Kegiatan Pembesaran

4.2.4 Sampling dan Kepadatan Populasi

P

ertumbuhan berat dan panjang ikan dapat diketahui dengan melakukan
sampling dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan pakan tambahan setiap harinya. Menururt (Soetomo 1997) ada dua cara untuk mengetahui kebutuhan pakan tambahansetiap harinya, yaitu cara sampling dan cara menggunakan kotak pakan terkontrol. Cara sampling, yaitu ikan dimabil dari kolam pemebesaran sepuluh ekor secara acak kemudiian ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan duduk, sedangkan untuk mengetahui panjang ikan dapat diukur dengan menggunakan penggaris. Sampling dilakukan pada saat pemberian pakan atau saat melakukan panen.

Gambar 8. Sampling Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Saat pelaksanaan kegitan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, untuk mengetahui dosis pakan cara yang dilakukan adalah sampling. Sampling ikan kakap ini dilakukan setiap sekali dua minggu pada pagi hari dan pada saat panen. Hasil sampling pada ikan kakap putih dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil sampling kepadatan populasi pada ikan kakap putih (Lates calcarifer)

Tambak 18 A

Tambak 18 B

Panjang (cm)

Bobot (gr)

Panjang (cm)

Bobot (gr)

35

700

33

550

40

778

38

790

20

370

33

472

29

363

31

572

36

703

38

767

35

630

34

618

37

692

40

830

32

435

33

542

24

200

35

560

28

325

37

785

(sumber : Data pribadi 2016)

Hasil sampling ikan kakap putih (Lates calcarifer) tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan kakap putih tidak seragam, sehingga menjadi dasar dilakukannya sortir. Sortir yang dilakukan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang pada saat melakukan panen sebagian. Ukuran panen ikan kakap putih (Lates calcarifer) pada umumnya disesuaikan dengan permintaan pasar, yakni antara 500-700 gr. Untuk mencapai ukuran tersebut, waktu pemeliharaan yang dibutuhkan sekitar 5-6 bulan. Ketika dilakukan panen, ikan di sortir pada saat ikan sudah berada pada jaring penampung dan memlih ikan yang sesui ukuran permintaan pasar tersebut, sedangkan ikan yang belum siap dipanen dipelihara kembali pada petak pebesaran yang belum siap panen.

4.2.5 Pengelolaan Kualitas Air

Sumber air yang digunakan pada proses pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer) yaitu air yang berasal dari Laut Jawa. Air yang digunakan untuk pembesaran ikan kakap putih ditampung dalam petak tandon yang memiliki ukuran luas sama dengan luas petak pembesaran yaitu 5.000 m2 dan berjumlah dua buah petak. Air dialirkan ke petak pembesaran dengan menggunakan pompa submersible berukuran 8 inchi dari petak tandon. Sepanjang masa pemeliharaan, ketinggian air sedapat mungkin dapat dipertahankan sekitar 1,0- 1,5 meter, agar kualitas airnya terjaga. Penggantian air perlu dilakukan sekurang-kurangnya setiap 3 hari sekali. Penggantian air yang dilakukan di Balai Layanan Usaha Perikanan Budidaya Karawang yaitu pada sore hingga malam hari. Penggantian air dilakukan pada saat air laut pasang sehingga air yang di pompa dari saluran air laut lebih mudah. Pergantian air dilakukan dengan membuang air sekitar 20-30 cm dan kemudian diisi air kembali hingga ketinggian semula.




  1. (b) (c)

Gambar 9. (a) Alat Pengukur Kualitas Air (a. refraktometer, b. pH meter, c. spectrophotometer)

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

Saat pelaksaaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, pengolahan kualitas air dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu pada hari Jumat. Kualitas air yang diukur yaitu pH, salinitas, kecerahan, Do, nitrat dan nitrit. Pengukuran pH, salinitas, nitrat dan nitrit masing-masing mengunakan pH meter, refraktometer dan spectrophotometer yang dilakukan di Laboratorium Kualitas Lingkungan BLUPPB Karawang. Berikut adalah hasil pengukuran kualitas air pada pembesaran ikan kakap putih dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kualitas Air Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

Hari

Tambak

Ph

Salinitas

Nitrat (N02-N)

Nitrit (Nh4)

1

2

1

2


Tandon

-

-

-

-

-

-


8

7,55

7,56

20

0,417

0,418

0,526

Jumat, 15 Juli 2016

10

8,08

8,00

20

0,254

0,247

0,076


18 A

7,40

7,31

20

1,34

1,37

1,17


18 B

7,29

7,28

20

1,14

1,15

0.361


Tandon

8,14

8,12

20

0,136

0,136

-


8

8,23

8,21

20

0,117

0,115

0,525

Jumat, 22 Juli 2016

10

8,27

8,24

20

0,208

0,215

0,077


18 A

8,03

8,10

20

1,98

1,08

0,541


18 B

7,29

8,02

20

1,22

1,22

2,95


Tandon

8,02

8,19

22

0,050

0,056

-


8

7,29

7,94

21

0,471

0,471

0,116

Jumat, 29 Juli 2015

10

8,00

8,01

23

0,268

0,270

0,521


18 A

8,01

8,02

23

1, 76

1,98

2,89


18 B

7,99

7,97

21

1,23

1,22

0,088


Tandon

8,02

8, 27

20

0, 132

0, 136

-


8

7,69

8,00

21

0, 472

0, 471

0,525

Jumat, 05 Agustus 2016

10

8,12

8,20

20

0, 225

0, 216

0, 117


18 A

8,03

8,02

20

1, 32

1, 34

0, 563


18 B

7,29

7,89

21

1, 14

1,17

0,098

(Sumber: Data pribadi, 2016).

