C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami kebijakan hukum pidana terhadap tindak
pidana teknologi informasi di Indonesia
2. Mengetahui kendala yang di hadapi oleh aparat penegak hukum
dalam upaya penanggulangan tindak pidana teknologi informasi
Adapun manfaat yang diharapkan dan akan diperoleh dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran dalam usaha untuk
meningkatkan kesadaran terhadap bahaya tindak pidana teknologi informasi yang penulis dapatkan setelah melalui serangkaian studi pustaka.
2. Manfaat praktis Memberikan masukan bagi aparat penegak hukum dalam menyelesaikan kasus
tindak pidana.
D. Keaslian Penulisan
Setelah ditelusuri seluruh daftar skripsi yang ada di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum
Pidana,akan tetapi tidak ditemukan adanya kesamaan judul ataupun permasalahan dengan judul yang diangkat yaitu tentang ”KEBIJAKAN HUKUM PIDANA
TERHADAP TINDAK PIDANA TEKNOLOGI INFORMASI DARI PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 2008 TENTANG
Universitas Sumatera Utara
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK”.oleh sebab itu,tulisan ini merupakan buah karya asli yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan
yang jujur, rasional dan ilmiah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa skripsi yang disusun ini
merupakan dan apabila ditemukan adanya kesamaan judul dan permasalahan skripsi ini dengan skripsi yang sebelumnya terdapat di perpustakaan Departemen
Hukum Pidana.
E. Tinjauan Kepustakaan. 1. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum pidana, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran
dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa yang terjadi didalam hukum pidana.
6
a Moeljatno setelah memilih perbuatan-pidana sebagai terjemahan dari
‘‘Strafbaar Feit”,beliau memberi suatu perumusan pembatasan sebagai Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-
peristiwa yang konkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk
dapat memisahkan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Sebelum dicoba memberikan perumusan tindak pidana, terlebih
dahulu akan disitir beberapa perumusan yang telah diperkenalkan oleh beberapa sarjana ahli hukum sebagai berikut :
6
Bambang Poernomo, Azas- Azas Hukum Pidana, Gahlia Indonesia, Yogyakarta , 1976, hal. 124
Universitas Sumatera Utara
perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana barangsiapa melanggar larangan tersebut, dan perbuatan itu harus pula betul-betul dirasakan oleh
masyarakat sebagai perbuatan yang tak boleh atau menghambat akan tercapainya tata pergaulan didalam masyarakat yang dicita-citakan oleh
masyarakat itu. Makna perbuatan pidana, secara mutlak harus unsur formil, yaitu mencocoki rumusan undang-undang Tatbestandmaszigkeit dan unsur
materil, yaitu sifat bertentangannya dengan cita-cita mengenai pergaulan masyarakat atau dengan pendek, sifat melawan hukum Rechtswirdigkeit
7
b R. Tresna setelah mengemukakan bahwa sungguh tidak mudah memberikan
suatu ketentuan atau definisi yang tepat, mengatakan bahwa : Peristiwa – Pidana ialah sesuatu perbuatan manusia, yang bertentangan dengan undang-
undang atau peraturan-peraturan lainnya, terhadap perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman. Beliau menerangkan bahwa perumusan tersebut jauh
daripada sempurna, karena dalam uraian beliau selanjutnya diutarakan bahwa sesuatu perbuatan itu baru dapat dipandang sebagai peristiwa pidana, apabila
telah memenuhi persyaratan yang diperlukan.
8
c Wirjono Prodjodikoro merumuskan, bahwa Tindak-pidana berarti suatu
perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana. Dan pelaku itu dapat dikatakan merupakan “subjek” tindak pidana.
