Mekanisme Pendataan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
LAPORAN TUGAS AKHIR
Mekanisme Pendataan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
O L E H
NAMA : MARTIN GEBRINIEL SIMANGUNSONG NIM : 092600077
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(2)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, berkat, kesehatan, keselamatan, dan kemudahan sehingga penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Mekanisme Pendataan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota”.
Penulis masih menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan keterbatasan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki terbatas. Penyusunaan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan dari berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah banyak membantu baik materi maupun doa selama penulis menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
(3)
4. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Harmaini Hasan, SH,MM selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberi saran penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.
6. Abangda Mayer Alponco, selaku supervisor penulis yang bersedia meluangkan waktunya memberi data-data yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Bapak Patar Hutabarat yang Banyak memberikan motivasi kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, khususnya selama masa training.
8. Kepada seluruh bapak/ibu dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmu nya selama penulis menjalani perkuliahan.
9. Abangda Afrizal Pasaribu S.Sos dan Abangda Indra Effendi Rangkuti, S.Sos yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan sampai dengan selesainya tugas akhir ini.
10. Kepada Seluruh pegawai FISIP USU penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuannya kepada penulis
11. Kepada seluruh Mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU Khususnya Tax B 2009.
(4)
12. Kepada Marina Nainggolan,selaku orang yang memberikan motivasi dan semangat didalam menyusun tugas akhir ini.
13. Kepada Eko Silalahi,S.Sos, Ferry Nando Manurung, Sahat Pauli Hutahean, dan teman-teman Beskem yang telah membantu didalam transportasi menyusun tugas akhir ini.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juni 2011
Penulis
(5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang PKLM 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM 3
C. Uraian Teoritis 5
D. Ruang Lingkup PKLM 14
E. Metode PKLM 14
F. Metode Pengumpulan Data 16
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM 16 BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM
A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur 18
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Medan Timur 20
C. Uraian Tugas dan Fungsi 24
D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak
(6)
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Ketentuan Umum 37
B. Wajib Pajak 44
C. Pendataan 48
D. Profil Wajib Pajak 53
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
A. Tata Cara Pendataan di KPP Pratama Medan Kota 56 B. Mekanisme Pendataan Wajib Pajak
Orang Pribadi 57
C. Tindak Lanjut Pendataan 58
D. Analisis Jumlah Wajib Pajak 60 E. Kendala dan Masalah yang Dihadapi 62
dalam Pelaksanaan Pendataan
F. Upaya yang Ditempuh untuk Mengatasi Masalah 62 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 63
B. Saran 63
DAFTAR PUSTAKA
(7)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Mandiri (PKLM)
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat padat. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk membayar pajak. Apabila semua wajib pajak bersedia memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak, tentunya akan semakin besar pula pendapatan yang masuk dari sektor pajak karena sumber pendapatan terbesar Indonesia berasal dari sektor pajak.
Peningkatan penerimaan negara dalam negeri memegang peranan penting dan vital dalam kebijakn fiskal, baik negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Peningkatan penerimaan dalam negeri terutama dalam sector pajak sangatlah penting yaitu berguna untuk membiayai pengeluaran rutin dan untuk membiayai berbagai prasarana-prasarana yang umumnya dinegara berkembang masih terbatas.
Subjek pajak dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang merima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang PPh disebut wajib pajak. Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
(8)
Subjek pajak orang pribadi yaitu, orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
Saat ini negara Indonesia memakai system pemungutan pajak self assessment system yang menggantikan official assessment system. Self assessment bertujuan agar wajib pajak dapat memperhitungkan, menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang. Sedangkan tugas dari fiskus adalah sebagai Pembina, pengawas, peneliti, dan memberikan sanksi kepada wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakannya. Namun kenyataannya masih banyak wajib pajak yang belum menyadari dan tidak sepenuhnya melaksanakan kepercayaan yang telah diberikan pemerintah kepadanya dalam memenuhi kewajibannya dibidang perpajakan.
Di Indonesia wajib pajak diatur pertama kali dengan Undang-Undang No.7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 No.50. selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen oleh Undang-Undang No.36 pasal 2 Tahun 2008 yang menjelaskan tentang Tata cara pendataan bagi wajib pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas diperbolehkan menghitung penghasilam neto dengan menggunakan norma perhitungan penghasilan neto.
(9)
Berdasarkan urain diatas yang menjadi latar belakang penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dimaksudkan agar mahasiswa mengetahui dan mempraktikan secara langsung teori yang sudah dipelajarinya tentang pendataan subjek pajak orang pribadi, dengan ini penulis merasa tertarik untuk membuat tugas akhir dengan judul “ Mekanisme Pendataan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Tujuan PKLM
Kegiatan PKLM oleh mahasiswa dari Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU), diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, yaitu:
1.1Untuk mengetahui mekanisme pendataan wajib pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
1.2Untuk mengetahui kendala-kendala dalam melaksanakan pendataan tersebut. 1.3Untuk mengetahui upaya-upaya yang akan ditempuh oleh KPP Pratama
Medan Kota dalam mengatasi kendala-kendala pelaksanaan pendataan tersebut.
(10)
2. Manfaat PKLM
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi pemerintah dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
b. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapk an pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya dibidang perpajakan.
c. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam permasa lahan perpajakan yang timbul selama melaksanakan PKLM.
2.2 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
a. Meningkatkan hubungan kerjasama antara pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
b. Meningkatkan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama perkuliahan.
c. Membuka interaksi antara dosen dan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
d. Mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) program studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.
(11)
2.3 Bagi Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota
a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan pada instansi pajak, khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dalam pelaksanaan pendataan.
b. Membina hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Mempromosikan image Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota kepada masyarakat khususnya kepada sivitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.
C. Uraian Teoritis 1. Defenisi Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontrapretasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo,2008:1)
(12)
Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa “Segala jenis pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang”. Dengan demikian tidak diperkenankan memungut pajak, kecuali dengan ketentuan Undang-Undang.
1. Dasar Hukum
1.1Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebaaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2000.
1.2 Undang-Undang No.7 Tahun 1984 tentang pajak penghasilan (PPh) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.17 Tahun 2000.
1.3Undang-Undang No.36 Pasal 2 Tahun 2008 tentang tata cara pendataan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto.
