Evaluasi sebagai Perbandingan antara evaluasi, penilaian, dan pengukuran dalam rangka pendidikan IPS

Evalua si Evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian Permendikbud,

2013. Evaluasi sebagai

suatu proses memberikan pertim-bangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkanevaluatio n. Sesuatu yang dipertim- bangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu. Guba dan Lincoln dalam Dirman, dkk. 2014: 8. serangkaian kegiatan untuk memperoleh menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan secara sistematis dan berkesinanbu ngan. Pengambilan keputusan terhadap hasil penilaian Pengambil- an keputusan yang berkaitan dengan penilaian dan pengukuran program. Dalam pembelajaran IPS menumbuh- kan dan mengembang -kan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah- masalah sosial yang dihadapinya dengan meminjam ilmu-ilmu sosial. Hubungan antara evaluasi, pengukuran dan penilaian menurut Mochtar Kusuma 2016:30 adalah sangat erat dan saling mendukung dalam usaha seorang pendidik memperoleh informasi yang komprehensif terhadap peserta didik. Pada bagian lain Mochtar Kusuma mengatakan bahwa: “membedakan antara pengukuran dan evaluasi seringkali sulit. Karena kedua konsep tersebut merupakan proses inklusif dari pengukuran, sedangkan pengukuran hanyalah bagian dari evaluasi”. Dirman, dkk. 2014: 10 menyatakan bahwa pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat inheren dan hirarki, yakni ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain dan dalam pelaksanaannya harus secara berurutan. Sehingg Dapat disimpulkan bahwa implementasinya dalam pendidikan IPS sebagai berikut: evaluasi 6 dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada guru sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan. Pengukuran, dan penilaian berguna untuk: seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu. 2. Gagasan yang dapat diambil dari tex books tersebut dan dapat dijadikan unsur pendorong peningkatan PIPS di sekolah Indonesia sebagai berikut: a. Menurut para ahli IPS yang relatif memiliki orientasi yang sama mengenai mengembangkan IPS, yaitu: 1 Menurut Numan Sumantri 2001:74pendidikan IPS di Indonesia adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial dan segala sesuatu yang sifatnya sosial, yang diorganisir secara ilmiah dan psikologis dengan Pancasila dan UUD 1945 sebagai nilai sentralnya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Dan dalam buku yang sama hal.183, IPS merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya melalui: a Mengembangkan pengetahuan kesosiologian, kegeografian, keekonomian, dan kesejahteraan. b Mengembangkan kemampuan berfikir, inquiry, pemecahan, masalah, dan keterampilan sosial. c Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. 2 James bank, dalam Yana dkk, 2012:15 dalam bukunya Teaching Strategies for the Social Studies memberikan definisi social studies sebagai bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang 7 mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untukmengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakatnya. 3 Suprayeksi 2007:35, dalam pengembangan pendidikan IPS, pendidikan harus bermakna salah satu budaya yang bertujuan untuk menciptakan arti bersifat dinamis. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada pesrta didik untuk mengemukakan berbagai rasa keinginantahuannya, terlibat dalam proses analisa, dan eksplorasi yang kreatif untuk mencari jawaban, serta terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang unik. 4 Huriah Rachmah 2014:83, Tugas Pendidikan IPS sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dengan tujuan membina warga masyarakat yang mampu menyelaraskan kehidupannya berdasarkan ketentuan- ketentuan fisik dan sosial serta mampu melahirkn kemampuan memecahkan masalah sosial yang dihadapinya. 5 Supardi 2008 mengatakan belajar mengajar ilmu-ilmu social agar menjadi berdaya apabila proses pembelajarannya bermakna meaningfull, yaitu: a Siswa belajar menjalin pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan sikap yang mereka anggap berguna bagi kehidupannya di sekolah atau di luar sekolah. b Pengajaran ditekankan kepada pendalaman gagasan penting yang terdapat dalam topik-topik yang dibahas, demi pemahaman, apresiasi dan aplikasi siswa. c Kebermaknaan dan pentingnya materi pelajaran ditekankan bagaimana cara penyajiaannya dan dikembangkannya melalui kegiatan aktif. d Interaksi di dalam kelas difokuskan pada pendahuluan topic-topik terpilih dan bukan pada pembahasan sekilas sebanyak mungkin materi. e Kegiatan belajar yang bermakna dan strategi assessment hendaknya difokuskan pada perhatian siswa terhadap pikiran- 8 pikiran atau gagasan-gagasan yang penting dan terpateri dalam apa yang mereka pelajari. f Guru hendaknya berpikir reflektif dalam melakukan perencanaan persiapan, perberlakuan dan assessment pembelajaran. 6 Menurut Sapriya 2012:13. Gagasan mengenai Pendidikan IPS ini membawa implikasi bahwa PIPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu yakni kajian yang bersifat terpadu integrated, interdisipliner, multi dimensional bahkan cross-disipliner. Dalam hal ini pendidikan IPS menggunakan pendekatan intrdisipliner atau multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang ilmunya masing-masing. Pada tarap yang lebih rendah pendekatan studi sosioal menggunakan multidimensional, yaitu meninjau segala sesuatu masalah masalah sosial dari berbagai aspek kehidupan. Sesuai pendapat keenam ahli tersebut yang tertuang dalam buku textnya, dalam pembelajaran IPS perlu dikembangkan sejumlah kemampuan yang perlu diterapkan melalui pembinaan terhadap siswa, melalui mata pelajaran IPS. Siswa perlu menguasai pengetahuan dalam upaya membuat keputusan yang reflaktif dan untuk berpartisifasi secara efektif dalam komunitas sebagai warga negara. Siswa perlu memiliki keterampilan yang meliputi, keterampilan berfikir, keterampilan penelitian ilmu sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan kelompok group skill. Siswa sebagai warga negara juga perlu mengembangkan komitmen terhadap nilai-nilai demokratis dan kemanusiaan democratic and human values, seperti hakekat martabat serta kesederajatan manusia dalam upaya untuk membuat keputusan reflektif dan untuk mengambil tindakan yang konsisten dengan nilai-nilai idealis negara. Melalui IPS siswa perlu juga diberi kesempatan untuk berpartisifasi dalam kegiatan-kegiatan yang akan mengembangkan pengetahuan yang lebih luas tentang kehidupan politik dan mengajarkan keterampilan yang berguna dalam mempengaruhi lembaga-lembaga sosial dalam warga negara. 