Kesadaran Hukum Masyarakat KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA

C. Kesadaran Hukum Masyarakat

Dalam konsep keamanan masyarakat modern, sistem keamanan bukan lagi tanggung jawab penegak hukum semata, namun menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Dalam pandangan konsep ini, masyarakat di samping sebagai objek juga sebagai subjek. Sebagai subjek, masyarakat adalah pelaku aktivitas komunikasi antara yang satu dengan yang lain, serta pengguna jasa kegiatan internet dan media lainnya. Sebagai objek, masyarakat dijadikan sasaran dan korban kejahatan bagi segenap aktivitas kriminalisasi internet. Tanggung jawab bersama atas keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat dalam konsep modern disebut Community Policing. Salah satu model pengamanan dan penegakan hukum yang profesional di negara-negara maju. Semua elemen masyarakat dengan kesadaran penuh terpanggil dan bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban. Dilibatkannya masyarakat dalam strategi pencegahan kejahatan mempunyai 2 dua tujuan pokok, menurut Mohammad Kemal Dermawan, adalah untuk: 57 Sampai saat ini, kesadaran hukum masyarakat untuk melakukan pengamanan dan merespon aktivitas cybercrime masih dirasakan kurang. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pemahaman dan pengetahuan lack of information masyarakat terhadap jenis kejahatan cybercrime . Lack of 1. Mengeliminir faktor-faktor kriminogen yang ada dalam masyarakat. 2.Menggerakkan potensi masyarakat dalam hal mencegah dan mengurangi kejahatan. 57 Mohammed Kemal Dermawan, Strategi Pencegahan Kejahatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1994,hal.10. Universitas Sumatera Utara information ini menyebabkan upaya penanggulangan cybercrime mengalami kendala, dalam hal ini kendala yang berkenaan dengan penataan hukum dan proses pengawasan controlling masyarakat terhadap setiap aktivitas yang diduga berkaitan dengan cybercrime . Melalui pemahaman yang komprehensif mengenai cybercrime , peran masyarakat menjadi sangat penting dalam upaya pengawasan, ketika masyarakat mengalami lack of information, peran mereka akan menjadi mandul. Sebaliknya ketika masyarakat memahami bahwa cybercrime merupakan tindak pidana yang harus ditanggulangi, masyarakat akan mengantisipasinya atau melaporkannya kepada aparat kepolisian setempat. C 1. Pengamanan Software Jaringan Komputer Tindakan preventif yang dapat dilakukan dalam rangka pengamanan software jaringan komputer adalah sebagai berikut: 58 1. Mengatur akses access control, melalui mekanisme authentication dengan menggunakan password. 2. Firewall, program yang merupakan sebuah perangkat yang diletakkan antara internet dengan jaringan internal, tujuannya adalah untuk menjaga agar akses kedalam maupun keluar dari orang yang tidak berwenang unauthorized acces tidak dapat dilakukan. 3. Intruder Detection System IDS, diantaranya adalah mendeteksi probing dengan monitor log file Autobuse 58 Kiddo, menemukan celah keamanan dan melindungi website dari serangan hacker,Op Cit, hal 75 Universitas Sumatera Utara 4. Back-up rutin, untuk cadangan manakala sistem kita berhasil dimasuki pihak lain intruder C 2 Pengamanan Hardware Langkah-langkah dalam pengamanan hardware yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 59 1. Penguncian komputer, untuk komputer baru memang tidak dilengkapi dengan kunci seperti tipe komputer lama, padahal ini merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penggunaan oleh orang-orang yang tidak dikehendaki. 2. Penggunaan dial back, adalah penggunaan telepon double, antara telepon kirim dengan telepon terima, dengan cara bergantian dalam pemakaian saluran telepon. C 3. Pengamanan Personalia Faktor ini sangat penting, dan tidak bisa diabaikan. Seseorang yang ditugaskan sebagai administrator, dan operator harus menguasai segala isi yang ada di dalam komputer. Manajemen administrator perlu dilakukan dengan baik untuk menjamin keamanan jaringan. Pengamanan tersebut meliputi: 60 1. Seleksi operator dari sisi intelektual dan moral, hal itu harus berjalan secara seimbang karena menyangkut perbuatan yang bersifat subyektif. 59 Ibid, hal 75-76 60 Ibid, hal 76-77 Universitas Sumatera Utara 2. Membuat perjanjian atau MoU antara operator dengan manajemen yang berkaitan dengan: a. Operator yang lebih dari satu; b. Password dan perubahan password; c. Cuti operator; d. Mutasi operator e. Hubungan antara operator dengan pimpinan manajemen; f. Mutasi operator yang diketahui pimpinan yang memuat segala kegiatan operator secara lengkap; g. Melaksanakan test psikologi terhadap personel yang mengawaki komputer secara priodik Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bertolak dari perumusan masalah dan uraian hasil penelitian dan analisa yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam skripsi ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana teknologi informasi di Indonesia Sebelum diundangkannya Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terdapat beberapa ketentuan perundang- undangan yang berhubungan dengan pemanfaatan dan penyalahgunaan teknologi informasi yang diatur dalam KUHP dan beberapa undang-undang di luar KUHP. Kebijakan hukum pidana terhadap undang-undang sebelum disahkannya UU ITE baik dalam hal kriminalisasinya, jenis sanksi pidana, perumusan sanksi pidana, subjek dan kualifikasi tindak pidana berbeda-beda terutama dalam hal kebijakan kriminalisasi-nya belum mengatur secara tegas dan jelas terhadap tindak pidana teknologi informasi. Kebijakan pemerintah Indonesia dengan diundangkannya Undang- Undang No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE merupakan payung hukum pertama yang mengatur dunia siber cyberlaw, sebab muatan dan cakupannya yang luas dalam membahas pengaturan di dunia maya Universitas Sumatera Utara