Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas Bagaimana teks pada naskah pagelaran tanah Bagaimana kognisi sosial pada naskah pagelaran tanah komunitas teater Bagaimana Konstruksi Realitas teks naskah pagelaran tanah

vii

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas

Sosial dan Ilmu Politik, yang telah menandatangani surat pengantar permohonan penelitian peneliti.

2. Bapak Manap Solihat, S.Sos., M.Si, selaku Ketua program studi Ilmu

Komunikasi Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung. 3. Ibu Melly Maulin S.Sos, MSi, selaku selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Public Ralations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung 4. Ibu Iin Rahmi Handayani S.Sos., M.Si selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sekaligus Dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, dukungan, motivasi, menghibur dan semangat kepada peneliti. 5. Adiyana Slamet, S.IP., M.Si selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan arahan, dukungan, menghibur dan semangat kepada peneliti. 6. Ari prasetyo S.Sos., M.Si selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan arahan, dukungan, menghibur dan semangat kepada peneliti. 7. Ibu Rismawaty, S.Sos,. M.Si, selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. sekaligus dosen wali Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan banyak dukungan, motivasi, dan menghibur peneliti . 8. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti. viii 9. Kepada seluruh staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah ikut membantu setiap proses untuk penelitian. 10. Ibu Astri Ikawati, A.Md.Kom, selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung, yang telah membantu penulis dalam hal administrasi perkuliahan. 11. Untuk keluargaku, neneku tercinta Lasyatun, ayahku Yophi Alpha heryanto, mama Eky , Cici Dewi, Om Sodikin, Ci Ari, Om Deni, Onyx, Rivany, Diadra, serta untuk semua anggota keluarga yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih untuk semua doa dan dukungan yang telah diberiakan. 12. Terima kasih Kepada Iman Soleh dan keluarga, Peri Sandi, Dery Saefulloh Aconk, Koi Harry Pagabdian Yusup, Dellu uye, Derru, yadi, cucu, bintang, ape, idil, dan teman teman Celah Celah Langit yang lain . 13. Terima Kasih Kepada Harry Pangabdia Yusup, Babbete Stroes, Joost Larakker, dan Sharon Jason telah memberi warna di hari-hari saya,finger in head yala yala. 14. Terima kasih peneliti ucapkan juga untuk saudara-saudara peneliti:Vida Regina, Arlitch Naurky, Dhiny, Tesa Eka Maulana Yusup, Addinda Sonang Danial, Mbie, Nisa Restiani, Farida, Kukuh Juliansyah, Teguh, Bella, Tasya, Ferdiz, Anca, reza, Evry, okym, toke, dukun, ferdis dan Semua Teman Teman Ma Kokom. yang telah menemani hari-hari ix peneliti selama masa kuliah. Terima kasih untuk segala tawa, canda, dan haru yang telah diberikan. 15. Terima kasih kepada Wahyu Sutejo Putra yang sudah memberi motivasi dan tawa setiap hari, Eko nugroho, Moli, om bagus, otot, sena, adi biho, rani biho, dika mehong, tile, very, dan sandy yang sudah memberi keceriaan dan nasihat kepada penulis. 16. Terimakasih kepada teman-teman Ik Jurnalistik seperjuangan selama masa penelitian,. Terima kasih untuk semangat dan dukungan yang telah diberikan. 17. Terima kasih kepada teman teman event organation Ardan, om Mbien, Ait bombay, Dini putih, Titi sumenep, wulan daun, Intan Suha, Dena, Away, Robi dan semuanya. 18. Terima kasih untuk The panic dan kawan-kawan, akis, agi, eko, uum, adit, koi, tesa dan sonang, kexnroll dan anak mamihnya, mbie putra petir, eky dan ucrit, jaya, bang tigor dan friska, nisa restiani, keep rockin guys, yeah 19. Terimakasih kepada semua yang tidak bisa disebut satu persatu yang telah bertukaran pikiran, menghibur dan memberikan semangat kepada penulis. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penulisan laporan penelitian ini semoga dapat memberikan .Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Bandung, Juli 2011 Peneliti 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Celah-Celah Langit CCL merupakan salah satu organisasi informal di lingkungan teater yang secara resmi berdiri pada 22 Mei 1998 dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pengembangan bakat seni teater khususnya di Kota Bandung. CCL dalam pentas-pentas teaternya merujuk pada gagasan atau visinya untuk membuat teater dekat dengan masyarakat. Proses teaternya bersinggungan dengan ratusan mahasiswa penghuni kontrakan yang mengelilinginya, warga Ledeng, para pedagang, anak-anak dan bahkan ayam-ayam yang berkeliaran di halaman yang ditumbuhi pepohonan. Dari prosesnya selalu saja ada anak-anak, tukang parkir terminal, para mahasiswa maupun warga Ledeng yang secara sengaja ataupun tidak sengaja turut menyaksikannya. Sehingga, proses kreatif teater CCL senantiasa memperhitungkan dan mempertimbangkan kehadiran masyarakat Ledeng sebagai publik apresiatornya. Melihat CCL sebagai kelompok teater adalah melihat salah satu aspek spesifik dari keberadaan CCL sebagai komunitas budaya yang berfokus pada seni pertunjukan. Artinya, eksplorasi estetik yang dilakukan CCL dalam pentas-pentas teaternya selalu merujuk pada gagasan atau visinya untuk membuat teater dekat dengan masyarakat. Teater lahir dari masyarakat, belajar dari masyarakat, hadir untuk masyarakat. Dia adalah media penguatan nilai-nilai masyarakat. Iman Soleh adalah penggerak untuk seluruh kegiatan teater CCL. Sebagai seorang seniman, Iman merasa beruntung karena para tetangganya banyak yang sudah lama berkesenian. Namun, di era rezim Orde Baru talenta berkesenian para tetangga Iman itu tidak terekspresikan secara optimal karena berbagai kendala, seperti masalah tempat, dana, dan perizinan. Interaksi yang dibangun CCL memungkinkan warganya akrab dengan kesenian dan para pelakunya, karena seringnya CCL mengundang dan mengakomodir pementasan dari luar memungkinkan pertukaran budaya dan interaksi sosial terbina di sana. Masyarakat Ledeng, terutama anak-anak menjadi terbiasa oleh perbedaan dan keberlainan termasuk di dalamnya ekspresi estetik-artistik yang menyertainya. Interaksi ini berdampak pada kesadaran dan melahirkan pengertian, simpati, partisipasi dan kecintaan. Anak-anak adalah penonton teater yang sangat antusias di Ledeng. Tidak sedikit warga Ledeng yang tidak punya latar belakang kesenian akhirnya turut bermain dalam garapan teater CCL. Garapan CCL adalah melihat persoalan dan idiom yang dekat dengan masyarakat. Pilihan artistik, model perwujudan pentasnya dibuat sedekat- dekatnya dengan apa yang menjadi bagian keseharian masyarakatnya. Dengan mengangkat soal-soal yang biasa dan dekat, secara tidak langsung CCL mengajak warganya untuk melahirkan karya kreatif dari persoalan sehari-hari, dari apa yang ada dan apa yang dimiliki. Program-program kerja yang dirancang bertujuan untuk mempromosikan, mengembangkan bakat para pemain serta mengkritiki permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar masyarakat. Teater lahir dari masyarakat, belajar dari masyarakat, hadir untuk masyarakat. Harapan dari tema yang diangkat oleh seniman pastilah mempunyai kecenderungan dalam maksud dan tujuan karya tersebut diwujudkan, adalah sebuah tujuan agar para panikmat seni bisa memahami karya yang ditampilkan agar terjadi apa yang dinamakan komunikasi, sehingga pesan yang ingin disampaikan seniman kepada penikmat seni atau yang lain dapat difahami dengan jelas sehingga tidak menutup kemungkinan sebuah karya seni berfungsi juga sebagai media pengingatan atau bahkan penyadaran, interaksi yang diharapkan dengan munculnya karya seni yang bertemakan kritik sosial merupakan sebuah kemajuan dalam berkesenian, sebab karya- karya yang dibuat akan sangat menarik untuk dinikmati dengan tidak bernada menggurui atau memaksakan kehendak, pesan yang terdapat dalam karya akan dapat tersampaikan dengan lebih menarik dan menyenangkan. Ketertarikan peneliti dalam mengangkat tema tanah pada pageleran teater komunitas Celah-Celah Langit Bandung karena tanah merupakan persoalan yang biasa didengar dan menjadi biasa untuk sebagian orang, tetapi sebenarnya tanah merupakan persoalan mengenai rasa menghargai tempat dimana manusia berpijak dan mencari penghasilan untuk kehidupan. Tanah merupakan lahan kehidupan bagi masyarakat indonesia khususnya karena Indonesia merupakan negara agraris, karena kehidupan perekonomian Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Selain itu, tanah memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam berbagai kehidupan, terlebih lagi sebagai tempat bermukimperumahan. Maraknya pembangunan di berbagai bidang kehidupan, menyebabkan tanah menjadi komoditi yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi dan sulit dikendalikan. Kondisi demikian terutama diakibatkan oleh kebutuhan lahan yang terus meningkat dengan sangat pesat sementara ketersediaannya terbatas, dan tidak mungkin dapat diproduksi seperti kebutuhan lainnya. Sehingga tidak jarang menimbulkan konflik pertanahan baik berupa konflik kepemilikan dan penguasaan, maupun konflik yang menyangkut penggunaan tanah itu sendiri. Setiap karya seni, sedikit banyak mencerminkan setting masyarakat tempat seni itu diciptakan. Sebuah karya seni ada karena seorang seniman menciptakanya. Dan, seniman itu selalu berasal dan hidup dari masyarakat tertentu. Kehidupan dalam masyarakat itu merupakan kenyataan yang langsung dihadapi sebagai rangsangan atau pemicu kreatifitas kesenimannya. dalam menghadapi rangsangan penciptaannya, seniman mungkin sekedar saksi masyarakat, atau bisa juga sebagai kritikus masyarakat, atau memberikan alternatif dari kehidupan masyarakatnya. Dalam hal ini, seniman memainkan peran keberadaan dirinya yang bebas dari nilai-nilai yang dianut masyarakat. Jadi, meskipun seniman hidup dalam suatu masyarakat dengan tata nilainya sendiri, dan dia belajar hidup dengan tata nilai tersebut, ia juga punya kebebasan untuk menyetujui atau tidak menyetujui tata nilai masyarakat itu. Dengan demikian seniman memang tidak bisa lepas dari kehidupan sosial kemasyarakatan itu sendiri sehingga kehidupan yang ada tetap akan mempengaruhi setiap karya yang akan diciptakannya, sehingga seniman juga dapat terpengaruh segala kejadian, dalam hal ini bisa yang sifatnya baik ataupun buruk. Seniman dalam mengambil tema kritik dalam karyanya dengan sendirinya sudah menempatkan fungsi dari seni sebagai alat untuk berkomunikasi .Istilah kritik, atau orang Inggris menyebutnya dengan criticism berasal dari bahasa Yunani kritikos yang rapat hubunganya dengan krinein yang artinya lebih kurang mengamat, membanding,memisahkan dan menimbang. Di Yunani ada kata krites yang maksudnya hakim. Dengan krinein berarti juga menghakimi. Apabila berbicara masalah kritik, persepsi orang pasti sudah bernuansa koreksi, meneliti, pokoknya hal-hal yang sangat tidak disukai oleh manusia, karena sifat dasar manusia tidak suka apabila kesalahan atau kejelekkanya diketahui oleh orang lain, lain halnya jika kita membicarakan tentang pujian, pasti setiap orang akan menyukainya dan bisa jadi malah mencari-cari agar dipuji. Pemahaman seperti itu memang tidak salah, akan tetapi bayangkan apabila dalam kehidupan ini tidak ada koreksi atau kritik yang bernuansa positif atau membangun, maka akan sangat sulit sekali membedakan mana yang baik dan mana yang tidak, sehingga keadaan akan berhenti atau monoton serta tidak berkembang, maka apabila kita tinjau lebih dalam dari permasalahan ini, memang kritik itu penting dalam kehidupan manusia, sebagaimana setiap umat beragama pasti memerlukan rambu-rambu atau pedoman dalam menjalani kehidupan hal ini dibuktikan dengan adanya kitab suci yang menyertai setiap agama yang ada, yang juga dapat digunakan juga sebagai alat kontrol dalam kehidupan. Seniman adalah bagian dalam kehidupan sosial, kehidupan sosial diliputi oleh kemajemukan dari permasalahan dan kejadian yang ada, sehingga bagi diri seniman kehidupan merupakan suatu lahan dalam menemukan ide atau gagasan dalam menciptakan sebuah karya seni, dengan kepekaan dan kehalusan dalam mengolah rasa, maka penemuan ide bisa terjadi dengan melihat, mendengar, dan menyelami bersama kehidupan yang sedang berjalan secara terus- menerus dan berkesinambungan sehingga seniman dapat menciptakan karyanya sesuai perasaan yang sedang berlangsung dalam hal ini adalah kejadian yang berhubungan dengan kehidupan sosial atau politik. Maka dapat dikatakan bahwa kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya suatu sistem sosial atau proses bermasyarakat. Teater merupakan kisah kehidupan manusia yang disusun untuk ditampilkan sebagai pertunjukkan di atas pentas oleh para pelaku dengan dan ditonton oleh publik penonton. Teater sebagai sebuah seni pertunjukan tidak telepas dari aspek tanda dan simbol kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang merupakan bahan bakar penciptaan bagi penulis maupun pekerja seni teater lainnya akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan tanda dan simbol-simbol kehidupan. Tanda dan simbol yang sifatnya universal tersebut oleh banyak ilmuwan diyakini sebagai dasar dari semua komunikasi. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. dalam usahanya untuk mengembangkan berbagai macam cabang disiplin komunikasi dalam teater khususnya, menegaskan bahwa yang paling penting yaitu : 1. tanda dan simbol, 2. bahasa, dan 3. wacana. Setiap orang dalam melakukan kegiatan komunikasi pasti mempunyai persepsi dan konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas, berdasarkan pengalaman, preferensi, pendidikan dan lingkungan sosial, yang dimiliki masing-masing individu. Karenanya sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda. Dalam konstruksi realitas, bahasa merupakan unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada tulisan, cerita ataupun ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa. keberadaan bahasa tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan realitas, melainkan bisa menentukan gambaran citra yang akan muncul di benak khalayak. Bahasa yang dipakai penulis, ternyata mampu mempengaruhi cara melafalkan pronounciation, tata bahasa grammar, susunan kalimat syntax, perluasan dan modifikasi perbendaharaan kata, dan akhirnya mengubah dan atau mengembangkan percakapan speech, bahasa language dan makna meaning. maka penulis tertarik mengambil judul Konstruksi Realitas Teks Naskah Pagelaran Tanah Komunitas Teater Celah-Celah langit Bandung .

