ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 2007-2014

(1)

(ANALYZE FACTORS INFLUENCING THE LOCALLY-GENERATED REVENUE IN BANJARNEGARA REGENCY PERIOD OF 2007-2014)

Oleh

DIAN ANGGRAINI SUNGKOWATI 20120430259

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

(ANALYZE FACTORS INFLUENCING THE LOCALLY-GENERATED REVENUE IN BANJARNEGARA REGENCY PERIOD OF 2007-2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

DIAN ANGGRAINI SUNGKOWATI 20120430259

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

iii

Tuhanmu hendaknya kamu berharap”. (QS: Al-Insyirah 6-8)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu berusaha mengubah nasibnya sendiri”.


(5)

iv

Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan motivasi yang tak terbalas sampai skripsi ini selesai tersusun Almamaterku tercinta


(6)

v

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Manfaat Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18

A. Landasan Teori... 18

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 18

2. PDRB ... 22

3. Jumlah Penduduk ... 28

4. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri ... 35

B. Kerangka Penelitian ... 42

1. Hubungan PDRB terhadap PAD ... 42

2. Hubungan Jumlah Penduduk terhadap PAD………... 44


(7)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Obyek/Subyek Penelitian ... 50

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 50

C. Teknik Pengumpulan Data ... 50

D. Definisi Operasional Variabel ... 51

E. Uji Asumsi Klasik ... 52

1. Uji Normalitas ... 52

2. Uji Multikolinearitas ... 53

3. Uji Heterokedastisitas ………. .... 53

4. Uji Autokorelasi………. ... 54

F. Metode Analisis Data ... 55

1. Uji F-Statistik ... 55

2. Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 57

3. Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Gambaran Umum Objek/Subyek Penelitian ... 59

B. Hasil Penelitian ... 69

1. Uji Asumsi Klasik ... 69

a. Uji Normalitas ... 69

b.Uji Multikolinearitas ... 70

c. Uji Heterokedastisitas ... 70

d.Uji Autokorelasi ... 71

2. Pengujian Hipotesis ... 71

a. Uji F-Statistik ... 73

b. Uji t-Statistik ... 73

c. Menghitung Koefisien Determinasi ... 75

C. Pembahasan... 75


(8)

vii

B. Keterbatasan ... 85 C. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(9)

viii

TABEL 1.2 Produk Domestik Regional Bruto ... 7

TABEL 1.3 Jumlah Penduduk ... 13

TABEL 1.4 Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri ... 14

TABEL 4.1 Pendidikan ... 61

TABEL 4.2 Uji Normalitas ... 70

TABEL 4.3 Uji Multikolinearitas ... 70

TABEL 4.4 Uji Heterokedastisitas ... 71


(10)

ix

GAMBAR 2.1 Model Penelitian Regresi ………... 49


(11)

(12)

(13)

The Central Statistics Agency (CSA) and the Integrated Licensing Services Office (ILSO) of Banjarnegara Regency. Data collecting technique in this research used was documentation method and literature review. The analysis tool used was Multiple Linear Regression

Based on the analysis obtained that partially variable Gross Regional Domestic Product and Domestic Capital Investment were positive and significant influence on the Locally-generated revenue while variable total population was positive and not significant influence on the Locally-generated revenue. Simultaneously, Gross Regional Domestic Product, total population and Domestic Capital Investment significant influence on the Locally-generated revenue with number of F-count 306.0166 and significant 0,000. The number of R-Square as many 0.967. It showed that Gross Regional Domestic Product, total population and Domestic Capital Investment simultaneously had an influence on the Locally-generated revenue as much 96,7%.

Keywords: Locally-generated revenue, Gross Regional Domestic Product, total population, Domestic Capital Investment.


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia otonomi daerah sangat penting bagi daerah otonom untuk mengembangkan potensi daerahnya. Seperti tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004, Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Asas desentralisasi sangat dibutuhkan oleh daerah otonom.

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dalam sistem NKRI. Dengan adanya otonomi daerah, permasalahan di daerah lebih efektif dan efisien apabila urusan-urusan di daerah ditangani oleh pemerintah lokal. Kemandirian suatu daerah sangat diperlukan karena suatu daerah yang mandiri berarti tingkat ketergantungannya kepada pemerintah pusat sangat rendah. Daerah yang mandiri dapat dilihat dari kinerja daerah dalam mengelola keuangannya.

Ketergantungan terhadap pemerintah pusat harus seminimal mungkin sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasarat mendasar dalam system pemerintahan Negara. PAD juga merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan pelaksanaan otonomi


(15)

daerah. Pendapatan Asli Daerah yang besar juga menunjukan besarnya partisipasi masyarakat dalam menanggung biaya pembangunan dan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Pendapatan Asli Daerah yang besar dapat memberikan kebebasan besar bagi pemerintah daerah untuk membuat inisiatif dan rencana yang dibutuhkan oleh daerah. (A.Kuswandi, 2009).

Menurut Undang-undang No.33 Tahun 2004, keuangan daerah adalah kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta antara Provinsi dan Kabupaten/Kotamadya yang merupakan prasyarat dalam system pemerintah daerah. Dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah, kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintah menjadi kewenangan daerah. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 pasal 1 menyebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah, yang dipungut berdasarkan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tolak ukur yang penting untuk menentukan tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah secara nyata dan bertanggung jawab. Otonomi daerah membawa dampak positif bagi daerah yang memiliki sumber daya alam, tetapi tidak demikian dengan daerah yang miskin sumber daya alamnya, yang merupakan salah satu masalah yang dihadapi pemerintah daerah Kabupaten/Kota pada umumnya adalah terbatasnya dana yang berasal dari daerah sendiri (PAD),


(16)

sehingga proses otonomi daerah belum bisa berjalan sebagai mana mestinya (Aziz, 1997).

Pendapatan asli daerah faktor penting dalam otonomi daerah yaitu pendapatan yang diterima oleh pemerintah daerah atas segala sumber dan potensi yang ada di daerah yang harus diolah oleh pemerintah daerah di dalam memperoleh pendapatan daerah. Untuk menggali berbagai potensi di suatu daerah diharapkan daerah dapat memanfaatkan potensi yang ada untuk meningkatkan pembangunan daerahnya. Prinsip dasar pemberian otonomi dimaksud berdasarkan atas pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya. Atas pertimbangan ini, maka pemberian otonomi diharapkan pada akhirnya akan lebih memacu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah secara bersama-sama menjadi komponen PAD. Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang utama dan sangat penting bagi pemerintah daerah. Pajak daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah terdiri dari Pajak Kabupaten/kota. Pajak daerah dan retribusi daerah dianggap sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terbesar sehingga pelaksanaannya harus jelas dan tidak menyimpang dari yang ditetapkan Undang-undang Pemerintah daerah dapat menentukan tarif berdasarkan Undang-undang dan tidak bisa melebihi batas yang sudah


(17)

ditetapkan sehingga kemampuan masyarakat untuk membayar pajak serta retribusi tidak berat.

Ketika suatu daerah memiliki pendapatan asli daerah yang besar dan selalu meningkat setiap tahunnya, maka daerah tersebut sudah dapat memaksimalkan kemampuan daerahnya dan mencerminkan keadaan atau kemampuan ekonomi yang baik dan stabil. Namun, ketika suatu daerah mengalami kesulitan dalam memaksimalkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah maka akan timbul masalah dan gejolak ekonomi yang tidak stabil di daerah tersebut.

Jadi, pemerintah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus dapat dengan bijak menyaring apa saja yang dapat dimasukkan kedalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan ditentukan dalam Peraturan Daerah dan dibutuhkan sosialisasi dari pemda untuk memberikan informasi dan pemahaman yang seluas-luasnya mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pentingnya bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan kepada masyarakat. Transparansi anggaran harus dilaksanakan guna meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah yang bersangkutan.

Pemerintah Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu daerah yang diberi hak otonomi daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari tahun ke tahun. Untuk itu, diperlukan suatu perencanaan yang tepat dengan


(18)

memperhatikan potensi yang dimilikinya terutama dalam mengidentifikasi keterkaitan antara PAD, PDRB, Jumlah Penduduk dan Investasi.

Tabel 1.1

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013

Tahun PAD Pertumbuhan(%)

2009 73,533,876.52 -

2010 86,406,243.60 14,89%

2011 103,796,345.68 16,75%

2012 111,114,536.24 6,58%

2013 117,547,402.89 5,47%

Sumber : BPS Kab. Banjarnegara, diolah.

