BAGAIMANA PROSES PENGADAAN LANGSUNG PEKERJAAN KONSTRUKSI/KONSULTANSI/JASA LAINNYA?

4. BAGAIMANA PROSES PENGADAAN LANGSUNG PEKERJAAN KONSTRUKSI/KONSULTANSI/JASA LAINNYA?

Proses Pengadaan Langsung Pekerjaan Konstruksi/ Konsultansi/Jasa Lainnya dilakukan sebagai berikut:

a. Pejabat Pengadaan mencari informasi terkait Pekerjaan Konstruksi dan harga melalui media elektronik maupun non- elektronik;

b. Pejabat Pengadaan membandingkan harga dan kualitas paling sedikit dari 2 (dua) sumber informasi yang berbeda;

c. Pejabat Pengadaan mengundang calon penyedia yang diyakini mampu;

d. undangan dilampiri spesifikasi teknis dan/atau gambar serta dokumen-dokumen lain yang menggambarkan jenis pekerjaan yang dibutuhkan; d. undangan dilampiri spesifikasi teknis dan/atau gambar serta dokumen-dokumen lain yang menggambarkan jenis pekerjaan yang dibutuhkan;

f. Pejabat Pengadaan membuka, mengevaluasi, melakukan klarifikasi teknis dan negosiasi harga untuk mendapatkan harga yang wajar;

g. negosiasi dilakukan berdasarkan HPS;

h. Pejabat Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung.

i. Pejabat Pengadaan menyampaikan berita acara kepada PPK; j. PPK melakukan perjanjian dan mendapatkan bukti perjanjian

dengan ketentuan:

1) untuk Pengadaan Langsung yang bernilai sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) berupa kuitansi; atau

2) untuk Pengadaan Langsung yang bernilai sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) berupa Surat Perintah Kerja (SPK).

5. UNTUK NILAI PEMAKETAN ANGGARAN DIATAS RP. 200 JT (ATAU S/D RP 50 JT UNTUK KONSULTAN), BILA HPS DAPAT DIBUAT DIBAWAH ITU, BISAKAH DILAKUKAN DENGAN PENGADAAN LANGSUNG?

Nilai paket dalam Perpres 54 lebih menunjuk kepada nilai HPS, daripada pagu anggaran. Ketika suatu nilai paket pengadaan dilakukan pembuatan HPSnya, kemudian nilai HPSnya berubah turun ke nilai metode pengadaan tertentu, seperti menjadi pengadaan langsung. Apakah pengadaan tersebut dapat dilakukan dengan pengadaan langsung? Ini yang akan menjadi pertanyaan.

Misal nilai paket untuk pengadaan meja kursi senilai Rp. 230 juta, yang harus dilakukan dengan pelelangan sederhana ketika dibuat HPSnya menjadi Rp. 190 juta maka dapat dilakukan dengan pengadaan langsung, asal outputnya tercapai.

Atau untuk pengadaan komputer senilai Rp. 225 juta yang harus dilakukan dengan metode pengadaan pelelangan sederhana, kemudian dilakukan pembuatan HPS menjadi Rp. 196 juta, menjadi dapat dilakukan dengan pengadaan langsung, asal outputnya tercapai.

Jadi apakah nilai paket itu nilai pagu anggaran atau nilai HPS? Nilai paket adalah nilai pagu anggaran, kemudian ketika dibuat HPSnya nilai paket menjadi nilai HPS. Pemikiran ini didasarkan kepada prinsip efektif dan efisien.

Dengan demikian bila kita mempunyai dana anggaran suatu paket senilai Rp. 215 juta untuk pengadaan ATK (alat tulis kantor) misalnya ketika bisa dibuat HPSnya dibuat dibawah Rp. 200 juta, misal menjadi Rp. 197 juta maka dapat dilakukan dengan pengadaan langsung, asal out put (keluaran) yang dituju oleh kegiatan tersebut dapat tercapai.

Yang tegas dilarang adalah memecah paket untuk menghindari pelelangan/seleksi. Contoh ada anggaran pengadaan komputer senilai Rp. 234 juta, dipecah jadi dua paket sehingga menjadi Paket I Rp. 170 juta dan Paket II Rp, 64 juta, sehingga masing-masing menjadi pengadaan langsung (yang demikian dilarang).

Contoh lain, misalnya untuk jasa konsultansi dengan anggaran senilai Rp. 60 juta untuk pekerjaan pembuatan SOP (Standard Operating Procedure) maka berdasarkan nilainya dilakukan dengan seleksi sederhana. Namun bila bisa membuat

HPS senilai dibawah Rp. 50 juta maka dapat dilakukan dengan pengadaan langsung.

Apakah boleh dilaksanakan dengan pengadaan langsung tanpa lelang pekerjaan jasa konsultasi dengan nilai Pagu anggaran Rp 60 juta sedangkan HPS Rp 49 juta ?

a) Perencanaan pemilihan penyedia dan pembuatan HPS dilakukan oleh PPK.

b) Berdasarkan Perpres 70 Tahun 2012 jo. Perpres 54 Tahun 2010 Pasal 45 Ayat (1) disebutkan bahwa Pengadaan Langsung dapat dilakukan terhadap Pengadaan Jasa Konsultansi yang memiliki karakteristik merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I dan/atau bernilai paling tinggi Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);

c) Mengacu ketentuan tersebut untuk pekerjaan dengan nilai HPS Rp. 49 juta dapat dilakukan Pengadaan Langsung.

Untuk nilai-nilai paket yang dilakukan dengan pelelangan sederhana/seleksi sederhana ketika bisa dilakukan dengan HPS untuk nilai pengadaan langsung maka akan terjadi penghematan anggaran, asalkan out put dari kegiatan tercapai. Namun agar diperhatikan pula mengenai kualitas atau mutu dari pengadaan tersebut.

Dalam Perpres 70/2012 jo Perpres 54/2010 Pasal 24 ayat 3c: Dilarang memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket dengan maksud menghindari pelelangan; dan/atau

Pasal 39 ayat 4 PA/KPA dilarang menggunakan metode Pengadaan Langsung sebagai alasan untuk memecah paket Pengadaan menjadi beberapa paket dengan maksud untuk menghindari pelelangan

Pasal 45 ayat 3

PA/KPA dilarang menggunakan metode Pengadaan Langsung sebagai alasan untuk memecah paket pengadaan menjadi beberapa paket dengan maksud untuk menghindari Seleksi.