MEKANISME PEMBAYARAN PADA PENGADAAN LANGSUNG

21. MEKANISME PEMBAYARAN PADA PENGADAAN LANGSUNG

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.

1 90/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara 2012, pembayaran dengan dana APBN untuk Uang Persediaan (UP) sekarang dapat digunakan untuk belanja modal.

Mekanisme pembayaran terdiri dari 2, yaitu mekanisme Uang Persedian (UP) dan mekanisme pembayaran langsung (LS).

Pada mekanisme UP, pembayaran suatu tagihan atas belanja dilakukan melalui bendahara pengeluaran dengan uang muka kerja yang dikelolanya (UP).

Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada satu penerima hak atau penyedia barang/jasa paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- kecuali untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas.

Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang ada pada Kas Bendahara Pengeluaran paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- . UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:

a. Belanja Barang;

b. Belanja Modal; dan

c. Belanja Lain-lain. Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran

kepada satu penerima/penyedia barang/jasa dapat melebihi Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Pembayaran tagihan pada pengadaan langsung yang menggunakan bukti pembelian dan kuitansi dapat dilakukan dengan mekanisme UP sebagai berikut:

a. Pembayaran dilakukan oleh bendahara pengeluaran kepada penyedia

 PPK menerima bukti pengeluaran berupa Kuitansi/bukti pembelian disertai faktur pajak dan SSP (bagi

barang/jasa yang dikenakan pajak menurut ketentuan yang berlaku) dan nota/bukti penerimaan barang/jasa dari Pejabat Pengadaan atas pembelian/pembayaran yang dilaksanakan oleh pejabat pengadaan atau seseorang/pegawai yang ditunjuk.

 Bendahara pengeluaran melakukan pembayaran berdasarkan Surat Perintah Bayar yang disetujui dan

ditandatangani oleh PPK atas nama KPA yang dilampiri kuitansi/bukti pembelian dan nota/bukti penerimaan barang/jasa.

 Dalam rangka penyederhanaan administrasi dokumen bukti-bukti pengeluaran yang tidak dapat dikuitansikan,

untuk transaksi kecil-kecil dan sejenis (pada beban akun yang sama) dapat dilakukan rekapitulasi dengan menggabungkan beberapa bukti pembelian dalam jumlah sampai dengan Rp 1 juta dalam bentuk Daftar Rincian Pembayaran.

b. Pembayaran dilakukan oleh pejabat pengadaan atau seseorang yang ditunjuk dengan uang muka kerja kegiatan

 Pejabat Pengadaan atau seseorang yang ditunjuk mengajukan

pelaksanaan kegiatan/pembayaran dan rincian kebutuhan dana kepada PPK.

rencana

 PPK menyetujui dan menandatangani SPBT dan menyampaikan kepada bendahara pengeluaran untuk dilakukan pembayaran sebagai uang muka kerja  PPK menyetujui dan menandatangani SPBT dan menyampaikan kepada bendahara pengeluaran untuk dilakukan pembayaran sebagai uang muka kerja

 Pejabat Pengadaan atau seseorang yang ditunjuk melakukan pembayaran kepada penyedia dan

menyampaikan kuitansi/bukti pembelian disertai faktur pajak dan SSP (bagi barang/jasa yang dikenakan pajak menurut ketentuan yang berlaku) dan nota/bukti penerimaan barang/jasa kepada PPK.

Untuk pembayaran tagihan pada pengadaan langsung terkait bukti perjanjian berupa SPK dengan nilai di atas Rp. 50 juta dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung dari rekening Kuasa BUN (Bendahara Umum Negara) ke rekening penyedia. Pembayaran tagihan diajukan oleh PPK melalui Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM (PP-SPM) kepada Kuasa BUN (KPPN) berdasarkan bukti tagihan setelah barang/jasa diterima oleh PPK.

Pembayaran tagihan pada pengadaan langsung dengan mekanisme LS adalah sebagai berikut:

a. PPK mengajukan tagihan kepada KPPN melalui PP-SPM atas tagihan yang diajukan penyedia berdasarkan bukti- bukti yang sah yang meliputi:

 Bukti perjanjian berupa SPK;  Referensi bank yang menunjukkan nama dan nomor

rekening penyedia barang/jasa;  Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;  Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;  Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;

 Berita Acara Pembayaran;  Kuitansi;  Faktur pajak dan SSP;  Jaminan yang dikeluarkan oleh Bank Umum,

perusahaan penjamin atau perusahaan asuransi;

 Dan dokumen lain yang dipersyaratkan (khususnya untuk perjanjian yang dananya sebagian atau

seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri).

b. PP-SPM menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) dan menyampaikan SPM-LS dilampiri SSP kepada KPPN.

c. Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran uang muka pekerjaan atau pembayaran dengan menggunakan jaminan pembayaran di akhir tahun juga dilampiri asli surat jaminan uang muka atau asli jaminan pembayaran.

d. KPPN melakukan pembayaran dengan melakukan transfer dana dari rekening kas umum negara ke rekening penyedia barang/ jasa.

Selanjutnya agar diikuti aturan Kemenkeu mengenai hal ini, sedangkan untuk dana APBD, silahkan Pemerintah Daerah membuat Peraturan Daerah mengenai hal tersebut, dengan mengacu kepada Peraturan Mendagri terkait, dan mengadaptasi Peraturan Menteri Keuangan tersebut di atas.

22. Dalam Perpres No 70 Tahun 2012 disebutkan bahwa pengadaan langsung adalah proses Pengadaan Jasa Konsultansi yang merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I dan/atau bernilai Rp 50 juta.

1. Besaran Rp 50 juta ini untuk setiap tenaga konsultan ataukah utuk setiap paket pekerjaan.

2. terdapat pekerjaan Pengembangan aplikasi pelaporan dengan nilai pekerjaan Rp 115 juta yang akan dikerjakan 4 orang konsultan yaitu: a. Sistem analis 1 org x 4 bln x 6.000.000 = 24.000.000 b. Programmer web 3 org x 3 bln x 7.500.000 = 45.000.000 c. Ahli webdesign 1 org x 3 bln x

7.500.000 = 22.500.000 d. Database administrator 1 org x 4 bln x 6.000.000 = 24.000.000.

Apakah pekerjaan ini bisa diadakan secara pengadaan langsung, ataukah melalui lelang?

Besaran nilai 50 juta rupiah untuk pengadaan jasa konsultansi adalah untuk nilai satu paket pekerjaan perorangan ataupun nilai satu paket konsultan badan hukum.

Terhadap contoh permasalahan dalam butir 2 tersebut, definisi paket yang digunakan adalah paket per orang. Hal ini dikarenakan tenaga ahli bekerja masing-masing melakukan kontrak dengan PPK mengatas-namakan dirinya sendiri sehingga dapat dilakukan dengan pengadaan langsung, dan dalam konteks tersebut personel K/L/D/I yang akan bertindak sebagai leader, kecuali jika PPK akan melakukan kontrak dengan suatu badan usaha dimana tenaga ahli tersebut bekerja untuk badan usaha tersebut (atau dikontrak oleh perusahaan tersebut) maka jika nilai biaya secara keseluruhan lebih dari Rp.

50 juta maka harus dilakukan seleksi konsultan.

BAB III