34)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. ANALISA MEKANISME PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

Dalam mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi, ada satu hal

yang harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pendataan itu sendiri dilakukan. Hal tersebut adalah pendaftaran, dimana wajib pajak mengisi Formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak sebagai dasar pelaksanaan pendataan. Jadi dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendaftaran, dan pendataan subjek pajak orang pribadi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan satu persatu dari pelaksanaan pendaftaran, dan pendataan subjek pajak orang pribadi.

1.Pendaftaran

Cara pendaftaran subjek pajak orang pribadi, yaitu:

a. Berdasarkan sistem self assessment, setiap wajib pajak mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak, untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

b. Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan


(35)

keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta

c. Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat, selain wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.

d. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, bila sampai dengan satu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

e. Wajib pajak orang pribadi lainnya yang memerlukan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2.Pendataan

Pendataan subjek pajak orang pribadi dilakukan oleh Fiskus atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP). Tindakan ini dilaksanakan dengan menggunakan Formulir Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak dan dilaksanakan sekurang-kurangnya untuk satu wilayah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan menggunakan pendataan sebagai berikut:


(36)

a. Pendataan identitas umum wajib pajak Pendataan ini terdiri dari:

1. Title atau gelar wajib pajak orang pribadi .

2. Nama wajib pajak secara lengkap tidak di singkat. 3. Nama wajib pajak diisi sesuai KTP tanpa gelar.

4. Alamat tempat kedudukan/tempat tinggal, yaitu: RT/RW, Kelurahan/Kecamatan, Kota/Kabupaten, Kode Pos.

5. Usaha /pekerjaan bebas, yaitu: status usaha, jenis usaha/pekerjaan bebas, alamt tempat usaha kegiatn, orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

6. Kewajiban pajak.

b. Pendataan korespondensi wajib pajak Pendataan ini terdiri dari:

1. Alamat, diisi jika berbeda dengan alamat tempat kedudukan/tempat tinggal di identitas umum.

2. Telepon/faksimili dan e-mail. c. Pendataan subjek pajak orang pribadi

Pendataan ini terdiri dari: 1. Tempat/tanggal lahir.

2. Nomor KTP/paspor, diisi nomor KTP bagi penduduk Indonesia atau diisi nomor paspor bagi orang asing.


(37)

d. Pendataan wajib pajak badan Pendataan ini terdiri dari:

1. Bentuk hukum, diisi sesuai dengan akte pendirian/perubahan. 2. Status modal.

3. Akte pendirian dan atau perubahan terakhir. 4. Identitas pimpinan/penanggung jawab.

e. Pendataan permohonan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

f. Pendataan permohonan untuk penghapusan NPWP/pencabutan PKP. g. Pendataan pernyataan

Setelah pendataan subjek pajak dilakukan maka pendataan tersebut harus ada pelaporan usah untuk pengukuhan PKP, yaitu:

1. Pengusaha yang dikenakan Pajak Pertambaan Nilai (PPN), wajib melaporkan usahanya pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2. Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha tersebar di beberapa tempat, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, juga wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan usaha dilakukan.


(38)

3. Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sbagai PKP tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batas.

Setiap pelaporan yang dilaporkan ke KPP harus lengkap dan jelas tetapi apabila tidak sesuai dengan pendataan maka pelanggaran kewajiban perpajakan yang dilakukan wajib pajak, sepanjang menyangkut pelanggaran ketentuan administrasi perpajakan dikenakan sanksi administrasi sedangkan yang menyangkut pelanggaran yang menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dikenakan sanksi pidana yang terdiri atas:

a. Setiap orang yang karena kealpaanya:

1. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau

2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isisnya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dipidana dengan pidanan kerugian kurungan paling lama 1 (satu) tahun dasn atau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

b. Setiap orang dengan sengaja:

1. Tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP); atau


(39)

2. Tidak menyampaikan SPT; atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang diisinya tidak benar atau tidak lengkap; atau 3. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau

4. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; atau

5. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya; atau

6. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

c. Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani penjara yang dijatuhkan, dikenakan pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana yang diatur sebagaimana butir b.

d. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau pengukuhan.


