Teknik Budidaya Pembesaran Ikan Kakap Pu

Jatinangor, Oktober 2016

Menyetujui

Dosen Wal i Wakil Dekan I

Lintang Permata Sari Y, S.Kom., M.Si. Dr. Sc.agr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si.

NIP. 19820224 2000812 2 001 NIP. 19751201 00604 1 002

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta karuniaNya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang yang berjudul “TEKNIK BUDIDAYA IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer) PADA TAMBAK SECARA SEMI INTENSIF DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA (BLUPPB) KARAWANG” sesuai dengan waktu yang telah dilaksanakan penulis pada tanggal 11 Juli – 11 Agustus 2016 sebagai syarat nilai mata kuliah Praktek Kerja Lapangan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Lintang Permata Sari Y, S.Kom., M.Si., sebagai dosen pembimbing dan dosen wali yang telah memberikan saran, motivasi, dan bimbingan dalam perkuliahan dan penulisan laporan.

  2. Dr. Ir. Iskandar, M.S., sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

  3. Dr. Sc.agr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si., sebagai wakil dekan 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

  4. Prof. Dr. Ir. Junianto, MP., selaku Ketua Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

  5. Bapak/Ibu dosen dan staff di lingkungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, khususnya Program Studi Perikanan yang telah banyak membantu kami untuk dapat melaksanakan penulis dalam studi.

  6. Kordinator beserta tim adhoc mata kuliah Praktek Kerja Lapangan yang telah memberikan pengarahan, pembekalan dan materi sebelum dan setelah pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan.

  7. Bapak Ir. Supriyadi, M.Si., selaku Kepala Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) karawang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dan menambah wawasan di tempat tersebut.

  8. Bapak Harry Wuwungan, S.Pi., selaku pembimbing di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang, yang telah membimbing, mengarahkan, serta berbagi ilmu untuk menunjang laporan Prakek Kerja Lapangan dan pengalaman selama penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan.

  9. Orang tua yang telah mendukung penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan.

  10. Teman-teman satu kelompok serta angkatan 2014 yang saling mendukung dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan dan proses penyelesaian laporan Praktek Kerja Lapangan.

  11. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis berharap laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat memberikan manfaat serta berbagi ilmu untuk pembacanya.

Jatinangor, Oktober 2016

Hardiono Tondang

DAFTAR ISI

Bab Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

ABSTRAK viii


I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 2

1.3 Ruang Lingkup 2

1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan 2


II PROFIL INSTANSI 3

2.1 Keadaan Umum BULPPB Karawang 3

2.1.1 Sejarah Umum Balai 3

2.2 Letak geografis 3

2.3 Tugas dan fungsi BLUPPB Karawang 3

2.4 Visi dan misi 4

2.5 Struktur Organisasi 4

2.6 Alamat dan Biodata Pembimbing 5

2.7 Sarana dan Prasarana di BLUPPB Karawang 5

2.7.1 Sarana 5

2.7.2 Prasarana 6


II METODE PELAKSANAAN 8

3.1 Metode kerja 8

3.1.1 Prosedur kerja 8

3.2 Pengambilan Data 10

3.1.2 Observasi 10

3.2.2 Wawancara 10

3.2.3 Partisipasi aktif 10

3.3 Jenis data 11

3.3.1 Jenis data primer 11

3.3.2 Jenis data sekunder 11


IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12

4.1 Morfologi Ikan Kakap Putih (Lates Calcarfer) 12

4.1.1 Klasifikasi ikan kakap putih ( Lates Calcarfer) 13

4.2 Kegiatan Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) 13

4.2 Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih padaTambak Semi Intensif 13

4.2.1 Persiapan Tambak 14

4.2.1.1 Pengeringan Dan Pengolahan Tanah Dasar 14

4.2.1.2 Pengapuran 15

4.2.1.3 Pengisian Air dan Pemasangan Kincir 15

4.2.2 Pendederan Benih Ikan 16

4.2.3 Penebaran Benih ikan 17

4.2.3 Manajemen Pakan 17

4.2.4 Sampling dan Kepadatan Populasi 18

4.2.5 Pengelolaan Kualaitas Air 19

4.2.6 Pengendalian dan Penyakit 22

4.2.7 Pemanenan 23



V SIMPULAN DAN SARAN 25

5.1 Simpulan 25

5.2 Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

KESAN DAN PESAN SELAMA KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 27

6.1 Kesan 27

6.1 Pesan 27

LAMPIRAN 28



DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul halaman

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

ABSTRAK

Ikan kakap putih merupakan salah satu jenis ikan air laut yang banyak diminati masyarakat serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Potensi lahan tambak di Indonesia masih cukup luas, maka peningkatan produksi ikan kakap putih dapat dilakukan dengan memperluas lahan budidaya, antara lain dengan memanfaatkan potensi tambak dan tambak produktif yang tidak terpakai. Tujuan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk mengetahui teknik, permasalahan dan prospek usaha pembesaran ikan kakap putih di tambak secara semi intensif. Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada tanggal 11 Juli sampai dengan 11 Agustus 2016. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan partisipasi aktif. Pembesaran ikan kakap putih dimulai dari persiapan tambak, pendederan benih selama dua bulan, penebaran benih, pemberian pakan, sampling dan grading, pengukuran kualitas air, pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan parsial ikan kakap putih yang telah berumur 5-6 bulan dengan berat tubuh sebesar ≥ 500 gram/ekor. Masalah pada pembesaran ikan kakap putih adalah pertumbuhan ikan yang tidak seragam, ketersediaan pakan ikan rucah yang tergantung pada tangkapan nelayan yang tidak menentu dikarenakan kondisi laut yang dipengaruhi musim dan adanya parasit dari genus Trichodina, Cryptocaryon, Caligus, Dactylogyrus dan Diplectanum.