PAD Kabupaten Banjarnegara setiap tahun terus meningkat, terlihat dalam Tabel 1.1. Di tahun 2010 Pendapatan Asli Daerah meningkat sebesar 14,89% , di tahun 2011 meningkat sebesar 16,75%, ditahun 2012 meningkat 6,58%, dan di tahun 2013 meningkat sebesar 5,47%.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran yang nyata dari dampak suatu kebijakan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang terbentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini sangat perlu untuk mengetahui keberahsilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arus pembangunan di masa yang akan datang. Laju pertumbuhan ekonomi daerah dapat ditunjukkan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Indikator yang sering kali digunakan dalam melihat sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah adalah


(19)

aspek ekonomi dan ketenaga kerjaan sebagai penopang kekuatan dan kelemahannya (Sukirno, 1978).

Pembangunan di suatu daerah dapat dikatakan berhasil apabila pertumbuhan perekonomian meningkat. Pada umumnya perkembangan perekonomian suatu wilayah dapat diketahui melalui perkembangan PDRB dan sumbangan setiap sektor terhadap nilai PDRB tersebut. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara/wilayah/daerah. PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Perkembangan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDRB.

Perkembangan PDRB di Kabupaten Banjarnegara. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjarnegara yang terlihat dari PDRB, didominasi oleh sektor pertanian sebesar 36,09%, sektor jasa-jasa sebesar 18,50%, sektor perdagangan sebesar 13,63%, sektor industri sebesar 11,51%, sektor bangunan sebesar 7,05%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,25%, sektor angkutan dan komunikasi sebesar 5,03%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,49% dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,46%. Selama tahun 2011, banjarnegara mengalami laju pertumbuhan ekonomi mencapai 4,85%, sedangkan inflasi secara komulatif sebesar 4,73%. (sumber banjarnegara kab.go.id).


(20)

Tabel 1.2

PDRB Kabupaten Banjarnegara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013

Tahun PDRB Peningkatan PDRB (%)

2009 2.89 -

2010 3.12 7,37%

2011 3.15 0,95%

2012 3.21 1,86%

2013 3.27 1,83%

Sumber : BPS Kab. Banjarnegara.

Tabel 1.2 menunjukkan PDRB Kabupaten Banjarnegara meningkat setiap tahunnya, tahun 2010 PDRB meningkat 7,37%, tahun 2011 PDRB meningkat 0,95%, tahun 2012 PDRB meningkat 1,86%, tahun 2012 PDRB meningkat 1,83%.

Tingginya nilai PDRB menunjukkan bahwa daerah tersebut mengalami kemajuan dalam perekonomian. Hubungan antara PAD dengan PDRB merupakan hubungan secara fungsional, karena PDRB merupakan fungsi dari PAD. Dengan meningkatnya PDRB maka akan menambah penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai program-program pembangunan dan mendorong peningkatan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat yang diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitasnya.

Keberhasilan pembangunan perekonomian dari suatu wilayah dan kinerjanya dapat diamati melalui beberapa indikator makro. Indikator makro tersebut dapat dianalisis melalui PDRB yang dapat didenifinisikan sebagai penjumlahan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah/daerah tersebut dalam periode tertentu. Jadi PDRB adalah nilai tambah yang pengukurannya berdasarkan adanya


(21)

aktivitas ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produk barang dan jasa, yang diukur dengan besaran dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan juga sebagai indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu. Data PDRB juga dapat menggambarkan kemampuan daerah mengelola sumber daya pembangunan yang dimilikinya, oleh karena itu besaran PDRB setiap daerah bervariasi sesuai dengan potensi yang dimiliki dan faktor produksi masing-masing daerah (Sukirno, 1978).

Jumlah penduduk selalu bertambah sehingga kepadatan populasi terus meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan yang terbatas menyebabkan terjadinya kelangkaan sumber daya alam, terjadinya pencemaran, dan timbul persaingan untuk mendapatkan sumber daya alam. Selain itu pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diikuti pertumbuhan ekonomi yang seimbang sering kali hanya menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas rendah. Masalah kependudukan dan kerusakan lingkungan hidup merupakan dua permasalahan yang kini sedang dihadapi bangsa Indonesia, khususnya maupun negara-negara lainnya di dunia umumnya. Brown (1992:265-280), menyatakan bahwa masalah lingkungan hidup dan kependudukan yaitu masalah pencemaran lingkungan fisik, desertifikasi, deforestasi, overs eksploitasi terhadap sumber-sumber alam, serta berbagai fenomena degradasi ekologis semakin hari semakin menujukkan peningkatan yang signifikan. Keprihatinan ini tidak saja memberikan agenda penanganan masalah lingkungan yang bijak. Namun juga


(22)

merupakan “warning” bagi kehidupan, bahwa kondisi lingkungan hidup sedang berada pada tahap memprihatinkan. Seandainya tidak dilakukan upaya penanggulangan secara serius, maka dalam jangka waktu tertentu kehidupan ini akan musnah. Hal ini terjadi menurut Soemarwoto (1991:1), karena lingkungan (alam) tidak mampu lagi memberikan apa-apa kepada kita. Padahal seperti kita ketahui bahwa manusia merupakan bagian integral dari lingkungan hidupnya, ia tidak dapat dipisahkan dari padanya.

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Tidak bisa di pungkiri bahwa laju pertumbuhan penduduk. Indonesia begitu pesat dan tidak bisa di hindari, meskipun pemerintah telah melakukan upaya dan berbagai solusi serta berbagai semboyan telah di tawarkan kepada masyarakat namun tetap saja laju pertumbuhan penduduk tidak bisa terbantahkan. Meskipun solusi yang di tawarkan tidak sesuai dengan harapan pemerintah, tapi setidaknya bisa mereduksi sebagian masalah yang ada. Penduduk merupakan unsur penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi.

Padatnya penduduk suatu daerah akan menyebabkan ruang gerak suatu daerah semakin terciut, dan hal ini disebabkan manusia merupakan bagian integral dari ekosistem, dimana manusia hidup dengan mengekploitasi lingkungannya. Pertumbuhan penduduk yang cepat meningkatkan permintaan terhadap sumber daya alam. Pada saat yang sama meningkatnya konsumsi yang disebabkan oleh membengkaknya jumlah penduduk yang pada akhirnya


(23)

akan berpengaruh pada semakin berkurangnya produktifitas sumber daya alam. Menurut Wijono (1998:5) kondisi sebagaimana digambarkan tersebut dapat diibaratkan seperti lilin, pertumbuhan penduduk yang cepat akan membakar lilin dari kedua ujungnya. Sehingga batang lilin itu akan cepat meleleh dan habis.Konsekwensinya adalah berubahnya salah satu atau beberapa komponen dalam ekosistem, mengakibatkan perubahan pada interaksi komponen-komponen itu, sehingga struktur organisasi dan sifat-sifat fungsional ekosistem akan berubah pula.

Penduduk adalah semua orang yang biasanya tinggal di suatu tempat atau rumah tangga 6 bulan dan lebih atau yang belum 6 bulan namun berniat untuk menetap. (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jumlah penduduk dari tahun ke tahun selalu bertambah, pertambahan penduduk mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya kurva perolehan angka penduduk oleh badan pusatstatistik di berbagai kota di Indonesia yang selalu menunjukkan peningkatan. Pertambahan jumlah penduduk disebabkan oleh berbagai faktor, diantarannya kelahiran dan kematian seseorang dan juga migrasi penduduk yang tidak terkendali. Dampak yang ditimbulkan dari pertambahan jumlah penduduk akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan dan kelestarian alam didaerahnya. Keseimbangan lingkungan akan terganggu karena luas daerah yang tersedia terkadang tidak sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk di suatu daerah. Begitu juga dengan kelestarian alam, karena pertambahan penduduk yang pesat


(24)

mengakibatkan penduduk tidak lagi peduli terhadap kelestarian alam sekitarnya dan hanya memikirkan kepentingan individualism.