2. Fungsi Pajak
2.1 Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya.
(13)
2.2 Fungsi Reguler (mengatur)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.
3. Syarat pemungutan pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:
3.1 Adil
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan pajak diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan wajib pajak.
3.2 Yuridis
Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A, hal ini memberikan jaminan hukum yang menyatakan keadilan baik bagi negara maupun warganya.
3.3 Ekonomis
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
(14)
3.4 Finansial
Biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutan.
3.5 Sederhana
Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. 4. Pengelompokan pajak
4.1Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipukul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Misalnya pajak penghasilan (PPh).
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya pajak pertambahan nilai (PPN).
4.2 Menurut sifatnya
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjektif, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak, misalnya pajak penghasilan (PPh).
b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan diri wajib pajak, misalnya pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
(15)
5. Asas pemungutan pajak
5.1 Asas domisili (asas tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
5.2 Asas sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
6. Sistem pemungutan pajak
6.1Official assessment system, yaitu suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
6.2 Self assessment system, yaitu suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
6.3 With holding system, yaitu suatu system pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk memberikan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.
(16)
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam PKLM ini adalah :
1. Mekanisme pendataan wajib pajak orang pribadi pada kantor pelayanan pajak pratama Medan Kota.
2. Kendala pelaksanaan pendataan wajib pajak orang pribadi pada kantor pelayanan pajak pratama Medan Kota.
3. Upaya yang akan ditempuh kantor pelayanan pajak pratama Medan Kota untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendataan subjek pajak orang pribadi.
E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti: pengajuan judul, penentuan judul, menyusun proposal, seminar proposal, penentuan dosen pembimbing, diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing, dan pengajuan surat ijin ke lokasi PKLM
(17)
2. Studi Literatur
Yaitu kegiatan mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori yang meliputi: buku-buku, undang-undang, dan bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan laporan PKLM
3. Observasi Lapangan
Yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk mengetahui mekanisme pendataan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Medan Kota.
4. Pengumpulan Data
Pada waktu pelaksanaan PKLM, penulis mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun laporan akhir. Dalam pengumpulan data, penulis menggunak an data primer dan sekunder :
a. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari wawancara dan observsi b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari referensi ilmiah
seperti laporan, dokumen-dokumen dan jurnal-jurnal 5. Analisa Data dan Evaluasi
Analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif, yaitu menjelaskan dengan kata-kata secara sistematis sehingga permasalahan dalam penelitian ini terungkap secara objektif.
(18)
F. METODE PENGUMPULAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaan PKLM, terdapat beberapa cara untuk pengumpulan data, yaitu:
1) Wawancara (Interview)
Dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab langsung terhadap pihak KPP Pratama Medan Kota yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi bagi penyusunan laporan ini.
2) Metode Pengamatan (Observation)
Dalam metode ini penulis langsung ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan pengamatan dan pencatatan yang berkaitan dengan PKLM
3) Daftar Dokumentasi (Documentation)
Dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi di KPP Pratama Medan Kota, dan data-data lain yang berhubungan dengan objek pembahasan.
(19)
G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan PKLM, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM
Pada bab ini diuraikan mengenai sejarah singkat berdirinya KPP Pratama Medan Kota, uraian tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi dan keadaan pegawai KPP Pratama Medan Kota.
BAB III PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan tentang kerangka teoritis, dan gambaran mengenai wajib pajak orang pribadi
(20)
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu dan menyederhanakan data yang banyak dalam bentuk yang lebih sederhana.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(21)
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
A. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Direktorat Jenderal Pajak merupakan sarana yang memberi pelayanan kepada masyarakat di bidang Perpajakan.
Visi Direktorat Jenderal Pajak
Visi Direktorat Jendral Pajak adalah “Menjadi Institusi Pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efesien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”
Visi tersebut menjelaskan bahwa DJP ingin menjadi institusi pemerintah yang menjalankan sistem administrasi perpajakan modern, efektif, efesien, dan dipercaya masyarakat, efektif dan efesien artinya bahwa DJP melakukan pengukuran dan pertanggungjawaban terhadap sistem modern yang dijalankan tersebut, dipercaya masyarakat artinya DJP memastikan masyarakat yakin bahwa sistem administrasi perpajakan memberikan manfaat yang sebesarnya kepada masyarakat, bangsa dan negara.
(22)
Misi Direktorat Jenderal Pajak
Misi Direktorat Jenderal Pajak adalah “ Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efesien”
Misi tersebut menjelaskan bahwa keberadaan DJP adalah untuk menghimpun pajak dari masyarakat guna menunjang pembiayaan pemerintah. Peran DJP tersebut dijalankan melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efesien. Sistem administrasi tersebut dapat diukur dan dipertanggungjawabkan dalam rangka melayani masyarakat secara optimal untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya.
Nilai Direktorat Jenderal Pajak
Integritas
“Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.”
Professionalisme
“Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.”
(23)
Sinergi
“Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Dari pengertian ini terlihat dua dimensi sinergi yang selayaknya terjalin, yaitu dimensi internal dan dimensi ekternal.”
Pelayanan
“Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman.”
Kesempurnaan
“Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.
B. Sejarah Umum Berdirinya KPP Pratama Medan Kota
Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan, berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia.
(24)
Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu :
a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota). Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993,maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
(25)
Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Dan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.443/KMK.01/2001 Tentang “ Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kotamadya Medan Menjadi enam wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
1. Kecamatan Medan timur 2. Kecamatan Medan Area 3. Kecamatan Medan Tembung 4. Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi wilayah:
1. Kecamatan Medan Barat 2. Kecamatan Medan Sunggal
(26)
3. Kecamatan Medan Petisah 4. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
1. Kecamatan Medan kota 2. Kecamatan Medan Denai 3. Kecamatan Medan Johor 4. Kecamatan Medan Amplas
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
1. Kecamatan Medan Polonia 2. Kecamatan Medan Maimun 3. Kecamatan Medan Baru 4. Kecamatan Medan Tuntungan 5. Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
1.Kecamatan Medan Belawan 2.Kecamatan Medan Marelan 3.Kecamatan Medan Labuhan 4.Kecamatan Medan Deli
(27)
6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
1.Kecamatan Labuhan Deli 2.Kecamatan Sunggal 3.Kecamatan Pancur Batu 4.Kecamatan Hamparan Perak 5.Kecamatan Sibolangit 6.Kecamatan Kutalimbaru
C. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota berada di Gedung Keuangan Negara 1 lantai IV dan beralamat di jalan Diponegoro No. A Medan . Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai berikut :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan perpecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, yang berdasarkan kepada:
a.Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001.
b.Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/KMK.02/2002 Tanggal 26 Februari 2002.
