Pemaketan pengadaan langsung dan e purch

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan karunia, hidayah dan inayah-Nya sehingga Buku Tanya Jawab Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini dapat disusun. Buku Tanya jawab ini disusun dari topik konsultasi pilihan yang dilaksanakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Dalam penyusunan buku ini kami menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan di sana-sini, baik dari sisi materi yang dipilih, maupun tampilan fisik termasuk lay out. Hal ini terjadi karena keterbatasan yang kami miliki. Dengan demikian kritik, saran dan masukan yang berharga, demi kesempurnaan tulisan di masa yang akan datang sangat kami harapkan.

Akhir kata, semoga karya sederhana ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita semua, terutama stakeholder pengadaan barang/jasa pemerintah.

Jakarta, Desember 2014

Direktur Advokasi dan Penyelesaian Sanggah Wil I

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I PEMAKETAN

1. Pemaketan pengadaan barang/jasa pemerintah

2. Contoh-contoh pemaketan

3. Kegiatan: pengadaan alat kesehatan dan alat penunjang kesehatan

4. Menyatukan paket

5. Dapatkah pemaketan pekerjaan yang nilainya untuk pelelangan diubah menjadi pengadaan langsung

6. Pemaketan untuk pekerjaan di beberapa desa

7. Pemaketan dan klasifikasi bidang

8. Pemecahan paket pengadaan tidak selalu dilarang

9. Pemaketan pengadaan rumah layak huni

10. Pengadaan dengan pengadaan langsung atau dilakukan dengan pelelangan?

11. Pemaketan untuk pengadaan pekerjaan konstruksi

12. Pemaketan pekerjaan konstruksi untuk satu lokasi

13. Pemaketan untuk alat kesehatan dengan katalog LKPP

14. Pemaketan di satu kode rekening untuk pengadaan obat dan alat kesehatan

15. Pengadaan para sopir dengan pengadaan langsung atau pelelangan untuk anggaran yang besar?

16. Pemecahan paket dapat dilakukan berdasar prinsip efektif dan efisien

17. Strategi pemaketan akan mengurangi beban kerja ULP

18. Pemaketan pekerjaan pananganan sampah

19. Pemaketan pengadaan aplikasi

20. Satu kode rekening untuk banyak kontrak pengadaan obat

21. Pemaketan pengadaan buku untuk bahan pustaka

22. Pemaketan berdasarkan prinsip efektif dan efisien

23. Pemaketan pekerjaan konsultan

24. Pemaketan berdasar kompetensi penyedia dan lokasi

25. Pemaketan untuk konstruksi di banyak lokasi

26. Pelelangan gagal karena tidak ada peserta, dapat terjadi karena kesalahan pemaketan

27. Pemaketan untuk pengadaan obat dan alat kesehatan

28. Pemaketan untuk berbagai lokasi

29. Pemeliharaan kendaraan dinas

30. Pemaketan pemeliharaan beberapa gedung

31. Pemaketan pengadaan langsung atau pelelangan

32. Pemaketan di RUP

33. Kegiatan swakelola

34. Paket pengadaan melalui penyedia

BAB II PENGADAAN LANGSUNG

1. Perbedaan pengadaan langsung dengan penunjukan langsung

2. Bagaimana proses pengadaan langsung barang?

3. Bagaimana proses pengadaan langsung jasa konsultansi?

4. Bagaimana proses pengadaan langsung pekerjaan konstruksi/konsultansi/jasa lainnya?

5. Untuk nilai pemaketan anggaran diatas Rp. 200 jt (atau s/d Rp 50 jt untuk konsultan), bila hps dapat dibuat dibawah itu, bisakah dilakukan dengan pengadaan langsung?

6. Tanda bukti perjanjian dalam pengadaan langsung

7. Pengadaan langsung di bawah 50 juta apakah semua dengan bukti kuitansi saja?

8. Pelaksanaan pengadaan langsung dengan bukti pembelian

9. Pelaksanaan pengadaan langsung dengan kuitansi

10. Pelaksanaan pengadaan langsung dengan Surat Perintah Kerja (SPK)

11. Apakah diperbolehkan mencantumkan merek pada dokumen untuk pengadaan langsung?

12. Ada satu item barang yang harganya melebihi harga satuan pada HPS namun secara keseluruhan tidak melebihi total HPS

13. Pengadaan bibit kambing tetapi di dalam perencanaan terpisah pengalokasian di mata anggaran atau rekening anggarannya, masing-masing dengan pagu dibawah rp. 200.000.000,- namun apabila dijumlahkan maka pagunya lebih dari rp. 200.000.000,-

14. Pengadaan hotel dengan nilai di bawah rp 200 juta, pengadaan langsung atau penunjukan langsung?

15. Pengadaan langsung dengan PT/CV atau bisa dengan toko/perorangan?

16. Persyaratan memenuhi ketentuan pajak 3 bulan terakhir untuk pembelian yang menggunakan kwitansi

17. Pengadaan langsung ke hanya satu penyedia secara terus menerus

18. Pengadaan langsung Rp. 170 juta untuk atk, apakah dapat dipecah-pecah?

19. Evaluasi penawaran pengadaan langsung

20. Jaminan penawaran dan jaminan pelaksanaan dalam pengadaan langsung

21. Mekanisme pembayaran pada pengadaan langsung

22. Dalam perpres no 70 tahun 2012 disebutkan bahwa pengadaan langsung adalah proses pengadaan jasa

konsultansi yang merupakan kebutuhan operasional k/l/d/i dan/atau bernilai Rp. 50 juta