Kata Kunci: Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer), Kualitas Perairan, Pakan

BAB I

PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

Kakap putih (Lates calcalifer, Bloch) biasa dikenal dengan nama Giant sea perch, seabass atau barramundi. Ikan ini hidup di habitat air laut, air payau dan di air tawar. Ikan kakap putih termasuk ikan ekonomis penting dan memiliki harga yang tinggi di Kawasan Indo-Pasifik. Ikan kakap putih (Lates calcarifer) juga dijadikan sebagai rekreasi perikanan di Australia dan Papua Nugini, serta ikan kakap putih dibudidayakan di Thailand, Malaysia, Indonesia, Singapura, Hong Kong, Taiwan dan di Australia. Ikan kakap putih dapat dibudidayakan di air payau dan air tawar, serta di keramba jaring apung (Kungvankij dkk, 1984;. Abu-abu, 1987, dalam schipp et al, 2007). Ikan kakap putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu jenis ikan air laut yang banyak diminati masyarakat. Permintaan ikan kakap putih terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pasar ikan kakap putih cukup luas, mulai dari pasar tradisional, rumah makan, restoran, hotel, pasar swalayan, hingga ekspor. Jakarta dalam sebulan membutuhkan sekitar 70 ton ikan kakap (ikan kakap putih dan ikan kakap merah) dan Bali membutuhkan sekitar 30 ton per bulan. Di luar negeri, Singapura membutuhkan ikan kakap hidup dan segar sekitar 60 ribu ton/tahun, sedangkan Hongkong membutuhkan sekitar 250 ribu ton/tahun. Ekspor ikan kakap Indonesia ke Singapura baru mencapai 3000 ton/tahun ikan kakap segar dan 80 ton/tahun ikan kakap hidup (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012 dalam Hardayani, 2013).

Ikan ini memiliki daging yang halus, populer di wilayah Indo-Pasifik, dan memiliki pasar dan harga yang tinggi. Ikan kakap putih memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, tumbuh dengan ukuran besar, dan dapat dibesarkan di penangkaran, sehingga membuat ikan kakap putih sangat cocok untuk dibudidayakan. Teknik untuk budidaya kakap putih pertama kali dikembangkan di Labortorium Kelautan Songkhla di Thailand pada awal tahun 1970 dan kemajuan dalam teknik budidaya untuk kakap putih terus berkembang (Schipp et al, 2007)

Kegiatan budidaya tak lepas dari kegiatan pembenihan, karena dari kegiatan pembenihan para pembudidaya dapat menghasilkan benih-benih unggulan dengan kualitas terbaik. Kegiatan pembenihan atau budidaya ikan kakap putih harus memiliki ilmu yang memadai dan juga pengalaman agar pembudidaya tidak mengalami kegagalan yang mengakibatkan kerugian. Masalah pada pembesaran ikan kakap putih adalah pertumbuhan ikan yang tidak seragam, ketersediaan pakan ikan rucah yang tergantung pada tangkapan nelayan yang tidak menentu dikarenakan kondisi laut yang dipengaruhi musim dan adanya parasit dari genus Trichodina, Cryptocaryon, Caligus, Dactylogyrus dan Diplectanum. Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang mampu membudidayakan serta menghasilkan ikan-ikan produksi dengan memiliki kualitas yang tinggi dan memenuhi kebutuhan para konsumen dan masyarakat.

Praktek Kerja Lapang (PKL) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib dilakukan oleh penulis, Praktek Kerja Lapang juga dapat menambahkan ilmu yang lebih untuk menunjang perkuliahan secara lebih baik lagi. Praktek Kerja Lapangan juga dilakukan untuk memberikan wawasan terhadap mahasiswa dengan tujuan mengetahui gambaran yang akan ditemui dalam dunia kerja khususnya dalam lingkup perikanan. Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peran penting dalam pembangunan perekonomian. Salah satu sektor perikanan yang memiliki peluang usaha dan potensi ekonomis adalah ikan kakap putih.

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapang ini adalah:

  1. Mengetahui teknik pendedaran dan pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer) mulai dari pra produksi, produksi hingga pasca pruduksi (pemanenan) yang ada di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang.

  2. Mengetahui jenis parasit yang menempel pada ikan pada tahap pendederan dan pembesaran ikan kakap putih di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan budidaya karawang

  3. Menambah wawasan, pengetahuan dan ketarampilan Praktik Kerja Lapangan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang.

1.3 Ruang Lingkup

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang memiliki berbagai jenis ikan yang dibudidayakan, jenis-jenis tersebut dikelompokkan menjadi beberapa divisi. Adapun divisinya yaitu divisi air laut, divisi air payau, dan divisi air tawar. Ikan kakap putih (lates calcarifer) termasuk kedalam divisi air laut. Selain itu, ada beberapa jenis yang termasuk ke dalam divisi air laut yaitu: ikan kerapu. Ikan bawal, dan ikan bandeng. Divisi air payau memilki berbagai jenis ikan yang di budidayakan seperti ikan sidat. Namun, disivi air tawar juga memiliki berbagai jenis ikan yang di budidayakan seperti ikan nila, ikan lele, ikan gurame dan udang paname.

1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan

Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2016 sampai dengan 11 Agustus 2016. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) yang beralamat di Desa Pusaka Jaya Utara RT.01/RW.04 Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

BAB II

PROFIL INSTANSI

2.1 Keadaan Umum BULPPB Karawang

2.1.1 Sejarah Umum Balai

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang pada awalnya bernama Proyek Pengembangan Tambak Inti Rakyat (PP-TIR) sesuai dengan KEPRES Nomor 18 Tahun 1984 tentang pembentukan PP-TIR. Tujuan pembentukan PP-TIR adalah untuk mewujudkan kawasan percontohan usaha budidaya udang yang maju, ramah lingkungan dan berkelanjutan guna memandu pengembangan usaha budidaya udang nasional. Seiring dengan perkembangan waktu dan bergulirnya Reformasi 1998, manajemen Tambak Pandu TIR ikut mengalami imbas negatif yang mengakibatkan terhentinya kegiatan operasional. Memasuki masa-masa sulit tersebut terjadilah penjarahan aset dan pengkaplingan lahan.

Pada tanggal 5 Juni 2002, PP-TIR diserah terimakan oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia kepada Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai Departemen Teknis dengan tujuan membentuk wadah percontohan dan pendampingan teknologi perikanan budidaya. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya No. 11/DPB.0/I/2006 tentang penunjukan Kepala Unit Tambak Pandu Karawang (TPK) dan eks PP-TIR berubah nama menjadi Satker Pengembangan Kawasan TPK. Dijelaskan tugas pokok TPK adalah melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam melaksanakan pembinaan, pengembangan dan pengendalian sistem pembudidayaan perikanan nasional yang dapat berperan sebagai Aquaculture Techno Park sekaligus menjadi inkubator bisnis bagi kegiatan pembinaan perikanan nasional.