(40)

Pengusaha Kena Pajak (PKP), atau menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohon dan atau kompensasi yang dilakukan oleh wajib pajak. Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari wajib pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Daluarsa tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya bagian tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang besangkutan. Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di bidang perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak yang menyangkut masalah perpajakan. Maka apabila terjadi pelanggaran atas larangan mengungkapakan kerahasiaan wajib pajak tersebut dapat diancam sanksi pidana sebagai berikut:

a. Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal kerahasiaan wajib pajak, dipidana dengan pidana


(41)

kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah).

b. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Selain itu, keterlibatan dan sanksi bagi pihak ketiga dapat diancam dengan sanksi pidana sebagai berikut:

a. Setiap orang yang menurut ketentuan wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta tetapi dengan sengaja memberikan keterangan atau bukti; atau memberikan keterangan atau bukti yang tidak benar, dipidan dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

b. Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana perpajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Ketentuan ini berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan, yang mengnjurkan atau membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan. Jika perencanaan pajak bisa dilakukan dengan sebaik-baikny, maka bisa terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana, karena adanya perbedaan


(42)

penafsiran antara fiskus dan wajib pajak akibat begitu luasnya peraturan perpajakan yang berlaku sedangkan sistem informasi perpajakan masih belum efektif. Kenyataannya dimanapun tidak ada Undang-undang yang mengatur setiap kegiatan secara sempurna. Dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan yang lain seperti Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri Keuangan (KMK), dan Keputusan Dirjen Pajak. Tidak jarang ketentuan tersebut bertentangan dengan Undang-undang itu sendiri, karena disesuaikan dengan kepentingan sipembuat kebijaksanaan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Perencanaan pajak juga bertujuan untuk mengefisiensikan beban pajak yang dilakukan haruslah bersifat legal, supaya dapat menghindari sanksi-sanksi dikemudian hari. Begitu pula dalam menghindari pengenaan pajak, bisa dilakukan dengan cara mengarahkan pada transaksi yang bukan objek pajak. Untuk itu wajib pajak harus jeli untuk memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan. Penundaan pembayaran pajak juga bisa dilakukan dengan cara melakukan pembayaran pada saat mendekati tanggal jatuh tempo. Khusus untuk menunda pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dapat dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak sampai dengan pada batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Selain itu, mengefisiensikan beban pajak bisa dilakukan dengan menghindari pemeriksaan pajak. Wajib pajak diperiksa pada umummnya


(43)

karena Surat Pemberitahuan (SPT) lebih bayar, SPT rugi, tidak memasukkan SPT atau terlambat memasukkan SPT, terdapat informasi pelanggaran/dan memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

Dalam mengefisiensikan beban pajak haruslah memperhatikan 3 (tiga) hal, yaitu:

a. Tidak melanggar ketentuan perpajakan.

b. Secara bisnis msuk akal, karena perencanaan pajak itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh.

c. Bukti-bukti pendukung yang memadai.

B. ANALISA KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PELAKSANAAN

PENDATAAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

Masih banyaknya wajib pajak yang belum dilakukan pendataan diwilayah yang tercakup dalam Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, disebabkan oleh beberapa kendala atau penghambat sebagai berikut:

a. Kurangnya petugas pelaksanaan pendataan

Dalam hal ini disebabkan karena untuk merekrut tenaga pegawai KPP tidaklah memungkinkan, karena masing-masing pegawai dibutuhkan pada seksinya masing-masing. Sedangkan pegawai pada seksi pendataan dan penilaian yang berwenang untuk melakukan pendataan tidak mencukupi.


(44)

Kemudian alternatif untuk merekrut tenaga dari luar tidak selalu mencukupi karena keterbatasan dana yang disediakan oleh pemerintah.

b. Kurangnya culture strategy dalam peningkatan kinerja

Hal ini disebabkan karena kultur organisasi yang merupakan seperangkat kerangka tingkah laku, emosi, dan psikologis yang terinternalisasi secara mendalam dan dipakai secara bersama-sama oleh anggota. Yang memiliki asas pokok seperti politik, hirarki, birokrasi, dan monopoli memberi reaksi ada kultur organisasi.

c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibanya membayar pajak. Hal ini disebabkan karena tingkat penyidikan atau pengetahuan masyarakat tentang peraturan perpajakan masih rendah, sehingga masyarakat (Wajib Pajak) tidak mau mendaftarkan diri sebagai subjek kepada petugas pelaksanaan pendataan yang melakukan pendataan terhadap subjek pajaknya. Selain itu ada juga wajib pajak yang dengan sengaja menghindar pada waktu dilakukan pendataan dengan tujuan untuk mengelak membayar pajak.

C. ANALISA UPAYA YANG DITEMPUH PEMERINTAH UNTUK

MENGATASI KENDALA ATAU PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PENDATAAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

Kendala dan hambatan yang dialami di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam hal pelaksanaan pendataan wajib pajak dapat dikurangi dengan


(45)

beberapa cara dan upaya dimana dengan berkurangnya kendala dan hambatan tersebut kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dapat meningkat.