BAB III PENGADAAN KENDARAAN BERMOTOR DARI E- CATALOGUE LKPP SECARA E-PURCHASING

1. Pengadaan sepeda motor

2. Pengadaan mobil ambulance

3. Update harga e-catalogue lkpp mengenai kendaraan (april 2014)

4. Bila harga e-catalogue kendaraan di awal januari 2014 belum tersedia

5. Kendaraan roda empat tidak ada di e-catalogue maka siapa penyedianya?

6. Harga kendaraan di e-catalogue masih data harga lama

7. Pengadaan kendaraan yang daerah kami tidak ada dealer?

8. Pengadaan langsung kendaraan pemerintah

9. Pengadaan ambulance sebagai csr dari BUMD

10. Pengadaan kendaraan yang tidak ada di e-catalogue

11. Pengadaan sepeda motor

12. Sepeda motor di e-catalogue lkpp tidak ada

13. Pengadaan karoseri dan e-purchasing

14. Pengadaan kendaraan sampah untuk banyak kelurahan

15. Keuntungan adanya e-catalogue dan e-purchasing

16. Di e-catalogue inaproc untuk pengadaan kendaraan hanya chassis saja

17. Pengadaan kendaraan yang tidak ada di e-catalogue LKPP

18. Harga untuk kendaraan belum ada di e-catalogue

19. Hasil pengadaan kendaraan dirubah warna catnya

20. Dokumen pengadaan kendaraan secara e-purchasing

21. Dealer ada di daerah lain (e-purchasing)

22. Harga di e-catalogue lebih tinggi dari dana anggaran yang tersedia

23. Spesifikasi e-catalogue tidak lengkap?

24. Pengadaan sepeda motor penyedianya adalah dealer

BAB IV PENGADAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN DARI E-CATALOGUE LKPP SECARA E-PURCHASING

25. Pengadaan alat kesehatan

26. Katalog obat, persediaan penyedia tidak ada

27. Pengadaan-pengadaan di rumah sakit

28. Pemaketan di satu kode rekening untuk pengadaan obat dan alat kesehatan

29. Bila harga e-catalogue obat di awal januari 2014 belum tersedia

30. Stok di e-catalogue tidak dapat dipesan lagi

31. Tidak ada negosiasi dalam pengadaan obat secara e- purchasing

32. Cara pengadaan alat kesehatan puskesmas

33. Pemaketan untuk alat kesehatan dengan e-catalogue LKPP

34. E-catalogue alat kesehatan telah ada

35. Satu kode rekening di dpa atau dipa untuk banyak kontrak pengadaan obat

36. Pengadaan obat 2013

37. Bagaimana pengadaan obat dan alat kesehatan di tahun 2013?

38. Pemaketan alat kesehatan

39. Pengadaan obat generik/obat paten 100

40. Kontrak obat secara e-purchasing yang tidak bisa dipenuhi

41. Satu kode rekening untuk banyak kontrak pengadaan obat

42. Pengadaan obat secara e-purchasing 104

BAB V PENGADAAN DENGAN E-CATALOGUE LKPP SECARA E-PURCHASING

43. Auditor tentang pph untuk e-catalogue 106

44. E-catalogue sebagai salah satu sumber spesifikasi untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah

45. Pengadaan di e-catalogue lkpp, haruskah yang termurah?

46. Pengadaan alat berat 111

47. Tidak ada di e-catalogue lkpp maka penunjukan langsung atau pelelangan

48. E-purchasing lkpp sama dengan penunjukan langsung? 114

49. Pengadaan langsung karena di e-catalogue tidak ada 114

50. Pengadaan lelang karena di e-catalogue tidak ada 115

51. Penyedia di e-catalogue berbeda lokasi 115

52. Penetapan spesifikasi dan penetapan metode pemilihan penyedia

53. Proses lelang kemudian muncul e-catalogue LKPP 116

54. Kontrak payung 117

55. Perbedaan pengadaan dengan penunjukan langsung dan pengadaan secara e-purchasing

56. Pengadaan e-catalogue/e-purchasing tidak harus barang/jasa yang murah

57. Pengadaan dengan e-catalogue melaui e-purchasing 121

58. Harga perikatan dengan pengadaan langsung atau pelelangan melebihi harga e-catalogue

59. Alur prosedur e-purchasing 123

60. Spesifikasi yang diperlukan berbeda dengan yang ada di katalog

61. Pengadaan alat berat 124

62. Harga di catalog inaproc (info per 20 mei 2013) 125

63. Masa berlaku harga katalog 126

64. Pengadaan alat berat secara e-purchasing 126

65. Harga katalog lkpp melebihi anggaran yang tersedia 126

66. Pengadaan jasa di katalog 127

67. Pengadaan buku sd dengan catalog lkpp senilai Rp. 904 miliar

68. Bagaimana usul kontrak payung ke catalog LKPP 128

69. Bagaimana menjadi perusahaan (penyedia) e-catalog internet

70. Pengadaan barang/jasa pemerintah dengan e-purchasing. Sebuah paradigma baru

71. Jaminan pelaksanaan dalam e-purchasing 138

72. Bila aplikasi e-purchasing tidak berfungsi 140

73. Bukti perikatan dalam sistem e-purchasing 141

BAB I

BAB I PEMAKETAN

1. PEMAKETAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Pemaketan adalah mengelompokkan pekerjaan yang sejenis untuk keberhasilan dalam mencapai out put pekerjaan berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan antara lain prinsip efektif dan efisien.

Berdasarkan pasal 24 Perpres 54/2010 sebagaimana perubahan kedua Perpres 70/2012, Pemakaten dilakukan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran ketika menyusun Rencana Umum Pengadaan (RUP).

Dalam pasal 24 sebagai berikut:

1. PA melakukan pemaketan Barang/Jasa dalam Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa kegiatan dan anggaran K/L/D/I.

2. Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyak- banyaknya paket usaha untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis.

3. Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang:

a. menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah masing-masing;

b. menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau b. menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau

c. memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket dengan maksud menghindari pelelangan; dan/atau

d. menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur pengadaan yang diskriminatif dan/atau dengan pertimbangan yang tidak obyektif.

Dalam pasal 11, PPK dapat mengusulkan perubahan paket kepada PA/KPA.

Adapun cara pemaketan dalam pengadaan barangjasa pemerintah, bila kita memiliki dokumen anggaran yaitu DPA/DIPA maka langkah pemaketan sebagai berikut:

1. Langkah Pertama

Kegiatan-kegiatan yang ada dalam DPA/DIPA dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dengan:

a. Swakelola, atau

b. Penyedia Apabila pekerjaan dilakukan dengan swakelola, berdasarkan

pasal 29 perpres 54/2010 dan perpres 70/2012, Pengadaan Barang/Jasa oleh K/L/D/I selaku Penanggung Jawab Anggaran dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pengadaan bahan/barang, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli dilakukan oleh ULP/Pejabat Pengadaan;

b. pengadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a berpedoman pada ketentuan dalam Peraturan Presiden 54/2010 dan perpres 70/2012.

2. Langkah kedua

Kegiatan-kegiatan tersebut yang melalui penyedia dipecah lagi, lalu dikelompokkan berdasarkan jenis pengadaannya, yaitu :

a. barang

b. pekerjaan konstruksi

c. jasa konsultansi

d. jasa lainnya

3. Langkah ketiga

Jenis-jenis pengadaan tersebut dipecah lagi dan dikelompokkan ke dalam ruang lingkup kompetensi penyedia (Dikelompokkan kepada bidang/subbidang penyedia).

Contoh untuk pengadaan barang ada beberapa kompetensi sebagai berikut: Pengadaan Alat tulis kantor (ATK), AC (pendingin

ruangan) dan Motor Roda Dua.

Berdasarkan contoh di atas ada 3 kompetensi penyedia, berarti ada tiga penyedia yang berbeda yang kita perlukan berdasarkan kompetensi penyedia.

Ada penyedia ATK, yang tentunya bukan penyedia AC sehingga diperlukan penyedia AC, demikian juga diperlukan penyedia sepeda motor (dealer).