9
7
Moelijatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungan Jawab dalam Hukum Pidana, Bina Aksara,Yogyakarta,1983, hal. 17
8
Sr Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana, Storia Grafika, Jakarta, 2002, hal. 207
9
Wirjono Prodjodikoro, Asas Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT Eresco, Jakarta,1969, hal. 27
Universitas Sumatera Utara
Sungguhpun telah banyak diperkenalkan perumusan dari tindak pidana diatas, diantara sarjana itu ada yang merasa yakin atas kelengkapan dari perumusannya,
ada yang mengakui ketidak-sempurnaannya. Seperti telah disinggung diatas, istilah Tindak dari Tindak-Pidana adalah merupakan singkatan dari Tindakan atau
Penindak. Artinya adanya orang yang melakukan suatu Tindakan, sedangkan orang yang melakukan itu dinamakan Petindak. Mungkin sesuatu tindakan dapat
dilakukan oleh siapa saja, tetap dalam banyak hal sesuatu tindakan tertentu hanya mungkin dilakukan oleh seseorang dari suatu golongan jenis kelamin saja, atau
seseorang dari suatu golongan yang bekerja pada Negara pemerintah, atau seseorang dari golongan lainnya yang hidup didalam masyarakat.
Antara penindak dengan suatu tindakan yang terjadi harus ada hubungan kejiwaan pshycologis, selain daripada penggunaan salah satu bagian tubuh,
panca indra atau alat lainnya sehingga terwujudnya sesuatu tindakan.Hubungan kejiwaan itu adalah sedemikian rupa dimana petindak dapat menilai tindakannya,
dapat menentukan apakah akan dilakukan atau dihindarinya, dapat pula menginsyafi ketercelaan atas tindakannya itu, atau setidak-tidaknya, oleh
kepatutan dalam masyarakat memandang bahwa tindakan itu adalah tercela. Bentuk hubungan kejiwaan itu dalam istilah hukum-pidana disebut kesengajaan
atau kealpaan, selain daripada itu tiada terdapat dasar-dasar atau alasan peniadaan bentuk hubungan kejiwaan tersebut.
10
10
Ibid, hal 28
Tindakan yang dilakukannya itu harus bersifat melawan hukum. Dan tidak ada terdapat dasar-dasar atau alasan-alasan yang meniadakan sifat melawan
Universitas Sumatera Utara
hukum dari tindakan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa ditinjau dari suatu kehendak yang bebas dari petindak, maka kesalahan itu adalah merupakan “kata
hati” bagian terdalam dari kehendak itu, sedangan sifat melawan hukum dari tindakan itu merupakan “pernyatan “ bagian luar dari kehendak itu.
11
Setiap tindakan yang bertentangan dengan hukum atau tidak sesuai dengan hukum, menyerang kepentingan masyarakat atau individu yang dilindungi hukum,
tidak disenangi oleh orang atau masyarakat baik yang langsung atu tidak langsung terkena dari tindakan tersebut. Pada umumnya untuk menyelesaikan setiap
tindakan yang sudah dipandang merugikan kepentingan umum disamping kepentingan perseorangan, dikehendaki turun tangannya penguasa. Dan apabila
penguasa tidak turun tangan maka tindakan-tindakan tersebut akan merupakan sumber kekacauan yang tak aka nada habis-habisnya. Demi menjamin keamanan,
ketertiban, dan kesehjahteraan didalam masyarakat, perlu ditentukan mengenai tindakan-tindakan apa saja yang dilarang atau diharuskan.