(28)
Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota, KPP Medan Kota kemudian berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 yang saat ini dikepalai oleh Bapak Yan Santoso Purba, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diseluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar 2. Kantor Pelayanan Pajak Madya
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Saat Ini Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Kota meliputi: - Kecamatan Medan Kota
- Kecamatan Medan Amplas - Kecamatan Medan Denai - Kecamatan Medan Area
(29)
D. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota 1. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota
Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam system kerjasama.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1(satu) bagian dan 10 (sepuluh) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional.
Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut:
1) Sub Bagian Umum
2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 3) Seksi Pelayanan
4) Seksi Penagihan 5) Seksi Pemeriksaan 6) Seksi Ekstensifikasi
7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8) Seksi Pengwasan dan Konsultasi II
(30)
9) Seksi Pengwasan dan Konsultasi III 10)Seksi Pengwasan dan Konsultasi IV 11)Kelompok Jabatan Fungsional
E. Uraian Tugas dan Fungsi
1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.
3. Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahakan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(31)
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.
5. Seksi Pelayanan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial tertentu).
(32)
7. Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
8. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.
(33)
Daftar Pegawai KPP Pratama Medan Kota
1 Yan Santoso Purba Kepala Kantor KPP Pratama 2 Irwan Harefa Kepala Subbag SubBagian Umum 3 Eben Kennedy
Simanjuntak
Kepala Seksi Seksi Pengolahan Data dan Informasi
4 Agustinus Situmorang
Kepala Seksi Seksi Pelayanan
5 Anieka Komarioseli Kepala Seksi Seksi Penagihan
6 Zulham Kepala Seksi Seksi Pemeriksaan
7 Simon Gomeri Sinambela
Kepala Seksi Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8 Herlita Kepala Seksi Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9 Rospita Tiurma Marpaung
Kepala Seksi Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10 Syah Reza Emil Kepala Seksi Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11 Gunawan Kepala Seksi Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 12 Ida Kata Ersada Pelaksana SubBagian Umum
(34)
14 Elizabeth Sinaga Pelaksana SubBagian Umum 15 Meylin Yusiska
Tambunan
Pelaksana SubBagian Umum
16 Mayer Alponco Manurung
Bendaharawan SubBagian Umum
17 Eli Nafsiah Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi
18 Mesniato Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi
19 Enita Misri Lubis Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi
20 Nora Charmine Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi
21 Rizka Hadvina Zulhelmi
Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi
22 Petta Rosetta Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi
23 Iin Arfiani Operator Console Seksi Pengolahan Data dan Informasi
24 Deddy Pahotan Operator Console Seksi Pengolahan Data dan Informasi
(35)
25 Zuniar Vileny Br.Hombing
Pelaksana Seksi Pelayanan
26 Mitra Hayati Pelaksana Seksi Pelayanan 27 Tiambun
Simanjuntak
Pelaksana Seksi Pelayanan
28 Irwansyah Pelaksana Seksi Pelayanan
29 Saibah Hanum Pelaksana Seksi Pelayanan 30 Mastiur Pangaribuan Pelaksana Seksi Pelayanan
31 Saepudin Pelaksana Seksi Pelayanan
32 Jonni Dabukke Pelaksana Seksi Pelayanan
33 Yusup Pelaksana Seksi Pelayanan
34 Rudi Yanto Mangunsong
Pelaksana Seksi Pelayanan
35 Darwin Mika Gultom Pelaksana Seksi Pelayanan 36 Yani Melanyi
Sihombing
Pelaksana Seksi Pelayanan
37 Dewi Dongoran Pelaksana Seksi Pelayanan 38 Dewi Septiani Bako Pelaksana Seksi Pelayanan 39 Eva Marlina Ginting Pelaksana Seksi Penagihan 40 T.Qivi Hady Daholi Pelaksana Seksi Penagihan 41 Parlindungan Juru Sita Seksi Penagihan
(36)
42 Hardi Suganda Juru Sita Seksi Penagihan 43 Susilawati Pelaksana Seksi Pemeriksaan 44 Mesta Sinaga Pelaksana Seksi Pemeriksaan
45 Natalina Barus Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
46 Rosi Orida Siregar Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
47 Rudi Sihotang Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
48 Wedi Simanjuntak Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
49 Mora Gandi Ritonga Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
50 Hamonangan Siringoringo
Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
51 Irene Simaremare Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
52 Moch.Taufik Hidayat Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
53 Farida Khairani Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
(37)
54 Hariady Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
55 Fergiwati Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
56 Tumpak Tinambunan Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
57 Muhammad Muhajir Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi 58 Mohammad Aulia
Nasution
Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
59 Parlindungan Sinurat Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
60 Nurani Yuliyati Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
61 Dany Santosa Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
62 Windu Hudaya Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
63 Lusy Sihombing Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
64 Masita Ansyari Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
(38)
65 Adolf Lumban Toruan
Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
66 Muhammad Idris Siregar
Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
67 Santi Lia Sari Harahap
Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
68 P.Alex Valentino Sinaga
Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi
69 Satrio Wicaksono Account Representative Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
70 Binsar Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 71 Amansyah Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 72 Elmi Idawati Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 73 Suyono Soeryodilogo Pemeriksa pajak Madya Fungsional Pemeriksaan
74 Boston Samosir Pemeriksa Pajak Muda Fungsional Pemeriksaan 75 Ebenezer Sitompul Pemeriksa Pajak Muda Fungsional Pemeriksaan 76 Wilson Sitanggang Pemeriksa Pajak Muda Fungsional Pemeriksaan 77 Munafri Pemeriksa Pajak Muda Fungsional Pemeriksaan 78 Dwipa Hermawan Pemeriksa Pajak Muda Fungsional Pemeriksaan 79 Agus Arifianto Pemeriksa Pajak Pelaksana
Lanjutan
(39)
80 Martahan Ronald Pardede
Pemeriksa Pajak Pelaksana Lanjutan
Fungsional Pemeriksaan
81 Verry Andrianto Pemeriksa Pajak Pelaksana Lanjutan
Fungsional Pemeriksaan
82 Andi Rahmatullah Pemeriksa Pajak Pertama Fungsional Pemeriksaan 83 Abdullah Zuhdi Pemeriksa Pajak Pertama Fungsional Pemeriksaan 84 Ahmad Fadri Kurnia Pemeriksa Pajak Pelaksana Fungsional Pemeriksaan 85 Debby Fransisco Penilai PBB Pelaksana Fungsional Pemeriksaan
F. Perbedaan Struktur Organisasi Lama dengan Struktur Organisasi Baru
Pada Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota sebelumnya untuk masing-masing pajak dibuat secara terpisah, baik itu PPh, PPN, PPnBM, BPHTB, dan lain-lain. Sedangkan struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota yang sekarang dibentuk dengan cara menggabungkan bagian-bagian pajak yang terpisah tersebut ke dalam setiap bagian, misalnya terdapat masalah pajak baik itu PPh, PPN, PBB, PPnBM, dan lain-lain, maka untuk menyelesaikan masalah yang ada tidak lagi di bagian pajak yang bersangkutan melainkan dapat konsultasi di bagian pengawasan dan konsultasi, begitu juga dengan bagian lainnya, sehingga pekerjaan pada setiap bagian lebih efektif dan efisien.