4. Langkah keempat

Berdasarkan ruang lingkup kompetensi, penyedia dikelompokkan kembali berdasar nilai anggarannya ke dalam metode pengadaannya. Contoh pengadaan ATK bila nilainya di atas Rp. 200 juta dilakukan dengan pelelangan sederhana, namun bila dibawah Rp. 200 juta dilakukan dengan pengadaan langsung.

Untuk paket pengadaan yang memenuhi syarat khusus dan tertentu sebagaimana disebut dalam pasal 38/pasal

44 maka dilakukan dengan penunjukan langsung, atau jika barang/jasanya terdapat di katalog dilakukan dengan e- purchasing.

2. CONTOH-CONTOH PEMAKETAN

1. Dalam Dokumen Anggaran (DPA) APBD, pembangunan Mushollah di 13 sekolah SMP/SMA masing –masing Rp. 220

juta. Untuk pekerjaan konstruksi Rp. 130 juta, pengadaan konsultan perencana dan pengawas masing-masing Rp. 5 juta dan pengadaan barang masing-masing Rp. 80 juta.

2. Dalam dokumen anggaran sebagai berikut:

a. buku-buku perpustakaan dengan dana dari APBD Propinsi senilai Rp. 140 juta

b. pengadaan meja kursi untuk perpustakaan dengan dana dari APBD Kab, senilai Rp. 80 juta

3. Sedangkan dalam dokumen anggaran untuk pembuatan pagar kantor senilai Rp. 185 juta dan pengerasan halaman senilai Rp. 115 juta.

Bagaimana kami melakukan pemaketannya?

1. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 24 ayat (1), Pengguna Anggaran (PA) melakukan pemaketan Barang/Jasa dalam Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa kegiatan dan anggaran K/L/D/I. Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyak-banyaknya paket usaha untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis (Pasal 24 ayat (2)). Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang:

a. menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah masing-masing;

b. menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil;

c. memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa

paket dengan maksud menghindari pelelangan;

2. Mengacu pada ketentuan di atas, pemaketan untuk pekerjaan konstruksi pembangunan ruang ibadah sekolah dapat dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi sekolah-sekolah yang berdekatan dan dapat dijangkau oleh penyedia dengan 2. Mengacu pada ketentuan di atas, pemaketan untuk pekerjaan konstruksi pembangunan ruang ibadah sekolah dapat dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi sekolah-sekolah yang berdekatan dan dapat dijangkau oleh penyedia dengan

3. Adapun untuk pekerjaan konsultan, dapat dipaketkan menjadi satu paket sesuai beban kerjanya. Misal paket untuk konsultan perencana dan paket untuk konsultan pengawas. Demikian juga untuk pengadaan barang dapat dipaketkan menjadi satu pengadaan.

4. Dalam hal sumber dana berbeda, misalnya dari APBN dan APBD, untuk PPK dengan satu orang yang sama dan ruang lingkup pekerjaan dengan kompetensi penyedia yang sama, pelaksanaan pengadaan barang/jasa tetap dapat dilaksanakan dalam satu kontrak dengan menyebutkan asal anggaran.

Bila PPK dengan orang yang berbeda, maka dapat dilakukan dengan Kontrak Pengadaan bersama. Tata cara teknis penganggaran dan pengelolaan keuangan dapat Saudara konsultasikan dengan instansi yang berwenang dalam pengelolaan keuangan;

5. Sedangkan untuk pembangunan pagar dan pengerasan halaman, mengingat dalam ruang lingkup kompetensi penyedia yang sama yaitu penyedia konstruksi maka agar disatukan dalam satu paket.

3. KEGIATAN: PENGADAAN ALAT KESEHATAN DAN ALAT PENUNJANG KESEHATAN

Terdiri dari 5 Pekerjaan dengan kode rekening pekerjaan masing – masing:

1. Pengadaan Alat Kedokteran Mata, pagu Rp. 1.000.000.000,00

(sudah Kontrak)

2. Pengadaan Alat Kedokteran Gigi, pagu Rp. 200.000.000,00

3. Pengadaan Alat Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Pagu Rp. 200.000.000,00

4. Pengadaan Alat Fisiotherapy, Pagu Rp. 200.000.000,00

5. Pengadaan Alat Farmasi, Pagu Rp. 200.000.000,00 Direncanakan, akan dilaksanakan pengadaan alat untuk pekerjaan no 2 sd. No.5 dengan cara Pengadaan Langsung untuk masing masing Paket di atas, sehingga akan ada 4 Pengadaan Langsung.

Pertanyaan:

Apakah pemaketan tersebut, yang akan dilakukan masing- masing secara pengadaan langsung sudah tepat?

Tanggapan:

apabila alat kesehatan yang dibutuhkan terdapat dalam katalog, maka dapat dilakukan dengan e-purchasing.

Dalam melakukan pemaketan, PA/KPA menyelenggrakan survey terlebih dahulu kepada para penyedia, terutama jenis produk-produk yang dijual, apakah heterogen atau homogen karena ini berhubungan dengan kompetensi penyedia.

Ketika sudah dilakukan survey, maka kita dapat memutuskan apakah sebaiknya dilelang atau pengadaan langsung.

terkait dengan karakteristik alat kesehatan tersebut, apakah dalam praktek bisnisnya dapat dipenuhi oleh satu kompetensi penyedia, bila ya maka pemaketan dilakukan dalam satu paket. Bila tidak, maka pemaketan pengadaan dilakukan sesuai dengan kompetensi penyedia.

berdasarkan hasil pemaketan, bila nilai paket di atas Rp 200 juta dan tidak tersedia di katalog LKPP maka dilakukan dengan pelelangan.

4. MENYATUKAN PAKET

Apakah Paket Pekerjaan Pengadaan dengan nilai HPS Rp. 2,4 M dapat digabung dengan paket Pemasangan (Trafo) dengan nilai HPS Rp. 1 milyar? Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi dalam pelelangan dan pekerjaan, karena keduanya harus memiliki SLO (Sertifikat Layak Operasi), jika dibuat paket terpisah maka dikhawatirkan biaya SLO akan menjadi lebih besar.

Berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 Pasal 24, terdapat beberapa ketentuan sebagai berikut :

 ayat (2), Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyak- banyaknya paket usaha untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil

serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis.

 ayat (3) huruf b, Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut

sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil

Berdasarkan hal tersebut di atas, bilamana sifat dan jenis pekerjaannya yang dimaksud sama atau dalam satu kesatuan tanggung jawab dari satu penyedia, maka dapat disatukan dalam satu paket pelelangan.

5. DAPATKAH PEMAKETAN PEKERJAAN YANG NILAINYA UNTUK PELELANGAN DIUBAH MENJADI PENGADAAN LANGSUNG

Pembuatan Keramba Jaring Apung (KJA) dan Rumah Jaga dengan pagu Rp. 266 juta, Pertanyaannya, apakah boleh paket ini diadakan dengan metode Pengadaan Langsung?