Memasuki tahun 2009 unit kerja ini telah ditetapkan menjadi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya berdasarkan Kepmen Nomor PER.07/MEN/2009 tanggal 13 Maret 2009.

2.2 Letak Geografis

BLU-PPB Karawang terletak di Desa Pusakajaya Utara RT 04/RW 01, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, letak BLUPPB. Luas kawasan BLUPPB sekitar 390 ha yang terdiri dari lahan balai seluas 256 ha, tambak atau kolam inti seluas 119 Ha, dan sisanya kawasan penyangga, fasilitas perumahan dan kantor serta lahan plasma.

Secara geografis Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang (BLUPPB) berbatasan dengan wilayah:

  1. Sebelah Utara berbatasan dengan Pantai Utara Jawa.

  2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun Cimunclak.

  3. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Ciwadas.

  4. Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun Cipucuk dan Cikatet. Peta lokasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.3 Tugas dan Fungsi BLUPPB Karawang

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan pengembangan usaha produksi perikanan budidaya melalui pola pengembangan etalase dan inkubator usaha perikanan budidaya.

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang mempunyai sepuluh fungsi, antara lain sebagai berikut :

  1. Penyusunan rencana, program dan evaluasi dibidang perekayasaan usaha produksi perikanan budidaya air tawar, budidaya air payau dan laut.

  2. Perekayasaan segmentasi dan analisis kelayakan skala usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran usaha produksi perikanan budidaya.

  3. Percontohan usaha produksi perikanan budidaya dengan penerapan sertifikasi sistem mutu budidaya perikanan.

  4. Penerapan tata kelola kawasan usaha, analisis jenis dan tata guna faktor-faktor produksi perikanan budidaya.

  5. Pelayanan sarana produksi hasil produksi satuan kerja.

  6. Pelaksanaan rancang bangun konstruksi, peralatan dan mesin sarana budidaya serta analisis laboratorium.

  7. Pelaksanaan diseminasi dan pendampingan usaha produksi perikanan budidaya.

  8. Pelayanan akses kemitraan usaha produksi perikanan budidaya dan jasa informasi usaha atau perpustakaan.

  9. Penyelenggaraan lembaga sertifikasi sistem mutu usaha produksi perikanan budidaya.

  10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.4 Visi dan Misi

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang mempunyai visi yaitu “Menjadikan BLUPPB Karawang sebagai Pusat Pengembangan Usaha Perikanan Budidaya yang Terkemuka”.

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang memiliki misi yaitu “Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Usaha Produksi Perikanan Budidaya yang Berdaya Saing, Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan”.

2.5 Struktur Organisasi

Kepala


Sub. Bagian Tata Usaha


Seksi Sarana Teknik

Seksi Pelayanan Teknik

Seksi Teknik Usaha produksi


Kelompok Jabatan Fungsional


Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang

(Sumber : BLUPPB Karawang 2016)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.07/MEN/2009 tentang struktur organisasi dan tata kerja BLUPPB Karawang terdiri dari Kepala Balai, Sub bagian Tata Usaha, Seksi Teknik Usaha Produksi, Seksi Sarana Teknik, Seksi Pelayanan Teknik dan Kelompok Fungsional yang dijelaskan sebagai berikut:

  1. Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok yaitu pengelolaan urusan administrasi keuangan, barang kekayaan milik negara, administrasi kepegawaian dan jabatan fungsional, persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga dan jasa informasi usaha atau perpustakaan serta pelaporan BLUPPB.

  2. Seksi Teknik Usaha Produksi mempunyai tugas pokok yaitu melakukan rekayasa segmentasi dan analisis kelayakan skala usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran usaha produksi perikanan budidaya serta percontohan usaha produksi dengan penerapan sertifikasi sistem mutu budidaya perikanan.

  3. Seksi Sarana Teknik mempunyai tugas pokok yaitu penerapan tata kelola kawasan usaha, analisis jenis dan tata guna faktor-faktor produksi perikanan budidaya, pelayanan sarana produksi hasil produksi satuan kerja serta melaksanakan rancang bangun konstruksi, peralatan dan mesin sarana budidaya.

  4. Seksi Pelayanan Teknik mempunyai tugas melakukan diseminasi, pendampingan, pelayanan akses kemitraan dan analisis laboratorium usaha produksi perikanan budidaya serta penyelenggaraan lembaga sertifikasi sistem mutu usaha produksi perikanan budidaya.

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas pokok yaitu melakukan perekayasaan, pengujian, penerapan dan bimbingan penerapan standar atau sertifikasi sistem mutu usaha produksi perikanan budidaya, pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan pembenihan dan pembudidayaan, penyuluhan serta kegiatan lain yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.6 Alamat dan Biodata Pembimbing

Alamat Balai

Desa Pusakajaya Utara RT.01/RW.04 Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang. Jawa Barat

Email

lab.bluppb@yahoo.com

Fax

0267-7009797

Nama Pembimbing

Harry Wuwungan, S.pi.

Nip

19870913 201012 1 004

Kontak Pembimbing

087776212648



2.7 Sarana dan Prasarana di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang

2.7.1 Sarana

A. Kolam Budidaya

Kolam yang terdapat di BLUPPB Karawang berjumlah 511 buah yang terdiri dari kolam untuk kegiatan budidaya berbagai macam jenis komoditas ikan budidaya, baik budidaya air tawar, air payau dan air laut. Untuk budidaya air tawar terdapat beberapa komoditas yaitu ikan lele, ikan mas, ikan nila, ikan patin dan ikan sidat, sedangkan komoditas air payau yang dibudidayakan antara lain ikan bandeng, udang vannamei, udang windu dan kepiting soka. Komoditas air laut yang dibudidayakan yaitu ikan kerapu, ikan kakap putih dan ikan bawal.