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah penelitian, penulis ingin membatasi permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah penelitian, penulis ingin membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana teks pada naskah pagelaran tanah

komunitas teater Celah- Celah Langit Bandung?

2. Bagaimana kognisi sosial pada naskah pagelaran tanah komunitas teater

Celah-Celah Langit Bandung? 3. Bagaimana Konteks sosial pada naskah pagelaran tanah komunitas teater Celah-Celah Langit Bandung?

4. Bagaimana Konstruksi Realitas teks naskah pagelaran tanah komunitas

teater Celah Celah Langit Bandung?

1.3 Maksud dan tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud penelitian

Maksud dan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mengetahui mengenai sejauhmana konstruksi realitas pada naskah pagelaran tanah komunitas teater Celah-Celah Langit Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu dan menjawab pertanyaan yang ada pada indentifikasi masalah, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana teks pada naskah pagelaran tanah

komunitas teater Celah-Celah Langit Bandung. 2. Untuk mengetahui bagaimana kognisi sosial pada naskah pagelaran tanah komunitas teater Celah-Celah Langit Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana pada naskah pagelaran tanah

komunitas teater Celah-Celah Langit Bandung. 4. Untuk mengetahui konstruksi realitas pada naskah pagelaran tanah komunitas teater Celah-Celah Langit Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Secara teoritis, penulis berharap penelitian ini dapat menjadi pengembangan ilmiah, terutama bagi ilmu komunikasi umumnya dan pengembangan ilmu humas khususnya yang menyangkut dengan komunikasi kelompok serta pengembangan ilmiah tentang komunitas atau kelompok yang berpartisipasi dengan masyarakat.

1.4.2 Kegunaan Praktis A. Kegunaan Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk meneliti lebih lanjut dari sisi dan masalah penelitian yang sama dalam konteks komunikasi kelompok.