Dapat disampaikan bahwa paket tersebut di dalamnya tidak tersedia dana untuk pembuatan gambarnya, dan pekerjaan ini diarahkan untuk menjadi percontohan kepada masyarakat pembuatan KJA yang sesuai dengan SNI.

Tanggapan;

Agar dianalisa kemampuan penyedianya, diperlukan survey data primer penyedia, kecuali bila kita sudah punya data sekunder penyedia beserta kompetensinya yang mungkin dapat dilihat dari history pekerjaannya.

Agar ditanyakan di bagian perencanaan/keuangan bahwa apakah untuk mencapai out put, dari dana tersebut diperbolehkan adanya

perencanaan/pengawasan, tim teknis, biaya administrasi dan honor.

Kemudian dilakukan pemaketan pekerjaan terhadap pembuatan jaring apung dan rumah jaga, apakah satu kompetensi penyedia atau berbeda kompetensinya.

Dalam hal setelah pemaketan, nilai masing-masing paket dibawah Rp. 200 juta maka dilakukan pengadaan langsung dengan negosiasi kewajaran harga.

6. PEMAKETAN UNTUK PEKERJAAN DI BEBERAPA DESA

Berdasarkan Perpres 70 Tahun 2012 Pasal 24 Ayat 3 Point c, bahwa PA dilarang memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket dengan maksud menghindari pelelangan.

Pertanyaan:

Apakah pemaketan pada Dinas Kelautan dan Perikanan menyalahi aturan, jika dalam satu kode rekening terdapat banyak paket, mengingat Pagu Anggaran masing masing paket bernilai sama dan hal ini dicantumkan dalam RUP.

Contoh:

a. Pembangunan Kolam ikan Desa Subur Rp.175.000.000,00

b. Pembangunan Kolam ikan Desa Suka Makmur Rp.175.000.000,00

c. Pembangunan Kolam ikan Desa Sukajadi Rp.175.000.000,00

d. Pembangunan Kolam ikan Desa Sukakreasi Rp.175.000.000,00

Jawaban:

Bedakan fungsi pos penganggaran dengan kebutuhan akan pengadaan barang/jasa. Jika di dalam 1 rekening ada beberapa paket, hal itu tidak menjadi masalah.

Jika setelah dilakukan pengkajian pekerjaan dengan memperhatikan prinsip efektif dan efisien, lebih baik dikerjakan pada masing-masing lokasi, maka dapat dilakukan pemecahan paket berdasarkan lokasi atau kelompok lokasi yang berdekatan.

Pasal 24 Ayat 3 Point a Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang: Menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di

beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah masing-masing.

7. PEMAKETAN DAN KLASIFIKASI BIDANG

Pokja ULP Prov akan melaksanakan lelang dengan pagu Rp. 800.000.000,00 untuk paket pekerjaan pengadaan bahan dan Pokja ULP Prov akan melaksanakan lelang dengan pagu Rp. 800.000.000,00 untuk paket pekerjaan pengadaan bahan dan

Adapun jenis bahan dan peralatan pelatihan terkait dengan jurusan pelatihan yakni: komputer, fotografi, akuntansi, sekretaris, otomotif, perhotelan, design grafis, tata kecantikan rambut, tata rias pengantin dan pelatihan menjahit.

Dalam menyusun dokumen lelang, kami kesulitan untuk mencari kategorisasi jenis usaha untuk tata kecantikan rambut, tata rias pengantin dan menjahit. Sedangkan yang lainnya masuk dalam kategori : elektrikal, mekanikal, peralatan komputer, dan ATK.

Mohon pencerahan, jenis bidang apa kira-kira yang bisa kami syaratkan untuk bahan dan peralatan tiga bidang/jurusan pelatihan sebagaimana yang disebutkan.

Tanggapan:

Pemaketan dilakukan berdasarkan kompetensi penyedianya. Hasil pemaketan dilakukan dengan pelelangan/pengadaan

langsung sesuai nilai paketnya. Dalam hal dilakukan dengan pengadaan langsung, dapat dilakukan

oleh toko atau penyedianya secara langsung tanpa melalui perantara.

Klasifikasi bidang/subbidang dicari dengan kategori yang paling sesuai/mendekati.

8 PEMECAHAN PAKET PENGADAAN TIDAK SELALU DILARANG

Pengadaan meja kursi senilai Rp.360 juta

a. Meja Kursi Jati senilai Rp.190 juta

b. Meja Kursi pabrikan senilai Rp.170 juta Apakah pengadaan dibuat dalam satu paket, mengingat ada

dalam satu kode rekening atau satu DPA (Dokumen Anggaran)? Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

Pasal 24 ayat (3) huruf b, dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil;

Kita agar dapat menganaliasa, kebutuhan akan kursi pabrikan yang sifatnya sudah given dari pabrik dengan kebutuhan kursi kayu jati yang mungkin membutuhkan kompetensi penyedia yang berbeda dengan kursi pabrikan. Perbedaan tersebut mungkin dikarenakan untuk kursi kayu jati membutuhkan keahlian dan desain khusus.

Pemecahan paket harus berdasarkan alasan yang jelas dan sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan yang efisien dan efektif. Proses

pemilihan untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memiliki spesifikasi teknis yang sama pada waktu yang sama dan kelompok belanja yang sama harus dilakukan secara sekaligus. Namun demikian pemecahan paket dapat dilakukan karena perbedaan target Penyedia, perbedaan pemilihan untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memiliki spesifikasi teknis yang sama pada waktu yang sama dan kelompok belanja yang sama harus dilakukan secara sekaligus. Namun demikian pemecahan paket dapat dilakukan karena perbedaan target Penyedia, perbedaan

Mengacu pada ketentuan tersebut di atas, bilamana sifat dan jenis pekerjaan untuk pengadaan meubelair dari jati membutuhkan desain khusus yang berbeda dengan meubelair pabrikan, maka proses pemilihan penyedia dilakukan dengan paket yang terpisah.

Berdasarkan nilai pemaketan, bila nilai masing-masing dibawah Rp. 200 juta maka dilakukan dengan pengadaan langsung dengan negosiasi harga.

Adapun yang dilarang memecah paket adalah bila paket tersebut termasuk dalam kategori yang dilelangkan misal pengadaan meja kursi kayu jati Rp. 360 juta, dipecah menjadi dua paket sehingga tidak dilelang. Akan tetapi, bila pengadaan meja kursi dengan nilai Rp. 360 juta dipecah menjadi dua paket, sebagaimana disebutkan di atas, kemudian pengadaan atas dua paket tersebut tetap dilelangkan, maka hal tersebut diperbolehkan.