Kolam tersebut hampir seluruhnya berbentuk persegi panjang dengan konstruksi tanah dan hanya beberapa yang berkonstruksi beton. Luas lahan untuk budidaya berbeda-beda tergantung dengan spesies yang dibudidayakan. Sistem budidaya yang digunakan juga berbeda–beda tergantung spesiesnya, ada yang menggunakan kolam terpal, bioflock dan lain–lain. Tambak pembesaran ikan kakap putih (lates calcarifer) adalah tambak berbentuk persegi panjang dengan luas 5.000 m2, kedalaman ± 2 m, serta lebar pematang atas ± 3 m dan lebar pematang bawah ± 5 m.

B. Sumber Air

Air yang digunakan di BLUPPB Karawang selama kegiatan operasional budidaya berasal dari sumur bor, Sungai Ciwadas, Sungai Cimunclak dan air laut. Untuk kegiatan budidaya air laut, air yang digunakan langsung dari laut yang masuk ke saluran air akibat terjadi pasang surut air laut yang kemudian dipompa dan ditampung ke dalam petak tandon. Budidaya air payau menggunakan air yang digunakan berasal dari Bak Campur Air (BCA) dimana pada bak tersebut air dari laut dicampur dengan air yang berasal dari sungai Ciwadas dan Cimunclak. Sedangkan untuk budidaya air tawar, air yang digunakan berasal dari Sungai Ciwadas, Sungai Cimunclak dan sumur bor yang diproses pada kolam tandon sebelum digunakan.

2.7.2 Prasarana

A. Bangunan

Bangunan yang terdapat di BLUPPB Karawang berfungsi untuk memperlancar kegiatan administratif dan kegiatan operasional balai. Jumlah keseluruhan bangunan yang terdapat pada BLUPPB adalah 94 buah. Keseluruhan bangunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Jenis Bangunan beserta Jumlah pada BLUPPB Karawang

No

Jenis Bangunan

Jumlah

No

Jenis Bangunan

Jumlah

1

Kantor Utama

1

12

Lab. Plankton

1

2

Aula

1

13

Cold Storage

1

3

Kantor

1

14

Gudang Persediaan

1

4

Perpustakaan

1

15

Pabrik Pakan

1

5

Bengkel

1

16

Kantin

1

6

Asrama

2

17

GOR

1

7

Perumahan Pegawai

68

18

Garasi

1

8

Guest House

4

19

Ruang Genset

1

9

Lab. Kualitas Air

1

20

Gardu Listrik

2

10

Lab. Nutri dan Pakan

1

21

Pos Satpam

1

11

Lab. Bakteri dan Parasit

1

22

Masjid

1

(Sumber : BLUPPB Karawang, 2016)

Bangunan pada tambak pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer) adalah bangunan utama yang berupa rumah jaga dan saung. Bangunan tersebut memiliki fungsi yang sangat penting dimana didalam bangunan terdapat tempat penyimpanan pakan dan peralatan lainnya untuk kegiatan budidaya. Selain itu, bangunan terseut juga digunakan sebagai tempat peristirahatan pegawai dan pekerja lapang dalam melaksanakan proses kegiatan pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer).

B. Tenaga Listrik

Sumber tenaga listrik di BLUPPB Karawang berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan generator. Pasokan listrik dari PLN ada dua gardu, gardu pertama dengan daya 690 kVA digunakan untuk kegiatan operasional budidaya dan gardu kedua memiliki daya 415 kVA digunakan untuk memenuhi kebutuhan kantor, asrama, laboratorium dan cold storage. Generator di BLUPPB Karawang berjumlah dua buah yang terletak di blok A dan blok B. Generator menghasilkan daya sebesar 500 kVA dan 350 kVA. Generator berfungsi untuk cadangan pemasok listrik apabila sumber tenaga listrik dari PLN dipadamkan.

Sumber tenaga listrik yang digunakan dalam proses pembesaran ikan kakap putih (Lates cacarifer) bersal dari listrik PLN. Listrik yang digunakn pada tambak pembesaran kakap putih (Lates calcarifer) digunakan untuk penerangan pada malam hari,. Pengoperasian kincir air dan pompa submersible. Sumber aurs listrik bersal dari listrik pusat yang beada di sekitar lokasi Balai yang disambungkan menuju tambak pembesaran.

C. Komunikasi

Alat komunikasi yang terdapat di BLUPPB Karawang meliputi telepon, surat- menyurat, mesin fax, email, dan jejaringan sosial. Alat komunikasi ini berfungsi untuk menghubungkan antara pihak BLUPPB Karawang dengan dinas lain dan jnuga dengan masyarakat baik untuk keperluan administrasi, pelayanan maupun kerjasama pemasaran.

D. Transportasi

Kondisi jalan yang terdapat disekitar BLUPPB Karawang berupa jalan raya beraspal dengan lebar jalan sekitar 4 meter, sedangkan untuk jalan menuju lokasi pertambakan masih dengan kondisi tanah berbatu dan berkerikil. Jarak lokasi dari jalan raya menuju pusat kota sekitar 20 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan umum baik kendaraan roda dua mapun roda empat. BLUPPB Karawang memiliki fasilitas kendaraan baik roda dua, roda 3 dan roda empat. Adapun jumlah fasilitas transportasi dinas yang dimiliki oleh BLUPPB Karawang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Fasilitas Transportasi di BLUPPB Karawang

No

Jenis Kendaraan

Jumlah

Keterangan


Kendaraan Roda Dua :



1

Motor

20

Baik


Kendaraan Roda Tiga :



2

Motor Kaisar

3

Baik


Kendaraan Roda 4 atau Lebih



3

Mobil Dinas

8

Baik

4

Mobil Box

1

Baik

5

Truk

1

Baik

6

Dumper Truk

1

Baik

7

Pick up

2

Baik

8

Eskavator

10

Baik

Total

46

Baik

(Sumber : BLUPPB Karawang, 2016)

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Metode Kerja

Metode pelaksanaan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah dengan cara mengikuti secara langsung kegiatan yang dilakukan dalam proses pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB Karawang), Jawa Barat.