Adapun upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi kendala dalam pendatan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah:

1. Mengalokasikan dana untuk melakukan perekrutan tenaga dari luar berupa tenaga kontrak apabila tenaga dari petugas pajak sendiri tidak mencukupi untuk melakukan pendataan terhadap wajib pajak.

2. Untuk mengubah performance Kantor Pelayanan Pajak Pratama, maka yang harus diubah adalah kultur organisasinya. Adapun faktor kunci yang membentuk kultur yaitu strategi inti, konsekuensi,pelanggan serta control. Baru selanjutnya mengubah sistem administrasi, struktur, dan proses terakhir adalah mengubah praktek managemen, predisposisi pekerja. Sehingga mampu menganalisa tingkat kesalahan.

3. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga wajib pajak sadar akan kewajibannya membayar pajak. Langkah selanjutnya ialah dengan memasyarakatkan pajak secara intensif, melalui stiker, artikel, tulisan tentang perpajakan yang mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat khususnya wajib pajak.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan Uraian-uraian dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dan data yang diperoleh dari hasil riset pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, terdapat beberapa kendala yang diperoleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam melaksanakan pendataan wajib pajak, antara lain sebagai berikut : 1. Kurangnya petugas pelaksanaan pendataan.

2. Kurangnya culture strategy dalam peningkatan kinerja.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibanya membayar pajak.

Untuk meningkatkan pendataan wajib pajak, upaya yang ditempuh pemerintah dalam pendataan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ialah Mengalokasikan dana untuk melakukan perekrutan tenaga dari luar berupa tenaga kontrak apabila tenaga dari petugas pajak sendiri tidak mencukupi untuk melakukan pendataan terhadap wajib pajak, dan dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga wajib pajak sadar akan kewajibannya membayar pajak. Langkah selanjutnya ialah dengan memasyarakatkan pajak secara intensif,


(47)

melalui stiker, artikel, tulisan tentang perpajakan yang mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat khususnya wajib pajak.

B. SARAN

Dari laporan akhir ini, penulis mencoba beberapa saran yang nantinya dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. Dalam upaya peningkatan pendataan subjek pajak orang pribadi dimasa yang akan datang :

1. Sistem self assessment ternyata tidak sepenuhnya dijalankan oleh masyarakat ini dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat itu sendiri, maka dari itu perlu diadakannya penyuluhan dan pembinaan yang dapat membantu memberi perhatian kepada masyarakat.

2. Melihat kondisi Negara Indonesia pada saat ini, diharapkan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, supaya lebih aktif dalam melaksanakan pendataan subjek pajak orang pribadi, sehingga data wajib pajak yang diperoleh lebih baik lagi untuk kedepannya.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2009.Perpajakan. Andi Offset : Yogyakarta

Markus, Muda. 2005. Perpajakan Indonesia. Gramedia Pustaka Indonesia: Jakarta Resmi, Siti. 2008. Perpajakan 1. Salemba Empat: Jakarta

Sihaloho, Cyrus. 2002. Modul Ketentuan Perpajakan. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. 2010. Tentang subjek pajak Departemen Dalam Negeri. 2008. Undang-undang No. 28 Tahun 2007, tentang


(1)

karena Surat Pemberitahuan (SPT) lebih bayar, SPT rugi, tidak memasukkan SPT atau terlambat memasukkan SPT, terdapat informasi pelanggaran/dan memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

Dalam mengefisiensikan beban pajak haruslah memperhatikan 3 (tiga) hal, yaitu:

a. Tidak melanggar ketentuan perpajakan.

b. Secara bisnis msuk akal, karena perencanaan pajak itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh.

c. Bukti-bukti pendukung yang memadai.

B. ANALISA KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PELAKSANAAN

PENDATAAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

Masih banyaknya wajib pajak yang belum dilakukan pendataan diwilayah yang tercakup dalam Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, disebabkan oleh beberapa kendala atau penghambat sebagai berikut:

a. Kurangnya petugas pelaksanaan pendataan

Dalam hal ini disebabkan karena untuk merekrut tenaga pegawai KPP tidaklah memungkinkan, karena masing-masing pegawai dibutuhkan pada seksinya masing-masing. Sedangkan pegawai pada seksi pendataan dan penilaian yang berwenang untuk melakukan pendataan tidak mencukupi.