Ketidaktepatan dalam pemaketan, bukanlah suatu hal yang bersifat tindak pidana korupsi, hal tersebut hanya akan mengakibatkan inefisiensi (kemungkinan potensi kerugian negara), belum kerugian negara secara nyata.

Yang lebih diperhatikan atau perlu diingat sebagai pelaksana pengadaan untuk tidak melakukan hal-hal yang negatif seperti menerima suap/gratifikasi dan melakukan persekongkolan lelang. Jadi bukan salah atau benar suatu melakukan pemaketan yang merupakan bukan kesengajaan rekayasa untuk memenangkan penyedia tertentu.

9. PEMAKETAN PENGADAAN RUMAH LAYAK HUNI

Pemerintah Kota X akan melakukan pekerjaan perbaikan rumah sebanyak 81 rumah dengan lokasi yang tersebar, senilai Rp. 245 juta.

Bagaimana pemaketan pengadaannya? Apakah dilakukan dengan penyedia atau dapat dilakukan secara swakelola oleh kelompok masyarakat?

Tanggapan:

Saudara dapat melihat kembali KAK-nya, jika termasuk ke dalam pekerjaan yang sederhana mungkin dapat dipertimbangkan untuk diberikan kepada kelompok masyarakat. Selanjutnya silahkan cek kompetensi kelompok masyarakat tersebut. Apabila dibandingkan dengan kebutuhan yang ada di KAK kelompok masyarakat tersebut dinilai tidak mampu, maka proses pengadaannya lebih baik dilakukan melalui penyedia.

Dalam hal dilakukan oleh masyarakat sendiri, maka disalurkan bantuan dana ke masyarakat yang dinilai layak untuk dibantu dan ada rekomendasi dari pihak terkait.

Dalam hal berupa bantuan barang, maka pengadaan barang dilakukan dengan pelelangan untuk nilai pengadaan di atas Rp. 200 juta.

Jika dikerjakan oleh penyedia, mengingat pekerjaan ini terletak dalam satu kota, sebaiknya dibuat dalam satu paket. Kemudian paket tersebut dilelangkan agar terjadi kompetisi.

Selanjutnya setelah dilakukan pemaketan, bila lokasi tersebar dan berjauhan agar dikelompokkan berdasar prinsip efektif dan efisien.

Dalam hal setelah pemaketan, untuk paket pengadaan yang nilainya dibawah Rp. 200 juta, dilakukan dengan pengadaan langsung. Pengadaan langsung agar dilakukan dengan negosiasi kewajaran harga, karena dalam pengadaan langsung tidak ada kompetisi.

10. PENGADAAN DENGAN PENGADAAN LANGSUNG ATAU DILAKUKAN DENGAN PELELANGAN?

Apakah metode pengadaan langsung dapat kami lakukan untuk pengadaan berikut?

a. Pengadaan Meubelair, 1 paket Rp. 69.200.000,- kode 2129.053 011 53

b. Pengadaan komputer MA, 22 unit Rp. 120.000.000,- kode 2129.053 011 53

c. Pengadaan perangkat jaringan internet, 2 set Rp. 15 jt,- kode 2129.996.053 011 53

d. Pengadaan Komputer/PC/LCD, 10 unit Rp. 8 jt,- kode 2129.996.053 011 53

e. Pengadaan Multimedia Proyektor/OHP, 2 unit Rp.10 jt,- kode 2129.996.053 011 53

f. Pembangunan Ruang Kelas Baru Rp. 190.000.000,- kode 2129.017.001 011 53

Tanggapan:

Agar dilakukan pemaketan pekerjaan berdasar jenis pengadaannya yaitu pengadaan barang, konstruksi, jasa lainnya atau konsultansi.

Selanjutnya misal untuk pengadaan barang dikelompokkan berdasar kompetensi penyedia. Misal paket untuk penyedia mebeler, paket untuk pengadan komputer dsb.

Berikutnya untuk paket pengadaan mebeler apabila nilainya s.d. Rp. 200 juta dapat dilakukan dengan pengadaan langsung, sedangkan apabila nilainya di atas Rp. 200 juta maka dilakukan dengan pelelangan.

11. PEMAKETAN UNTUK PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

Dalam Kegiatan Pengadaan Renovasi Bangunan di Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Provinsi, kami beritahukan beberapa hal sebagai berikut:

Pada Rekening 5.2.2.21 Belanja Jasa Konsultansi terdapat 2 rincian pekerjaan, yaitu :

a. 5.2.2.21.06 Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan dengan pagu Rp. 44.000.000,-

b. 5.2.3.21.07 Belanja Jasa Konsultansi Pengawasan dengan pagu Rp. 28.000.000,-

Pada Rekening 5.2.3.26 Belanja Modal Pengadaan

Konstruksi/Pembelian Bangunan terdapat 3 rincian pekerjaan yaitu:

a. 5.2.3.26.01 Belanja Modal Pengadaan konstruksi/Pembelian gedung kantor, uraian paket pekerjaan kantor TU dengan pagu Rp. 190.000.000,-

b. 5.2.3.26.04 Belanja Modal Pengadaan konstruksi/Pembelian gedung gudang, uraian paket pekerjaan gudang bangsal dengan pagu Rp. 120.000.000,-

c. 5.2.3.26.16 Belanja Modal Pengadaan konstruksi bangunan rawat inap, uraian paket pekerjaan ruang Perina dan ICU dengan pagu Rp. 195.000.000,-

Sehubungan dengan hal tersebut disampaikan pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah Jasa konsultansi untuk 3 jenis pekerjaan tersebut dapat disatukan?

2. Apa Metode pengadaan yang paling tepat untuk dilakukan bagi masing-masing

paket pekerjaan mengingat pelaksanaannya untuk keperluan kantor, gudang dan rawat inap?

Jika pekerjaan ada dalam satu lokasi, maka dilakukan pemaketan, sehingga ada tiga paket yaitu:

a. konsultan perencanaan senilai Rp. 44 juta dengan pengadaan langsung

b. konsultan pengawasan senilai Rp. 28 juta dengan pengadaan langsung b. konsultan pengawasan senilai Rp. 28 juta dengan pengadaan langsung

Selanjutnya PPK silahkan membuat HPS, spesifikasi, dan draft kontrak. Kemudian pokja ULP melakukan pelelangan jasa konstruksi dan pejabat pengadaan melakukan pengadaan langsung jasa konsultan.

12. PEMAKETAN PEKERJAAN KONSTRUKSI UNTUK SATU LOKASI

1. Pekerjaan : Rehabilitasi Sedang/Berat Rumah Dinas HPS

: Rp. 185.000.000,-

No. Rekening : xxxxxxxxxxxxxxxx Klasifikasi

: Bidang Arsitektur/Bangunan - Bangunan Non Perumahan Lainnya (21005)

2. Pekerjaan : Conblok Halaman Kantor HPS

: Rp. 160.000.000,-

No. Rekening : yyyyyyyyyyyyyy Klasifikasi

: Bidang

Sipil/Jalan

Raya, Jalan

Lingkungan (22001)

Apakah sebaiknya dilakukan pemecahan paket sehingga dapat dilakukan dengan pengadaan langsung atau boleh kedua paket tersebut menjadi satu paket, meskipun dengan kode rekening dan klasifikasi bidang yang berbeda?