(40)
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Ketentuan Umum
Dalam UUD RI 1945 yaitu pasal 23A menyatakan bahwa “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang”. Dengan demikian semua pemungutan pajak di Negara kita tercinta ini harus berdasarkan Undang-Undang. Jika dilapangan “ada pengenaan pajak” tidak berdasarkan Undang-Undang, maka sudah selayaknyalah rakyat tidak perlu membayar pajak. Inilah arti sesungguhnya yang ada pada tata urutan perundang-undangan kita (UUD 1945) yang mensyaratkan bahwa pengenaaan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.
1. Pengertian Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Besarnya pajak yang ditetapkan berdasarkan UUD 1945 pasal 23 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Segala penerimaan pajak harus berdasarkan Undang-Undang”.
Beberapa ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut mempunyai maksud
(41)
dan tujuan yang sama. Berikut adalah kutipan-kutipan mengenai pengertian pajak oleh beberapa ahli, yaitu :
Menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H (Suandy (2000 : 8))
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Dr. N. J. Feldmann ( Resmi (2008 : 2))
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani ( Brotodiharjo (1991 : 2))
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peratutan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
(42)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada pengertian perpajakan diatas, yaitu :
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
c. Pajak oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
e. Pajak dapat juga mempunyai tujuan yang bukan budgeter, yaitu mengatur.
2. Fungsi Pajak
Pajak yang dikenakan kepada masyarakat mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu :
a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Fungsi pajak adalah untuk mengumpulkan dana yang diperlukan pemerintah untuk membiayai pengeluaran belanja negara guna kepentingan dan keperluan seluruh masyarakat.
b. Fungsi Mengatur (Reguler)
Sebenarnya fungsi mengatur adalah tujuan agar memberikan kepastian hukum. Terutama dalam menyusun Undang-Undang pajak senantiasa perlu diusahakan, agar ketentuan yang dirumuskan jangan sampai
(43)
dapat menimbulkan interprestasi yang berbeda, antara Fiskus dan Wajib Pajak.
3. Pengelompokan Pajak
Dalam rangka memungut pajak oleh pemerintah dari masyarakat, maka pemerintah dalam melaksanakannya, ada beberapa pembagian pajaknya. Adapun pembagiannya, yaitu :
Menurut golongannya, yaitu :
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain. Misalnya : Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Menurut Sifatnya, yaitu :
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya. Syarat subjektifnya adalah orang pribadi, sedangkan syarat objektifnya adalah memiliki penghasilan yang akan
(44)
dikenakan pajak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Berikut ini tabel PTKP bagi perseorangan:
Penghasilan Tidak Kena Pajak
Setahun (Rp)
Sebulan (Rp)
untuk Wajib Pajak orang pribadi tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan (TK)
15.840.000,- 1.320.000,-
untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin dan tidak mempunyai tanggungan (K/0)
17.160.000,- 1.430.000,-
untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin + 1 tanggungan (K/1)
18.480.000,- 1.540.000,-
untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin + 2 tanggungan (K/2)
19.800.000,- 1.650.000,-
untuk Wajib Pajak orang pribadi kawin + 3 tanggungan (K/3)
21.120.000,- 1.760.000,-
untuk Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung (K/I/0)
(45)
Keterangan:
1. Tanggungan adalah anggota keluarga sedarah dan semenda dalam satu garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya. 2. PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya, tanpa memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak.
Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Menurut Lembaga Pemungutnya, yaitu :
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Untuk Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung + 1 tanggungan (K/I/1)
34.320.000,- 2.860.000,-
Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung + 2 tanggungan (K/I/2)
35.640.000,- 2.970.000,-
Wajib Pajak Kawin + Penghasilan istri digabung + 3 tanggungan (K/I/3)
(46)
b. Pajak Daerah,yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
4. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak dikenal beberapa pelaksanaan pemungutan pajak, yang masih berlaku hingga sekarang ini adalah :
a. Official Assessment System
Yaitu suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
b. Self Assessment system
Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
c. With Holding System
Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
(47)
5. Tarif Pajak
Dalam penghitungan pajak yang terutang dikenakan 4 macam tarif, yaitu : a. Tarif Pajak Proporsional / Sebanding
Yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contohnya dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10 % atas penyerahan Barang Kena Pajak.
b. Tarif Pajak Progresif
Tarif Pajak Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Misalnya tarif Pajak Penghasilan yang berlaku di Indonesia. c. Tarif Pajak Degresif
Tarif Pajak Degresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.
d. Tarif Pajak Tetap
Tarif Pajak Tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapa pun besarnya dasar pengenaan pajak. Misalnya Bea Materai.
Sesuai dengan Pasal 17 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, besarnya tarif pajak penghasilan bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebagai berikut :
(48)
- Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 250.000.000,00 15%
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00 25%
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
B. Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak terbagi atas :
1. Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
(49)
1.1Kewajiban Wajib Pajak
Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri perhitungan pembayaran dan pelaporan pajak terutangnya.