3.1.1 Alat dan Bahan

A. Alat yang Digunakan untuk Proses Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

  1. Bambu berfungsi untuk memasang keramba jaring tancap dan sarana untuk memberikan pakan pembesaran.

  2. Tali berfungsi untuk mengikat waring pada keramba jaring tancap.

  3. Serok berfungsi untuk menangkap ikan kakap putih,

  4. Tudung saji berfungsi untuk menampung benih ikan pada saat melakukan grading dan aklimatisasi dan berfungsi untuk penghitungan ikan pada saat panen.

  5. Penggaris berfungsi untuk mengukur panjang total ikan pada saat melakukan sampling.

  6. Ember berfungsi untuk mengangkut benih ikan dan untuk mengangkat pakan rucah.

  7. Pipa PVC berfungsi untuk menyalurkan air kesetiap tambak budidaya.

  8. Pompa iar berfungsi untuk mempompa pasokan air keseluruh kolam tamabk budidaya

  9. Gerobak roda dua berfungsi untuk mengangkat pakan rucah ntuk diberikan ke seluruh tambak budidaya.

  10. Kincir air berfungsi untuk menyediakan pasokan oksigen pada tamabk budidaya.

B. Alat yang Digunakan untuk Pengukuran Kualitas Air

  1. pH meter berfungsi untuk mengkur kadar pH pada air.

  2. Refraktometer berfungsi untuk mengukur kadar salinitas pada air.

  3. Specktofotometer berfungsi untuk mengukur kadar nitrat dan nitrit pada air.

C. Bahan yang Digunakan untuk Proses Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

  1. Benih ikan kakap putih berfungsi untuk melangsungkan prsoses kegiatan budidaya.

  2. Kapur berfungsi untuk meningkatkan kadar pH pada tambak budidaya.

  3. Air tawar berfungsi untuk menghilangkan parasite yang menempel pada benih ikan kakap putih.

  4. Pellet berfungsi untuk pakan pada ikan kakap putih.

  5. Vitamin C berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan ikan kakap putih.

  6. Stimuno plus berfungsi untuk meningkatkan system kekebalan ikan agar terhindar dari berbagai parasit.

3.1.2 Prosedur Kerja

A. Persiapan Tambak

  1. Dilakukan persipaan tambak dimulai dengan pengeringan dan penjemuran tambak.

  2. Dilakukan pengupasan tanah dasar 3-5 cm.

  3. Pengangkatan tanah hasil kupasan keatas pematang tambak dan melakukan perataan pada tambak budidaya.

  4. Dilakukan pembuatan caren/kematir.

  5. Dilakukan pembuatan jembatan untuk pemberian pakan pada ikan.

  6. Dilakukan penebaran kapur kesluruh permukaan tambak budidaya.

  7. Dilakukan penjemuaran tambak budidaya hingga kadar airnya mencapai 10%, hingga 2-3 hari.

  8. Dilakukan pengisian air hingga 1 meter.

  9. Dilakukan pemasangan kincir pada tambak.

  10. Dilakukan pemberian probiotik untuk kesuburan tambak budidaya.

B. Penebaran Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

  1. Dilakukan pengangkutan benih dari tambak pendederan ke tambak budidaya pembesaran.

  2. Dilakukan pengecekan kualitas air dan kuantitas benih serta dilakukan pemisahan ukuran.

  3. Dilakukan aklimatisasi penebaran benih.

  4. Dilakukan penebaran dengan kepdatan 3 ekor/m3.

  5. Dilakukan pencatatan pada setiap tahapan proses yang dilakukan.

C. Grading (Keseragaman Ukuran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer).

  1. Dilakukan persiapan peralatan grading beni ikan kakap putih pemebesaran di tambak dan pendukungnya seperti wadah/waring.

  2. Dilakukan kegiatan grading ikan berdasarkan keragaman ukuran benih tebar 12-14 cm/ekor.

  3. Dilakukan pencatatan pada setiap tahapan proses yag dilakukan, dan disertakan dengan dokumentasi kegiatan.

D. Manajemen Pakan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

  1. Membuat program pakan pembesaran kakap putih di tambak.

  2. Mengistemasi waktu dan langkah-langkah manajemen pakan pembesaran kakap putih di tambak yang baik.

  3. Dipersiapkan pakan dalam wadah.

  4. Diberikan pakan dengan waktu pemberian 2-3 kali/hari, sampai ikan benar-benar kenyang.

  5. Dilakukan pencatatan pada setiap tahapan proses yang disertakan dengan dokimentasi setiap kegiatan.

E. Sampling Kepadatan Populasi Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer).

  1. Dipersiapkan peralatan sampling dan pendukungnya.

  2. Dilakukan kegiatan sampling berupa penguran bobot dan panjang total ikan (per 30 hari) dengan metode pengambilam sampel/kolam sebanyak 5% dari populasi.

  3. Dilakukan pencatatan pada setiap tahapan proses yang dilakukan dan disertakan dengan dokumentasi kegiatan.

F. Manajeman Kualitas Air dan Penyakit pada Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

  1. Dipersiapan peralatan yang berkaitan dengan kegiatan pegelolaan kualitas air dan kesehatan ikan di tambak.

  2. Dilakukan kegiatan pengelolaan kualitas air secara rutin melalui pergantian air tambak minimal 3 hari sekali sebanyak 30%.

  3. Dilakukan kegiatan monitoring dasar melalui pengambilan samper air untuk diukur di Laboratorium kualitas air setiap minggu.

  4. Dilakukan pengamatan di Laboratoruim.

  5. Dilakukan tindakan atau perlakuan apabila terjadi masalah pada kondisi air.

  6. Melanjutkan kegiatan budidaya.

  7. Dilakukan kagiatan monitoring kesehatan ikan secara rutin seminggu sekali melalui pengiriman sampel ikan untuk di analisa di Laboratorium.