Dalam hal kedua paket tersebut berada dalam satu tempat/lokasi/berdekatan, dapat dikerjakan oleh satu kompetensi penyedia (konstruksi), dan klasifikasi penyedia untuk nilai dibawah Rp 2.5 Milyar tidak terlalu signifikan (karena nilainya Dalam hal kedua paket tersebut berada dalam satu tempat/lokasi/berdekatan, dapat dikerjakan oleh satu kompetensi penyedia (konstruksi), dan klasifikasi penyedia untuk nilai dibawah Rp 2.5 Milyar tidak terlalu signifikan (karena nilainya

Di kontrak dapat disebut dua rekening anggaran tersebut untuk pembebanan anggaran.

13. PEMAKETAN UNTUK ALAT KESEHATAN DENGAN KATALOG LKPP

Apakah Rumah Sakit hanya boleh mengadakan alat kesehatan (alkes) yg ada di e-katalog. Bila demikian bagaimana cara pemaketan dan pelaksaannya mengingat tidak seluruhnya alkes sudah ada di e-katalog, sedangkan dokumen anggaran sudah ditetapkan.

Apa boleh dilaksanakan secara pengadaan langsung pekerjaan pengadaan barang dgn pagu dibawah 200Jt, namun barang tersebut bersifat menambah aset KLDI, dan bukan operasional rutin KLDI sesuai Pasal 39 Pepres 70 tahun 2012

Misal ada satu kode akun pengadaan alkes senilai Rp. 1 miliar untuk 3 alat, dengan ada dua alat di catalog LKPP dan satu alat tidak ada dicatalog LKPP.

Alat di catalog LKPP dari penyedia A Rp. 500 juta dan dari penyedia B senilai Rp. 320 juta sehingga senilai total Rp. 820 juta. Sisanya satu alat senilai Rp 180 juta, tidak ada di catalog LKPP.

Pengadaan yang ada dicatalog dilakukan secara Epurchasing dengan negosiasi kewajaran harga. Sedangkan yang tidak ada dilakukan dengan Pengadaan Langsung. Pengadaan langsung memang diutamakan terhadap barang yang tidak menambah aset, namun demikian terhadap sisa dana tersebut yaitu sebesar Rp. 180 dapat dilakukan dengan pengadaan langsung.

Selanjutnya, untuk pengadaan alkes yang belum ada di catalog (e-purchasing) dilakukan dengan pengadaan langsung untuk nilai sampai Rp. 200 juta, dan proses lelang apabila nilai paket di atas Rp. 200 juta.

Jadi di satu akun rekening dokumen anggaran bisa terdapat banyak kontrak/SPK (contoh ini ada dua kontrak dan satu SPK).

14. PEMAKETAN DI SATU KODE REKENING UNTUK PENGADAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

Pada kegiatan pengadaaan sarana dan prasarana puskesmas paket pekerjaan belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran umum sebesar Rp. 1.800.000.000. Pada saat perencanaan, semua item barang yang terdapat dalam satu anggaran tersebut belum ada di e-katalog, saat akan diadakan proses pemilihan penyedia ternyata e-katalognya sudah ada.

Apa langkah yang harus dilakukan oleh PPK, apabila harga hasil pelelangan melebihi harga di katalog LKPP?

Dapatkah paket pekerjaan yang terdiri dari beberapa bentuk perikatan/perjanjian dengan penyedia sesuai dengan jumlah transaksi, dilakukan untuk satu kode rekening anggaran, tanpa harus merubah dokumen anggaran?

Pengadaan yang dilakukan melalui pelelangan ketika katalog LKPP belum tersedia, dan sekarang tersedia, maka pengadaan tersebut tetap dapat diteruskan. Harga yang terbentuk dari proses pelelangan bisa melebihi dari harga katalog, dengan catatan harga HPS telah dibuat sesuai dengan prosedur.

Dalam satu kode rekening anggaran (akun) dapat dilakukan banyak pemaketan sehingga akan banyak kontrak dengan berbagai penyedia.

Dalam hal untuk satu kode rekening (akun) dengan satu penyedia dapat dilakukan dengan satu kontrak, walaupun transaksinya banyak.

15. PENGADAAN PARA SOPIR DENGAN PENGADAAN LANGSUNG ATAU PELELANGAN UNTUK ANGGARAN YANG BESAR?

Pada tahun anggaran 2014 Sekretariat Daerah Kota Parise telah menganggarkan dana untuk upah/gaji Tenaga Sopir sebanyak 20 orang yang merupakan Pegawai Tidak Tetap dengan anggaran sebesar Rp. 600 juta pada DPA Bagian Umum. Adapun rinciannya sebagai berikut:

20 orang x 12 bulan x Rp. 2.500.000,- = Rp. 600.000.000,-

Ditinjau dari anggaran yang dialokasikan, apakah upah/gaji ini diproses melalui Lelang Sederhana atau dapat dibayarkan langsung setiap bulannya kepada yang bersangkutan?

Pengadaan tersebut dilakukan dengan pemaketan berdasarkan prinsip efektif dan efisiein yaitu pemaketan kepada penyedia badan usaha atau akan dilakukan kepada masing-masing sopir.

Bila diadakan dengan penyedia badan usaha maka dilakukan dengan pelelangan sederhana.

Namun bila kepada masing-masing sopir dapat dilakukan dengan pengadaan langsung mengingat nilai paket masing- masing sopir dibawah Rp. 200 juta.

Pengadaan langsung ke masing-masing sopir dilakukan dengan memperhatikan kompetensi antara lain kesehatan dan memiliki SIM.

Perikatan dengan masing-masing sopir dilakukan dengan kontrak harga satuan/SPK harga satuan dengan memperhatikan upah minimum provinsi.

Pembayaran dapat dilakukan perbulan.

16. PEMECAHAN PAKET DAPAT DILAKUKAN BERDASAR PRINSIP EFEKTIF DAN EFISIEN

Pada pengadaan papan sosialisasi suatu Pemerintah provinsi di jalan Raya di tiga kota senilai total Rp. 300 juta.

Bagaimana pemaketannya? Pemaketan dilakukan berdasar prinsip efektif dan efisien, Dalam Perpres 70 tahun 2012 pada pasal 24 ayat 3a.

Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang: menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang

tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah masing-masing.