1.2 Pendaftaran
Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Wajib pajak orang pribadi yang wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP adalah :
1. Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; 2. Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas, yang memperoleh penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya;
3. Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta;
4. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang mempunyai tempat usaha berbeda dengan tempat tinggal, selain wajib mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggalnya, juga diwajibkan mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan. Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri
(50)
pada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi kedudukan wajib pajak dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan administrasi. Selain mendatangi Kantor Pelayanan Pajak, Wajib Pajak Orang Pribadi dapat pula mendaftarkan diri secara online melalaui e-registration di website Direktorat Jendral Pajak NPWP, Wajib Pajak dapat dikukuhkan sebagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan kepadanya akan diberikan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).
2. Wajib Pajak Badan
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya.Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainya termasuk reksadana. Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang sama.
(51)
2.1. Kewajiban Wajib Pajak
Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri perhitungan pembayaran dan pelaporan pajak terutangnya.
2.2 Pendaftaran
Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi kedudukan wajib pajak dengan mengisi Formulir pendaftaran dan melampirkan Persyaratan Administrasi selain mendatangi Kantor Pelayanan Pajak, Wajib Pajak dapat pula mendaftarkan diri secara online melalui e-registation di website Direktorat Jenderal Pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan kepadanya akan diberikan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).
3. Wajib Pajak Bendaharawan
Bendaharawan Pemerintah adalah Bendaharawan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah, Lembaga Negara lainnya dan Kedutaan Republik Indonesia di Luar Negeri, yang membayar gaji, upah, tunjungan, honorarium dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.
(52)
3.1. Kewajiban Wajib Pajak
Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri perhitungan pembayaran dan pelaporan pajak terutangnya.
C. Pendataan
Pendataan adalah kegiatan untuk memperoleh, mengumpulkan, melengkapi dan menatausahakan data wajib pajak. Untuk mengetahui potensi perpajakan masing-masing kantor/unit kerja dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak, maka perlu dilaksanakan kegiatan pendataan wajib pajak yang disesuaikan dengan kondisi atau keunggulan fiskal wilayah kerjanya. Pendataan tersebut meliputi seluruh wajib pajak yang terdaftar pada kantor/unit kerja yang dapat dikelompokan berdasarkan wilayah/lokasi usaha, subjek pajak, jenis pajak. Kegiatan pendataan merupakan salah satu langkah yang dilakukan dalam penggalian potensi pajak. Diharapkan dengan kegiatan ini, memperoleh petunjuk tentang potensi perpajakan diwilayah kerja KPP Pratama Medan Kota.
1. Tujuan
a. Tersedianya gambaran umum potensi perpajakan dan keunggulan fiscal diwilayah kerja masing-masing KPP/Kanwil DJP guna pengamanan pajak.
(53)
2. Kegunaan
Pendataan berguna untuk :
a. Mengetahui besarnya potensi pajak dan keunggulan fiskal diwilayah kerja masing-masing KPP/Kanwil DJP.
b. Membantu pimpinan dalam menentukan tindak lanjut penggalian potensi pajak.
3. Metodologi Pendataan
Metodologi dalam melakukan pendataan sebagai berikut :
a. Mengumpulkan data tentang wilayah kerja wajib pajak sebanyak mungkin.
b. Memasukkan data kedalam format yang sudah ditentukan. c. Mengevaluasi data yang diperoleh dengan data yang ada di DJP d. Menghitung potensi pajak (jumlah wajib pajak dan pajak terutang) e. Menentukan keunggulan fiscal dari data yang sudah ada.
f. Melakukan analisis resiko untuk tindak lanjut g. Menentukan prioritas penggalian potensi
Mempelajari dan mendalami profil wajib pajak yang akan digali potensi pajaknya.
(54)
4. Pihak-Pihak yang Berhubungan Dengan Pendataan a. Kepala Kantor
Menggunakan data pendataan wajib pajak tersebut sebagai alat manejemen untuk penggalian potensi pajak secara fokus, efektif dan efesien.
b. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Menggunakan data dari pendataan tersebut sebagai perkiraan besarnya potensi pajak dan fokus pengelolaan wajib pajak.
c. Kepala Seksi Ekstensifikasi
Menggunakan data dari pendataan tersebut sebagai perkiraan besarnya potensi wajib pajak terdaftar dan fokus dalam kegiatan ekstensifikasi. d. Account Representative (AR)
Menggunakan data dari pendataan untuk perhitungan besarnya potensi pajak masing-masing individual wajib pajak melalui bedah profil.
5. Format Pendataan
a. Berdasarkan Wilayah 1. Wilayah Administrasi
Pendataan berdasarkan wilayah administrasi dibuat berdasarkan wilayah kerja KPP Pratama yang meliputi wilayah pemerintah (kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan), yang kemudian diperinci
(55)
berdasarkan pembagian kerja seksi pengawasan dan konsultasi, dan Account Representative (AR) dimasing-masing seksi. kegunaanya :
a. Untuk mengetahui jumlah kepala keluarga, jumlah kepala keluarga non miskin dan estimasi jumlah kepala keluarga yang seharusnya terdaftar sebagai wajib pajak
b. Untuk mengetahui luas dan struktur wilayah kerja
c. Untuk mengetahui jumlah tempat usaha/pengusaha yang ada dikawasan-kawasan ekonomi yang ada di wilayah kerja KPP Pratama Medan Kota d. Untuk mengetahui jumlah pengusaha yang belum terdaftar sebagai wajib
pajak
2. Wilayah Ekonomi
Wilayah kegiatan ekonomi meliputi kawasan industri, perkantoran, perdagangan, mal/pusat, perbelanjaan, kawasan wisata, kawasan perkebunan, kawasan pemukiman, kawasan jalan protokol, kawasan pertambangan, pelabuhan, bandara, perikanan, dan kawasan lainya. Kegunaannya adalah untuk mengetahui potensi ekonomi berdasarkan wilayah kegiatan ekonomi yang ada di wilayah kerja unit kantor yang bersangkutan, yang dapat memberi gambaran potensi wajib pajak yang belum terdaftar sebagai wajib pajak.
b. Berdasarkan Subjek Pajak
Pendataan berdasarkan subjek pajak dikelompokkan berdasarkan status subjek pajak (terdiri dari wajib pajak badan, wajib pajak bendahara, dan wajib
(56)
pajak orang pribadi yang terdapat dalam wilayah kerja KPP Pratama Medan Kota), bentuk badan hukum (terdiri dari PT,CV, Koperasi, usaha dagang, persekutuan, yayasan, dana pension, bentuk usaha tetap, kongsi, lembaga dan perkumpulan yang terdapat diwilayah kerja KPP Pratama Medan Kota), wajib pajak orang pribadi profesi (mengelompokan wajib pajak berdasarkan profesi wajib pajak yang terdapat di wilayah kerja KPP Pratama Medan Kota) dan wajib pajak bendahara (mengelompokkan wajib pajak bendahara berdasarkan instansi pusat dan daerah yang terdapat di wilayah kerja KPP Pratama Medan Kota).