A. Derajat keasaman (pH)

Parameter kualitas air yang satu ini merupakan faktor yang sangat penting di kualitas air. Derajat keasaman atau yang sering disebut pH pada air laut biasanya 7,5-8,5. pH air sangat berpengaruh terhadap kualitas perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan yang mempunyai pH rendah akan tidak produktif karena dapat membunuh bita budidaya. Ph yang rendah akan mempengaruhi oksigen terlarut dalam air karena jika pH rendah maka kandungan DO akan rendah pula. (Kordi, 2011). Rendahnya pH suatu perairan disebabkan karena kandungan asam sulfat yang terkandung pada perairan cukup tinggi. Sebaiknya untuk tingginya pH suatu perairan dapat disebabkan oleh tingginya kapur yang masuk ke perairan tersebut. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaiknya pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air (Tatangindatu, 2013). pH air dari kolam ikan kakap putih yang diuji selama 30 hari dapatkan rata-rata 8.22, jika dilihat dari ketentuan kualitas air secara SNI yaitu 6.5-8.5 dapat dikatakan pH dalam perairan tersebut masih normal dan sangat cocok untuk melanjutkan budidaya ikan kakap putih.

B. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi rata rata jumlah kadar garam yang terdapat di dalam air laut. Klorinitas adalah cara yang digunakan untung menghitung salinitas dengan rumus 0/00 = klorinitas x 1,87. Biasanya ikan kakap putih mampu hidup di kisaran salinitas 0-33 ppt. Salinitas optimum ikan kakap putih adalah 15-20 ppt. Perubahan salinitas yang mendadak akan menyebabkan perubahan tekanan osmotis pada tubuh ikan. Salinitas yang diukur uji pada kolam budidaya ikan kakap putih rata-rata 20-21 ppt, dari hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar salinitas diperairan tersebut sangat cocok untuk melanjutkan budidaya ikan kakap putih.

C. Nitrat

Menurut (Tatangindatu 2013) kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mg/l dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi perairan, dan selanjutnya dapat menyebabkan blooming sekaligus merupakan faktor pemicu bagi pesatnya pertumbuhan tumbuhan air. Pada pengukuran nitrat selama satu bulan yang dilakukan sekali dalam seminggu yang diuji mulai dari saluran inlet, kolam, dan saluran outlet didapatkan hasil yang berbeda-beda, adapun rata-rata hasil yang diperoleh pada saat pengukuran nitrit pada tambak budidaya adalah >0.500 mg/l. sesuai dengan ketentuan kualitas air SNI ikan kakap putih.

Cara reagensia analisa nitrat yang dilakukan di balai layanan usaha produksi perikanan budidaya sebagai berikut:

  1. HCL 0,1 N dan NaOH 0,1 N (untuk penyesuaian PH)

  1. Ambil 4,0 ml HCL Cone, larutkan dalam 500 ml aquades.

  2. Timbang 2 gr NaOH, larutkan dalam 500 ml aquades.

  3. Ambil 265 ml HCL Cone, larutkan Dlm 500 ml aquades.

  4. Larutkan CuSO4 2% kedalam labu takar 500 ml, kemudia larutkan 10 gr CuSO45H2O dengan aquades sampai 500 ml.

  5. Bersihkan 25 gr butir cd dengan HCL 6N dan aquades. Kocok beaker glass yang berisi butir Cd dan 100 ml larutan CuSO4 2% selama 5 menit atau sampai warna biru setengah habis.

  6. Gantilah larutan lama dengan yang baru cukup sering sampai terbentuk endapan koloidal yang berwarna coklat

  7. Bilas butiran Cd yang sekarang telah dilapisi Cu paling sedikit 10 kali dengan aquades supaya semua endapan Cu hilang.

  8. Larutkan larutan stock NH4CL-EDTA kedalam labor takar 1 liter yang berisi 500 aquades dengan 13 gram NH4CL dan 1,7 gran EDTA, kemudian tambahkan NH4OH cone untuk menyesusaikan pH sampai akhir 8,5 dan diencerkan dengan aquades sampai 1 liter.

  9. Encerkan 300 ml larutan NH4CL-EDTA dalam labu takar 500 mldengan aquades.

  1. Persiapan Larutan Standart

  1. Larutan stock nitrat NO3-(100 mg NO3 – N/L), dalam labu ikr 1 Liter tambahkan 0, 7218 gram Kalium nitrat (KNO3) yang sudah dikeringkan pada suhu 105 oC selama 24 jam dalam oven dan didinginkan dalamdeikator selama 30 menit. Encerkan sampai 1.000 ml dan tambahkan 2 ml CHCL3 untuk mengawetkan larutan tersebut. Laritan stock ini mengandung 100 mg NO3- -N/L.