Santosa dan Rahayu (2005) mengatakan, penduduk yang tinggi diiringi dengan perubahan teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi di dalam produksi. Jumlah penduduk dalam satu indikator penting dalam suatu Negara Para ahli ekonomi klasik yang di pelopori Adam Smith bahkan menganggap bahwa jumlah penduduk merupakan input yang potensial yang dapat digunakan sebagai faktor produksi untuk meningkatkan produksi suatu rumah tangga perusahaan. Semakin banyak penduduk maka semakin banyak pula tenaga kerja yang dapat digunakan. Oleh karena jumlah penduduk terus bertambah, maka banyak yang harus dicanangkan untuk mengatasi keadaan jumlah penduduk yang semakin bertambah.Penambahan penduduk merupakan satu hal yang dibutuhkan dan bukan suatu masalah melainkan sebagai unsur penting yang dapat memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Besarnya pendapatan dapat mempengaruhi penduduk. Jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang dapat ditarik juga meningkat.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi sebenarnya bisa memberikan dampak positif, di antaranya dapat menjadi unsur penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi dengan ketersediaan tenaga kerja yang melimpah. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, khusunya yang terjadi di Indonesia tidak hanya bisa berdampak positif saja, tetapi juga akan menimbulkan dampak negatif di berbagai bidang yang


(25)

tentunya akan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dampak negatif dari pertumbuhan penduduk yang tinggi ini akan timbul apabila pertumbuhan penduduk yang terjadi tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung keberlangsungan hidup penduduk yang bersangkutan dalam rangka memperoleh kehidupan dan penghidupan yang makmur dan sejahtera.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang luas maka hal ini akan menimbulkan pengangguran di mana-mana dan kemiskinan pun tercipta. Ini tentu saja akan mempengaruhi proses kehidupan di bidang lainnya. Kebutuhan ekonomi yang tidak memadai juga dapat berpengaruh pada tingkat pendidikan dan kesehatan seseorang. Bagaimana mau memperoleh pendidikan dan kesehatan yang layak, jika untuk kebutuhan hidup sehari-haripun mereka susah mendapatkannya. Tak hanya berhenti di situ saja, tingkat kriminalitas pun akan meningkat. Orang dalam kondisi lapar akan berbuat apa saja yang penting kebutuhannya bisa terpenuhi. Ujung dari pertumbuhan penduduk yang tinggi itu adalah menimbulkan kerusakan lingkungan dengan segala dampak yang menyertainya seperti menurunnya kualitas pemukiman dan lahan yang ditelantarkan. Intinya, pertumbuhan penduduk yang tinggi berpotensi menimbulkan kemiskinan dan menurunnya kesejahteraan rakyat, sampai menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat menghambat perkembangan negara Indonesia.

Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Banjarnegara dapat dipengaruhi oleh kondisi tingkat kelahiran, kematian migrasi dari penduduknya.


(26)

Pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan kematian saja disebut pertumbuhan alami dan pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian dan migrasi disebut pertumbuhan non alami.

Tabel 1.3

Jumlah Penduduk Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013

Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%)

2009 0.93 -

2010 0.93 0%

2011 0.98 5,10%

2012 0.90 -8,88%

2013 0.89 -1,12%

Sumber : BPS Kab. Banjarnegara.

Dari Tabel 1.3 menunjukkan bahwa Jumlah penduduk pada tahun 2010 tidak mengalami peningkatan, tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 5,10%. Tahun 2012 mengalami penurunan sebesar -8,88%, dan tahun 2012 menurun sebesar -1,12%.

Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dicerminkan dari tingkat investasi suatu daerah. Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar. Secara teoritis, daerah dengan peringkat daya tarik investasi yang tinggi akan memilih jumlah PAD yang tinggi pula, karena investasi di suatu daerah dengan sendirinya akan merangsang pertumbuhan ekonomi daerah tersebut untuk kemudian meningkatkan jumlah pendapatan daerah dari pajak.

Perkembangan Investasi di Kabupaten Banjarnegara. Nilai investasi di Kabupaten Banjarnegara mengalami peningkatan yang cukup bagus. Indikator investasi member gambaran positif peningkatan jumlah nilai dan jumlah


(27)

investor dari tahun ketahun. Pada tahun 2013 pertumbuhan nilai investasi tumbuh ke level lebih tinggi di atas 100% lebih di bandingkan pencapaian tahun 2012. Pertumbuhan nilai investasi ini diikuti pula dengan bertambahnya jumlah investor dimana dampak baiknya terjadi peningkatan daya serap tenaga

kerja” .

Tabel 1.4

Investasi Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013

Tahun Investasi Pertumbuhan ( %)

2009 175,115.12 -

2010 198,462.04 11,76%

2011 173,022.23 -14,70%

2012 485,486.53 64,36%

2013 674,020.19 27,97%

Sumber : KP2T Kabupaten Banjarnegara.

Tabel 1.4 menunjukkan Investasi Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 mengalami peningkatan 11,76%, tahun 2011 mengalami penurunan -14,70%, tahun 2012 mengalami peningkatan 64,36%, dan tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 27,97%.

Investasi di Banjarnegara mengalami pertumbuhan yang membaik dari tahun ke tahun. Peningkatan ini tidak lepas dari iklim beriventasi yang makin kondusif dari tahun ke tahun. Kondisi ini mendorong masuknya pengusaha yang mempunyai modal menengah keatas menanamkan investasinya di Banjarnegara, termasuk naiknya besaran nilai investasi yang ditanamkan. Meski mengalami pertumbuhan yang kian membaik dari tahun ketahun, pihaknya tidak cukup hanya menunggu investor datang. Upaya kreatif jemput


(28)

bola juga tengah diupayakan oleh pihaknya untuk menarik sebanyak mungkin investor masuk ke Banjarnegara.

Kabupaten Banjarnegara melakukan upaya untuk mempersiapkan kelayakan infrastruktur pendukung investasi, Kesiapan infrastruktur diantaranya adalah menjamin ketersediaan lokasi untuk investasi, terserdianya akses jalan menuju lokasi, dan tersedianya jaringan listrik. Termasuk di dalamnya adalah perlindungan atau adanya nilai jualtanah yang wajar.

Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah dapat meningkatkan pendapatan daerahnya sehingga pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga meningkat. Melalui otonomi daerah, pemerintah Kabupaten Banjarnegara sangat berperan penting dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), terutama dalam hal menggali potensi daerahnya. Sehingga pendapatan daerah yang meningkat dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan. Sesuai dengan latar belakang masalah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara, Tahun 2007-2014”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh PDRB Kabupaten Banjarnegara terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara.


(29)

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk Kabupaten Banjarnegara terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara.

3. Bagaimana pengaruh Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri Kabupaten Banjarnegara terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB Kabupaten Banjarnegara terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk Kabupaten Banjarnegara terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjarnegara.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri Kabupaten Banjarnegara terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banjaenagara.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan mengembangkanpemahaman serta dalam rangka memenuhi salah satu


(30)

syarat guna meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bagi akademisi, sebagai sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan informasi serta dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan pemikiran untuk menetapkan kebijakan-kebijakan pembangunan daerah dalam rangka upaya meningkatkan penerimaan pajak daerah.


(31)

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan asli

daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah

lainnya yang sah”. Sedangkan menurut Herlina Rahman (2005:38) Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam (Bastian, 2002). Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang


(32)

berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli Daerah adalah meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal (Elita, 2007).

Proporsi Pendapatan Asli Daerah yang rendah, di lain pihak menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam mengelola keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan, dibiayai dari dana perimbangan, terutama Dana Alokasi Umum. Alternatif jangka pendek peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah menggali dari Pendapatan Asli Daerah (Pratiwi, 2007).

Pendapatan asli daerah diartikan sebagai pendapatan daerah yang tergantung keadaan perekonomian pada umumnya dan potensi dari sumber-sumber pendapatan asli daerah itu sendiri. Sutrisno (1984: 200) pendapatan asli

daerah adalah suatu pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah untuk menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah.

Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang efektif dan efisien perlu dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi daerah maupun perekonomian nasional. Citra keuangan pemerintah daerah akan tercermin dari besarnya PAD yang diperoleh, dan bagaimana alokasi keuangan pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan Pemda dan untuk mensejahterakan masyarakatnya. Kontribusi yang dicapai dari pendapatan asli daerah dapat terlihat dari seberapa besar pendapatan tersebut disalurkan untuk


(33)

membangun daerah agar lebih berkembang dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang utama dan sangat penting bagi pemerintah daerah yaitu pajak daerah. Jadi, pemerintah daerah dalam hal meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) haruslah dapat dengan bijak menyaring apa saja yang dapat dimasukkan kedalam penerimaan PAD, dan ditentukan dalam Peraturan Daerah dan dibutuhkan sosialisasi dari pemda untuk memberikan informasi dan pemahaman yang seluas-luasnya mengenai PAD dan pentingnya bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan kepada masyarakat. Transparansi anggaran harus dilaksanakan guna meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah yang bersangkutan.

a. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mutlak harus dilakukan oleh pemerintah daerah agar mampu untuk membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat semakin berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri. Dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada bab V(lima) nomor 1 (satu) disebutkan bahwa pendapatan asli daerah bersumber dari:

1). Pajak Daerah

Menurut UU No 28 tahun 2009 Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara


(34)

langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan UU nomor 28 tahun 2009 pajak kabupaten/kota dibagi menjadi beberapa sebagai berikut, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerbangan Jalan, Pajak Mineral bukan logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak air tanah, Pajak sarang burung walet, Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan, dan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2). Retribusi Daerah

Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, melalui Undang-undang Nomor 28 tahun 2009. Dengan UU ini dicabut UU nomor 18 Tahun 1997 sebagaimana sudah dirubah dengan UU nomor 34 Tahun 2000. Berlakunya UU pajak dan retribusi daerah yang baru di satu sisi memberikan keuntungan daerah dengan adanya sumber-sumber pendapatan baru, namun disisi lain ada beberapa sumber-sumber pendapatan asli daerah yang harus dihapus karena tidak boleh lagi dipungut oleh daerah terutama berasal dari retribusi daerah.

3). Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Undang-undang nomor 33 tahun 2004 mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada


(35)

perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta maupun kelompok masyarakat.

4). Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan Pendapatan Asli Daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendapatan ini juga merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Undang-undang nomor 33 tahun 2004 mengklasifikasikan yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang sah meliputi :

- Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan. - Jasa giro.

- Pendapatan bunga.

- Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. - Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan,

pengadaan barang ataupun jasa oleh pemerintah. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian diseluruh daerah dalam tahun tertentu atau periode tertentu dan biasanya satu tahun penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan PDRB harga atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun yang


(36)

bersangkutan sementara atas harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar.

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan seseorng untuk membayar (ability to pay) berbagai pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan logika yang sama, pada tingkat distribusi pendapatan tertentu yang tetap, semakin tinggi PDRB (Produk Domestik Regional bruto) suatu daerah, semakin besar pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintahannya. Dengan kata lain semakin tinggi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapita riil suatu daerah, semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut (Halim, 2001). Ini berarti PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan salah satu komponen penting untuk mengetahui potensi daerah sebagai upaya penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Menurut (H. Saberan, 2002: 5) Produk Domestik Regional Bruto adalah

nilai tambah yang mampu diciptakan berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan

gabungan dari empat kata yaitu: Pertama; Produk, artinya seluruh nilai

produksi baik barang maupun jasa, Kedua; Domestik, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh faktor-faktor produksi yang berada dalam wilayah domestik tanpa melihat apakah faktor produksi tersebut dikuasai oleh penduduk atau bukan, ketiga; Regional, artinya perhitungan nilai produk yang dihasilkan hanya oleh penduduk tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang digunakan berada dalam wilayah domestik atau bukan, dan Keempat;


(37)

Bruto, maksudnya adalah perhitungan nilai produksi kotor karena masih mengandung biaya penyusutan.

a. Perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan empat cara pendekatan yaitu:

1). Pendekatan Produksi

Pendekatan Produksi dapat disebut juga pendekatan nilai tambah dimana nilai tambah bruto (NTB) dengan cara mengurangkan nilai output yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan biaya antara dari masing nilai produksi bruto tiap sektor ekonomi. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipain oleh unit produksi sebagai input antara nilai yang ditambahkan sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi.

2). Pendekatan Pendapatan

Pada pendekatan ini, nilai tambah dari kegiatan-kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Untuk sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha ( bunga neto, sewa tanah dan keuntungan) tidak diperhitungkan. 3). Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat untuk keperluan konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial; pembentukan modal; dan ekspor. Mengingat nilai barang dan jasa hanya berasal dari produksi


(38)

domestik, total pengeluaran dari komponen-komponen diatas harus dikurangi nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud adalah ekspor neto. Penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB atas dasar harga pasar.

4). Metode Alokasi

Metode ini digunakan jika data suatu unit produksi disuatu daerah tidak tersedia. Nilai tambah suatu unit produksi didaerah tersebut dihitung dengan menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang tingkatnya lebih tinggi, misalnya data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data Provinsi.

Beberapa alokator yang digunakan adalah nilai produksi bruto atau neto, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alokator lainnya yang dianggap cocok untuk menghitung nilai suatu unit produksi.

Menurut (Sadono Sukirno,2004) PDRB adalah merupakan nilai dari

seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam waktu satu tahun di suatu wilayah tertentu tanpa membedakan kepemilikan faktor produksi, tapi lebih memerlukan keberadaan faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi itu, PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah. Kenaikan PDRB akan menyebabkan pendapatan daerah dari sektor pajak dan retribusi meningkat. Hal tersebut berdampak pada peningkatan PAD di daerah tersebut.

Salah satu cara untuk melihat kemajuan ekonomi adalah dengan mencermati nilai pertumbuhan PDRB. Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga konstan, karena nilai PDRB ini tidak


(39)

dipengaruhi oleh perubahan harga, sehingga perubahan yang diperoleh merupakan perubahan riil yang tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga.

Menurut Boediono (2008) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita dimana ada dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk.

Menurut Nugreheni (dalam Prasetyo, 2010), pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat,

b. Beberapa alat ukur pertumbuhan ekonomi antara lain: 1). Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB), atau ditingkat regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur pertumbuahan ekonomi yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan.

2). Produk Domestik Bruto Per Kapita atau Pendapatan Per Kapita Produk Domestik Bruto Per Kapita atau Produk Domestik Regional Bruto per kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat mencerminkan


(40)

kesejahteraan penduduk suatu negara atau suatu daerah yang bersangkutan, atau disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata.

Nilai PDRB atau pendapatan perkapita diperoleh dari berbagai pendapatan nasional bruto atau pendapatan domestik bruto pada suatu tahun tertentu dengan jumlah produk pada tahun tersebut. Dengan demikian, pendapatan perkapita dapat dihitung dengan menggunakan salah satu persamaan sebagai berikut (Sadono Sukirno, 2004):

(a).

(b).

Pendapatan perkapita menunjukkan kemampuan masyarakat untuk membayar pengeluarannya termasuk mengkonsumsi barang dan jasa. Semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan pajak. Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam periode tertentu biasanya satu tahun.

Pendapatan perkapita merupakan salah satu ukuran bagi kemakmuran suatu daerah, pendapatan perkapita yang tinggi cenderung mendorong naiknya tingkat konsumsi perkapita yang selanjutnya menimbulkan intensif bagi diubahnya struktur produksi pada saat pendapatan meningkat, permintaan akan barang-barang manufaktur dan jasa pasti akan meningkat lebih cepat dari pada permintaan akan produk-produk pertanian (Todaro, 2006).

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula permintaan barang dan jasa. Hal ini mengakibatkan semakin besar pula


(41)

kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai pajak dan retribusi yang ditarik pemerintah daerah. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah, semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut.

3. Jumlah Penduduk

Di negara sedang berkembang yang mengalami ledakan jumlah penduduk termasuk Indonesia akan selalu mengkaitkan antara kependudukan dengan pembangunan ekonomi. Akan tetapi hubungan antara keduanya tergantung pada sifat dan masalah kependudukan yang dihadapi oleh setiap negara, dengan demikian tiap negara atau daerah akan mempunyai masalah kependudukan yang khas dan potensi serta tantangan yang khas pula (Wirosardjono, 1998).

Penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah. Alasannya sederhana, karena penduduk merupakan sumber daya manusia yang partisipasinya sangat diperlukan agar pelaksanaan hasil-hasil perencanaan dapat berjalan dengan baik. Penduduk juga merupakan motor penggerak pembangunan, juga dapat bertindak sebagai obyek, dimana akan menjadi salah target dalam setiap proses pembangunan. Oleh karena itu, analisis kependudukan sangat mendukung efisiensi dan efektifitas perencanaan pembangunan agar berhasil sebagaimana diharapkan.

a. Dampak positif pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk membawa dampak positif dan negatif bagi manusia. Beberapa dampak positifnya antara lain sebagai berikut:


(42)

- Tersedianya tenaga kerja untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.

- Bertambahnya kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan sehingga berkembang jumlah dan jenis usaha lokal.

- Meningkatnya investasi atau penanaman modal karena makin banyak kebutuhan manusia.

- Meningkatnya inovasi karena penduduk dipaksa untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, agar produktivitas lahan pertaniannya meningkat, manusia mengembangkan pupuk dan benih unggul untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terus meningkat.

b. Dampak Negatif Pertumbuhan Penduduk

Disamping dampak positif, pertumbuhan penduduk yang tinggi juga berpotensi menimbulkan dampak negatif terutama jika tidak diimbangi dengankualitas penduduk dan ketersediaan sarana prasarana hidup serta lapangan pekerjaan. Beberapa dampak tersebut antara lain sebagai berikut. - Meningkatnya Angka Pengangguran

Angka pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menimbulkan masalah pengangguran. Sebagian tenaga kerja tidak terserap oleh lapangan kerja yang ada karena kecepatan pertumbuhan lapangan kerja baru kalah oleh kecepatan pertumbuhan penduduknya.


(43)

Banyaknya tenaga kerja yang menganggur atau belum mendapatkan pekerjaan sangat rentan terhadap perilaku kejahatan atau kriminal. Desakan kebutuhan dapat memaksa sebagian penduduk untuk melakukan tindak kejahatan.

- Meningkatnya Angka Kemiskinan

Pertumbuhan penduduk yang tinggi berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan sumber daya, khususnya sumber daya alam. Jika penduduk bertambah, harus disediakan lahan baru untuk memenuhi kebutuhan pangan/ makanan dan rumah untuk tinggal. Diperlukan lowongan pekerjaan baru bagi mereka untuk memenuhi kebutuhannya. Jika tidak terpenuhi, akan muncul masalah kemiskinan.

- Berkurangnya Lahan untuk Pertanian dan Permukiman

Bertambahnya penduduk di suatu wilayah tentu membutuhkan lahan pertanian dan permukiman baru. Setiap penduduk yang lahir memerlukan rumah untuk tinggal dan lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan akan makanan. Makin banyak yang lahir, makin banyak lahan pertanian dan permukiman baru yang harus disediakan. Pada gilirannya, lahan pertanian yang ada akan berkurang karena dipakai untuk permukiman.

- Makin Banyaknya Limbah dan Polusi

Kegiatan penduduk, baik kegiatan di rumah, kegiatan perdagangan, atau industri pasti menghasilkan sampah atau limbah. Makin banyak penduduk, makin banyak limbah yang dihasilkan. Pada gilirannya, sampah atau limbah akan berdampak buruk pula bagi manusia.


(44)

- Ketersediaan Pangan Makin Berkurang

Permukiman, industri, perdagangan, dan aktivitas manusia lainnya terus berkembang yang akhirnya mengubah fungsi lahan pertanian menjadi non- pertanian. Akibatnya, produksi pertanian berkurang dan terus berkurang. Ini berarti ketersediaan pangan juga akan makin berkurang dan terpaksa harus mendatangkannya dari daerah atau negara lainnya.

- Kesehatan Masyarakat Makin Menurun

Pertumbuhan penduduk yang tinggi, khususnya di daerah perkotaan, akan membuat harga lahan makin mahal. Akibatnnya, sebagian penduduk tidak mampu membeli lahan dengan luas yang cukup memadai untuk permukiman. Permukiman menjadi sangat padat sehingga tidak sehat. Apalagi jika sanitasinya buruk, tentu keadaan itu akan menimbulkan berbagai macam penyakit.

- Berkembangnya Permukiman Tidak Layak Huni

Lahan yang makin terbatas akibat tingginya laju pertumbuhan penduduk, terutama di daerah perkotaan, mendorong naiknya harga lahan sehingga sulit dijangkau oleh sebagian penduduk. Akibatnya, sebagian penduduk terpaksa tinggal di daerah yang kurang layak dengan membangun rumah seadanya. Biasanya, mereka membangun rumah di tepi sungai, sepanjang rel kereta api, atau lahan kosong milik pemerintah yang belum di manfaatkan Daerah tersebut dikenal sebagai daerah kumuh (slum area).


(45)

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap.

c. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: 1). Fertilitas (Kelahiran)

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

2). Mortalitas (Kematian)

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting,tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda – tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna perancangan pembangunan. Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, dan jasa – jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat.


(46)

Data kematian juga diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap program – program kebijakan penduduk.

3). Migrasi

Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingat adanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor – faktor pendorong dan penarik bagi orang – orang untuk melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi termasuk transportasi semakin lancar.

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatutempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara atau pun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.

Jumlah penduduk yang besar bagi Indonesia oleh para perencana pembangunan dipandang sebagai asset modal dasar pembangunan tetapi sekaligus juga sebagai beban pembangunan. Sebagai asset apabila dapat meningkatkan kualitas maupun keahlian atau keterampilannya sehingga akan meningkatkan produksi nasional. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban jika struktur, persebaran dan mutunya sedemikian rupa sehingga hanya menuntut pelayanan sosial dan tingkat produksinya rendah sehingga menjadi tanggungan penduduk yang bekerja secara efektif (Widarjono dalam Budiharjo, 2003).


(47)

Penduduk merupakan orang yang bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah. Simon dalam Todaro (2003) mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk bukanlah suatu masalah. Pengaruh jumlah penduduk pada tingkat moderat pada dasarnya positif dan bermanfaat bagi pembangunan ekonomi, baik bagi negara – negara maju, maupun yang sedang berkembang. Semakin banyak orang, maka semakin banyak ide, semakin banyak orang yang mempunyai bakat dan kreativitas, semakin banyak tenaga ahli dan dengan demikian akan semakin berkembang teknoogi. Selanjutnya dalam jangka panjang penduduk merupakan suatu keuntungan. Todaro (2003) juga mencatat bahwa pertumbuhan penduduk juga merangsang pertumbuhan ekonomi. Semakin besar jumlah penduduk akan mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap barang – barang konsumsi, selanjutnya akan mendorong economic of scaledalam berproduksi, sehingga akan menurunkan biaya produksi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah. Dengan meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan pernintaan terhadap barang – barang konsumsi. Hal ini selanjutnya dapat mendorong peningkatan produksi sehingga akan mengakibatkan adanya perluasan dan pendirian usaha baru pada sektor produksi. Pendirian usaha baru akan menambah angkatan kerja yang bekerja, sehingga pendapatan per kapita masyarakat akan cenderung meningkat. Dengan adanya kecenderungan pertambahan penduduk pada gilirannya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Sukirno, 2003).


(48)

4. Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri

Pembentukan Investasi merupakan faktor penting yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu Negara, ketika pengusaha atau individu atau pemerintah melakukan investasi, maka ada sejumlah modal yang ditanam atau dikeluarkan, atau ada sejumlah pembelian barang dan jasa di masa akan datang. Pembentukan investasi dapat dilakukan jika masyarakat tidak menggunakan semua pendapatannya untuk dikonsumsi, melainkan ada sebagian yang ditabungkan. Tabungan ini diperlukan untuk pembentukan investasi. Investasi dalam peralatan modal atau pembentukan modal tidak saja dapat meningktkan faktor produksi atau pertumbuhan ekonomi namun juga dapat memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Dalam hal ini, jumlah pengangguran tentunya akan turun. Suatu Negara akan berkembang secara dinamis jika investasi yang dikeluarkan jauh lebih besar dari pada nilai penyusutan faktor-faktor produksinya akan cenderung mengalami perekonomian yang stagnasi. Stagnasi merupakan sutu kondisi dengan laju pertumbuhan yang lambat dan bahkan bias nol. Kondisi ini dapat menimbulkan terjadinya pengangguran dalam jumlah yang relatif besar. Kondisi yang sangat tidak diinginkan adalah kondisi stagnasi yang diikuti dengan adanya inflasi yang tinggi sehingga perekonomian Negara menjadi stagflasi.

