Kerangka Teoritis dan Konseptual

2. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 2003, disusun oleh Primastuti, Nim 0598231528, dengan judul Perlindungan Merek Terkenal Berdasarkan Peratutan Perundang-undangan Nasional, Termasuk Konvensi internasional . Penulis di atas menjelaskan mengenai perlindungan merek terkenal berdasarkan perundang-undangan nasional dan konvensi internasional. Sedangkan skripsi ini menjelaskan tentang persamaan unsur pokok suatu merek terkenal yaitu antara merek Gudang Garam dan Gudang Baru. 3. Buku Ahmadi Miru, yang diterbitkan oleh PT. Raja Grafindo Persada pada tahun 2005 di Jakarta dengan judul Hukum Merek. Buku ini menjelaskan tentang merek secara umum. Sedangkan skripsi ini lebih menjelasakan tentang persamaan unsur pokok suatu merek terkenal yaitu antara merek Gudang Garam dan Gudang Baru.

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis Landasan pengaturan dan perlindungan merek terdapat dalam UU No. 15 Tahun 2001. Pendaftaran merek merupakan hal yang sangat penting karena dengan mendaftarkan merek, pemilik merek dapat memperoleh perlindungan hukum. Agar dapat diterima sebagai merek, sebuah merek haruslah memiliki daya pembeda. Daya pembeda adalah kemampuan suatu merek yang dimiliki untuk membedakan barang tersebut dari barang sejenis yang diproduksi oleh pihak lainnya. 5 Jadi merek harus menggunakan tanda yang sedemikian rupa sehingga mempunyai cukup kekutan untuk membedakan dengan merek lainnya. Sudarta Gautama mengemukakan bahwa: 6 “Merek ini harus merupakan suatu tanda. Tanda ini dapat dicantumkan pada barang bersangkutan atau bungkusan dari barang itu. Jika suatu barang hasil produksi suatu perusahaan tidak mempunyai kekuatan pembeda dianggap sebagai tidak cukup mempunyai kekuatan pembedaan dan karenanya bukan merupakan merek. Misalnya: Bentuk, warna atau ciri lain dari barang atau pembungkusnya. Bentuk yang khas atau warna, warna dari sepotong sabun atau suatu doos, tube, dan botol. Semua ini tidak cukup mempunyai daya pembedaan untuk dianggap sebagi suatu merek, tetapi dalam praktiknya kita disaksikan bahwa warna-warni tertentu dipakai dengan suatu kombinasi yang khusus dapat dianggap sebagai suatu merek”. Merek yang tidak memiliki daya pembeda, dalam artian memiliki persamaan pada pokoknya terhadap merek terkenal pada dasarnya dilandasi iktikad tidak baik, yaitu mengambil kesempatan dari ketenaran merek orang lain. Penjelasan Pasal 4 UU No. 15 Tahun 2001 menerangkan bahwa pemohon yang beriktikad baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh atau menyesatkan konsumen. 5 Syopiansyah Jaya Putra dan Yusuf Durachman, Etika Bisnis dan Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 186 6 OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004, h. 348 Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2001 memuat ketentuan mengenai penolakan pendaftaran merek yaitu pemohon harus ditolak oleh Direktur Jenderal apabila merek tersebut mengandung persamaan pokok atau keseluruhan dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar lebih dulu untuk barang danjasa sejenis, dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang danjasa sejenis, dan dengan indikasi-geografis yang sudah dikenal. 2. Kerangka Konseptual Suatu kerangka konsepsi merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau yang akan diteliti. 7 Salah satu cara untuk menjelaskan konsep adalah definisi. Definisi merupakan suatu pengertian yang relatif lengkap tentang suatu istilah, dan biasanya definisi beritik tolak pada referensi. Dengan demikian, definisi harus mempunyai ruang lingkup yang tegas, 8 sehingga dalam pengertian tidak boleh ada kurang atau dilebih-lebihkan. Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam skripsi ini, maka perlu dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi sebagai berikut: a. Merek pada Pasal 1 ayat 1 UU No. 15 Tahun 2001 adalah ”Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka- 7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 2010, h. 132. 8 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, h. 48. angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. b. Hak atas Merek pada Pasal 3 UU No. 15 tahun 2001 adalah “Hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya ”. c. Persamaan pada pokoknya dalam penjelasaan Pasal 6 ayat 1 huruf a UU No. 15 tahun 2001 adalah “Kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dan merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan, atau kombinasi antara unsur- unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek- merek tersebut”. d. Merek terkenal didefinisikan sebagai merek yang memiliki reputasi tinggi. Merek yang demikian itu memiliki kekuatan pancaran yang memukau dan menarik, sehingga jenis barang apa saja yang berada di bawah merek itu langsung menimbulkan sentuhan keakraban dan ikatan mitos kepada segala lapisan. Ketentuan Pasal 6 UU No. 15 Tahun 2001 dalam penjelasannya tentang penolakan permohonan merek terkenal menjelaskan bahwa reputasi merek terkenal akan diperoleh dilihat dari promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti-bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa negara. 9

F. Metode Penelitian