9 7 Menurut mulyana R, 2011:191, Kosasih Djahiri 1978:4-5 , Rudi Gunawan 2014, dan dipertegas lagi oleh,Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed.2012. Menurut kelima text book tersebut, bahwa Pendekatan-pendekatan yang dipergunakan dalam menentukan memilihmengembangkan program maupun metode pembelajaran IPS menurut bertumpu pada pendekatan pendekatan sebagai berikut: a siswa sentris, dimana faktor siswa sangat diperhatikan atau diutamakan b kemasyarakatan sentris community oriented, dimana masalah kehidupan riil dan kemasyarakatan dijadikan sumber dan bahan serta tempat belajar; c ekosistem, artinya faktor lingkungan turut diperhitungkan dan dimanfaatkan; d bersifat komprehensif dan rntegrated integratif; e menggunakan teknik inkuiri inkuiry dan bentuk student active learning siswa belajar dengan aktif sebagai media proses belajar utama. Banyak pendekatan paedagogis yang sering digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan karakter mata pelajaran masing-masing. Adapun pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan karakter pendidikan IPS diantaranya berikut: 1 pendekatan konsep, pendekatan ini merupakan pendekatan bermakna dengan menghubung antar konsep sehingga lebih bermakna. Pendekatan konsep ini digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Apabila siswa betul-betul memahami suatu konsep ia akan menerapkannya pada situasi baru, 2 Pendekatan pemecahan masalah, pemecahan masalah merupakan proses yang mengharuskan siswa untuk menemukan suatu generalisasi dari konsep-konsep yang telah dipelajari, kemudian menerapkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi, 3 Pendekatan lingkungan, dalam menggunakan pendekatan ini harus diperhatikan bahwa matei pelajann hendaknya mempunyai hubungan erat dengan kehidupan seharihari sehingga lebih konkrit, mudah dipahami dan mengetahui manfaatnya, Pendekatan 10 keterampilan proses merupakan pendekatan yang dipakai dalam proses pembelajaran yang menekankan pada pengembangan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasil belajamya. Dari kesemua text book tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, IPS merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisiapsi untuk masa yang akan datang. Ada beberapa strategi dalam mengajarkan keterampilan sosial kepada peserta didik melalui IPS, di antaranya: a. Guru IPS harus menyajikan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan model-model pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajarannya. Salah satu model pembelajaran yang relevan adalah cooperative learning. Dengan pembelajaran cooperative learning, maka siswa tidak saja menghafal fakta, konsep dan pengetahuan yang bersifat kognitif rendah dan guru sebagai satu- satunya sumber informasi, melainkan akan membawa siswa untuk berpartisipasi aktif karena siswa akan diminta melakukan tugas-tugas seperti bekerja kelompok, melakukan inkuiri dan melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas. Ini artinya guru bukan satu-satunya sumber informasi karena siswa akan mencari sumber yang beragam dan terlibat dalam berbagai kegiatan belajar yang beragam pula. Guru selain berperan sebagai fasilitator dalam semua kegiatan siswa, juga harus mengamati proses pembelajaran untuk memberikan penilaian assessment baik untuk pengetahuan ke-IPS-an juga menilai keterampilan social social skill selama kegiatan pembelajaran berlangsung. b. Strategi serta pendekatan konstruktivisme yang menempatkan siswa sebagai mitra pembelajaran dan pengembangan materi pelajaran dapat digunakan oleh guru IPS dalam mengembangkan keterampilan social. Keterampilan siswa dalam hal memperoleh, mengolah dan memanfaatkan informasi untuk memiliki, berdayakan dirinya dapat 11 dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas. Guru IPS konstruktivis harus dapat memfasilitasi para siswanya dengan kesempatan untuk berlatih dalam mengklasifikasi, menganalisis, dan mengolah informasi berdasarkan sumber-sumber yang mereka terima. Sikap kritis siswa terhadap informasi harus dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas. Guru juga harus selalu membiasakan siswa untuk memprediksi, mengklasifikasi dan menganalisis dengan demikian aspek kognitif siswa yang dikembangkan tidak hanya keterampilan dalam menghafal dan mengingat melainkan juga menganalisis, memprediksi, mengkritisi dan mengevaluasi informasi yang diterima. c. Strategi inkuiri yaitu stratgei yang menekankan peserta didik menggunkan keterampilan social dan intelektual dalam memperoleh pengalaman baru atau informasi baru melalui investigasi yang sifatnya mandiri. Menurut Supriatna ada beberapa keuntungan dari strategi ini, yaitu: 1 Strategi ini memungkinkan peserta didik melihat isi pelajaran lebih realistik dan positif ketika menganalisis dan mengklasifikasikan data dalam memcahkan masalah. 2 Memberi kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan isu-isu tertentu, mencari data yang relevan serta membuat keputusan yang bermakna bagi mereka secara pribadi. 3 Menempatkan guru sebagai fasilitator belajar sekaligus mengurangi perannya sebagai pusat kegiatan belajar.

3. Analisa relevansi antara ide, dokumen, proses pelaksanaan, dan penilaian IPS