B. Kegunaan Bagi Universitas

Untuk pihak universitas khususnya jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik berguna sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian yang sama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk seluruh mahasiswa untuk meningkatan pengetahuan mahasiswa memberikan pengetahuan tentang kritik sosial dalam pagelaran teater . C. Kegunaan bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi mengenai Kritik sosial dalam pagelaran teater khususnya. 1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka pemikiran praktis Kerangka pemikiran merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan sebagai skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan mencoba menjelaskan pokok masalah penelitian. Penjelasan yang disusun akan menggabungkan antara teori dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Penelitian ini didasari pula pada kerangka pemikiran secara teoritis maupun praktis dengan fokus penelitian adalah analisis wacana. Analisis wacana adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi. Stubbs 1983:1 mengatakan bahwa analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan menganalisis bahasa yag digunakan secara alamiah, baik lisan atau tulis, misalnya pemakaian bahasa dalam komunikasi sehari- hari.Stubbs, 1983 : 1 Sedangkan Kartomiharjo 1992 : 21 mengungkap bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembagkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis sama atau paling tidak sangat ketat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, atau oleh penulis dalam wacana tulis. Analisis wacana kritis adalah sebuah upaya atau proses penguraian untuk memberi penjelasa dari sebuah teks realita sosial yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya, dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi dari penulis dari berbagai faktor. Selain itu harus disadari pula bahwa dibalik wacana itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan. Teun A Van Dijk 1998 mengemukakan bahwa analisis wacana kritis digunakan untuk menganalisis wacana-wacana kritis, diantaranya politik, ras, gender, kelas sosial, hegemoni dan lain-lain. Cara untuk melakukan analisis wacana kritis tidak mempunyai kesatuan kerangka teoritis atau metodologi tertentu, tetapi tergantung pada pemusatan pikiran dan keterampilam-keterampilan yang berguna untuk menganalisis teks yang didasari latar belakang ilmu pengetahuan dan daya nalar. Analisis wacana kritis juga dilakukan pada bahasa-bahasa tubuh, ucapan, lambang, gambar visual, dan bentuk-bentuk semiosis lainnya. Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya berdasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus diamati. Di sini, dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahua kenapa teks bisa semacam itu. Penelitian mengenai wacana tidak bisa mengekslusi seakan-akan teks adalah bidang yag kosong, sebaliknya teks adalah bagian kecil dari struktur besar masyarakat. Model yang diperkenalkan Teun A Van Dijk ini sering disebut kognis sosial. Van dijk tidak mengeksklusi modelnya semata-mata dengan menganalisis teks semata. Ia juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Tiga dimensi bangunan : teks, kognis sosial, dan konteks sosal. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut kedalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Kognisi sosial dipelajari proses produks teks berita yang melibatkan kognisi individu. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Model dari analisis Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Model Analisis Teun A Van Dijk Sumber : Eriyanto, Analisis Wacana 2001 A. Teks Van dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan masing-masing bagian saling mendukung. Van dijk membaginya kedalam tiga tingkatan: 1. Struktur makro Struktur makro merupakan makna global atau umum dari suatu teks yag dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Elemen wacana Van Dijk yang akan diamati dalam struktur makro adalah : Konteks sosial Kognisi sosial Teks a. Temantik Tema atau topik yang dikedepankan dalam suatu berita. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh penulis dalam hasil tulisan tersebut. Topik menunjukan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu tulisan. 2. Superstruktur Superstruktur merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian- bagian teks tersusun secara utuh. Elemen yang akan diteliti pada superstruktur adalah : a. Skematik Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukan bagaimaa bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. 3. Struktur mikro Struktur mikro merupakan makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, prosisi, anak kalimat, parafrase dan gambar. Elemen yang akan diteliti pada struktur mikro adalah : a. Semantik Makna yang ingin ditekanka dalam suatu teks dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi sisi yang lain. b. Sintaksis Bentuk dan sususnan kalimat yang dipilih, seperti koherensi dan kata ganti. c. Stilistik Pilihan kata yang dipakai dalam suatu teks, seperti leksikon yaitu pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata yang dipakai tidak hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukan pemaknaa seseorang terhadap fakta dan realitas. d. Retoris Penekaanan kata yang dipilih menggunakan penekanan, seperti grafis, metafora dan ekspresi. B. Kognisi Sosial Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Struktur wacana itu sendiri menunjukan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pamakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Karena setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. Peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema. Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di mana tercakup di dalamnya bagaimana kita memandang manusia, peranan sosial, dan peristiwa. Skema menunjukan bahwa kita menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memproses informasi yang datang dari lingkungan. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan sosialisasi. Sebagai sebuah struktur mental, skema menolong kita menjelaskan realitas dunia yang kompleks. Skema bekerja secara aktif untuk mengkonstruksi realitas dan memahami apa yang harus dipahami, maknai, dan ingat tentang sesuatu. Skema menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan informasi yang tersimpan dalam memorinya dan bagaimana itu diintergrasikan dengan informasi baru yang menggambarkan bagaimana peristiwa dipahami, ditafsirkan, dan dimasukan sebagai bagian dari pengetahuan mengenai suatu realitas. Pemahaman realitas dipengaruhi oleh pengalaman dan memori. Model yang tertanam dalam ingatan tidak hanya berupa gambaran pengetahuan, tetapi juga pendapat atau penilaian mengenai sebuah peristiwa. Penilaian itu mempunyai pengaruh besar pada teks yang ditemukan sat menggambarkan pembuat teks. C. Konteks Sosial Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat sehingga untuk meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari analisis kognisi sosial adalah untuk menunjukan makna yang dihayati bersama. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini ada dua poin yang penting : 1. Kekuasaan power Van Dijk mendefinisikan kekuasaa tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok atau anggotanya , satu kelompok untuk mengontrol kelompok atau anggota dari kelompok lain. Kekuasaan yang dimaksud umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan juga secara tidak langsung mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap dan pengetahuan. 2. Akses acces Analisis wacana Van Dijk, memperhatikan bagaimana akses di antara masing masing kelompok dalam masyarkat. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.

1.5.2 Kerangka konseptual

Pada kerangka konseptual ini pengumpulan data dengan pencarian informasi mengenai kritik sosial dalam tema tanah pada pegelaran teater komunitas celah-celah langit Bandung. Analisis wacana kritis adalah sebuah upaya atau proses penguraian untuk memberi penjelasan dari sebuah teks realita sosial yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya, dalam sebuah konteks, maksudnya disini adalah pagelaran teater tema tanah yang dilakukan oleh komunitas celah-celah langit Bandung, harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi dari Iman Soleh sebagai sutradara dan para pemain teater sebagai penulis. Selain itu harus disadari pula bahwa dibalik wacana itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan. Teun A Van Dijk menggambarkan tiga dimensi wacana yaitu : 1. Teks Teks meneliti mengenai bagaimana struktur teks dan strategi wacana dipakai untuk menegaskan tema tanah pada pagelaran teater komunitas celah-celah langit Bandung.Van dijk membaginya kedalam tiga tingkatan: a. Struktur makro Makna tanah menjadi makna global yang akan menjadi topik yang diamati. Peneliti mengamati makna global pada teks naskah Tanah pada pagelaran yang dilakukan komunitas celah-celah langit Bandung. b. Superstruktur Kerangka teks atau naskah tanah seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan merupakan makna wacana yang dapat diamati, juga pemikiran para pemain yang juga sebagai pembuat naskah dan Iman Soleh sebagai sutradara yang menjadikan semua ide naskah menjadi suatu bentuk naskah yang tersusun secara utuh.

c. Struktur mikro

Makna wacana yang diamati dari bagian kecil dari teks atau naskah tanah yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. 2. Kognisis Sosial Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Struktur naskah tanah menunjukan sejumlah makna mengenai permasalahan tanah, dengan tema tanah teks naskah tanah bercerita pentingnya menghargai tanah tempat manusia berpijak dan mencari penghidupan. Pada teks tanah itu pula turut memasukan beberapa unsur ide, opini dan pendapat para pembuat naskah tanah itu, termasuk pula ideologi dari para pemain dan sutradara Iman Soleh yang turut andil membuat naskah. 3. Konteks Sosial Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks. Cara memandang atau melihat suatu realita sosial itu melahirkan teks tertentu. Konteks sosial melihat bagaimana teks tanah itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan mengenai permasalahan yang berhubungan dengan tanah yang berkembang dalam masyarakat. Titik penting dalam penelitian dari analisis ini adalah untuk menunjukan makna yang dihayati bersama. Menurut Van Dijk, ada dua poin yang penting dalam analisis mengenai masyaakat ini : b. Kekuasaan power Kekuasaan di sini merupakan kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok, satu kelompok untuk mengontrol kelompok lain. Kekuasaan pengetahuan disini, tentu saja Iman Soleh sebagai penggerak dan pembuat naskah Tanah dalam komunitas Celah-celah Langit Bandung yag mengontrol secara fisik, langsung, dan persuasif. c. Akses acces Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi menentukan isi dan topik tanah yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Adapun beberapa pertanyaan penelitian yang akan diajukan: 1. Bagaimana Teks pada naskah pagelaran tanah komunitas teater Celah- Celah Langit Bandung? a. Apakah arti tanah pada pagelaran teater komunitas celah-celah langit Bandung? b. Bagaimana naskah tanah dapat diproduksi? c. Dari mana inspirasi tema tanah tersebut? d. Apakah semua anggota ikut terlibat dalam pembuatan naskah tanah pada pagelaran teater ini? e. Seberapa lama pembuatan naskah tanah ? 2. Bagaimana kognisi sosial pada naskah pagelaran tanah komunitas teater Celah-Celah Langit Bandung? a. Apa makna dari tema tanah pada pagelaran teater komunitas celah- celah langit Bandung? b. Bagaimana pendapat anda mengenai tema tanah yang diangkat? c. Ideologi apa yang mendasari terbentuknya naskah tersebut? d. Bagaimana pagelaran teater ini dalam memandang manusia? e. Bagaimana peranan sosial dalam tema tanah pada pagelaran teater komunitas celah-celah langit Bandung? f. Peristiwa apa yang melatar belakangi pembuatan naskah tema Tanah? 3. Bagaimana konteks sosial pada naskah pagelaran tanah komunitas teater Celah-Celah Langit Bandung? a. Bagaimana struktur sosial masyarakat dalam pagelaran teater ini? b. Pengetahuan apa yang kita dapat dalam pagelaran teater tema tanah pada komunitas celah-celah langit Bandung? c. Bagaimana pagelaran teater tema tanah ini diproduksi? d. Bagaimana cara mengontrol para pemain teater? e. Bagaimana akses penyebaran pagelaran teater tema tanah pada pagelaran teater komunitas celah-celah langit Bandung?

1.7 Subjek Penelitian dan Informan

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yaitu keseluruhan objek dimana terdapat beberapa narasumber atau informan yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Wawancara akan dilakukan berdasarkan kriteria tertentu kepada subjek penelitian.Wawancara akan dilakukan kepada pembuat naskah yaitu para pemain teater komunitas Celah-Celah Langit Bandung dan Iman Soleh sebagai salah satu penulis dan sutradara pagelaran teater tema tanah pada pagelaran teater komunitas celah- celah langit Bandung. Menurut Webster s New Collegiate Dictionary : Seorang informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi . Spradley, 2006:39.

