Perkembangan Moral TINJAUAN PUSTAKA

35 Tahap 5 dan 6, orang mulai tidak fokus dengan mempertahankan masyarakat, melainkan lebih peduli dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang membuat masyarakat menjadi lebih baik. Terkait dengan uraian-uraian di atas, maka pada tingkat SMK seorang peserta didik masuk pada tahap pascakonvensional, dimana pada tahap ini peserta didik dapat menentukan nilai-nilainya sendiri dalam kehidupan yang dijalaninya. Mereka sudah mulai memahami dengan cara yang paling baik sebagai sebuah kontrak sosial yang di dalamnya dan lebih peduli dengan prinsip-prinsip dan nilai- nilai yang membuat masyarakat menjadi lebih baik. Apabila penjelasan ini dihubungkan dengan teori kognitif yang dikemukakan Piaget, maka teori kognitif menurut Kohlberg tidak persis sama. Seperti terlihat pada Tabel 2.6 berikut ini. Tabel 2.6 Perbandingan tahap Piaget dan tahap Kohlberg Umur Tahap kognitif Piaget Umur Tahap kognitif Kohlberg 0-2 Sensorimotor 0-9 Tahap prakonvensional 2-7 Intuitifpraoperasional 7-11 Kongkretoperasional 9-15 Tahap konvensional 11-dst Formalabstrak 16-dst Tahap pascakonvensional Sumber: Adisusilo, 2012: 36. 2.4.2 Perkembangan moral menurut teori perkembangan afektif Ranah afektif seseorang pada dasarnya tercermin dalam sikap, perilaku, dan tindakan seseorang. Tingkat perkembangan ranah afektif memiliki keragaman. Secara umum perkembangan ranah afektif menurut Dupont dalam Zuchdi 2008 meliputi enam tahap, yang disajikan dalam bentuk Tabel 2.7 berikut ini. 36 Tabel 2.7 Tahap perkembangan ranah afektif Tahap Karakteristik 1. Impersonal Pribadi yang tidak jelas afek menyebar. Pada tahap impersonal egosentrik, afeksi tidak memiliki struktur yang jelas. Perasaan seseorang belum terkontrol, masih berubah-ubah. 2. Heteronomi Pribadi yang jelas afek unilateral. Perasaan mulai dapat dikendalikan. 3. Antar pribadi Pribadi teman sejawat afek mutual. Tahap dimana seseorang dapat merasakan perasaan orang lain sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. 4. Psikologis- personal Afek yang didapat dibedakan satu sama lain afek interaktif yang kompleks. Tahap dimana seseorang sudah dapat merasakan perasaan orang lain sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. 5. Otonomi Pusat afek di sekitar konsep abstrak tentang otonomi diri dan orang lain afek yang didominasi oleh sifat otonomi. Tahap dimana seseorang dapat mengambil keputusan secara otonom dengan memperhatikan perasaan orang lain dan atas dasar hati nurani. 6. Integritas Pusat afek konsep abstrak integritas diri dan orang lain. Tahap dimana seseorang dapat mengambil keputusan otonom dengan memperhatikan perasaan orang lain serta nilai-nilai universal. Sumber: Dupont dalam Zuchdi, 2008: 165 Erikson dalam Adisusilo 2012: 38-39 berpendapat beda mengenai perkembangan afektif. Menurutnya perkembangan afektif dibagi menjadi delapan fase, sebagai berikut. 1. Trust kepercayaan dasar. Pada usia 0-1 tahun, karakteristik anak yaitu membangun kepercayaan pada hal-hal yang ada di sekitarnya berdasarkan pengalaman indrawinya. Perasaan percaya ini akan terbawa dalam perkembangan selanjutnya. 2. Autonomy otonomi. Pada usia 1-3 tahun, karakteristik anak yaitu timbul karena kemampuan motoris dan mental mulai berkembang, namun pada usia ini perasaan masih amat labil, berubah-ubah tergantung lingkungannya. 3. Initiative inisiatif. Pada usia 3-5 tahun, karakteristik anak yaitu sudah mulai menguasai badan dan gerakannya, sosialitas mulai berkembang, daya imajinatif dan inisiatif mulai tumbuh. 37 4. Productivity produktivitas. Pada usia 6-11 tahun, karakteristik anak yaitu mulai mengembangkan sifat ingin menghasilkan sesuatu sesuai dengan keinginannya. 5. Identity identitas. Pada usia 12-18 tahun, karakteristik anak yaitu dalam hal kematangan fisik dan mental mulai sempurna, maka dimensi interpersonal dan intrapersonal mulai muncul. 6. Intimacy keakraban. Pada usia 19-25 tahun, karakteristik anak yaitu kemampuan berbagi rasa dan memperhatikan orang lain mulai berkembang. 7. Generativity generasi berikut. Pada usia 25-45 tahun, karakteristik seseorang yaitu mulai memikirkan orang-orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang, serta masyarakatnya. 8. Integrity integritas. Pada usia 45 ke atas, karakteristik seseorang yaitu memikirkan jati dirinya yang penuh, menemukan integritas diri. Mengacu pada kutipan tersebut, maka karakteristik peserta didik di SMK masuk sampai pada fase identity identitas, yaitu peserta didik sudah memiliki kematangan fisik dan mental yang mulai sempurna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan afektif seseorang sama halnya dengan perkembangan kognitif, yang selalu mengalami perkembangan dari masa ke masa, dari waktu ke waktu hingga seseorang tersebut menemukan jati dirinya sebagai seseorang.