Kegunaannya :
1. Untuk mengetahui gambaran umum dari subjek pajak di wilayah kerja KPP Pratama Medan Kota yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar
2. Untuk mengetahui gambaran umum subjek pajak yang berbentuk badan hukum seperti PT, CV, BUT, maupun tidak berbadan hokum termasuk wajib pajak orang pribadi profesi dan wajib pajak bendahara.
c. Berdasarkan Jenis Pajak
Pendataan kelompok jenis pajak merupakan pengelompokan penerimaan pajak berdasarkan jenis pajak (PPh, PPN, dan pajak lainnya) diwilayah kerja KPP Pratama Medan Kota.
Kegunaannya :
1. Untuk mengetahui peranan penerimaan per jenis pajak dan pertumbuhannya
(57)
2. Mengetahui jenis pajak yang dominan di wilayah kerja KPP Pratama Medan Kota
D. Profil Wajib Pajak
1. Defenisi Profil Wajib Pajak
Profil wajib pajak adalah rangkaian data dan informasi fiskal wajib pajak yang memuat identitas dan kegiatan usaha serta riwayat perpajakan wajib pajak serta kesinambungan yang dapat dklasifikasikan atas data permanen, data akumulatif dan data lainnya.
2. Tujuan Pembuatan Profil Wajib Pajak
Tujuan pembuatan profil wajib pajak adalah untuk :
a. Mengenal dan mengetahui wajib pajak yang terdaftar di unit kerja yang bersangkutan
b. Menyajikan informasi yang dapat digunakan terutama untuk bahan analisis dn ukuran tingkat resiko dan kepatuhan wajib pajak
c. Memonitor perkembangan usaha dan potensi fiskal wajib pajak yang bersangkutan
d. Melakukan pengawasan, penggalian potensi dan pelayanan yang lebih baik
3. Manfaat Pembuatan Profil Pajak
Adapun manfaat yang diperoleh dalam pembuatan profil wajib pajak adalah : a. Peningkatan penerimaan pajak
(58)
c. Pengawasan kepatuhan wajib dalam pembayaran pajak
4. Langkah-langkah Pembuatan Profil Wajib Pajak
Adapun langkah-langkah yang dapat ditemouh dalam pembuatan profil wajib pajak, sebagai berikut :
a. Mempelajari data dan informasi mengenai wajib pajak orang pribadi dari sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak, termasuk :
1. Jenis kegiatan usaha/pekerjaan bebas/pekerjaan wajib pajak orang pribadi yang dilaporkan ataupun terdapat dalam profil wajib pajak orang pribadi yang tersedia.
2. Perkembangan usaha, omset, pembayaran pajak wajib pajak orang pribadi
3. Perkembangan harta dan kewajiban wajib pajak
b. Mempelajari data asosiasi terkait bisnis wajib pajak termasuk :
1. Data pelaku usaha, market share dan data kapasitas produksi yang bersumber dari asosiasi
2. Data keterkaitan wajib pajak dengan asosiasi
c. Mempelajari data dari instansi teknis terkait (miaslnya data produksi, data perijinan, data ekspor/impor)
d. Mempelajari data-data eksternal lainnya sebagai referensi
(59)
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Tatacara Pendataan di KPP Pratama Medan Kota
KPP Pratama Medan Kota merupakan salah salah satu kantor pelayananpajak yang ada di kota Medan. KPP Pratama Medan Kota juga merupakan salah satu kantor yang menangani wilayah kerja dari kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I (DJP SUMUT I). Selaku pihak melakukan tugas perpajakan, KPP Pratama Medan Kota juga melakukan kegiatan pendataan terhadap wajib pajak untuk mengetahui potensi perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak yang terdapat dilingkungan wilayah kerja KPP Pratama Medan Kota.
Selama melakukan kegiatan PKLM ini, penulis melakukan salah satu AR di KPP Pratama Medan Kota untuk memperoleh data yang berhubungan dengan mekanisme pendataan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Medan Kota. Dari wawancara tersebut, penulis menyimpulkan bahwa kegiatan pendataan tersebut bertujuan untuk mengetahui potensi perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak tersebut.
Setelah melakukan pengelompokan sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan unit kerja masing-masing, maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan analisis dan evaluasi atas kelompok-kelompok tersebut untuk dilakukan identifikasi kelompok mana yang potensial untuk ditindaklanjuti. Tujuan analisis pendataan adalah untuk
(60)
mengetahui potensi perpajakan dan kelompok-kelompok yang terkait dengan potensi tersebut, tingkat resiko serta petunjuk penggalian potensi yang akan dilakukan.
Analisis yang dilakukan dapat berupa :
1. Dari hasil pendataan dari beberapa pengelompkan dapat diketahui banyaknya pengusaha sebagai potensi wajib pajak dan banyaknya potensi wajib pajak yang sudah terdaftar sehingga selisihnya merupakan wajib pajak yang akan dilakukan ekstensifikasi
2. Yang berhubungan dengan ekstensifikasi wajib pajak
Dari hasil pendataan pengelompokan dapat diketahui besarnya potensi pajak dan keunggulan fiscal diwilayah KPP Pratama Medan Kota. Setelah dilakukan pengelompokan sesuai dengan keunggulan unit kerja masing-masing, maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan analisis dan evaluasi kelompok-kelompok mana yang potensial untuk ditindak lanjuti.