  8. Dilakukan pemeriksaaan di Laboratorium.

  9. Dilakukan perendaman ikan dengan air tawar serta pemberian obat sesuai hasil analisa dari Laboratorium.

  10. Melanjutkan kagiatan budidaya.

  11. Dilakukan pencatatan pada setiap tahapan proses yang dilakukan serta dokumentasi kegiatan.

G. Pemanenan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer).

  1. Dilakukan persiapan peralatan panen beserta dengan bahan pendukungnya.

  2. Dilakukan kegiatan pemanenan dan perhitungan ikan berukuran >500 gram/ekor berdasarkan kemampuan alat angkut pembeli.

  3. Dilakukan kegiatan pemindahan ikan sesuai dengan ukuran ke waring penampung.

  4. Dilakukan kagiatan penimbangna terhadap ikan.

  5. Dilakukan pecatatan pada setiap tahapan proses yang dilakukan beserta dengan dukumentasi dari setiap kegiatan.

3.2 Pengambilan Data

3.2.1 Observasi

Observasi merupakan proses pencatatan pola perilaku subjek (orang), obyek (benda), atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. Penggunaan observasi langsung memungkinkan peneliti mengumpulkan data mengenai perilaku dan kejadian secara detail dan akurat (Sangadji dan Sopiah, 2010). Observasi yang dilaksakan dalam Praktikum Kerja Lapangan ini dilakukan dengan berbagai hal yang berkaitan dengan teknik pembesaran ikan kakap putih (Lates calcarifer) pada tambak semi intensif serta aspek sarana dan prasaran yang digunakan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.

3.2.2 Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan narasumber. Wawancara memerlukan komunikasi yang baik dan lancar antara pewawancara dengan narasumber sehingga narasumber mempunyai keinginan untuk menjawab serta didapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan (Nazir, 2011). Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan pembimbing lapangan pada waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan adalah bagamana tahapan-tahapan yang dilakukan untuk proses budidaya, hal-hal apa saja yang harus diperhatikan seperti jenis bibit yang digukanan, jenis pakan, manajemen kualitas perairan, jenis parasit yang sering menyerang ikan kakap putih. Selain itu, yang harus diperhatikan juga adalah kontrol pemberian multivitamin, dimana yang berfungsi untuk mempercepat proses pertumbuhan ikan kakap putih dan pemberian antibiotik yang berfungsi untuk mempertahankan tubuh ikan dari serangan parasit. Pada Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya, ikan yang sering terserang oleh parasit yaitu pada saat ikan masih berumur 2-3 bulan dimana ikan masih belum memiliki kekebalan tubuh yang kuat.

3.2.3 Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif merupakan keterlibatan dalam suatu kegitan secara langsung di lapangan (Nazir, 2011). Partisipasi aktif dilakukan dengan mengikuti secara langsung berbagai kegiatan yang dilakukan di lapangan yang berhubungan dengan kegiatan pemebsaran ikan kakap puith (L. Calcarifer) di tambak budidaya secara semi intensif di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya ( BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.

3.3 Jenis Data

3.3.1 Jenis Data Primer

Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer dapat berupa opini subyek secara individu maupun kelompok dan hasil observasi terhadap suatu benda dan kejadian atau kegiatan (Sangandji dan sopiah, 2010). Jenis data yang digunakan dalam penulisan Laporan Prakek kerja Lapangan ini seperti data sampling, data kualitas perairan serta data pakan pada ikan. Data tersebut dikumpulkan selama mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan.

3.3.2 Jenis Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia. Data sekunder biasanya berupa artikel-artikel dalam surat kabar, buku, artikel-artikel, jurnal-jurnal ilmiah, buletin ilmiah, laporan-laporan, publikasi pemerintah, informasi yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan dan analisis yang dibuat para ahli (Silalahi, 2010). Data sekunder berupa data yang telah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain sehingga dapat digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, lengkap atau untuk proses lebih lanjut. Data ini diperoleh dari data dokumentasi, laporan-laporan dari lembaga, instansi, dinas perikanan, pustaka-pustaka, dan pihak lain yang berhubungan dengan teknik pembesaran ikan kakap putih (L. calcarifer).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Morfologi Ikan Kakap Putih (Lates calcarfer)

I
kan kakap putih (Gambar 2) adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam (Euryhaline) dan merupakan ikan katadromous (dibesarkan di air tawar dan kawin di air laut). Ikan kakap putih merupakan jenis ikan euryhaline dan katadromous. Ikan matang gonad ditemukan dimuara-muara sungai, danau atau laguna dengan salinitas air antara 10-15 ppt. Larva yang baru menetas (umur 15-20 hari atau ukuran panjang 0,4 – 0,7 cm) terdapat sepanjang pantai atau muara sungai, sedangkan larva yang berukuran 1 cm dapat ditemukan di perairan tawar seperti sawah dan danau (Mulyono, 2011).

Gambar 2. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Daerah sebaran kakap putih di daerah tropis dan subtropis, daerah pasifik Barat dan Samudera Hindia, yang meliputi : Australia, Papua New Guinea, Indonesia, Philipina, Jepang, China, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Bangladesh, India, Srilangka, Pakistan, Iran, Oman dan negara-negara disekitar laut Arab. Penyebaran kakap putih di Indonesia terutama terdapat di pantai utara Jawa, di sepanjang perairan pantai Sumatera bagian timur, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Arafuru (Sulistiono. 2013).

Distribusi ikan kakap putih terdapat di seluruh wilayah pesisir Indonesia, wilayah Pasifik Barat (dari tepi timur Teluk Persia ke China ,Taiwan selatan, Jepang selatan, ke Papua Nugini , dan Australia bagian utara . di Barat Australia , barramundi ditemukan di sungai dan di sepanjang pantai dari Teluk Exmouth ke Wilayah perbatasan Utara. namun, kakap putih yang paling produktif di Kimberley di mana area besar sungai tropis negara berada (Department of Fisheries, 2011).

Menurut Marwiyah (2001) dalam Mulyono (2011) ciri-ciri morfologis ikan kakap putih (Lates calcalifer, Bloch) antara lain adalah:

  1. Badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekor lebar.

  2. Pada waktu masih burayak (umur 1- 3 bulan) warnanya gelap dan setelah menjadi gelondongan (umur 3-5 bulan) warnanya terang dengan bagian punggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadi keabu-abuan dengan sirip berwarna abu-abu gelap.