Apabila lebih efisien dengan dilakukan pengadaan di masing-masing kota maka dapat dibuat dalam 3 paket, selanjutnya setelah pemaketan mengingat nilainya per masing- masing paket hanya Rp. 100 juta maka dapat dilakukan pengadaan langsung dengan negosiasi kewajaran harga.

17. STRATEGI PEMAKETAN AKAN MENGURANGI BEBAN KERJA ULP

Pengkajian terhadap pemaketan akan membuat jumlah ideal paket yang akan dilelangkan.

Jumlah yang dilelangkan bisa hanya menjadi separuh atau sepertiga dari jumlah paket yang selama ini dilelangkan, jumlah yang sangat banyak

Termasuk pengkajian terhadap jumlah anggota pokja yang cukup 3 orang saja, akan membuat sumber daya manusia di ULP menjadi efisien atau tidak perlu banyak personil.

18. PEMAKETAN PEKERJAAN PANANGANAN SAMPAH

Pada anggaran kami ada Rp. 8 miliar untuk kegiatan penanganan sampah untuk 4 kecamatan. Bagaimana cara pengadaannya?

Dilakukan pemaketan pekerjaan, meskipun bisa dibuat dalam satu paket, kami menyarankan untuk dibuat menjadi 4 paket.

Dengan banyaknya paket, akan menumbuhkembangkan usaha pengelolaan sampah.

akan mengurangi ketergantungan pemda kepada satu penyedia.

Dengan pemecahan

paket,

Apakah hal tersebut akan dinilai memecah paket?

Suatu paket yang dilelangkan dapat dipecah-pecah ke banyak paket, asal tetap dilelang.

Selanjutnya dibuat kriteria penyedia, alat-alat yang harus dimiliki (punya sendiri/sewa), jumlah minimal tenaga kerja yang Selanjutnya dibuat kriteria penyedia, alat-alat yang harus dimiliki (punya sendiri/sewa), jumlah minimal tenaga kerja yang

19. PEMAKETAN PENGADAAN APLIKASI

Kami akan melakukan kegiatan pengadaan barang dan aplikasi sistem yang terdiri dari:

1. Pembelian PC, UPS dan LAN Pembelian aplikasi program

2. Bagaimana

cara

pemaketan pengadaannya?

Bila untuk pengadaan PC, UPS, LAN dan aplikasi program termasuk dalam satu ruang lingkup kompetensi penyedia, maka dipaketkan dalam satu paket pengadaan. Namun bila penyedia yang bisa melakukan pengadaan

tersebut dalam kompetensi yang berbeda-beda, maka pengadaan dipaketkan berdasarkan kelompok kompetensi penyedia.

20. SATU KODE REKENING UNTUK BANYAK KONTRAK PENGADAAN OBAT

Sehubungan dengan penerapan ketentuan pelaksanaan pengadaan obat generik melalui E-Katalog pada bulan Mei 2013, dalam pengadaan obat Rumah Sakit, pada proses pengadaan obat tersebut ditemukan beberapa masalah. Berdasarkan hal tersebut kami mohon penjelasan agar permasalahan yang kami hadapi dapat diselesaikan dan pelaksanaannya berjalan dengan baik.

Adapun masalah yang kami hadapi adalah sebagai berikut:

Pada kegiatan pengadaan obat rumah sakit, di DPA terdapat dalam satu kode rekening antara obat generik dan non generik. Sehubungan dengan penerapan E-katalog, pengadaan obat generik dibuat dalam paket terpisah. Apakah hal tersebut dibenarkan?

Obat generik yang tidak termasuk ada di E-Katalog, untuk pengadaannya apakah digabungkan dengan lelang obat non generik atau melalui penunjukan langsung?

Terjadi permasalahan pada saat pencairan anggaran untuk penyedia barang (obat generik) di Bagian Keuangan, karena banyaknya SPK atau kontrak. Mohon penjelasan terkait dengan tata cara dan prosedur pencairan anggaran.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 110 ayat (4), K/L/D/I melakukan E-purchasing terhadap barang/jasa yang sudah dimuat dalam sistem katalog elektronik. Sedangkan berdasar pasal 1 ayat (41) E-purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem katalog elektronik.

Mengacu kepada ketentuan tersebut diatas, dan memperhatikan Surat Edaran Kepala LKPP No.1 Tahun 2013 tentang e-purchasing, maka untuk pengadaan obat yang sudah tercantum harganya dalam katalog, dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan aplikasi e-purchasing. Sedangkan untuk obat yang tidak ada dalam katalog dilakukan dengan pemaketan berdasarkan kompetensi Penyedia. Selanjutnya berdasarkan pemaketan tersebut dilakukan pengadaan langsung/pelelangan sesuai dengan nilainya. Bila penyedia yang dapat memenuhi persyaratan hanya 1 (satu), maka dilakukan penunjukan langsung dengan negosiasi kewajaran harga.

Selanjutnya dalam 1 (satu) kode rekening dapat dilakukan dengan banyak transaksi atau banyak Kontrak, pada keuangan daerah hal tersebut sering tidak biasa namun seharusnya bisa dilakukan, sebelum melakukan pengadaan dan untuk pencairan anggaran silahkan Saudara berkoordinasi dengan bagian keuangan.

21. PEMAKETAN PENGADAAN BUKU UNTUK BAHAN PUSTAKA

Bagaimana jenis pengadaan buku untuk bahan pustaka? Jika buku yang akan diadakan terdiri dari berbagai jenis judul buku dengan nilai diatas 200 juta, dari pengarang dan penerbit yang berbeda? apakah dapat dilelangkan sekaligus atau dapat ditunjuk langsung dari penerbit masing-masing buku? bagaimana dengan pelelangan itemized? apakah dimungkinkan?

Berdasarkan pengalaman apabila dilelangkan sekaligus, sering kali ada masalah karena penerbit mencabut dukungannya pada rekanan terpilih.

Agar dilakukan pemaketan, sebagai berikut :

1. paket buku dari pengarang dan penerbit yang bebas diperjualbelikan, untuk paket ini agar dilelangkan bila nilai setelah pemaketan di atas Rp. 200 juta. Pelelangan dapat

juga menggunakan pelelangan itemize.

2. paket-paket yang dilakukan dengan penunjukan langsung, jika hanya ada satu penerbit atau hanya ada satu pengarang yang bisa menjadi penyedia.

3. Dengan dilakukan sesuai poin 1 dan 2 maka dengan demikian tidak diperlukan adanya surat dukungan.

4. Dalam hal ada yang dilakukan dengan penunjukan langsung maka agar dilakukan dengan klarifikasi dan negosiasi harga.

22. PEMAKETAN BERDASARKAN PRINSIP EFEKTIF DAN EFISIEN

Apakah untuk pengadaan Formulir dan Sampul Pemilu Presiden 2014 dapat digabung menjadi satu paket? Mengingat klasifikasi penyedia yang dibutuhkan adalah perusahaan percetakan dan waktunya sudah terbatas. Meskipun demikian, metode pengerjaannya agak berbeda (formulir cukup dicetak saja sementara untuk sampul perlu dibentuk dan dilem). Apabila dikerjakan oleh satu penyedia, penyelesaian pekerjaan akan terlambat sementara waktu sudah sangat terbatas.