1.7.2 Informan Penelitian

Informan narasumber penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi data banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam penelitian ini yaitu berasal dari wawancara langsung yang disebut sebagai narasumber. Adapun definisi narasumber menurut Bagong Suyatna adalah Peranan informan dalam mengambil data yang akan digali dari orang-orang tertentu yang dinilai menguasai persoalan yang hendak diteliti, mempunyai keahlian dan berwawasan cukup Suyatna, 2005 :72 Informan dipilih secara purposive purposive sampling berdasarkan aktivitas mereka dan kesediaan mereka untuk mengeksplorasi pengalaman mereka secara sadar dam tidak sadar. Peneliti dapat memilih informan, atau bisa juga informan yang mengajukan secara sukarela. Pada penelitian ini, peneliti menarik orang-orang yang berada di komunitas celah-celah langit Bandung sebagai informan yang menjadi sutradara dan pemain teater yang berjumlah 4 orang dari keseluruhan 13 orang dan 1 orang petani. Jumlah 4 orang berdasarkan pra riset sebelumnya yang berbentuk wawancara kecil dan observasi dimana informan yang akan diwawancara adalah benar benar berkompeten dan anggota dari komunitas Celah-Celah Langit. Pengambilan informan secara sengaja sesuai dengan persyaratan atau kriteria tertentu yang diperlukan. Penelitian ini menggunakan informan yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian. Informan diambil berdasarkan penilaian judgment peneliti mengenai siapa-siapa saja yang pantas memenuhi persyaratan untuk dijadikan informan. Oleh karenanya agar tidak sangat subjektif, sebagai penulis, penulis memahami ciri dan karakteristik objek atau informan yang sesuai dengan persyaratan dan tujuan penelitian sehingga memperoleh data yang akurat. Data informan tersebut ditampilkan sebagai berikut : Table 1.1 Informan Penelitian No Nama Keterangan 1 Iman Soleh Sutradara dan editor 2 Dhery Saefulloh Pemain 3 Peri Sandi Pemain 4 Harry Pangabdian Maulana Yususf pemain 5 Pardi petani

1.8 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode penelitian yang digunakan adalah dengan teknik analisis Wacana. Analisis wacana menurut Kartomiharjo adalah Cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat.Analisis wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang persis sama atau paling tidak sangat ketat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan, atau oleh penulis dalam wacana tulis. Kartomiharjo, 1999 : 21 Analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan ini dilakukan diantaranya dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara denga penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara. Berdasarkan analisisnya, ciri dan sifat wacana menurut Syamsuddin 1992 : 6 analisis wacana dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat. 2. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks, dan situasi. 3. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui interpretasi semantik. 4. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa. 5. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara fungsional. Ciri- ciri dasar lain dapat diramu dari pendapat beberapa ahli, seperti Merrit, Sclegloff, dan Sacls, Fraser, Searle, Richard, Halliday, Hasan, dan Horn, antara lain sebagai berikut. Syamsuddin, 1992 :6 1. Analisis wacana bersifat interpretatif pragmatis, baik bentuk bahasa maupun maksudnya 2. Analisis wacana banyak bergantung pada interpretasi terhadap konteks dan pengetahuan yang luas. 3. Semua unsur yang terkandung di dalam wacana dianalisis sebagai suatu rangkaian. 4. Wujud bahasa dalam wacana itu lebih jelas karena didukung oleh situasi yang tepat. 5. Khusus untuk wacana dialog, kegiatan analisis terutama berkaitan dengan pertanyaan, jawaban, kesempatan berbicara, penggalan percakapan dan lain-lain. Berdasarkan penjelasan teknik analisis wacana dan mengetahui dengan jelas kritik sosial dalam tema tanah pada pagelaran teater komunitas celah-celah langit Bandung.

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti berupa: 1. Analisis wacana Analisis wacana adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata dalam komunikasi. Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti dan menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah baik lisan maupun tulisan, misalnya pemakaian bahasa dalam komunikasi sehari-hari . Stubbs, 1983 : 1 Apabila digambarkan, makan skema penelitian dan metode yang bisa dilakukan dalam kerangka Van Dijk adalah : a. Teks Menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan suatu kelompok, gagasan, atau peristiwa tertentu. Metode penelitian yang dipakai adalah critical linguistik. b. Kognisi Sosial Menganalisis bagaimana kognisi penulis dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis. Metode penelitian yang dipakai adalah wawancara mendalam. c. Konteks Sosial Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa yang digambarkan. Metode yang dipakai adalah studi pustaka, dan penelusuran sejarah. 2. Wawancara Mendalam In-depth Interview Untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber langsung sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara. Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan Tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atas masalah yang diteliti : wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai interviewee sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu . Koentjaradiningrat, 1986:136 Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data- data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan, kemudian terus-menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung. 3. Observasi Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatannya terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan Observasi naturalistik dalam konteks natural tertentu selama periode tertentu, dengan menggunakan sejumlah teknik pengumpulan informasi. Para peneliti lapangan meneliti segala hal tempat ,pola pola relasi personal, reaksi orang pada kejadian dan sebagainya. 4. Studi Literatur Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan terbuka dimana dengan mengumpulkan data atau keterangan melalui bahan bacaan mengenai masalah yang diteliti. Dengan teknik kepustakaan ini diharapkan mendapat dukungan teori dalam pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip pendapat-pendapat para ahli, hal ini diharapkan akan memeperjelas dan memperkuat pembahasan yang akan diuraikan. 5. Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. 6. Penelusuran Data Online Penelusuran data online menurut Burhan Bungin adalah : Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis Bungin, 2008: 148. Dari pendapat Burhan Bungin yang dikutip diatas, peneliti menggunakan sumber yang online sebagai data pendukung untuk kebutuhan informasi penelitian ini, baik dengan menggunakan jasa search engine seperti: google, yahoo, dan blog karena didalam situs ini banyak informasi-informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian ini. Jadi, sudah selayaknya untuk mendapatkan informasi yang berkaitan, yang bisa didapat dari jaringan online untuk umum.

1.10 Teknik Analisa Data

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan. Menurut Bodgan Biklen bahwa: Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memmutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain Bodgan dan Biklen dalam Moleong, 2005:248 Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif dari yang khusus kepada yang umum, seperti dikemukakan Faisal dalam Bungin, 2003: 68-69: Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu logika yang bertitik tolak dari khusus ke umum ; bukan dari umum ke khusus sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Faisal, 2003 : 68-69 Tabel 1.2 Jadwal Kegiatan Penelitian No Kegiatan Bulan Februari Maret April Mei Juni Juli 1 TAHAP PERSIAPAN Pengajuan Judul Persetujuan Judul 2 TAHAP PENELITIAN Wawancara 3 TAHAP PENYUSUNAN Pengolahan Data Analisis Data Penyusunan 4 SIDANG 1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di komunitas Celah Celah Langit daerah Ledeng Bandung. Penelitian yang dilakukan tidak terfokus pada satu tempat, tetapi dilakukan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan informan.

1.11.2 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini kurang lebih selama 5 bulan, yaitu mulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Juli 2011.

1.12. Sistematika Penulisan

Penulisan Penelitian ini dapat diuraikan dengan sistematika berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Mencakup tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian meliputi; kegunaan teoritis, kegunaan praktis, kerangka pemikiran, teknik pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data , subjek penelitian dan informan, lokasi dan waktu penelitian meliputi; lokasi penelitian, waktu penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan tentang analisis wacana kritik social.

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Mencakup gambaran umum Celah Celah Langit Bandung meliputi; sejarah, visi misi, moto, logo, khususnya kepada para pemain dan sutradara yang sekaligus pembuat naskah

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Terdiri atas Analisis Data Responden dan Analisis Data Penelitian dan pembahasan data penelitian.

BAB V : PENUTUP

Bab ini mengenai kesimppulan dari seluruh bab dan saran dari peneliti untuk Komunitas teater khususnya Celah celah Langit Bandung. 36 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi secara bebas dipergunakan oleh setiap orang dalam masyarakat. Istilah komunikasi berasal dari kata latin Communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Effendy 1998:9 komunikasi atau proses komunikasi harus adanya persamaan makna antara komunikator dengan komunikan, sehingga pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat direrima dengan baik oleh komunikan Effendy, 2003:9. Komunikasi juga sebagai penyebaran informasi dari pimpinan kepada bawahan. Untuk lebih jelas penulis kemukakan mengenai pengertian komunikasi. Menurut Hovland dalam Effendy 1986:10 memberikan definisi bahwa komunikasi sebagai communication is process to modify the behavior of other individual komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain. Wexley dan Yulk dalam Warsanto 2002:153 mengemukakan komunikasi adalah communication can be defined as the transmission of information between two or more person komunikasi dapat diberikan definisi sebagai pengiriman informasi antara dua orang atau lebih. Sedangkan menurut Kartini Kartono 1982:23 mengemukakan bahwa komunikasi adalah kapasitas individu dan kelompok untuk menyampaikan perasaan, pikiran, ide-ide sendiri kepada orang lain . Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti atau makna diantara mereka

2.1.2 Tujuan Komunikasi

Kegiatan komunikasi yang manusia lakukan sehari-hari tentu memiliki suatu tujuan tertentu yang berbeda-beda yang nantinya diharapkan dapat tercipta saling pengertian. Berikut tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy: 1. Perubahan sikap Attitude change 2. Perubahan pendapat Opinion change 3. Perubahan prilaku Behavior change 4. Perubahan sosial Social change Effendy, 2003 : 8 Dari empat poin yang dikemukakan oleh Onong Uchjana effendy, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, dan pada perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang utama, mendidik, menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap dan bertindak.

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Komunikasi dalam pelaksanaannya memiliki berbagai macam fungsi dalam kehidupan manusia, seperti berikut ini ; 1. Menyampaikan informasi to inform 2. Mendidik to educate 3. Menghibur to entertain 4. Mempengaruhi to influence Effendy, 2003 :8 Dari poin tersebut diatas, biasanya selalu ada dan terkandung pada setiap pesan yang disampaikan, baik melalui media cetak atau elektronik ataupun pada lisan dan tulisan. Penyampaian informasi ini merupakan hal umum dan biasa dalam kehidupan sehari-hari, mendidik to educate biasanya fungsi ini dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai pengajar guru, dosen, hiburan merupakan salah satu fungsi komunikasi yang cukup diminati karena adanya faktor kesenangan, mempengaruhi to influence biasanya bersatu dengan penyampaian informasi.