  3. Mulut lebar, sedikit serong dengan gigi halus.

  4. Bagian atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigi.

  5. Sirip punggung berjari-jari keras sebanyak 3 buah dan jari-jari lemah sebanyak 7– 8 buah.

Badan ikan kakap putih memanjang, pipih, dengan batang ekor mendalam. Tubuh besar, memanjang dan gemuk, dengan cekung diucapkan punggung profil di kepala dan moncong yang menonjol; cekung punggung profil cembung menjadi di depan sirip punggung. Mulut besar, sedikit miring, rahang atas sampai ke di belakang mata; gigi villiform, tidak ada gigi taring hadir. Tepi bawah pra-operkulum adalah dengan tulang yang kuat; operkulum dengan tulang kecil dan dengan flap bergerigi di atas asli garis lateral. Sirip punggung dengan 7-9 duri dan 10 sampai 11 jari lunak; kedudukan yang sangat dalam hampir membagi berduri dari bagian lunak sirip; sirip dada pendek dan bulat; beberapa Singkatnya, gerigi yang kuat di atas basis; punggung dan anal sirip keduanya memiliki bersisik. Bulat sirip dubur, dengan tiga duri dan 7-8 jari lemah; sirip ekor bulat. Skala besar sisir (kasar menyentuh). Warna: dua fase, baik zaitun coklat di atas dengan sisi perak dan perut di laut lingkungan atau coklat keemasan di lingkungan air tawar. Pada orang dewasa, biasanya biru-hijau atau keabu-abuan di atas dan perak di bawah. Sirip yang kehitaman atau coklat kehitaman. Remaja memiliki Pola berbintik-bintik coklat dengan tiga garis-garis putih di kepala dan tengkuk, dan putih bercak tidak teratur ditempatkan di bagian belakang. Mata adalah pink cerah, bercahaya di malam hari (Mathew,2009).

4.1.1 Klasifikasi Ikan Kakap Putih ( Lates calcarfer)

Menurut Mathew (2009) klasifikasi ikan kakap putih adalah sebagai berikut:

Phylum : Chordata

Sub-phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub-class : Teleostomi

Order : Percomorphi

Family : Centropomidae

Genus : Lates

Species : Lates calcarifer, Bloch

4.2 Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcalfer) padaTambak Semi Intesif

4.2.1 Kegiatan Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

A. Kegiatan Pendederan

Tambak pendederan ikan kakap putih berbentuk persegi panjang seluas 5.000 m2, kedalaman ± 2 m, serta lebar pematang atas ± 3 m dan lebar pematang bawah ± 5 m. Tambak yang digunakan untuk pendederan benih saat kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan adalah petak E3-6. Kegiatan pendederan dilakukan pada saat benih ikan kakap putih berumur ± 2 minggu dan berukuran 2-3 cm. Benih ikan kakap tersebut di peroleh dari balai pembenihan ikan kakap putih dari Bali, hal itu disebabkan karena di Balai Layanan Usaha Perikanan Budidaya Karawang belum memiliki indukan ikan kakap putih. Kegiatan pendederan dilakukan selama 2 bulan dari benih di masukkan kedalam tambak pendedaran, pendedaran di lakukan di keramba jaring tambak (KJT). Selama pendederan ikan kakap putih diberikan pakan berupa pellet, dan antibiotik agar ikan tahan terhadap hama dan parasite. Jaring pada keramba harus diganti pada saat jaring sudah kotor, agar sirkulasi oksigen pada jaring tidak terganggu dan sisa-sisa pakan dapat di buang. Kemudian, setelah ikan sudah berukuran 12-15 cm ikan tersebut di pindahkan kedalam tambak pembesaran.

B. Kegiatan Pembesaran

Tambak pembesaran ikan kakap putih (lates calcarifer) adalah tambak berbentuk persegi panjang dengan luas 5.000 m2, kedalaman ± 2 m, serta lebar pematang atas ± 3 m dan lebar pematang bawah ± 5 m. Jumlah keseluruhan tambak pembesaran ikan kakap putih adalah lima petak tambak. Saat kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan hanya empat petak yang sedang beroperasi yaitu petak E3-8, E3-10, E3-18A dan E3-18B karena tambak yang lain telah selesai dipanen dan sedang dipersiapkan untuk kegiatan pembesaran periode berikutnya. Kegitan pembesaran pada ikan kakap putih dilakukan pada saat ikan sudah dipindahkan dari tambak pendedaran, dan pada saat ikan sudah berukuran 12-13 cm. Selama kegiatan pembesaran jenis pakan yang diberikan adalah pakan pelet dan pada saat ikan sudah ±3 minggu di tambak pembesaran akan diberikan pakan pelet yang sudah dicampur dengan pakan rucah, tujuan pemberian pakan pellet dicampur dengan rucah agar ikan dapat mengenal pakan rucah dan beradaptasi, sehingga pemberian pakan pellet dapat diubah menjadi pakan rucah. Pembesaran ikan kakap putih dilakukan selama 5 bulan sampai ikan dapat di panen. selama kegiatan pembesaran ikan kakap putih, kuliatas air juga di kontrol adapun parameter kualiatas air yang diukur seperti, pH, salinitas, nitrat dan nitrit, pengkutan secara rutin dilakukan satu dalam seminggu, yaitu pada hari Jumat.

4.2.1 Persiapan Tambak

4.2.1.1 Pengeringan dan Pengolahan Tanah Dasar

S
ebelum tambak digunakan dalam proses budidaya, tanah kolam dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan tambak dilakukan selama 1-3 minggu atau tergantrung dengan kondisi cuaca selama proses pengeringan. Tujuan pengeringan ini adalah menguapkan zat-zat beracun yang ada dalam tanah seperti disulfide ( H
2S) yang bersifat toksik pada ikan. Setelah pengeringan, dilakukan pengolahan tanah dasar dengan cara mengangkat tanah sedalam 10-15 cm ke pematang tambak dengan mengunakan cangkul. Pada Balai Layanan Usaha Produksi Budidaya Karawang, untuk melaksanakan proses pengangkatan tanah ke pematang tambak dengan mengunakan tenaga kerja harian, yaitu dengan mencangkol bagian atas tanah dan mengangkat hasil pengikisan tanah kepematang tambak. Pencangkulan pada tambak tidak perlu terlalu dalam agar nantinya tidak membentuk lumpur yang terlalu tebal. Lumpur petakan yang terlalu tebal akan kurang baik terhadap pertumbuhan ikan kakap putih, hal ini terjadi karena proses pembusukan benda-benda yang ada di dalam lumpur yang tebal sehingga banyak mengeluarkan gas asama arang (CO2) dan gas balerang (S) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan kakap putih (Seotomo 1997). Pada Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya pencangkulan dilakukan ketika tambak sudah selesai dipanen dan tambak sudah di keringkan. Selain itu, tujuan dari pencangkolan juga untuk memperbaiki tambak yang mengalami kebocoran sehingga pada saat air diisi kembali tidak keluar dari tambak, proses pengeringan dan pengolahan tanah dasar terdapat pada gambar 3.