B. Mekanisme Pendataan Wajib Pajak Orang Pribadi
Adapun mekanisme yang dilakukan dalam pendataan wajib pajak orang pribadi tersebut, sebagai berikut :
1. Petugas pajak melakukan pemanfaatan data, dari data yang sudah ada di KPP Pratama Medan Kota
2. Petugas pajak melakukan pencarian data wajib pajak yang belum lengkap dari berbagai sumber. Misalnya : Internet
(61)
3. Petugas pajak melakukan survey lapangan ketempat tinggal ataupun tempat usaha wajib pajak yang bersangkutan
C. Tindak Lanjut Pendataan
Hasil analisis pendataan ditindaklanjuti dengan kegiatan yang berhubungan dengan ekstensifikasi dan pembenahan data. Tindak lanjut yang dilaksanakan ditujukan untuk pengamanan penerimaan dan perbaikan administrasi.
Kegiatan tindak lanjut tersebut dapat dilakukan dengan :
1. Tindak lanjut yang berhubungan dengan ekstensifikasi wajib pajak Hasil analisis dapat berupa :
a. Kepala keluarga non miskin yang belum ber-NPWP b. Potensi jumlah penghasilan subjek pajak
c. Kawasan ekonomi : penyewa/penghuni /pemilik lokasi usaha di kawasan industri dan dikawasan lainnya yang belum ber-NPWP d. Wajib pajak orang pribadi yang belum ber-NPWP
e. Bendahara yang belum ber-NPWP
2. Tindak lanjut yang berhubungan dengan ekstensifikasi wajib pajak Hasil analisis dapat berupa :
a. Kawasan ekonomi : wajib pajak efektif di kawasan industri dan kawasan lainnya yang tidak ada setoran pajak atau setoran pajaknya kecil
(62)
b. Sektor-sektor yang tren penerimaannya menurun
c. Wajib pajak yang tidak memasukan Surat Pemberitahuan (SPT) d. Wajib pajak profesi yang setoran pajaknya kecil/tidak ada setoran e. Wajib pajak bendahara yang setoran pajaknya kecil
f. Penerimaan per jenis pajak dominan yang pertumbuhan penerimaan pajaknya negatif/tidak signifikan
3. Tindak lanjut pendataan yang berhubungan dengan pembenahan data Hasil dari pendataan untuk kawasan ekonomi digunakan untuk updating data wajib pajak kedalam database internal DJP agar tercipta data yang valid dan akurat antara lain untuk mengetahui wajib pajak efektif yang ada dalam kawasan ekonomi tersebut. Kegiatan yang harus dilakukan yaitu melakukan penyisiran untuk mengetahui identitas wajib pajak (siapa, apa nama dan jenis usaha sebenarnya, alamat sesungguhnya, bagaimana keadaan potensi usahanya).
(63)
D. Analisis Jumlah Wajib Pajak
Tabel 1
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
Tahun 2008 2009 2010 2011
Orang Pribadi 56.887 76.717 87.819 95.826
Sumber : KPP Pratama Medan Kota 2008 s/d 2011
Tabel 2
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar baru
Keterangan 2008 2009 2010 2011
Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar baru
13.651 19.830 11.102 8.007
Sumber KPP Pratama Medan Kota 2008 s/d 2011 Tabel 3
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang dihapus
Keterangan 2008 2009 2010 2011
Wajib Pajak Orang Pribadi yang dihapus
357 44 113 39
(64)
Tabel 4
Jumlah Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi
Keterangan 2008 2009 2010 2011
SPT Tahunan Orang Pribadi
25.022 29.410 31.650 20.325 (data sementara) Sumber : KPP Pratma Medan Kota 2008 s/d 2011
Tabel 5
Jumlah Pelaporan SPT
Tahun 2008 2009 2010 2011
Nihil 16.897 20.949 23.023 13.856
Kurang Bayar 80.096 8.422 8.585 6.451
Lebih Bayar 29 39 42 18
JUMLAH 25.022 29.410 31.650 20.325
(data sementara)
(65)
Tabel 6
Perbandingan WP Terdaftar dengan SPT yang Dilaporkan
Keterangan 2008 2009 2010 2011
Perbandingan WP Terdaftar dengan SPT yang Dilaporkan
43.98 % 38.33 % 36.04 % 21.21 %
Sumber : KPP Pratama Medan Kota 2008 s/d 2011 Keterangan :
(66)
E. Kendala dan Masalah yang Dihadapi Pelaksanaan Pendataan
a. Kendala yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan Kota dalam melakukan pendataan wajib pajak adalah sebagai berikut :
1. Wajib pajak yang tidak melepor ke KPP Pratama Medan Kota
2. Data yang diberikan oleh wajib pajak tidak akurat atau tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehubungan dengan harta yang dimilikinya
3. Tidak semua wajib pajak dapat dicari dari internet
4. Wajib pajak sulit untuk ditemui oleh fiskus, misalnya wajib pajak tersebut memiliki usaha di luar kota.
b. Kendala yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan Kota dalam menghapus Wajib Pajak Orang Pribadi adalah sebagai berikut :
1. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan
2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan 3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukannya sebagai subjek pajak
sudah selesai dibagi
4. Wajib pajak Orang Pribadi lainnya selain yang dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai wajib pajak.
(67)
c. Kendala yang dihadapi dalam pemulangan SPT oleh wajib pajak kepada KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut :
1. WP tidak tahu pasti kepada siapa harus berkonsultasi cara mengisi SPT Kalaupun ada jasa konsultan pajak swasta, WP harus membayar fee atas penjelasan pengisian SPT.
2. Kalaupun SPT sudah diisi, WP kembali berpeluh keringat untuk melaporkan SPT ke kantor pajakWP harus antri panjang dan berhadapan dengan petugas yang akan meneliti kebenaran pengisian SPT.
F. Upaya yang Ditempuh untuk Mengatasi Masalah
Upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota adalah dengan memblokir dan memasukan nama wajib pajak tersebut kedalam daftar pencarian pada database yang dimiliki oleh KPP Pratama Medan Kota. Dan mengoptimalkan penyuluhan tentang hak dan kewajiban wajib pajak agar wajib pajak lebih mengetahui keadaannya sebagai wajib pajak.