Dalam ekonomi makro, investasi merupakan salah satu komponen dari pendapatan nasional, Produk Domestik Bruto, PDB atau Gross Domestic GDP. Sehingga pengaruh investasi terhadap perekonomian suatu Negara dapat


(49)

ditinjau dari pendapatan nasional Negara tersebut. GDP yang dihitung berasarkan pengeluaran terdiri dari empat komponen utama yaitu konsumsi dinotasikan C, investasi dinotasikan I, pembelian oleh pemerintah dinotasikan G, dan total bersih ekspor atau ekspor neto dinotasikan dengan X-M. Notasi X untuk ekspor dan M atau impor, Ekspor neto (X-M) menunjukkan selisih antara nilai ekspor dan impor. Bentuk aljabar dari GDP dapat ditulis sebagai berikut:

Y = C + I + G + (X-M) Y =GDP

Dari persamaan dapat diketahui bahwa investasi berkorelasi positif dengan GDP, secara umum dapat dikatakan jika investasi naik, maka GDP cenderung naik. Atau sebaliknya, jika investasi turun maka GDP cenderung turun. Investasi dipengaruhi oleh tingkat pengembalian modal dan tingkat bunga. Para pemilik modal akan berinvestasi jika tingkat pengembalian modal lebih besar dari pada tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan investasi menjadi tidak menarik atau tidak menguntungkan. Ketika tingkat bunga tinggi sebagian modal digunakan untuk mencari keuntungan dari tingkat bunga melalui deposito dan tabungan. Tingkat bunga tinggi pada akhir akan mengurangi jumlah modal yang diinvestasikan jika pengeluaran investasi berkurang maka GDP cenderung menurun.

Investasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan pembangunan ekonomi, maka setiap daerah berupaya menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi dan pendapatan suatu daerah. Di suatu daerah investasi sangat penting karena merupakan dana untuk membiayai berbagai


(50)

macam kegiatan. Investasi pemerintah daerah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang milik daerah oleh pemerintah yang mampu mengembalikan nilai pokok di tambah dengan manfaat ekonomi, sosial, dan atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu. (Permendagri No.52:2012).

Investasi merupakan kunci utama untuk mencapai peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari kemampuannya meningkatkan laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan. Semakin besar investasi suatu negara akan semakin besar pula tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi investasi (Haryanto, 2005). Selain itu investasi juga memperluas kesempatan kerja, mendorong kemajuan teknologi dan spesialisasi dalam produksi sehingga meminimalkan ongkos produksi serta penggalian sumberdaya alam, industrialisasi dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi kemajuan perekonomian daerah (Machmud, 2002). Pendapat tersebut didukung dengan adanya UU Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan dari penyelenggaraan investasi baik investasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) maupun PMA (Penanaman Modal Asing) adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang selanjutnya tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga akan memeratakan dan meningkatkan kesejahteraan nasional secara kontinyu yang disebut sebagai pembangunan ekonomi.

Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh


(51)

penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Ketentuan mengenai penanaman modal diatur didalam undang-undang No. 25 tahun 2005 tentang penanaman modal. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan oleh perseorangan WNI, badan usaha Negeri, dan atau pemerintah negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal Negeri atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Menurut Boediono, Investasi adalah pengeluaran (dihitung dalam jutaan rupiah) oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang-barang/ jasa, yaitu untuk penambahan stok barang, di gudang atau untuk perluasan pabrik. Ini berarti bahwa barang-barang tersebut dibeli dengan harapan untuk menghasilkan keuntungan kemudian. Ini selanjutnya berarti bahwa pertimbangan-pertimbangan yang diambil oleh perusahaan dalam memutuskan apakah membeli atau tidak membeli barang-barang/jasa-jasa tersebut adalah harapan dari pengusaha akan kemungkinan keuntungan yang bisa diperoleh (dengan menjual kemudian barang-barang tersebut, atau menggunakan untuk proses produksi). Harapan keuntungan inilah yang merupakan faktor utama dalam keputusan tersebut. Faktor keuntungan yang diharapkan biasanya dinyatakan dalam dua dimensi yaitu dimensi yang menunjukkan berapa besar


(52)

keuntungan yang akan diperoleh untuk setiap rupiah yang ditanamkan, dandimensi waktu yang menunjukkan berapa lama aliran keuntungan ini berlangsung.

Sumantoro mengemukakan, bahwa “Investasi adalah kegiatan menanamkam modal, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari

hasil penanaman modal tersebut”. Dari pengertian tersebut kegiatan investasi mengandung pengertian yang luas, karena investasi dapat dilakukan secara langsung (direct investment) maupun secara tidak langsung, yang lebih dikenal dengan (portfolio investment). Terdapat perbedaan pengertian antara investasi secara tidak langsung (portfolio investment) yaitu biasanya dengan membeli instrumen-instrumen di pasar modal dan investasi secara langsung (direct investment) yaitu biasanya yang bersangkutan ingin ikut menguasai dan menjalankan (mengelola) langsung investasi. Pada kasus investasi yang pertama (portfolio investment), para investor tidak tertarik dan tidak berkepentingan untuk menjalankan usaha dari perusahaan yang ia beli sahamnya, mereka lebih berkepentingan terhadap deviden dan capital gain dari saham yang ia beli. Sedangkan pada kasus investasi yang kedua (direct investment), investor yang bersangkutan ingin menguasai dan menjalankan langsung investasi yang dimaksud.

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan atau penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang modal dan perlengkapan untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa


(53)

yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang.

a. Bentuk-bentuk investasi antara lain : 1). Investasi Tabungan Berjangka

Investasi ini adalah investasi yang tidak beresiko. Fungsinya hampir sama seperti menabung tetapi uang tidak dapat diambil sebelum jangka waktu tabungan berakhir.

2). Deposito

Seperti tabungan berjangka tetapi kurun waktunya tidak sepanjang tabunganberjangka. Selain itu, deposito memiliki bunga yang cukup besar dari tabunganberjangka.

3). Investasi Emas

Investasi ini merupakan salah satu investasi yang menguntungkan karena nilaiemas selalu naik sebanyak 30% dalam satu tahun. Uang bisa mengalami inflasi tetapi nilai emas selalu tetap.

4). Investasi Saham

Untuk investasi ini harus benar-benar memperhatikan dengan baik kondisi pasar atau bursa saham karena nilainya naik turun disesuaikan dengan fluktuasi pasar.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi antara lain: 1). Tingkat Suku Bunga


(54)

Apabila tingkat bunga naik, maka investor saham akan menjual seluruh atau sebagian sahamnya untuk dialihkan ke dalam investasi lainnya yang relatif lebih menguntungkan dan bebas resiko, akibatnya indeks akan turun. Sebaliknya bila tingkat bunga turun, maka masyarakat akan mengalihkan investasinya pada saham yang relatif lebih profitable dan akibatnya indeks

akan naik. Dengan demikian tingkat bunga akan memberikan pengaruh negatif terhadap indeks saham.

2). Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat investasi. Hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif.

3). Pendapatan Nasional

Dengan adanya tingkat pendapatan yang tinggi maka akan mendorong permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga keuntungan perusahaan akan bertambah dan akan mendorong kegiatan investasi yang lebih banyak. Jika nilai pendapatan nasional bertambah maka nilai pasar investasi akan bertambah pula.

4). Infrastruktur

Pembangunan kembali infrastruktur dapat menjadi suatu alternatif pilihan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis. Pembangunan infrastruktur akan menyerap banyak tenaga kerja yang


(55)

selanjutnya akan berpengaruh pada meningkatnya gairah ekonomi masyarakat. Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat semakin meningkat.

B. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian merupakan bagian terpenting dalam suatu laporan hasil penelitian. Menurut Uma Sekaran (2006; 14), kerangka penelitian merupakan model konseptual mengenai bagaimana teori berhubungan dengan berbagai masalah yang penting. Suatu konseptual memberikan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi masalah (obyek) penelitian.

1. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu alat untuk mengetahui perkembangan dan struktur ekonomi suatu wilayah diyakini masih merupakan indikator dalam menentukan arah pembangunan yang digambarkan oleh perkembangan Produk Domestic Regional Bruto (PDRB). Produk Domestic Regional Bruto dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa-jasa yang diproduksi didalam Negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Barang–barang dan jasa-jasa ini diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain yang bertempat tinggal di Negara tersebut (Sukirno,2003:33)

Pendapatan perkapita merupakan salah satu ukuran bagi kemakmuran suatu daerah, pendapatan perkapita yang tinggi cenderung mendorong naiknya tingkat konsumsi perkapita yang selanjutnya menimbulkan intensif


(56)

bagi diubahnya struktur produksi pada saat pendapatan meningkat, permintaan akan barang-barang manufaktur dan jasa pasti akan meningkat lebih cepat dari pada permintaan akan produk-produk pertanian (Todaro, 2006).

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan orang untuk membayar berbagai pungutan yang ditetapkan pemerintah. Dalam konsep makro dapat dianalogikan bahwa semakin besar PDRB yang diperoleh maka akan semakin besar pula potensi penerimaan daerah. Jadi dengan adanya peningkatan PDRB maka hal ini mengindikasikan akan mendorong peningkatan pendapatan asli daerah (Saragih,2003). Pendapat ini sejalan dengan Hakim Halim (2000), bahwa Pendapatan Asli Daerah di pengaruhi oleh Produk Domestik Regional Bruto.

Santosa dan Rahayu (2005), menyatakan hubungan antara PAD dengan PDRB merupakan hubungan fungsional, karena PDRB merupakan fungsi dari PAD. Dengan meningkatnya PDRB maka akan menambah penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai program-program pembangunan. Selanjutnya, akan mendorong peningkatan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitasnya.

Penelitian yang dilakukan Arief Eka Atmaja (2011) mengungkapkan produk domestik regional bruto terhadap pendapatan asli daerah berpengaruh secara signifikan, hasil penelitian menunjukan pengaruh positif.

Adanya peningkatan PDRB yang semakin besar akan mempengaruhi penerimaan pemerintah daerah. Apabila PDRB meningkat ada indikasi


(57)

bahwa Pendapatan Individu meningkat sehingga daya beli masyarakat naik dan akan meningkatkan pendapatan asli daerah.

2. Hubungan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di negara sedang berkembang yang mengalami ledakan jumlah penduduk termasuk Indonesia akan selalu mengkaitkan antara kependudukan dengan pembangunan ekonomi. Akan tetapi hubungan antara keduanya tergantung pada sifat dan masalah kependudukan yang dihadapi oleh setiap negara, dengan demikian tiap negara atau daerah akan mempunyai masalah kependudukan yang khas dan potensi serta tantangan yang khas pula. (Wirosardjono, 1998 ).

Jumlah penduduk adalah sejumlah orang yang sah yang mendiami suatu daerah atau Negara serta mentaati ketentuan-ketentuan dari daerah atau Negara tersebut. Besarnya Pendapatan Asli Daerah dapat dipengaruhi oleh jumlah penduduk, jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang ditarik juga akan meningkat (Simanjuntak, 2001). Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap pembangunan disuatu wilayah. Menurut, Population Reference Bureau (PRB) (2011).

Agus Widarjono (Budiharjo, 2003:159) mengatakan bahwa, jumlah penduduk yang besar bagi Indonesia oleh perencanaan pembangunan dipandang sebagai asset modal besar pembangunan tetapi sekaligus juga sebagai beban. Pembangunan sebagai asset apabila dapat meningkatkan produksi nasional. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban jika struktur, persebaran, dan mutunya sedemikian rupa sehingga hanya menuntut


(58)

pelayanan sosial dan tingkat produksinya rendah sehingga menjadi tanggungan penduduk yang bekerja secara efektif.

Menurut Adam Smith (limcolin Arsyad, 1999) Penambahan Jumlah Penduduk yang tinggi di iringi dengan perubahan teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi di dalam produksi. Penambahan penduduk merupakan suatu hal yang dibutuhkan dan bukan suatu masalah, melainkan sebagai unsur penting yang dapat memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Esti (2011) dalam penelitianya yang

berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah menunjukan bahwa variable jumlah penduduk mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan asli daerah.

Dengan meningkatnya penduduk yang tinggi berpengaruh apabila penduduk menghasilkan barang atau jasa. Tetapi, komposisi usia produktif dan tidak produktif selisihnya tidak terlalu jauh sehingga kelompok usia produktif menjadi beban masyarakat mengakibatkan jumlah penduduk tidak signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

3. Hubungan Investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Investasi dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat saling mempengaruhi. Investasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan meningkatnya investasi, maka akan menambah penerimaan pemerintah dari sektor pajak daerah. Meningkatnya


(59)

penerimaan daerah akan memicu pemerintah untuk mendukung dan mendorong masyarakatnya untuk berinvestasi.

Dengan berinvestasi masyarakat akan memperoleh keuntungan yang lebih banyak daripada menabung biasa. Selain itu, investasi juga dapat meningkatkan modal dan keuntungan bagi perusahaan. Dengan meningkatnya keuntungan masyarakat, maka masyarakat akan terus berinvestasi dan keuntungan bagi perusahaan yang berinvestasi pun akan semakin meningkat. Semakin banyak masyarakat atau perusahaan dalam suatu daerah yang berinvestasi maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak daerah juga ikut meningkat.

Penelitian yang dikakukan Satriya, Himawan Eka (2009), mengungkapkan bahwa jangka panjang variabel investasi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Dengan meningkatnya investasi di suatu daerah akan menambah pendapatan di daerah tersebut.

C. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Satriya, Himawan Eka (2009), dengan Judul Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Jawa Tengah selama periode 1981-2006. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder dengan variable dependen Pendapatan Asli Daerah dan variable independen Investasi, PDRB, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah. Alat Analisis yang digunakan Error Correction Model (ECM). Dari hasil perhitungan menunjukan bahwa jangka panjang variabel investasi dan pengeluaran pemerintah berpengaruh


(60)

signifikan terhadap pendapatan asli daerah dengan tingkat signifikan pada derajat 0,05 atau 5 persen, variabel investasi berpengaruh signifikan pada a= 10 persen dan variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan pada a=0,01 persen.

Penelitian yang dilakukan oleh Esti (2011), dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sragen selama periode 1991-2008”. Tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah, mengetahui pengaruh pendapatan perkapita, jumlah perusahaan, jumlah penduduk dan untuk mengetahui variabel yang dominan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen. Alat Analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan secara statistic, variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh negatif dan signifikan secara statistic, variabel jumlah perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan secara statistik terhadap pendapatan asli daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Arief Eka Atmaja (2011), dengan judul

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Semarang selama tahun 2004-2008”. Tujuan untuk mengetahui pengaruh Pengeluaran Daerah, Jumlah Penduduk dan PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah di Semarang. Alat analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Dari hasil analisis dalam penelitian ini secara bersama-sama variabel pengeluaran


(61)

daerah, jumlah penduduk dan PDRB berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Secara individual, variabel pengeluaran daerah, jumlah penduduk dan PDRB dapat mempengaruhi pendapatan asli daerah, yang memiliki pengaruh terbesar terhadap pendapatan asli daerah adalah jumlah penduduk. Hal ini dubuktikan dengan nilai koefisiensi regresi tertinggi yaitu 5,742 persen.

Penelitian yang dilakukan oleh Indra Rindu Datu K (2012), dengan judul

“ Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Makassar selama tahun 1999-2009”. Tujuan untuk mengetahui pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hasil penelitian ini adalah pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah melalui PDRB dan berpengaruh positif dan signifikan secara langsung terhadap pendapatan asli daerah. Sedangkan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

Menurut Adi Hartyanto (Hartyanto Adi, 2014) dalam penelitiannya Studi tentang Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Langsung Pemerintah Daerah dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Satuan Wilayah Pembangunan Gerbangkertosusila, menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang paling signifikan dalam jangka panjan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) begitu juga dengan nilai pertumbuhan belanja langsung pemerintah daerah. Sedangkan jumlah penduduk dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun, secara umum semua variabel baik pertumbuhan ekonomi, belanja


(62)

langsung, dan jumlah penduduk mempengaruhi nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD).