12
11
Ibid, hal 29
12
Ibid, hal. 30
Apabila seseorang melakukan suatu tindakan sesuai dengan kehendaknya dan karenanya merugikan kepentingan umum masyarakau termasuk kepentingan
perorangan, lebih lengkap kiranya apabila harus ternyata tindakan tersebut terjadi pada suatu tempat, waktu, dan keadaan yang ditentukan. Artinya, dipandang dari
sudut tempat, tindakan itu harus terjadi dari suatu tempat dimana dimana ketentuan pidana Indonesia berlaku; Dipandang dari sudut waktu, tindakan itu
masih dirasakan sebagai suatu tindakan yang perlu diancam dengan pidana belum daluarsa; dan dari sudut keadaan, tindakan itu harus terjadi pada suatu keadaan
Universitas Sumatera Utara
dimana tindakan itu dipandang sebagai tercela. Perlu diperhatikan pula, apabila masalah waktu, tempat, dan keadaan
WTK ini dilihat dari sudut Hukum Pidana Formal, maka ia sangat penting. Karena tanpa kehadirannya dalam surat dakwaan, maka surat dakwaan itu adalah
batal demi hukum. Jadi sama dengan dengan unsur-unsur lainnya yang harus hadirterbukti. Dengan demikian dapat dirumuskan pengertian dari tindak-pidana
sebagai : “Suatu tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu , yang dilarang diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, bersifat melawan
hukum serta dengan kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggungjawab”.
13
Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa adalah teknologi. Bahasa memungkinkan seseorang memahami
informasi yang disampaikan oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan
2.Teknologi Informasi dan Perkembanganya
Revolusi yang dihasilkan oleh teknologi informasi biasanya dilihat dari sudut pandang penurunan jarak geografis, penghilangan batas-batas
negara dan zona waktu, dan peningkatan efisiensi dalam memanipulasi pengumpulan, penyebaran, analisis, dan mungkin juga penggunaan data.
Munculnya keseluruhan dunia sebagai satu komunitas ekonomi global dan komplikasi lebih lanjut dari operasi bisnis telah mengakibatkan suatu
konsekuensi paling penting dari revolusi ini.
13
E.Y Kanter dan S.R. Sianturi. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Alumni AHM-PTHM. Jakarta, 1982, hal. 21
Universitas Sumatera Utara
dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja, yaitu hanya pada saat si pengirim menyampaikan informasi melalui ucapannya itu saja. Setelah ucapan
itu selesai, maka informasi yang berada di tangan si penerima itu akan dilupakan dan tidak bisa disimpan lama. Selain itu jangkauan suara juga
terbatas. Untuk jarak tertentu, meskipun masih terdengar, informasi yang disampaikan lewat bahasa suara akan terdegradasi bahkan hilang sama sekali.
14
Keberhasilan dalam memadukan teknologi tersebut atau yang dikenal dengan istilahteknologi informasi information technology pada tahun 1970
mulai dimanfaatkan untuk keperluan non-militer oleh berbagai universitas. Pada dekade inilah sebenarnya manusia telah memasuki era baru yaitu melalui
perkembangan teknologi informasi telah dimanfaatkan manusia hampir di semua aspek kehidupan. Istilah teknologi informasi sendiri pada dasarnya merupakan
gabungan dua istilah dasar yaitu teknologi dan informasi. Teknologi dapat diartikan sebagai pelaksanaan ilmu, sinonim dengan ilmu terapan. Sedangkan
pengertian informasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Penemuan teknologi elektronik seperti radio, tv, komputer
mengakibatkan informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama tersimpan. Dalam perkembangannya, kolaborasi antara
penemuan komputer dan penyebaran informasi melalui komputer melahirkan apa yang dikenal dengan istilah internet internconnected network-jaringan yang
saling terhubung.
14
Di akses dari http:www.wikipedia.com pada tanggal 14 juni 2011
Universitas Sumatera Utara
sesuatu yang dapat diketahui.
15
UU ITE dalam Pasal 1 ayat 3 menegaskan pengertian teknologi informasi di Indonesia sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memperoses, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya
informasi tidak dapat diuraikan intangible, sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap
dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi. Secara umum, teknologi Informasi dapat diartikan sebagai teknologi yang
digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah, serta menyebarkan informasi .
Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam Pasal 1 ayat 1 menyatakan Informasi
Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange EDI. Surat elektronik
electronic mail, telegram teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh
seorang yang mampu memahaminya.