(68)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pendataan terhadap wajib pajak dilakukan untuk mengetahui tingkat potensi pajak yang dimiliki oleh wajib pajak KPP Pratama Medan Kota dan membantu pimpinan dalam memutuskan tindak lanjut penggalian Potensial pajak. Dengan demikian seluruh potensi pajak dapat tergali lebih efektif.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menindaklanjuti kegiatan pendataan tersebut adalah dilakukannya kegiatan ekstensifikasi wajib pajak yang bertujuan untuk mendaftarkan wajib pajak yang belum memiliki NPWP, kegiatan intensifikasi wajib pajak bertujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak yang berasal dari wajib pajak yang sudah ada, dan dilakukannya pembenahan untuk mengelompokkan atau membedakan wajib pajak yang memilki potensial yang tinggi dan wajib yang memiliki potensial rendah. Maksudnya adalah membedakan wajib pajak yang setoran pajaknya besar dan wajib pajak yang setoran pajaknya rendah.
B. Saran
Dengan dilakukannya pendataan wajib pajak pada KPP Pratama Medan Kota diharapkan bertambahnya jumlah wajib pajak yang optimal di wilayah kerja KPP Pratama Medan Kota guna meningkatkan penerimaan pajak yang berasal dari pajak penghasilan orang pribadi dan lebih meningkatkan pelayanannya terhadap
(69)
masyarakat agar masyarakat lebih peduli terhadap pajak dan mendaftarkan diri sebagai wajib pajak di KPP Pratama Medan Kota.
KPP Pratama Medan Kota juga diharapkan memberikan penyuluhan yang berkesinambungan kepada masyarakat tentang Hak dan Kewajiban wajib pajak. Agar wajib pajak juga mengetahui pentingnya peran pajak didalam pembangunan dan perkembangan Negara Republik Indonesia dan seberapa pentinganya pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak terhadap pertahanan Negara Republik Indonesia.
(70)
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2008, Perpajakan edisi revisi 2008, PT Andi, Yogyakarta.
Resmi, Siti, 2008, Perpajakan: Teori dan Kasus (Edisi keempat), Salemba Empat, Jakarta.
Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
(1)
Tabel 6
Perbandingan WP Terdaftar dengan SPT yang Dilaporkan
Keterangan 2008 2009 2010 2011
Perbandingan WP Terdaftar dengan SPT yang Dilaporkan
43.98 % 38.33 % 36.04 % 21.21 %
Sumber : KPP Pratama Medan Kota 2008 s/d 2011 Keterangan :
(2)
E. Kendala dan Masalah yang Dihadapi Pelaksanaan Pendataan
a. Kendala yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan Kota dalam melakukan pendataan wajib pajak adalah sebagai berikut :
1. Wajib pajak yang tidak melepor ke KPP Pratama Medan Kota
2. Data yang diberikan oleh wajib pajak tidak akurat atau tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehubungan dengan harta yang dimilikinya
3. Tidak semua wajib pajak dapat dicari dari internet
4. Wajib pajak sulit untuk ditemui oleh fiskus, misalnya wajib pajak tersebut memiliki usaha di luar kota.
b. Kendala yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan Kota dalam menghapus Wajib Pajak Orang Pribadi adalah sebagai berikut :
1. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan
2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan 3. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukannya sebagai subjek pajak
sudah selesai dibagi
4. Wajib pajak Orang Pribadi lainnya selain yang dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai wajib pajak.
(3)
c. Kendala yang dihadapi dalam pemulangan SPT oleh wajib pajak kepada KPP Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut :
1. WP tidak tahu pasti kepada siapa harus berkonsultasi cara mengisi SPT Kalaupun ada jasa konsultan pajak swasta, WP harus membayar fee atas penjelasan pengisian SPT.
2. Kalaupun SPT sudah diisi, WP kembali berpeluh keringat untuk melaporkan SPT ke kantor pajakWP harus antri panjang dan berhadapan dengan petugas yang akan meneliti kebenaran pengisian SPT.
F. Upaya yang Ditempuh untuk Mengatasi Masalah
Upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Kota adalah dengan memblokir dan memasukan nama wajib pajak tersebut kedalam daftar pencarian pada
database yang dimiliki oleh KPP Pratama Medan Kota. Dan mengoptimalkan
penyuluhan tentang hak dan kewajiban wajib pajak agar wajib pajak lebih mengetahui keadaannya sebagai wajib pajak.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pendataan terhadap wajib pajak dilakukan untuk mengetahui tingkat potensi pajak yang dimiliki oleh wajib pajak KPP Pratama Medan Kota dan membantu pimpinan dalam memutuskan tindak lanjut penggalian Potensial pajak. Dengan demikian seluruh potensi pajak dapat tergali lebih efektif.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menindaklanjuti kegiatan pendataan tersebut adalah dilakukannya kegiatan ekstensifikasi wajib pajak yang bertujuan untuk mendaftarkan wajib pajak yang belum memiliki NPWP, kegiatan intensifikasi wajib pajak bertujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak yang berasal dari wajib pajak yang sudah ada, dan dilakukannya pembenahan untuk mengelompokkan atau membedakan wajib pajak yang memilki potensial yang tinggi dan wajib yang memiliki potensial rendah. Maksudnya adalah membedakan wajib pajak yang setoran pajaknya besar dan wajib pajak yang setoran pajaknya rendah.
B. Saran
Dengan dilakukannya pendataan wajib pajak pada KPP Pratama Medan Kota diharapkan bertambahnya jumlah wajib pajak yang optimal di wilayah kerja KPP Pratama Medan Kota guna meningkatkan penerimaan pajak yang berasal dari pajak penghasilan orang pribadi dan lebih meningkatkan pelayanannya terhadap
(5)
masyarakat agar masyarakat lebih peduli terhadap pajak dan mendaftarkan diri sebagai wajib pajak di KPP Pratama Medan Kota.
KPP Pratama Medan Kota juga diharapkan memberikan penyuluhan yang berkesinambungan kepada masyarakat tentang Hak dan Kewajiban wajib pajak. Agar wajib pajak juga mengetahui pentingnya peran pajak didalam pembangunan dan perkembangan Negara Republik Indonesia dan seberapa pentinganya pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak terhadap pertahanan Negara Republik Indonesia.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2008, Perpajakan edisi revisi 2008, PT Andi, Yogyakarta.
Resmi, Siti, 2008, Perpajakan: Teori dan Kasus (Edisi keempat), Salemba Empat, Jakarta.
Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.