D. Hipotesis

Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah :

H1: Di duga ada pengaruh positif antara Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

H2: Di duga ada pengaruh positif antara Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

H3: Di duga ada pengaruh positif antara Investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

E. Model Penelitian

Penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti, maka model penelitian dapat digambarkan seperti berikut:

Variabel Independen Variabel dependen

Produk Domestik Regional Bruto

)

Jumlah Penduduk Pendapatan Asli Daerah

(PAD)


(1)

Hasil penelitian mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hartyanto (2014) mengenai hubungan variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam SWP Gerbang kertosusila menghasilkan hubungan yang signifikan dengan sifat hubungan yang positif. Dampak pertumbuhan PDRB dapat diilustrasikan yakni, ketika salah satu sektor misalkan perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka nilai Pajak Hotel, Retribusi Daerah sebagai komponen PAD akan mengalami kenaikan juga. Selain itu indikasi lain yang dapat dilihat, ketika terjadi peningkatan PDRB dalam suatu wilayah berarti ada kenaikan pendapatan perorangan yang menyebabkan meningkatnya kemampuan daya beli individu hingga mempengaruhi perolehan PAD dalam tahun tertentu disebabkan peningkatan aktivitas keuangan daerah.

b. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap PAD

Hasil penelitian menunjukkan jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD dibuktikan dengan hasil analisis Nilai thitung sebesar 0.721353 lebih kecil dari ttabel (2,048) dan nilai signifikansi sebesar 0.476 (P>5%). Koefisien regresi jumlah penduduk = 0.229680, artinya apabila jumlah penduduk meningkat 1 orang maka PAD akan bertambah sebesar 0.229680 juta rupiah dengan asumsi variabel lain tetap. Nilai konstanta menunjukkan nilai sebesar 17.29879 artinya jika jumlah penduduk sama dengan 0 maka nilai PAD sebesar 17.299 juta rupiah.

Hasil penelitian mendukung penelitian yang dilakukan Hartyanto (2014) yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Beberapa indikasi yang menyebabkan hasil yang demikian yakni komposisi jumlah penduduk usia tidak produktif masih terpaut sedikit dan hampir sama dengan penduduk pada usia produktif dan bekerja.


(2)

Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Banjarnegara Periode 2007-2014. Hal tersebut disebabkan karena jumlah penduduk dapat memberikan dampak positif maupun negative terhadap pendapatan asli daerah, oleh sebab itu secara statistik jumlah penduduk menunjukkan tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Dengan meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah apabila jumlah penduduk tersebut tidak memiliki pekerjaan yang tetap sehingga akan menjadi beban pemerintah. Koefisien jumlah penduduk positif artinya seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan asli daerah juga cenderung meningkat.

c. Pengaruh Investasi terhadap PAD

Hasil penelitian menunjukkan investasi berpengaruh positif signifikan terhadap PAD dibuktikan dengan hasil analisis thitung sebesar 2.344034 lebih besar dari ttabel (2,048) dan nilai signifikansi sebesar 0,0264 (P<5%). Koefisien regresi investasi = 0.073782, artinya apabila investasi meningkat 1 juta rupiah maka PAD akan bertambah sebesar 0.073782 juta rupiah dengan asumsi variabel lain tetap. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa penilaian untuk memprediksi pendapatan asli daerah dapat dilakukan melalui penilaian terhadap investasi. Nilai konstanta menunjukkan nilai sebesar 17.29879 artinya jika investasi sama dengan 0 maka nilai PAD sebesar 17.299 juta rupiah.

Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Gitaningtyas (2014) bahwa investasi swasta berpengaruh positif dan signifikan terhadap realisasi Pendapatan Asli Daerah. Artinya semakin besar investasi swasta yang diterima, maka semakin besar pula realisasi Pendapatan Asli Daerah yang diterima.


(3)

Penutup Kesimpulan :

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa produk domestik regional bruto (PDRB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Banjarnegara Periode 2007-2014.

2. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa variable jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Banjarnegara Periode 2007-2014.

3. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa variable investasi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Banjarnegara Periode 2007-2014.

Saran :

Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka saran penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pemerintah untuk lebih memperhatikan sumber pendapatan asli daerah sehingga daerah yang diteliti dapat meningkatkan pendapatan asli daerahnya.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah variabel lainya yang memiliki pengaruh terhadap pendapatan asli daerah, seperti: Inflasi, Pengeluaran pemerintah dan lain-lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arief Eka Atmaja, 2011, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Semarang, Jurnal: Universitas Negeri Semarang.

Azis, 1997, Pendapatan Asli Daerah, Erlangga Jakarta.

Bastian Indra, 2002,Sistem Akuntansi SektorPublik ,Buku 1,Salemba Empat Jakarta.

Budi, Purbayu Santosa & Retno Puji Rahayu, 2005,Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri, Jurnal: Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Budiharjo, Ari, 2003, Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendapatan Domestik Regional Bruto, Dan Inflasi Terhadap Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kabupaten Dan Propinsi Di Jawa Tengah, TesisEkonomi Pembangunan.

Basuki, Agus Tri dan Imamudin. 2012. Elektronik Data Prosesing(SPSS 15 dan Eviews7). Yogyakarta. Danisa Media.

Elita Dewi, 2007, Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah, Jurnal Ilmu Sosial dan IlmuPolitik, Jurnal: Universitas Sumatera Utara.

Esti, Purwaningsih, 2011, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2008, Tesis: Universitas Sebelas Maret.

Ghozali, Imam, 2009, AplikasiAnalisis Multivariate dengan Program SPSS, UNDIP, Semarang. Gitaningtyas. 2014. The Influences of Gross Regional Domestic Product, Population, And

PrivateInvestment To The Realization Of Local Original Revenue At Regency/City In East Java. Artikel Ilmiah Mahasiwa 2014.

Gujarati, Damodar, 2003, Basic Econometrics, McGraw Hill, New York.

Hakim, Mamduh M danHalim Abdul, 2000,Analisa Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Hartyanto, A. 2014. Studi Tentang Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Langsung Pemerintah Daerah Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Pada Satuan Wilayah Pembangunan Gerbang kertosusila. Jurnal Universitas Brawijaya.

Herlina Rahman, 2005,Pendapatan Asli Daerah, (Diaksespaa tanggal 20 Juli 20176) [www,download,portalaruda,org].


(5)

Husna, U, 2015, Pengaruh PDRB, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Daerah Kota Se Jawa Tengah. Skripsi: Universitas Diponegoro Semarang. Indra Rindu Datu K, 2012, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah

di Makassar, Skripsi: Universitas Hasanuddin Makasar,

Kusnadi, 2009, Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate), Malang :Brawijaya,

Pratiwi Maulida Novi, 2007,Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah,Tesis S2 UII, Yogyakarta

Saberan,H, 2002, Produk Domestik Regional Bruto, Rajawali Press,Jakarta.

Sadono Sukirno, 2003, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Santoso dan Rahayu.2005. Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri.Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 2 No. 1 / lull 2005: 9 – 18.

Santoso, Singgih, 2005, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Alex Media Komputindo, Jakarta.

Saragih, Juli Panglima, 2003, Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Satriya, Himawan Satriya, Himawan Eka, 2009, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1981-2006, Skripsi tidak dipublikasikan, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Simanjuntak, Payaman, J, 2001 Ekonomi Sumber Daya Manusia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Sukirno, 1978, Pertumbuhan Ekonomi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Sutrisno 1984,” Konsep Pendapatan Asli Daerah” Jakarta: Rajawali Press.

Todaro, Michael P, 2003, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Alih Bahasa: Aminuddin dan Drs, Mursid,Ghalia Indonesia,Jakarta.

Uma Sekaran, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.

UU No, 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Jakarta.

Warsito Utomo, 2001, Peranan dan Strategi Peningkatan PAD Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.


(6)

Wirosardjono, Sucipto, 1998, Pertumbuhan Penduduk Indonesia Catatan Analisa, Prisma, No 3 TahunXVII .


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 2 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN SRAGEN Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sragen Tahun 1991-2013.

0 0 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Surakarta Tahun 1991-2012.

0 1 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Surakarta Tahun 1991-2012.

0 1 16

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN KLATEN Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Di Kabupaten Klaten Tahun 1989 – 2011.

0 1 16

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN KLAEN Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Di Kabupaten Klaten Tahun 1989 – 2011.

0 2 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN PATI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (Pad) Kabupaten Pati Tahun 1990 – 2012.

0 2 13

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Boyolali tahun 1990 – 2009.

0 0 15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PATI TAHUN 1982-2007 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pati Tahun 1982-2007.

0 0 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PATI TAHUN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Pati Tahun 1982-2007.

0 1 15