16
Disadari betul bahwa perkembangan teknologi informasi yang berwujud internet, telah mengubah pola interaksi masyarakat, seperti interaksi bisnis,
ekonomi, sosial, dan budaya. Internet telah memberikan kontribusi yang demikian
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia online, diakses pada 15 juni 2011
16
Lihat di http:putratunggaldayak1.wordpress.com20110405teknologi-informasi- dalam-sistem-jaringan-perpustakaan-perguruan-tinggi di akses pada tanggal 15 juni 2011
Universitas Sumatera Utara
besar bagi masyarakat, perusahaan industri maupun pemerintah. Hadirnya Internet telah menunjang efektifitas dan efisiensi
operasional setiap aktifitas manusia.
Perkembangan teknologi informasi yang terjadi pada hampir setiap negara sudah merupakan ciri global yang mengakibatkan hilangnya batas-batas negara
borderless. Negara yang sudah mempunyai infrastruktur jaringan informasi yang lebih memadai tentu telah menikmati hasil pengembangan teknologi
informasinya, negara yang sedang berkembang dalam pengembangannya akan merasakan kecenderungan timbulnya neo-kolonialisme.
17
Jaringan informasi melalui komputer interconnected computer networks dapat digolongkan dalam tiga istilah yaitu ekstranet, intranet dan internet.
Intranet adalah “a private network belonging to an organization, usually a corporation, accessible only by the organization’s members, employes, or others
with authorization, dan ekstranet adalah “a fancy way of saying that a corporation
has opened up portions of its intranet to authorized users outside the corporation.
Hal tersebut menunjukan adanya pergeseran paradigma dimana jaringan informasi merupakan
infrastruktur bagi perkembangan suatu negara.
18
Webopaedia mendefinisikan internet sebagai “a global network connecting millions of computers”,
19
17
Lihat di http:www.ristek.go.idindex.phpmoduleNews+Newsid307 diakses pada tanggal 15 juni 2011
18
Lihat di:www.wsscwater.comhomejspcontentwssc-privacy-policy.faces diakses pada tanggal 15 juni 2011.
19
Lihat di http:www.webopedia.comTERMIInternet.html diakses pada tanggal 15 juni 2011.
The Federal Networking Council FNC
Universitas Sumatera Utara
memberikan definisi mengenai internet dalam resolusinya tanggal 24 Oktober
1995 sebagai: “Internet refers to the global information system that –
i is logically linked together by a globally unique address space
based in the Internet ii
Protocol IP or its subsequent extensionsfollow-ons; iii
ii is able to support communications using the Transmission Control ProtocolInternet Protocol TCPIP suite or its
subsequent extensionfollowons, andor other Internet Protocol IP-compatible protocols; and
iv iii Providers, uses or makes accessible, either publicly or
privately, high level services layered on the communications and related infrastructure described herein.”
Perkembangan internet telah memunculkan dunia baru yang kehadirannya telah membentuk dunia tersendiri yang dikenal dengan dunia maya Cyberspace
atau dunia semu yaitu sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru
berbentuk virtual tidak langsung dan tidak nyata. Secara etimologis, istilah cyberspace sebagai suatu kata merupakan suatu
istilah baru yang hanya dapat ditemukan di dalam kamus mutakhir. Cambridge Advanced Learners Dictionary memberikan definisi cyberspace sebagai “the
Internet considered as an imaginary area without limits where you can meet people and discover information about any subject”.
20
20
Diakses dari http:dictionary.cambridge.orgdictionarybritishcyberspace Pada tanggal 15 juni 2011
The American Heritage
Universitas Sumatera Utara
Dictionary of English Language Fourth Edition mendefinisikan cyberspace sebagai “the electronic medium of computer networks, in which online
communication takes place”.
21
Dunia maya memberikan realitas, tetapi bukan realitas yang nyata sebagaimana bisa kita lihat melainkan realitas virtual virtual reality, dunia yang
tanpa batas sehingga dinyatakan borderless world, karena memang dalam cyberspace tidak mengenal batas negara, hilangnya
batas dimensi ruang, waktu dan tempat.
