Uji Validitas dan Reabilitas

3.7 Uji Validitas dan Reabilitas

Menurut Notoatmodjo (2005), kuesioner yang akan digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk itu maka kuesioner

tersebut harus dilakukan uji coba “trial” di lapangan. Uji coba validitas dan reliabilitas pada penelitian ini akan dilakukan pada 20 responden di Desa Karangbale Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes.

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji kolerasi antara skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai kolerasi yang bermakna ( construct validity). Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas konstruk, berarti semua item (pertanyaan) yang ada didalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur. Menurut Hidayat (2007), uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji r, lalu baru dilihat penafsiran dari indeks kolerasinya.

Rumus Pearson Product Moment :

Keterangan: r xy : Koefisien korelasi tiap item dengan skor dengan skor total N : Banyaknya Sampel

X : Nilai tiap item Y : Nilai dari total item

Jika nilai r hitung > r tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai r hitungnya < r tabel tidak valid, apabila instrumen valid dimana apabila n=20 maka r tabel=0,561, sehingga data valid dengan r hitung > 0, 561. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa nilai r hitung > r tabel Jika nilai r hitung > r tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai r hitungnya < r tabel tidak valid, apabila instrumen valid dimana apabila n=20 maka r tabel=0,561, sehingga data valid dengan r hitung > 0, 561. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa nilai r hitung > r tabel

3.7.2 Uji Reliabillitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Cara penghitungan reliabilitas dengan menggunakan teknik belah dua berarti alat pengukur (kuesioner) yang telah disusun dibagi menjadi dua. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain :

3.7.2.1 Mengajukan kuesioner tersebut kepada sejumlah responden, kemudian dihitung validitas masing-masing pertanyaannya. Pertanyaan-pertanyaan yang valid dihitung sedangkan yang tidak valid dibuang.

3.7.2.2 Membagi pertanyaan-pertanyaan yang valid tersebut menjadi dua kelompok secara acak (random). Separuh masuk ke dalam belahan pertama, separuhnya lagi ke dalam belahan kedua.

3.7.2.3 Skors untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan sehingga akan menghasilkan 2 kelompok skors total, yakni untuk belahan pertama dan belahan kedua.

3.7.2.4 Melakukan uji kolerasi dengan rumus kolerasi Product moment tersebut, antara belahan pertama dengan belahan kedua.

3.7.2.5 Selanjutnya dengan daftar seperti uji kolerasi sebelumnya, dapat diketahui reliabilitas kuesioner tersebut.

Menurut Sugiyono (2010), untuk pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown ( Split half ).

Rumus Spearman Brown :

Rri = 2r b

1+ r b

Keterangan : Rr Reliabilitas internal seluruh instrumen. i = Rr b= Kolerasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

Jika nilai r hitung > r tabel berarti reliabel demikian sebaliknya, jika nilai r hitungnya < r tabel tidak reliabel , apabila instrumen reliabel dimana apabila n=20 maka r tabel= 0,561, sehingga data reliabel dengan r hitung >