Mengacu kepada prinsip efektif dan efisien, apabila pekerjaan dapat dilakukan oleh satu kompetensi penyedia maka dapat dibuat dalam satu paket. Tapi apabila penyatuan paket dinilai akan berisiko dengan beban pekerjaan, sehingga kemungkinan kegagalan akan besar, maka dapat dijadikan dua paket.

23. PEMAKETAN PEKERJAAN KONSULTAN

Pada APBD TA 2014 kabupaten Malayani Rakjata, dialokasikan dana DAK pendidikan sebesar Rp. 600.000.000,- (bersifat glondongan/belum dirinci), yang diperuntukkan untuk Pada APBD TA 2014 kabupaten Malayani Rakjata, dialokasikan dana DAK pendidikan sebesar Rp. 600.000.000,- (bersifat glondongan/belum dirinci), yang diperuntukkan untuk

Pertanyaan:

Bagaimana mekanisme pemilihan penyedia jasa konsultansinya, apakah pemilihannya dilakukan per sekolah dan disesuaikan dengan kondisi sekolah (dilakukan pemecahan paket) atau dilelang sekaligus dalam satu paket?

Apabila pekerjaan konsultansi ada dalam kompetensi satu profesi konsultan yang sama, misalnya konsultan perencana, maka pekerjaan dapat dibuat dalam satu paket meskipun wilayahnya berbeda.

Apabila beban satu penyedia dinilai terlalu besar untuk menangani satu paket, berdasarkan efektivitasnya dapat dibuat paket baru.

24. PEMAKETAN BERDASAR KOMPETENSI PENYEDIA DAN LOKASI Pertanyaan;

Kegiatan Renovasi Sedang/Berat Gedung Kantor, dengan DPA senilai Rp.350 juta, yang terdiri dari pekerjaan:

1. Renovasi Sedang/Berat Rumah Dinas (bidang arsitektur) dengan nilai Rp.190 juta, dan

2. Conblok halaman kantor (bidang sipil) dengan nilai Rp.160 juta dengan kode rekening masing-masing berbeda.

Apakah metode yang paling tepat untuk pemilihan penyedia barang/jasa pada pekerjaan tersebut?

Apakah melalui metode Pengadaan Langsung dengan masing- masing pekerjaan oleh Pejabat Pengadaan atau dengan metode pemilihan langsung oleh ULP dengan menggabungkan kedua pekerjaan tersebut?

Tanggapan:

Mengingat kompetensi penyedia adalah sama dan lokasinya sama maka dijadikan satu paket dan dilakukan dengan pemilihan langsung.

25. PEMAKETAN UNTUK KONSTRUKSI DI BANYAK LOKASI

Di Kabupaten Z ada paket lelang Rumah Layak Huni Sebanyak 180 Unit (tersebar di 12 Kecamatan), masing-masing rumah bernilai Rp. 44 juta/unit dan tiap kecamatan tidak sama pembagiannya, ada yang 15 unit, 10 unit dan 5 unit.

Pertanyaan:

Bagaimana proses pengadaan barang/jasa terhadap paket ini? Apakah dilelang secara keseluruhan atau dipisah untuk masing- masing kecamatan?

Tanggapan:

Sesuai dengan pasal 24 ayat (3) Perpres 54 mengenai pemaketan, apabila dilaksanakan oleh kelompok masyarakat maka dilaksanakan secara swakelola. Dalam hal dilaksanakan oleh penyedia, agar dinilai pemaketannya bersama inspektorat, apakah lebih efektif dan efisien berdasarkan lokasinya bila dilakukan dalam satu paket, atau lebih dari satu paket.

26. PELELANGAN GAGAL KARENA TIDAK ADA PESERTA, DAPAT TERJADI KARENA KESALAHAN PEMAKETAN

Dalam pelelangan yang tidak ada peserta, maka dapat dilakukan sebagai berikut:

1. diulang

2. Penunjukan langsung

3. dilakukan secara swakelola

4. dialihkan untuk kegiatan lain saja. Dalam hal akan diulang, sebelum diulang agar dievaluasi

terlebih dahulu kenapa gagal. Apakah HPSnya terlalu kecil? Adakah persyaratan yang tidak tepat sehingga tidak bisa dipenuhi oleh para penyedia? Atau adakah kesalahan lain seperti kesalahan pemaketan dan sebagainya.

Setelah dilakukan evaluasi dan Dokumen Pengadaan diperbaiki, selanjutnya dilakukan pelelangan kembali.

Apabila setelah pelelangan ulang, tidak ada satu penyedia pun yang memasukkan penawaran, silahkan Saudara mencermati pasal 84 ayat 6, atau jika penyedianya ternyata hanya ada satu, dilakukan dengan penunjukan langsung dengan klarifikasi teknis dan negosiasi kewajaran harga.

Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah, kegiatan tersebut kurang menguntungkan dilaksanakan oleh penyedia. Berdasarkan prinsip efektif mungkin paket pekerjaan tersebut lebih baik dilaksanakan sendiri secara swakelola.

Jika tidak ada penyedia yang berminat dan tidak bisa dilaksanakan secara swakelola, Anggaran untuk paket pekerjaan tersebut dapat dialihkan untuk kegiatan lain dengan terlebih dahulu melakukan revisi anggaran.

27. PEMAKETAN UNTUK PENGADAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

Pada pengadaan obat, reagen dan alat kesehatan (alkes), apakah dapat dijadikan satu paket dalam pelelangan?

Pelelangan dilakukan untuk mendapatkan penyedia sebenarnya atau kepada penyedia yang memiliki kompetensi.

Berdasarkan kualifikasi penyedia atau kompetensi penyedia, dilihat dari aspek perijinannya maka penyedia reagen dan alat kesehatan menggunakan ijin PAK (penyalur alat kesehatan), sedangkan penyedia obat menggunakan ijin PBF (Pedagang Besar Farmasi).

Selanjutnya pelelangan dibuat dalam dua paket yaitu: Paket 1 : Pengadaan obat

Paket 2 : Pengadaan reagen dan alkes

28. PEMAKETAN UNTUK BERBAGAI LOKASI

Pada T.A 2014 Kab. Y mendapat dana bantuan berupa Pembangunan Ruang Tempat Ibadah dengan rincian:

 ruang tempat ibadah SD = 5 ruang, bernilai @ Rp 150 jt dan peralatan @ Rp. 30jt.

 ruang tempat ibadah SMP = 9 ruang bernilai @ Rp 175 jt dan peralatan @ Rp. 40jt.