2.1.4 Proses Komunikasi

Komunikasi tidak bisa terlepas dari proses. Oleh karena itu apakah suatu komunikasi dapat berlangsung dengan baik atau tidak tergantung dari proses yang berlangsung tersebut. Menurut Rusady Ruslan proses komunikasi adalah : Diartikan sebagai transfer informasi atau pesan-pesan message dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan feed back untuk mencapai saling pengertian mutual understanding atau antar kedua belah pihak. Ruslan 1999 : 69. Sementara itu menurut onong Uchjana Effendy proses komunikasi terbagi dua tahap, berikut uraiannya : 1. Proses komunikasi secara primer Proses pencapaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang symbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. 2. Proses komunikasi secara sekunder Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Media kedua yang sering digunakan diantaranya adalah surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan lain lain. Effendy, 1984 : 11-17. Pentingnya peranan media yakni media sekunder dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya, bukan satu jutaan, melainkan puluhan juta, bahkan ratusan juta, seperti misalnya pidato kepala negara yang disiarkan melalui radio atau televisi.

2.1.5 Komponen - Komponen Dalam Proses Komunikasi

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari proses yang di dalamnya terdapat unsur atau komponen. Menurut Effendy 2005:6, Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari : 1. Komunikator communicator dan Komunikan communicant 2. Pesan message 3. Media media 4. Efek effect 5. Lingkungan Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2.1.5.1. Komunikator dan Komunikan

Komunikator dan komunikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses komunikasi. Komunikator sering juga disebut sebagai sumber atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder. Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mengatakan bahwa: Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga Cangara, 2004:23. Begitu pula dengan komunikator atau penerima, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. Cangara menjelaskan, Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara . Selain itu, dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber . Cangara pun menekankan: Kenallah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik penerima khalayak, berarti suatu peluang untuk mencapai keberhasilan komunikasi Cangara, 2004:25.

2.1.5.2. Pesan

Pesan yang dalam bahasa Inggris disebut message, content, atau information, salah unsur dalam komunikasi yang teramat penting, karena salah satu tujuan dari komunikasi yaitu menyampaikan atau mengkomunikasikan pesan itu sendiri. Cangara menjelaskan bahwa: Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda Cangara, 2004:23.

2.1.5.3. Media

Media dalam proses komunikasi yaitu, Alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima Cangara, 2004:23. Media yang digunakan dalam proses komunikasi bermacam- macam, tergantung dari konteks komunikasi yang berlaku dalam proses komunikasi tersebut. Komunikasi antarpribadi misalnya, dalam hal ini media yang digunakan yaitu pancaindera. Selain itu, Ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi Cangara, 2004:24. Lebih jelas lagi Cangara menjelaskan, dalam konteks komunikasi massa media, yaitu: Alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surata kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video recording, komputer, electronic board, audio casette, dan semacamnya Cangara, 2004:24.

2.1.5.4. Efek Efek atau dapat disebut pengaruh, juga merupakan bagian dari

proses komunikasi. Namun, efek ini dapat dikatakan sebagai akibat dari proses komunikasi yang telah dilakukan. Seperti yang dijelaskan Cangara, masih dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi , pengaruh atau efek adalah: Perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang De Fleur, 1982, dalam Cangara, 2004:25. Oleh sebab itu, Cangara mengatakan, Pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan Cangara, 2004:25. 2.1.5.5 Lingkungan Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu. Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi sering kali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya. Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa terjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat, dan status sosial. Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Dimensi psikologis ini bisa disebut dimensi internal. Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai. Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung satu sama lainnya. Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsur akan memberi pengaruh pada jalannya komunikasi. Cangara, 2005 : 23.

2.1.6 Lingkup Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu , Teori dan Filsafat Komunikasi 2003:52, ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup scope-nya dan banyak dimensinya. Para mahasiswa acap kali mengklasifikasikan aspek-aspek komunikasi ke dalam jenis-jenis yang satu sama lain berbeda konteksnya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan konteksnya :

A. Bidang Komunikasi

yang dimaksud dengan bidang ini adalah bidang pada kehidupan manusia, dimana diantara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan lain terdapat perbedaan yang khas, dan kekhasan ini menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya, komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut: 1. komunikasi sosial social communication 2. komunikasi organisasi atau manajemen organizational or management communication 3. komunikasi bisnis business communication 4. komunikasi politik political communication 5. komunikasi internasional international communication 6. komunikasi antar budaya intercultural 7. komunikasi pembangunan development 8. komunikasi tradisional traditional B. Sifat Komunikasi ditinjau dari sifatnya komunikasi dklasifikasikan sebagai berikut: 1. komunikasi verbal verbal, diantaranya: a. komunikasi lisan b. komunikasi tulisan 2. komunikasi nirverbal nonverbal a. kial gestural b. gambar pictorial c. tatap muka face to face d. bermedia mediated C. Tatanan Komunikasi Tatanan komunikasi adalah proseskomunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikasi seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut: 1. Komunikasi Pribadi personal a. komunikasi intrapribadi intrapersonal b. komunikasi antarpribadi interpersonal 2. Komunikasi kelompok group a. komunikasi kelompok kecil b. komunikasi kelompok besar 3. komunikasi massa a. komunikasi media massa cetak printed mass media b. komunikasi media massa elektronik electronic mass media D. Fungsi Komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu , Teori dan Filsafat Komunikasi 2003:55, Fungsi Komunikasi antara lain: a. Menginformasikan to Inform b. Mendidik to educate c. Menghibur to entertaint d. mempengaruhi to influence E. Metode Komunikasi Istilah metode dalam bahasa Inggris Method berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis. Atas dasar pengertian diatas, Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu , Teori dan Filsafat Komunikasi 2003:56, metode komunikasi meliputi kegiatan2 yang teroganisaasi sebagai berikut : 1. jurnalisme a. jurnalisme cetak b. jurnalisme elektronik 2. hubungan masyarakat 3. periklanan 4. propaganda 5. perang urat syaraf 6. perpustakaan 2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa Untuk memberikan batasan tentang komunikasi massa dan setiap bentuk komunikasi massa memiliki cirri tersendiri. Begitu mendengar istilah komunikasi massa, biasanya yang muncul dibenak seseorang adalah bayangan tentang surat kabar, radio, televise atau film. Banyak pakar komunikasi yang mengartikan komunikasi massa dari berbagai sudut pandang, seperti halnya Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, menjabarkan bahwa komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonym, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara dan sesaat. Rahkmat, 1993:77 Sedangkan, definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yang dikutip peneliti dalam buku Komunikasi Massa, yakni pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Ardiyanto dan Erdinaya, 2004:3 Berbeda halnya dengan Effendy yang mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televise yang ditujukan kepada kepada umum, dan film yang dipertunjukan gedung- gedung bioskop. Effendy, 2003:79 Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan yang luas yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media yang termasuk media massa adalah radio, televisi, surat kabar, majalah, film, dan sebagainya.

2.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa secara umum menurut Karlinah dalam buku karangan Ardiyanti dan Erdinaya 2004:19-22, Komunikasi Massa, antara lain adalah: 1. Fungsi Informasi Fungsi informasi dari media massa adalah penyebar informasi yang merupakan suatu kebutuhan pembaca, pendengar atau pemirsa. 2. Fungsi Pendidikan Fungsi pendidikan dari media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya, karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik, melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembacanya. 3. Fungsi Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implicit terdapat pada tajuk, features, iklan, artikel, dan sebagainya, dimana khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan di televisi ataupun surat kabar. 4. Proses Pengembangan Mental Untuk mengembangkan wawasan kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain, karena melalui komunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal ini sesuai dengan fungsi komunikasi massa, yakni fungsi proses pengembangan mental. 5. Fungsi Adaptasi Lingkungan Fungsi adaptasi lingkungan adalah setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. 6. Fungsi Memanipulasi Lingkungan Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat control utama dan pengaturan lingkungan.

2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa

Ciri-ciri komunikasi massa menurut Onong Uchjana Effendy. Yaitu: a. komunikator pada komunikasi massa melembaga b. pesan komunikasi massa bersifat umum c. komunikasi massa menimbulkan keserempakan d. komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen e. komunikasi massa berlangsung satu arah Effendy, 2000:37 Komunikator melakukan komunikasi atas nama organisasi atau institusi, maupun instansi. Mempunyai struktur organisasi garis tanggung jawab tertentu sesuai dengan kebijakan dan peraturan lembaganya. Komunikasi massa menyampaikan pesan yang ditujukan kepada umum, karena mengenai kepentingan umum pula. Maka komunikasi yang ditujukan perorangan atau sekelompok orang tertentu tidak termasuk ke dalam komunikasi massa. Komunikasi massa mencapai komunikasn dari berbagai golongan, berbagai tingkat pendidikan, usia, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Komunikasi melalui media massa dapat dinikmati oleh komunikan yang jumlahnya tidak terbatas dan terpisah secara geografis pada saat yang sama. Komunikasi massa menyebarkan pesan yang menyangkut masalah kepentingan umum. Oleh karenanya, siapapun dapat memanfaatkannya. Komunikan tersebar dan terdiri atas berbagai latar belakang yang berbeda beda. 2.3 Tinjauan tentang Jurnalistik 2.3.1 Pengertian dan Sejarah Jurnalistik Jurnalistik atau journalism berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga surat kabar. Journal berasal dari perkataan latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang-orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. MacDougall dalam buku jurnalistik teori dan praktik, menyebutkan bahwa jurnalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting di mana pun dan kapan pun. Jurnalisme sangat diperlukan dalam suatu Negara demokratis. Tak peduli perubahan-perubahan apa pun di masa depan, baik perubahan social, ekonomi, politik maupun yang lainnya. Tak dapat dibayangkan, akan pernah ada saatnya ketika tiada seorang pun yang fungsinya mencari berita tentang peristiwa yang terjadi dan menyampaikan berita tersebut kepada khalayak ramai, dibarengi dengan penjelasan tentang peristiwa itu. Asal mula istilah jurnalistik berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu de jour yang berarti hari, istilah tersebut karena pada masa itu dalm politik Yunani terdapat suatu lembara-lembaran yang berisikan kejadian-kejadian pada hari itu yang setiap harinya ditulis dan ditempelkan di pusat-pusat keramaian kota untuk diberitakan. pada masa yang lain, istilah lain tentang jurnalistik pun muncul pada zaman Romawi kuno yaitu Acta Diurna , yang berarti lembaran yang ditempelkan di dinding yang berisikan peraturan- peraturan yang dibuat oleh senator, dan dari situlah asal muasal munculnya media massa. Menurut sejarah pers, pada awalnya kegiatan jurnalistik hanya memberitakan hal-hal yang bersifat informasi saja.