Kehidupan dalam dunia maya dapat memberikan layanan komunikasi langsung yang berbeda dari dunia realitas seperti e-mail, chat ,video conference,
diskusi, sumber daya informasi yang terdistribusikan, remote login, dan lalu lintas file dan aneka layanan lainnya. Diantara
layanan yang diberikan internet, yang dikenal umum dilakukan antara lain:
Pengertian cyberspace tidak terbatas pada dunia yang tercipta ketika terjadi hubungan melalui internet. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa apa
yang disebut dengan ”cyberspace” itu tidak lain. adalah Internet yang juga sering disebut sebagai ”a network of net works”. Dengan karakteristik seperti ini
kemudian ada juga yang menyebut ”cyberspace” dengan istilah ”virtual community” masyarakat maya atau ”virtual world” dunia
maya.
22
a. E-Commerce
Contoh paling umum dari kegiatan ini adalah aktifitas transaksi perdagangan umum melalui sarana internet. Umumnya transaksi
21
Diakses dari. http:www.wordnik.comwordscyberspace
Pada tanggal 15 juni 2011.
22
Abdul Wahib dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara Cybercrime, Kejahatan Mayantara Cybercrime, Refika Aditama, Bandung , 2005, hal. 24-25.
Universitas Sumatera Utara
melalui sarana e-commerce dilakukan melalui sarana suatu situs web yang dalam hal ini berlaku sebagai semacam etalase bagi produk yang
dijajakan.Dari situs ini pembeli dapat melihat barang yang ingin dibeli, lalu bila tertarik dapat melakukan transaksi dan seterusnya.
b. E-Banking
Hal ini diartikan sebagai aktivitas perbankan di dunia maya virtual melalui sarana internet. Layanan ini memungkinkan pihak bank dan
nasabah dapat melakukan berbagai jenis transaksi perbankan melalui sarana internet, khususnya via web.
c. E-Government
Hal ini bukan merupakan pemerintahan model baru yang berbasiskan dunia internet, tapi merupakan pemanfaatan teknologi internet untuk
bidang pemerintahan. Pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada publik dapat menggunakan sarana ini.Dalam kerangka
demokrasi dan untuk mewujudkan clean government dan good governance ini tentu sangat menarik sekali.
d. E-Learning
Istilah ini didefinisikan sebagai sekolah di dunia maya virtual. Definisi e-learning sendiri sesungguhnya sangat luas, bahkan sebuah
portal informasi tentang suatu topik dapat tercakup dalam e-learning ini. Namun pada prinsipnya istilah ini ditujukan pada usaha untuk
membuat transformasi proses belajar mengajar di sekolah dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet.
Universitas Sumatera Utara
e. E-Legislative
Merupakan sarana baru pemanfaatan teknologi internet oleh lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat, baik di tingkat pusat maupun
daerah. Hal ini dimaksudkan di samping untuk menyampaikan kepada publik tentang kegiatan dan aktifitas lembaga legislatif, juga untuk
memudahkan masyarakat mengakses produkproduk yang dihasilkan oleh lembaga legislatif, mulai dari Undang-Undang,
Peraturan Daerah dan Peraturan atau Keputusan Pimpinan Daerah.
Umumnya suatu masyarakat yang mengalami perubahan akibat kemajuan teknologi, banyak melahirkan masalah-masalah sosial. Hal itu terjadi karena
kondisi masyarakat itu sendiri yang belum siap menerima perubahan atau dapat pula karena nilai-nilai masyarakat yang telah berubah dalam menilai kondisi yang
tidak lagi dapat diterima. Dampak negatif terjadi akibat pengaruh penggunaan media internet dalam
kehidupan masyarakat dewasa ini. Melalui media internet beberapa jenis tindak pidana semakin mudah untuk dilakukan seperti, tindak pidana pencemaran nama
baik, pornografi, perjudian, pembobolan rekening, perusakan jaringan cyberhaking, penyerangan melalui virus virus
attack dan sebagainya.