(2)

Kemudian alternatif untuk merekrut tenaga dari luar tidak selalu mencukupi karena keterbatasan dana yang disediakan oleh pemerintah.

b. Kurangnya culture strategy dalam peningkatan kinerja

Hal ini disebabkan karena kultur organisasi yang merupakan seperangkat kerangka tingkah laku, emosi, dan psikologis yang terinternalisasi secara mendalam dan dipakai secara bersama-sama oleh anggota. Yang memiliki asas pokok seperti politik, hirarki, birokrasi, dan monopoli memberi reaksi ada kultur organisasi.

c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibanya membayar pajak. Hal ini disebabkan karena tingkat penyidikan atau pengetahuan masyarakat tentang peraturan perpajakan masih rendah, sehingga masyarakat (Wajib Pajak) tidak mau mendaftarkan diri sebagai subjek kepada petugas pelaksanaan pendataan yang melakukan pendataan terhadap subjek pajaknya. Selain itu ada juga wajib pajak yang dengan sengaja menghindar pada waktu dilakukan pendataan dengan tujuan untuk mengelak membayar pajak.

C. ANALISA UPAYA YANG DITEMPUH PEMERINTAH UNTUK

MENGATASI KENDALA ATAU PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PENDATAAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

Kendala dan hambatan yang dialami di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam hal pelaksanaan pendataan wajib pajak dapat dikurangi dengan


(3)

beberapa cara dan upaya dimana dengan berkurangnya kendala dan hambatan tersebut kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dapat meningkat.

Adapun upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi kendala dalam pendatan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah:

1. Mengalokasikan dana untuk melakukan perekrutan tenaga dari luar berupa tenaga kontrak apabila tenaga dari petugas pajak sendiri tidak mencukupi untuk melakukan pendataan terhadap wajib pajak.

2. Untuk mengubah performance Kantor Pelayanan Pajak Pratama, maka yang harus diubah adalah kultur organisasinya. Adapun faktor kunci yang membentuk kultur yaitu strategi inti, konsekuensi,pelanggan serta control. Baru selanjutnya mengubah sistem administrasi, struktur, dan proses terakhir adalah mengubah praktek managemen, predisposisi pekerja. Sehingga mampu menganalisa tingkat kesalahan.

3. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga wajib pajak sadar akan kewajibannya membayar pajak. Langkah selanjutnya ialah dengan memasyarakatkan pajak secara intensif, melalui stiker, artikel, tulisan tentang perpajakan yang mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat khususnya wajib pajak.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan Uraian-uraian dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dan data yang diperoleh dari hasil riset pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, terdapat beberapa kendala yang diperoleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam melaksanakan pendataan wajib pajak, antara lain sebagai berikut : 1. Kurangnya petugas pelaksanaan pendataan.

2. Kurangnya culture strategy dalam peningkatan kinerja.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibanya membayar pajak.

Untuk meningkatkan pendataan wajib pajak, upaya yang ditempuh pemerintah dalam pendataan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ialah Mengalokasikan dana untuk melakukan perekrutan tenaga dari luar berupa tenaga kontrak apabila tenaga dari petugas pajak sendiri tidak mencukupi untuk melakukan pendataan terhadap wajib pajak, dan dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga wajib pajak sadar akan kewajibannya membayar pajak. Langkah selanjutnya ialah dengan memasyarakatkan pajak secara intensif,


(5)

melalui stiker, artikel, tulisan tentang perpajakan yang mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat khususnya wajib pajak.

B. SARAN

Dari laporan akhir ini, penulis mencoba beberapa saran yang nantinya dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. Dalam upaya peningkatan pendataan subjek pajak orang pribadi dimasa yang akan datang :

1. Sistem self assessment ternyata tidak sepenuhnya dijalankan oleh masyarakat ini dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat itu sendiri, maka dari itu perlu diadakannya penyuluhan dan pembinaan yang dapat membantu memberi perhatian kepada masyarakat.

2. Melihat kondisi Negara Indonesia pada saat ini, diharapkan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, supaya lebih aktif dalam melaksanakan pendataan subjek pajak orang pribadi, sehingga data wajib pajak yang diperoleh lebih baik lagi untuk kedepannya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2009.Perpajakan. Andi Offset : Yogyakarta

Markus, Muda. 2005. Perpajakan Indonesia. Gramedia Pustaka Indonesia: Jakarta Resmi, Siti. 2008. Perpajakan 1. Salemba Empat: Jakarta

Sihaloho, Cyrus. 2002. Modul Ketentuan Perpajakan. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. 2010. Tentang subjek pajak Departemen Dalam Negeri. 2008. Undang-undang No. 28 Tahun 2007, tentang