  2. Larutan standart NO3- , encerkan 1, 10 dan 50 ml larutan stock nitrat dalam labu takar 100 ml dengan aquades, sehingga menghasilkan larutan yang kadarnya masing-masing 1, 10 dan 50 mg NO3- -N/L

D. Nitrit

Nitrit adalah bentuk ion dari asam nitrat (HNO2) dan berasal dari proses nitrifikasi (bantuan bakteri anaerob), dimana ammonia dirobah menjadi nitrit kemudian nitrat. Laju produksi nitrit tergantung pada jumlah populasi bakteri dalam air. Pada hasil pengkuran nitrit pada tambak budidaya ikan kakap putih adalah rata-rata >0,500 ppn, hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas air tersebut bagus untuk kelangsungan hidup dari ikan kakap putih. Cara reagensia analisa nitrat yang dilakukan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya sebagai berikut:

  1. Timbang 5 gramlarutan sulfanilamide dalam 300 ml aquades dan tambahkan 50 ml HCL consentrat. Setelah larut, encerkan sampai 500 ml( *larutan inni stabil dalam beberapa bulan)

  2. Timbang larutan NED dalam 500 ml aquades, simpan larutan ini dalam botol gelap. (ganti larutan tersebut setiap bulan. Namun, bila muncul warna coklat tua, maka larutan tersebut harus segera dibuang.)

  3. (Persiapan larutan standart) Oven sodium nitrit pada suhu 110 oC selama 1 jam. Kemudian dinginkan dalam eksikator.

  4. Timbang 0,345 gram sodium nitrit dalam 1000 ml aquades, tambahkan 1 ml chloroform dan simpan dalam botol gelap.

4.2.6 Pengendalian dan Penyakit

Hama dapat berupa predator, kompetitor, atau perusak sarana budidaya. Hama predator adalah organisme yang memangsa ikan budidaya, seperti ikan buas, burung, ular. Sedangkan hama competitor adalah organisme yang masuk ke dalam wadah budidaya dan bersifat menyaingi dalam mendapatkan pakan, ruang dan oksegen, sperti kepiting dan benih- benih ikan liar. Pengamatan hama dan penyakit pada pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer) dilakukan dengan cara pengambilan sampel ikan yang kemudian di bawa ke Laboratorium penyakit BLUPPB Karawang. Jenis penyakit yang diamati adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit. Parasit yang ditemukan pada ikan kakap putih adalah Trichodina sp. Trichodina sp, ini menginfeksi dengan cara menempel pada ikan dengan mengakibatkan iritasi yang serius pada ikan yang sering diserang. Jenis parasit Trichodina sp. menginfeksi bagian luar tubuh (ektoparasit) ikan kakap putih yakni pada bagian kulit dan insang (Fernando et al, 1972 dalam Windarto dkk 2013). Tahapan kegiatan pendederan ikan mengalami kegagalan yang di sebabkan oleh pada saat melaksanakan distribusi benih ikan kakap putih kekurangan oksigen yang mengakibatkan ikan mengalami stress sehingga ikan mengalami kematian yang banyak terdapat pada gambar 10.

G
ambar 10
. Ikan Kakap Putih

(Sumber: Dokumentasi sendiri, 2016)

P
encegahan penyakit pada ikan kakap putih dilakukan dengan cara perendaman (dipping) terhadap benih untuk menghilangkan parasit pada permukaan tubuh ikan. Perendaman dilakukan pada air tawar yang telah diberikan formalin 70 ppm selama 5 menit. Pengendalian penyakit dilakukan saat pembenihan dan pendederan. Pada pembesaran ikan kakap putih di BLUPPB Karawang sangat memperhatikan pemeliharaan benih saat pendederan karena benih yang sehat akan sulit untuk terjangkit penyakit dan pertumbuhannya baik. Pada saat melakukan proses pembesaran ikan kakap putih, pada Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya yang sering menyerang ikan kakap tersebut berupa parasit, adapun penjegahan yang dilakukan adalah dengan cara penambahan antibiotik kedalam pakan, sehingga ketahanan tubuh ikan dapat terjaga dari parasite yang menyerang ikan kakap putih tersebut. Pada Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya antibiotok yang digunakan adalah stimuno plus yang terdapat pada gambar 11. Adapun manfaat dari stimuno plus tersebut adalah untuk melengkapi nutrisi essensial untuk pertumbuhan kesehatan, meningkatkan kualitas tubuh (imunitas) dan mengatasi serangan penyakit dan stress pada ikan kakapo putih (Lates calcarifer).

Gambar 11. Stimuno Plus Antibiotik Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

(Sumber: Dokumentasi sendiri, 2016)

4.2.7 Pemanenan

Pemanenan ikan kakap putih yang dilakukan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang adalah panen secara pasial dan secara total.