2.4 Tinjauan Tentang Komunitas

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati. Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan : 1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil 2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dll 3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik. Karakter komunitas dibagi menjadi 3 bagian, diantaranya yaitu : 1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme. 2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas kepadatan dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luasvolume, atau persatuan penangkapan 3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.

2.5 Tinjauan tentang Teater

2.5.1 Pengertian Teater

Teoritikus sastra Rene Wellek dan Austin Warren 1989 : 298 mengatakan teater termasuk salah satu genre karya sastra disamping novel, puisi, dan cerpen. Istilah teater berasal dari kebudayaan barat Oemarjati, 1971 : 14 . Semula di Yunani istilah teater muncul dari upacara agama, yakni pemujaan terhadap para dewa. Pada zaman Aeschylus 525 456 SM makna kata teater telah terkandung pengertian kejadian , risalah , karangan Oemarjati, 1971 : 14. Panuti Sudji-man 1983 : 20 mengatakan teater sebagai karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dari emosi lewat lakuan dan dialog, dan drama lazimnya dipentaskan. Drama memang cukup dekat dengan cerita rekaan atau fiksi. Soebagio Sastrowardoyo Oemarjati, 1971 : 80 mengatakan bahwa drama merupakan karangan yang dapat menyinggung dan menghadapkan manusia kepada kita soal-soal kehidupan yang besar, bertautan dengan masalah masalah kehidupan yang besar, seperti masalah hidup dan mati, maslah kemauan dan nasib, masalah hak dan kewajiban, masalah kemasyarakatan dan individu, serta masalah Tuhan dan kemanusiaan. Berdasarkan paparan Soebagio Sastrowardoyo, dapat diketahui bahwa Soebagio menganggap substansi teater adalah konflik dalam kehidupan manusia. Teater sebagai sebuah seni pertunjukan tidak telepas dari aspek tanda dan simbol kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang merupakan bahan bakar penciptaan bagi penulis maupun pekerja seni teater lainnya akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan tanda dan simbol-simbol kehidupan. Tanda dan simbol yang sifatnya universal tersebut oleh banyak ilmuwan diyakini sebagai dasar dari semua komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbil-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka dan lain-lain. John Powers, dalam usahanya untuk mengembangkan berbagai macam cabang disiplin komunikasi, menegaskan bahwa yang paling penting dalam komunikasi adalah pesan. Menurut Powers, pesan memiliki tiga unsur yaitu: 1. tanda dan simbol,

2. bahasa,

3. wacana. Teater sebagai sebuah karya seni pertunjukan akan mengangkat pesan tentang kehidupan, tentang norma, tentang kebaikan, keburukan, kejahatan, dan berbagai watak karakter manusia untuk ditampilkan di atas panggung. Charles Morris, pakar semiotik dalam berbagai tulisannya menunjukkan bahwa seluruh tindakan manusia melibatkan tanda dan makna dalam berbagai macam cara yang menarik perhatian. Setiap ada tindakan orang akan menjadi sadar terhadap tanda, menginterpretasikan tanda dan kemudian memutuskan bagaimana cara meresponnya. Simbol-simbol dari penulis naskah yang dibawakan oleh aktor melalui interpreatsi sutradara berfungsi untuk mengkomunikasikan konsep, gagasan umum, pola, atau bentuk. Oleh Susane Langer konsep disebut makna yang dipegang bersama antara para komunikator, tetapi masing-masing komunikator juga akan memiliki kesan atau makna pribadi yang mengisi gambaran umum tersebut. Dalam konteks teater yang didasarkan pada peran dan fungsinya, seni pertunjukan lebih dekat disebut sebagai media komunikasi. Sejalan dengan itu, maka wilayah seni pertunjukan sebagai media komunikasi antara kreator seniman dan apresiator penonton , antara pelaku seni dan penikmat seni, menjadi sesuatu yang diciptakan oleh keduanya. Sebagai media komunikasi, seni pertunjukan memiliki progresivitas dalam menciptakan ragam dan format sajian untuk mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan masyarakat pendukungnya.

2.6 Tinjauan Tentang Tanah

Tanah adalah akumulasi tumbuhan alam yang bebas dan menduduki sebagian besar lapisan atas permukaan bumi. Ada empat lapisan dari tanah yakni, lapisan tanah atas topsoil, lapisan tanah bawah subsoil, lapisan batuan induk terlapuk regalith dan lapisan batuan induk bedrock. Tanah dalam Bahasa Inggris disebut soil, menurut Dokuchaev: tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi. Kata tanah seperti banyak kata umum lainnya, mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian tradisional tanah adalah medium alami untuk pertumbuhan tanaman daratan, tanpa memperhitungkan tanah tersebut mempunyai horizon yang keliatan atau tidak. Pengertian ini masih merupakan arti yang paling umum dari kata tersebut, dan perhatian yang terbesar pada tanah terpusat pada pengertian ini. Orang menganggap tanah adalah penting, oleh karena tanah mendukung kehidupan tanam-tanaman yang memasok pangan, serat, obat-obatan, dan berbagai keperluan lain manusia, juga karena mampu menyaring air serta mendaur ulang limbah. Tanah menutupi permukaan bumi sebagai lapisan yang sambung menyambung, terkecuali pada batuan tandus, pada wilayah yang terus menerus membeku, atau tertutup air dalam, atau pada lapisan es terbuka suatu glester. Dalam pengertian ini, tanah memiliki suatu ketebalan yang ditentukan oleh kedalaman akar tanaman. Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan bahan mineral dan bahan organik, cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison- horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alami Soil Survey Staff, 1999. Schoeder 1972 mendefinisikan tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam- macam tanaman. gambar di bawah adalah gambar faktor pembentuk tanah.

2.7 Tinjauan Tentang Teks Naskah

Luxemburg. 1992:86 mendefinisikan teks sebagai ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, pragmatik merupakan suatu kesatuan. Berdasarkan pendapat tersebut, setidaknya terdapat tiga hal yag harus ada dalam sebuah teks. Tiga hal tersebut, yaitu: isi, sintaksis, dan pragmatik. Teks yang baik harus mengungkapkan gagasan-gagasan atau gambaran- gambaran yang ada dalam kehidupan. Pengarang dalam menuangkan gagasan- gagasannya dapat secara eksplisit maupun implisit dalam menunjukkan isi sebagai pesan yang disampaikan dalam teks. Gagasan-gasasan atau gambaran-gambaran tersebut dituangkan dalam bentuk bahasa yang berupa penceritaan, lazimnya dalam bentuk drama, puisi, prosa dan teater. Litche 1991 : 220 mendefinisikan teks teater sebagai realisasi kode teater pada level tuturan speech . Litche mengatakan bahwa pada level sistem kode teater mencangkup semua kemungkinan-kemungkinan dan kondisi-kondisi untuk proses penciptaan makna, sedangkan pada level norma kode teater mencangkup semua kemungkinan dan kondisi-kondisi yang mencirikan suatu zaman atau genre tertentu. Hanya saja pada level tuturan kode teater mengatur proses penciptaan makna singular individual yang ikut mengangkat makna lengkap dari teks teater. Jelaslah, bahwa teks teater harus ditempatkan dalam konteks kode teater sebagai suatu sistem dan norma . Litche 1992 : 220 menyebut teks teater sebagai teks artistik, bahwa sebagai teks artistik teks teater mangandung makna lengkap dengan mengandung suatu makna yang lengkap dengan struktur yang kompleks, sebab semua elemennya membawa makna. Definisi demikian mengandung dua implikasi. Pertama, setiap elemen teater pada dasarnya dapat diinpreatsikan. Kedua, elemen-elemen itu secara keseluruhan berfungsi sebagai wahana-wahana pembawa makna. Litche menganggap teks teater mencangkup pengurutan dan pengeksplikasian ketiga aspek berikut : 1. Keeksplisitan 2. delitimasi 3. strukturisasi Keeksplisitan dan delimitasi berkaitan dengan penyeleksisan tanda-tanda dan kombinasi-kombinasi tanda yang direalisasi dari kemungkinan-kemungkinan yang biasanya tersedia juga mendenotasikan tanpa penyeleksian tanda-tanda dan kombinasi-kombinasi tanda. Keekslisitan dan delimitasi menentukan adanya : 1. pemilihan sistem tanda yang digunakan dan tidak digunakan 2. dalam sistem tanda yang ada, tanda-tanda seperti apa yang dijadikan preferensi dan yang dieksklusi 3. tanda-tanda kongkrit seperti apa yang benar-benar direalisasi dalam pertunjukan

2.8 Tinjauan Tentang konstruksi Sosial

Istilah konstruksi sosial atas realitas social construction of reality didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Asal usul kontruksi sosial dari filsafat Kontruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagsan pokok Konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemologi dari Italia, ia adalah cikal bakal Konstruktivisme. Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme, yaitu : 1. Konstruktivisme radikal Hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dari dunia nyata. Kaum konstruktivisme mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kebenaran sebagai suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka merupakan sebuah relaitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada indivisu lain yang pasif karena itu konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah saran terjadinya konstruksi itu. 2. Realisme hipotesis Pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki. 3. Konstruktivisme biasa Mengambil semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu. Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya sendiri. Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat kesamaan dimana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya. Individu kemudian membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihat itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang oleh Berger dan Luckmann disebut dengan konstruksi sosial.