2.5 Pendidikan IPS

Konsep IPS pada awalnya berkembang dari Amerika Serikat dengan nama social studies. Pada perkembangan selanjutnya setelah berdirinya NCSS National Council for the Social Studies sebuah organisasi profesional yang secara khusus membina dan mengembangkan social studies pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serta keterkaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu pendidikan, pengertian social studies yang paling berpengaruh hingga akhir abad ke 20 adalah definisi yang dikemukakan oleh Edgar Wesley pada tahun 1937. 38 Wesley menyatakan bahwa ”The social studies are the social sciences simplified for pedagogickal purposes ”. Definisi itu kemudian dijadikan standar oleh National Council for the Social Studies NCSS untuk mengeluarkan definisi resmi yang membawa social studies semakin terintegrasi, sehingga mencakup disiplin ilmu yang semakin luas. Pada tahun 1993 National Council for the Social Studies NCSS dalam Sapriya 2012: 10 mengeluarkan definisi resmi social studies sebagai berikut Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematic and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and resoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world. Ilmu pengetahuan Sosial adalah studi terintegrasi tentang ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk membentuk warga negara yang baikkompeten. Program IPS di sekolah merupakan gambaran kajian sistematis dan koordinatif dari disiplin ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu pengetahuan politik, psikologi, agama dan sosiologi juga bersumber dari humaniora, matematika dan ilmu pengetahuan alam. Tujuan utama dari ilmu pengetahuan sosial adalah untuk membantu generasi muda mengembangkan kemampuannya untuk membuat keputusan-keputusan yang beralasan dan sebagai warganegara yang bertanggungjawab pada suatu masyarakat yang berbeda budaya, masyarakat dunia yang masih ketergantungan. Terkait dengan pengertian tersebut, mata pelajaran IPS dapat dikatakan sebagai mata pelajaran di sekolah yang dirumuskan atas dasar interdisipliner, multidisipliner dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora sosiologi,ekonomi, geografi, sejarah, politik, hukum, budaya, psikologi sosial, ekologi. 39 Pengertian Social Studies dikemukakan juga oleh ahli ilmu sosial bernama Banks 1990: 1 social studies sebagai berikut. The social studies is that part of the elementary and high school curriculum which has the primary responsibility for helping students to develop the knowledge, skills, attitudes, and vallues needed to participate in the civic life of their local communities, the nation and the world. Ilmu Pengetahuan sosial adalah bagian dari kurikulum SD dan sekolah menengah yang mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu para peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap- sikap dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengambil bagian di dalam kehidupannya sebagai warganegara, warga masyarakat ditingkat lokal, nasional dan dunia. Mengacu pada pendapat di atas, IPS memiliki peran mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pengetahuan guna melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Istilah studi sosial budaya pendidikan menunjukkan bahwa fungsi utama yang ditanggung pendidikan adalah pembudayaan atau internalisasi tata nilai dan adat istiadat masyarakat dengan tujuan supaya nilai-nilai lama yang dianggap luhur dan sekaligus menjamin kepribadian khas masyarakat tidak luntur dan berubah, serta tetap terjaga kelestariannya Soedijarto, 1993: 23. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai sebuah cabang Ilmu Pengetahuan lebih berorientasi pada manusia. Dalam konteks sosial sebagai sebuah ilmu, IPS tidak dapat berdiri sendiri tetapi didukung oleh beberapa disiplin ilmu yaitu ilmu-ilmu alam natural sciences, ilmu-ilmu sosial social sciences, humanitis humaniora, filsafat dan kemudian berhulu pada ajaran agama. IPS sebagai pendidikan sosial ditopang oleh berbagai disiplin ilmu tetapi tidak mengajarkan ilmu itu sebagai materi pendidikan. Materi untuk pendidikan IPS sebagai 40 pendidikan sosial diambil dari permasalahan yang ada di masyarakat Pargito, 2010: 24. Sedangkan menurut Trianto 2002: 124 tentang IPS sebagai berikut. Merupakan integrasi dari berbagai cabang-cabang ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, hukum, politik dan budaya. Ilmu sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang Ilmu Sosial sosiologi, sejarah, geografi, politik, hukum, budaya. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari cabang- cabang ilmu sosial : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat dan psikologi sosial. Demikian beberapa pengertian yang dikembangkan di Amerika Serikat oleh beberapa tokoh pendidikan terkenal. Pengembangan IPS di Indonesia banyak mengambil ide-ide dasar dari pendapat-pendapat yang dikembangkan di Amerika Serikat tersebut. Tujuan, materi dan penanganannya dikembangkan sendiri sesuai dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada realitas, gejala dan problem sosial yang menjadi kajian IPS yang tidak sama dengan negara-negara lain. Setiap negara memiliki perkembangan dan model pengembangan Social Studies yang berbeda. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka penelitian ini menitikberatkan kajiannya pada nilai-nilai kewirausahaan dalam pelajaran kewirausahaan terutama yang dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui pendekatan VCT.