3.Kebijakan Penanggulangan Kejahatan
Upaya pembaharuan hukum tidak terlepas dari kebijakan publik dalam mengendalikan dan membentuk pola sampai seberapa jauh masyarakat diatur dan
diarahkan. Dengan demikian sangat penting untuk menyadarkan para perancang
Universitas Sumatera Utara
hukum dan kebijakan publik bahkan para pendidik, bahwa hukum dan kebijakan publik yang diterbitkan akan mempunyai implikasi yang luas di bidang sosial,
ekonomi dan politik. Sayangnya spesialisasi baik dalam pekerjaan, pendidikan maupun riset yang dilandasi dua disiplin tersebut hukum dan ilmu sosial,
sehingga berbagai informasi yang bersumber dari keduanya tidak selalu bertemu bahkan seringkali tidak sama dan sebangun. Secara umum kebijakan dapat
diartikan sebagai prinsip-prinsip umum yang berfungsi untuk mengarahkan pemerintah dalam mengelola, mengatur atau menyelesaikan urusan-urusan publik,
masalah-masalah masyarakat atau bidang-bidang penyusunan peraturan perundang-undangan dan pengaplikasian hukumperaturan, dengan suatu tujuan
yang mengarah pada upaya mewujudkan kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat
23
Kebijakan penanggulangan kejahatan atau yang biasa dikenal dengan istilah ”politik kriminal” menurut Sudarto merupakan suatu usaha yang rasional
dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan . Upaya perlindungan masyarakat dan upaya mencapai kesejahteraan
masyarakat pada hakikatnya merupakan bagian integral dari kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan .
24
Upaya atau kebijakan untuk melakukan Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan termasuk bidang “kebijakan kriminal”. Kebijakan kriminal ini pun
tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu “kebijakan sosial” yang terdiri . Tujuan penanggulanggan
kejahatan yaitu perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
23
Wisnusubroto, Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Komputer Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 1999,hal. 3
24
Sudarto, Hukum Pidana I,Yayasan Sudarto,Semarang.1990 ,hal.38
Universitas Sumatera Utara
dari “kebijakanupaya-upaya untuk kesejahteraan social” social welfare policy dan “kebijakanupaya-upaya untuk perlindungan masyarakat” social defence
policy
25
. Dengan demikian, sekiranya kebijakan penanggulangan kejahatan dilakukan dengan menggunakan sarana “penal” hukum pidana , maka
“kebijakan hukum pidana” khususnya pada tahap yudikatifaplikatif harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan sosial
itu,berupa social welfare dan social defence
26
Dapat diidentifikasikan hal-hal pokok sebagai berikut :
27
a. Pencegahan dan Penanggulangan kejahatan harus menunjang tujuan social
welfare dan social defence. Aspek yang sangat penting adalah aspek kesejahteraanperlindungan masyarakat yang bersifat immaterial, terutama
nilai kepercayaan, kebenarankejujurankeadilan. b.
Pencegahan dan Penanggulangan kejahatan harus dilakukan dengan pendekatan integral, ada keseimbangan sarana “penal” dan “non-
penal”.Dilihat dari sudut politik kriminal, kebijakan paling strategis melalui sarana “non-penal” karena lebih bersifat preventifdan karena
kebijakan “penal” mempunyai keterbatasan. c.
Pencegahan dan Penanggulangan kejahatan dengan sarana “penal” merupakan “penal policy” atau “penal-law enforcement policy” yang
fungsionalisasi melalui beberapa tahap:
25
Barda Nawawi Arief Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001,hal 73
26
Ibid, hal 73-74
27
Ibid, hal 74-75
Universitas Sumatera Utara
- Formulasi kebijakan legislatif
- Aplikasi kebijakan yudikatif
- Eksekusi kebijakan eksekutifadministratif
F. Metode Penelitian