2.5.1 Asusmsi Dasar Teori

Jika kita telaah terdapat beberapa asumsi dasar dari Teori Konstruksi Sosial Berger dan Luckmann. Adapun asumsi-asumsinya tersebut adalah : a. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan konstruksi sosial terhadap dunai sosial di sekelilingnya b. Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul, bersifat berkembang dan dilembagakan c. Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus d. Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki keberadaan being yang tidak bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata real dan memiliki karakteristik yang spesifik. Berger dan Luckman mengatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara obyektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupannya. Proses konstruksinya, jika dilihat dari perspektif teori Berger dan Luckman berlangsung melalui interaksi sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas yang menjadi entry concept, yakni subjective reality, symbolic reality dan objective reality. Selain itu juga berlangsung dalam suatu proses dengan tiga momen simultan, eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi. a. Objective reality, merupakan suatu kompleksitas definisi realitas termasuk ideologi dan keyakinan serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara umum sebagai fakta. b. Symblolic reality, merupakan semua ekspresi simbolik dari apa yang dihayati sebagai objective reality misalnya teks produk industri media, seperti berita di media cetak atau elektronika, begitu pun yang ada di film- film. Subjective reality, merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi itulah individu secara kolektif berpotensi melakukan objectivikasi, memunculkan sebuah konstruksi objektive reality yang baru. Melalui sentuhan Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis, Berger menemukan konsep untuk menghubungkan antara yang subjektif dan objektif melalui konsep dialektika, yang dikenal dengan eksternalisasi-objektivasi- internalisasi. 1. Eksternalisasi ialah penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural sebagai produk manusia. Society is a human product . 2. Objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami institusionalisasi. Society is an objective reality . 3. Internalisasi ialah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi anggotanya. Man is a social product . Jika teori-teori sosial tidak menganggap penting atau tidak memperhatikan hubungan timbal balik interplay atau dialektika antara ketiga momen ini menyebabkan adanya kemandegan teoritis. Dialektika berjalan simultan, artinya ada proses menarik keluar eksternalisasi sehingga seakan-akan hal itu berada di luar objektif dan kemudian ada proses penarikan kembali ke dalam internalisasi sehingga sesuatu yang berada di luar tersebut seakan-akan berada dalam diri atau kenyataan subyektif. Konstrusi sosialnya mengandung dimensi objektif dan subyektif. Ada dua hal yang menonjol melihat realitas peran media dalam dimensi objektif yakni pelembagaan dan legitimasi. a. Pelembagaan dalam perspektif Berger terjadi mulanya ketika semua kegiatan manusia mengalami proses pembiasaan habitualisasi. Artinya tiap tindakan yang sering diulangi pada akhirnya akan menjadi suatu pola yang kemudian bisa direproduksi, dan dipahami oleh pelakunya sebagai pola yang dimaksudkan itu. Pelembagaan terjadi apabila suatu tipikasi yang timbal-balik dari tindakan-tindakan yang sudah terbiasa bagi berbagai tipe pelaku. Dengan kata lain, tiap tipikasi seperti itu merupakan suatu lembaga. b. Sementara legitimasi menghasilkan makna-makna baru yang berfungsi untuk mengintegrasikan makna-makna yang sudah diberikan kepada proses-proses kelembagaan yang berlainan. Fungsi legitimasi adalah untuk membuat obyektivasi yang sudah dilembagakan menjadi tersedia secara obyektif dan masuk akal secara subyektif. Hal ini mengacu kepada dua tingkat, pertama keseluruhan tatanan kelembagaan harus bisa dimengerti secara bersamaan oleh para pesertanya dalam proses-proses kelembagaan yang berbeda. Kedua keseluruhan individu termasuk di dalam media , yang secara berturut-turut melalui berbagai tatanan dalam tatanan kelembagaan harus diberi makna subyektif. Masalah legitimasi tidak perlu dalam tahap pelembagaan yang pertama, dimana lembaga itu sekedar fakta yang tidak memerlukan dukungan lebih lanjut . Tapi menjadi tak terelakan apabila berbagai obyektivasi tatanan kelembagaan akan dialihkan kepada generasi baru. Di sini legitimasi tidak hanya sekedar soal nilai-nilai tapi juga selalu mengimplikasikan pengetahuan . Kalau pelembagaan dan legitimasi merupakan dimensi obyektif dari realitas, maka internalisasi merupakan dimensi subyektinya. Analisis Berger menyatakan, bahwa individu dilahirkan dengan suatu pradisposisi ke arah sosialitas dan ia menjadi anggota masyarakat. Titik awal dari proses ini adalah internalisasi, yaitu suatu pemahaman atau penafsiran yang langsung dari peristiwa objektif sebagai suatu pengungkapan makna. Kesadaran diri individu selama internalisasi menandai berlangsungnya proses sosialisasi. Gagasan konstuksi sosial telah dikoreksi oleh gagasan dekonstruksi yang melakukan interpretasi terhadap teks, wacana, 1978 yang terkenal dengan gagasan-gagasan deconstruction. Gagasan ini kemudian melahirkan tesis-tesis keterkaitan antara kepentingan interest dan metode penafsiran interpretation atas realitas sosial Dalam dekonstruksi, kepentingan tertentu selalu mengarahkan kepada pemilihan metode penafsiran.Derrida 1978 kemudian menjelaskan,bahwa interpretasi yang digunakan individu terhadap analisis sosial yang bersifat sewenang-wenang. Gagasan-gagasan Derrida itu sejalan dengan gagasan Habermas 1972 bahwa terdapat hubungan strategis antara pengetahuan manusia baik empirik-analiti, historis hermeneutik, maupun kritis dengan kepentingan tekhnis, praktis, atau yang bersifat emansifatoris walautidak dapat disangkal bahwa yang terjadi juga bisa sebaliknya bahwa pengetahuan adalah produk kepentingan. Menurut Berger dan Luckmann pengetahuan yang dimaksud adalah realitas sosial masyarakat,seperti konsep,kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial, realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objectivasi, dan internalisasi. Menurut Berger dan Luckmann, konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan. Jika konstruksi sosial adalah konsep, kesadaran umum dan wacana publik, maka menurut Gramsci, negara melalui alat pemaksa, seperti birokrasi, administrasi, maupun militer ataupun melalui supremasi terhadap masyarakat dengan mendominasi kepemimpinan moral dan intelektual secara kontektual. Kondisi dominasi ini kemudian berkembang menjadi hegemoni kesadaran individu pada setiap warga masyarakat sehingga wacana yang diciptakan oleh negara dapat diterima oleh masyarakat sebagai akibat dari hegemoni itu. Sebagaimana dijelaskan oleh Nugroho bahwa menurut Marcuse 1964, realitas penerimaaan wacana yang diciptakan oleh negara itu disebut Desublimasi represif . Orang merasa puas dengan wacana yang diciptakan oleh negara walaupun implikasinya dari wacana itu menindas intelektual dan kultural masyarakat. Gejala seperti di atas tidak lain sebagai produk dari keberadaan rezim pemaknaan regime of significance yang cenderung melakukan dominasi dan hegemoni makna atas berbagai peristiwa, pengetahuan, kesadaran, dan wacana.rezim dimaksud adalah sekelompok orang yang memiliki kekuasaan formal sebagai representasi dari penguasa negara. Gagasan-gagasan Berger dan Luckman tentang konstruksi sosial, bersebrangan dengan gagasan Derrida ataupun Habermas dan Gramsci. Dengan demikian, gagasan-gagasan membentuk dua kutup dalam satu garis linier atau garis vertikal. Kajian-kajian mengenai realitas sosial dapat dilihat dengan cara pandang Derrida dan Habermas, yaitu dekonstruksi sosial atau Berger dan Luckmann, yaitu menekankan pada konstruksi sosial. Kajian dekonstruksi menempatkan konstruksi sosial sebagai objek yang didekonstruksi, sedangkan kajian konstruksi sosial menggunakan dekonstruksi sebagai bagian analisisnya tentang bagaimana individu memaknakan konstruksi sosial tersebut. Dengan demikian, maka dekonstruksi dan konstrukksi sosial merupakan dua konsep gagasan yang senantiasa hadir dalam satu wacana perbincangan mengenai realitas sosial. Tahap objektivasi produk sosial terjadi dalam dunia intersubyektif masyarakat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses institusionalisasi, sedangkan individu oleh Berger dan Luckman mengatakan, memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama. Objektivasi ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap muka dimana merka dapat dipahami secara langsung. Dengan demikian individu melakukan objektivitas terhadap produk sosial, baik penciptanya maupun individu lain. Kondisi ini kondisi ini berlangsung tanpa harus mereka saling bertemu. Artinya, objectivasi itu bisa terjadi tanpa melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang bekembang di masyarkat melalui diskursus opini masyarakat tentang produk sosial, tanpa harus terjadi tatap muka antara individ dan pencipta produk sosial itu. Hal terpenting dalam objectivasi adalah pembuatan signifikansi, yakni pembuatan tanda-tanda oleh manusia. Berger dan luckmann mengatakan bahwa, sebuah tanda sign dapat dibedakan dari objectivasi-objectivasi lainnya, karena tujuannnya yang ekplisit untuk digunakan sebagai isyarat atau indek bagi pemaknaan subjectif,maka objectivasi juga dapat digunakan sebagai tanda, meskipun semula tidak dibuat untuk maksud itu. Sebuah wilayah penandaan signifikasi menjembatani wilayah- wilayah kenyataan, dapat didefinisikan sebagai sebuah simbol dan modus linguistik, dengan apa trensedensi seperti itu dicapai,dapat juga dinamakan bahasa simbol. Kemudian pada tingkat simbolisme, signifikasi linguistik, terlepas secara maksimal dari disini dan sekarang dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu, bahasa memegang peranan penting dalam objectivasi terhadap tanda-tanda,dan bahkan tidak saja dapat memasuki wilayah de facto, melainkan juga a priory yang berdasarkan kenyataan lain,tidak dapat dimasuki dalam pengalaman sehari-hari,bagaikan kehadiran kawanan raksasa dari dunia lain. Agama, Filsafat, Kesenian, dan ilmu pengetahuan, secara historis merupakan sistem-sistem simbol paling penting semacam ini. Bahasa merupakan alat simbolis untuk melakukan signifikasi, yang mana logika ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang di objectivasi. Bangunan legitimasi disusun diatas bahasa dan menggunakan bahasa sebagai instrumen utama. Logika yang dengan cara itu, diberikan kepada tatanan kelembagaan ,merupakan bagian dari cadangan pengetahuan masyarakat Social stock of knowledge dan diterima sebagai sudah sewajarnya. Bahasa oleh Berger dan Luckmann menjadi tempat penyimpanan kumpulan besar endapan-endapan kolektif,yang bisa diperoleh secara monotetik, artinya, sebagai keseluruhan yang kohesif dan tanpa merekonstruksikan lagi proses pembentukannya semula. Bahasa digunakan untuk memberi signifikasi pada makna-makna yang dipahami sebagai pengetahuan yang relevan dengan masyarakatnya, pengetahuan itu dianggap relevan bagi semua orang dan sebagian lagi hanya relevan bagi tipe-tipe orang tertentu saja. Dalam kehidupan sehari-hari pengetahuan seseorang menuntun tindakan yang spesifik menjadi tipikasi dari beberapa anggota masyarakat. Tipikasi itu kemudian menjadi dasar membedakan orang di dalam masyaraktnya. Agar bentuk-bentuk tindakan dapat ditipikasi, maka bentuk- bentuk tindakan itu harus memiliki arti yang objektif yang pada gilirannya memerlukan suatu objectivasi linguistik. Objectivasi linguistik yang dimaksud, harus ada kosakata yang mengacu kepada bentuk-bentuk tindakan itu. Objectivasi linguistik terjadi dalam dua hal, yaitu dimulai dari pemberian tanda verbal yang sederhana sampai pada pemasukannya ke dalam simbol-simbol yang kompleks. Dalam konteks ini selalu hadir dalam pengalaman dan pada suatu saat akan sampai kepada sebuah representasi yang oleh Berger dan Luckmann dikatakan sebagai par exellence. Realitas sosial menurut Berger adalah eksis dan struktur dunia sosial bergantung pada manusia yang menjadi subyeknya. Berger memiliki kecenderungan untuk mencoba menggabungkan dua perspektif yang berbeda, yaitu perspektif fungsionalis dan interaksi simbolik, dengan mengatakan bahwa realitas sosial secara objektif memang ada perspektif fungsionalis, namun maknanya berasal dari dan oleh hubungan subjektif individu dengan dunia objektif perspektif interaksionis simbolik Paloma, 2000:299. Pandangan di atas sejalan dengan gagasan fenomenologi intersubyektif Schutz, karena mengisyaratkan adanya peran subyektif individu yang strategis dalam mengkonstruk realitas. Posisi strategis individu seperti ini dipertegas kembali oleh Berger dan Luckmann dalam Paloma, 2000:308 dengan mengatakan bahwa individu merupakan produk dan sekaligus sebagai pencipta pranata sosial. Masyarakat diciptakan dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Dalam berinteraksi manusia senantiasa menggunakan dan menciptakan simbol, yang oleh Duncan 1986 dikatakan bukan hanya sebagai alat dari kenyataan sosial, namun simbol juga merupakan inti dari kenyataan sosial. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa realitas sosial bukan realitas alami yang muncul dengan sendirinya, melainkan merupakan realitas yang telah dikonstruksi oleh sang aktor, berdasarkan motif dan interpretasinya terhadap makna-makna dan simbol yang telah diberikan oleh rekan komunikasinya saat melakukan interaksi. 73

BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah singkat Celah Celah Langit

Celah Celah Langit nama yang diberikan oleh Saung Jabo pertama, walau Central Cultur Of Ledeng pun menjadi familiar, namun Celah- Celah langit menghargai keduanya. Dengan Pimpinan Iman Soleh, seorang dosen di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, Jurusan Teater dimana beliau menjadikan Celah- Celah Langit sebagai salah satu wadah bagi kaum muda dalam merealisasikan bakat dan minat dalam hal kesenian. Celah- Celah langit merupakan komunitas kesenian yang berdiri di tengah tengah masyarakat, di gang sempit tepatnya d-belakang terminal Ledeng Bandung, dengan penonton dari berbagai macam latar belakang atau dari beragam kalangan. Sebulan sekali ada pertunjukan teater, atau musik, atau seni rupa, dengan kesederhanaan halaman rumah, stage 11 X 6 meter dan dapat menampung audience sebanyak 300 penonton, komunitas Celah- Celah Langit terbuka untuk menerima kerjasama dengan berbagai pihak . Komunitas CCL merupakan ruang publik yang terletak di kawasan padat penduduk dengan mayoritas penghuninya adalah kaum urban. Tempat ini sangat strategis, di samping letaknya dekat dengan jalan protokol dan terminal Ledeng, juga satu area dengan beberapa perguruan tinggi di Bandung utara. Arena budaya ini telah berlangsung sejak tahun 1985, namun bernamakan komunitas CCL Celah Celah Langit pada tanggal 22 mei 1998, diatas tanah 820 M2 dengan luas panggung 7 M X 12 M, menyerupai amphitheater, dikelilingi kamar - kamar kontrakan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, dengan kapasitas penonton 400 orang. Keunikan Komunitas CCL bersifat egaliter, terbuka, yang dikelola oleh penduduk dan mahasiswa berbagai disiplin ilmu, dengan terlebih dahulu menyusuri gang sempit, menyerupai kebun yang rimbun, ada kandang ayam, bibit tanaman, dan lebih sebagai tempat anak - anak kampung bermain. Komunitas CCL senantiasa memperhitungkan dan mempertimbangkan kehadiran Masyarakat ledeng sebagai publik apresiatornya dan membuka keterlibatan Masyarakat dalam peristiwa kesenian, sehingga pemberdayaan setiap individu Dapat ditingkatkan. Bagi Komunitas CCL, teater tidak hanya sebagai ekspresi Seni Namun dapat menjadi gerakan pemberdayaan masyarakat. Teater juga menjadi Media untuk pembentukan karakter sehingga bisa merespon permasalahan - Permasalahan yang terjadi dilingkungan masyrakat. Proses kreatif yang dilakukan bersama dengan komponen masyarakat akan Mewujudkan perubahan perubahan positif. Keterlibatan masyarakat dalam Berteater diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran, keterampilan, jejaring Pengetahuan, kebanggan dan kapasitas yang baru. Keunikan Komunitas CCL bersifat egaliter, terbuka, yang dikelola oleh penduduk dan mahasiswa berbagai disiplin ilmu. Bagi Komunitas CCL, kesenian tidak melulu sebagai eksplorasi estetik, namun dapat didekati sebagai pertukaran social social exchange, silang budaya cross culture dengan mengutamakan penghargaan terhadap perbedaan sikap. Atas dasar pemikiran tersebut Komunitas CCL berusaha melibatkan berbagai elemen masyarakat yang heterogen untuk lebur dalam setiap proses eksplorasi kesenian, sehingga kesenian tumbuh bersama masyarakat, dalam kesetaraan dan kemajemukan, baik pandangan, ideologi maupun kepercayaan. CCL berupaya menangkap perubahan agent of change, memperluas sudut pandang masyarakat pada dunia world view dari berbagi faktor internal indogenius dan faktor eksternal exogenius, mengupayakan berbagai nilai hadir, baik dalam negeri maupun luar negeri, di dalam pengucapan tradisional maupun kontemporer, sehinga mendorong masyarakat tumbuh arif pada komunikasi antar budaya, melakukan pengembangan kesadaran heterogenitas dalam dialektika kesenian. Gambar 3.1 Logo Celah Celah Langit Sumber : Arsip Celah Celah Langit, 2011

3.1.1 Alamat Celah Celah Langit

Alamat : Jl. Setia Budhi, Gang Bapak Eni no. 8169 A Ledeng Bandung , Jawa Barat Phone : +62 222004815 ; +6281 224 51031 Fax : +62 22 2012177 Email : cclledengyahoo.co.id

3.1.3 Pertunjukan CCL

Komunitas CCL terbagi atas beberapa jenis kegiatan : 1. Teater 2. Sastra 3. Seni Rupa 4. Musik 5. Tari 6. Workshop kesenian Dalam satu bulan komunitas CCL memproduksi dan menyelenggarakan minimal satu pertunjukan, catatan dalam 5 tahun terakhir 2006 2011 :

1. Musik

Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. berikut adalah pertunjukan pertunjukan musik yang diselengarakan di Celah Celah Langit: Mukti Mukti community, Ari Julian, Ferry Curtis community, Hajar Aswad, Samba Sunda, Miko Protonema, Musik 100, KPJ Kelompok Penyanyi Jalanan Ledeng, Martha Topeng, Sawung Jabo, Orkes Bang Madun, Poems Musicalisation, Iwan Abdurachman, Trio Dinggo Australia, Kapak Ibrahim, Theatre Theraphis Yunani, Chinesse music Orchestra, kabumi Upi, Yassuda, dll.

2. Teater