2.6 Karakteristik Pendidikan IPS

Ada dua karakteristik utama IPS, yaitu sebagai bidang kajian penelitian yang ditujukan untuk membentuk warga negara yang baik dan kajian terpadu terhadap 41 banyak penelitian. Mengajarkan IPS harus multidisiplin, dengan tingkat kepekatan yang bertahap dari jenjang pendidikan SD yang sangat terpadu sampai jenjang SMA yang lebih parsial, meskipun masih tetap memperhatikan keterkaitannya. Karakteristik IPS menurut Banks dalam Pargito 2010: 38 sebagai berikut. 1. Social studies programs have as a major purpose the promotion of civic competens which is the knowledge, skill, and attitude requered of student to be able to assume “the office of citizen” as Thomas Jefferson called it in our democratic republik. program pendidikan IPS mempunyai tujuan utama membentuk warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap yang dibutuhkan peserta didik dalam suatu masyarakat yang demokratis. 2. Social studies program help student construct a knowledge base and attitude drawn from academic disciplines as spesialized ways of viewing reality.program pendidikan IPS membantu peserta didik dalam membangun pengetahuan dan sikap dari disiplin akademik sebagai suatu pengalaman khusus. 3. Social studies program reflect the changing nature of knowledge, fostering entirely new and highly integrated approached to resolving issues of signicanci to humanity. Program pendidikan IPS mencerminkan perubahan pengetahuan, mengembangkan sesuatu yang baru dan menggunakan pendekatan terintegrasi untuk memecahkan isu secara manusiawi. Soemantri dalam Sapriya 2012: 22 mengidentifikasi sejumlah karakteristik dari ilmu-ilmu sosial sebagai berikut. 1. Berbagai batang tubuh body of knowledge disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan secara sistematis dan ilmiah. 2. Batang tubuh disiplin itu berisikan sejumlah teori dan generalisasi yang handal dan kuat serta dapat diuji tingkat kebenarannya. 3. Batang tubuh disiplin ilmu-ilmu sosial ini disebut juga structure disiplin ilmu, atau ada juga yang menyebutnya dengan fundamental ideas. 4. Teori dan generalisasi dalam struktur itu disebut pula pengetahuan ilmiah yang dicapai lewat pendekatan ”conceptual” dan ”syntactis”, yaitu lewat proses bertanya, berhipotesis, pengumpulan data observasi dan eksperimen. 5. Setiap teori dan generalisasi itu terus dikembangkan, dikoreksi, dan diperbaiki untuk membantu dan menerangkan masa lalu, masa kini, dan masa depan serta membantu memecahkan masalah-masalah sosial melalui pikiran, sikap, dan tindakan terbaik.