Gambar 3. Pengeringan Tambak

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

4.2.1.2 Pengapuran

Proses pengapuran dilakukan setelah proses pengolahan tanah dasar. Pengapuran dapat dilakukan dengan cara menaburkan kapur ke seluruh bagian tanah dasar dan pematang. Pengapuran juga dapat dilakukan pada saat tambak berisi air, yaitu dengan cara menaburkan kapur di sekitar kincir air agar dapat tersebar dengan merata keseluruh tambak. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tanah, terutama pH dan alkalitasnya. Tanah asam atau tanah yang ber-pH rendah tidak baik untuk beternak ikan kakap putih (Lates calacrifer) karena pH yang dikendaki dalah 6-9, sedangkan pH yang optimum untuk kehidupan ikan kakap putih (Lates calcarifer) adalah 7-8,5. Sedangkan untuk nilai kabasaan (Alkalinitas) air tambak yang baik untuk budidaya ikan kakap putih (Lates calcarifer) yaitu dengan kadar alkalinitas diatas 20 ppm. Pada Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya pengapuran dilakukan pada saat tambak kering yaitu dengan menaburkan kapur secara merata, selain itu juga pengapuran juga dilakukan pada saat tambak berisi air yaitu dengan menaburkan kapur de sekeliling kincir agar dapat terbawa arus secara merata. Kapur yang digunakan Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya adalah kapur CaCO3, sebanyak lima kuintal untuk tambak seluar 5.000 m2 atau 100 gram/m2.

4.2.1.3 Pengisian Air dan Pemasangan Kincir

Pengisian air pertama pada tambak dilakukan setinggi 30 cm dengan air yang digunakan merupakan air laut yang telah di tampung dan diendapkan terlebih dahulu dipetakan tandon. Air yang dimasukkan kedalam tambak, dipompa dengan menggunakan pompa submersible yang disambungkan dengan pipa PVC yang berukuran 8 inci. Pompa tersebut menggunakan daya sebesar 7.500 watt dan debit air mencapai 6 liter per detik yang memompa air dari tambak tendon ke seluruh pemasukan (inlet) berupa saluran air dengan panjang 300 meter dan lebar 1 meter, dengan saluran dasar tanah yang telah dilapisi dengan plastic mulsa.

K

incir yang digunakan dalam proses pembesaran ikan kakap putih di BLUPPB Karawang adalah kincir tunggal merk Actec berdaya 1,3 kW dengan kemampuan berputar mencapai 1.500 rpm yang terdapat pada gambar 4. Pada pembesaran ikan kakap putih, Kincir yang digunakan sebanyak dua buah tiap tambak. Bagian depan dan belakang kincir diberi bambu dengan tujuan untuk menahan kincir agar tidak bergerak saat kincir berputar. Kincir air dibutuhkan sebagai pemasok oksigen terlarut melalui percikan air yang ditimbulkan oleh putaran kincir air tersebut.

  1. (b)

Gambar 4. (a) Pengisian Air Tambak, (b) Pemasangan Kincir Air

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Penebaran kaporit dengan dosis 30 ppm sebanyak 30 kg ditebar secara merata dan dilakukan setelah air dalam tambak cukup yaitu setinggi 30 cm. Pemberian kaporit bertujuan untuk mensterilkan air tambak dari hama dan bibit penyakit. Sehari setelah penebaran kaporit, kincir air dinyalakan dengan tujuan untuk mensterilkan kandungan kaporit. Pengisian air kembali dilakukan setelah tiga hari penebaran kaporit. Pengisian air ini dilakukan secara bertahap hingga ketinggian air mencapai 120 cm dari dasar tambak.

4.2.2 Pendederan Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

P
endederan dilakukan setelah benih berukuran 2,5-3 cm atau berumur dua bulan dari penetasan. Waktu penebaran benih adalah pagi hari atau sore hari. Padat penebaran antara 100-500 ekor/m3. Pakan berupa pelet yang diberikan sebanyak empat kali sehari yaitu pukul 08.00, 11.00, 13.00 dan 16.00. Pemberian pakan dengan sistem pemberian pakan hingga ikan kenyang yang ditandai dengan ikan sudah tidak memberikan respon lagi saat diberi pakan pelet. Pakan pelet yang diberikan pada pendederan benih ikan kakap putih adalah pakan pelet merk Megami berbagai jenis. Pemberian pakan pelet jenis GR2, GR3 dan GR5 diberikan masing-masing untuk benih ikan ukuran 3-4 cm, 5-7 cm dan 7-12 cm. Masa pemeliharaan pendederan selama 2 bulan dengan ukuran mencapai 10-12 cm dan telah siap untuk ditebar pada petak pembesaran.

Gambar 5. Karamba Jaring Tancap

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

P
endederan benih dilakukan pada keramba jaring tancap. Saat pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini terdapat 14 buah waring yang digunakan berisi benih dari ukuran 3-12 cm. Waring yang digunakan dalam pendederan benih ikan kakap putih berbentuk persegi panjang dengan panjang 1,5 m, lebar 1,2 m dan kedalaman 1,5 m. Setiap ujung sisi waring ditali pada bambu keramba jaring tancap dan diberi pipa paralon sebagai pemberat yang dilubangi sebanyak 4-6 buah di setiap sisi pipa paralon dengan tujuan sebagai tempat masuknya air ke dalam pipa paralon. Semakin banyak lubang akan memudahkan pipa paralon tenggelam dan waring akan terbentuk dengan rapi. Pergantian waring dilakukan seminggu sekali untuk menghindari benih terjangkit penyakit.

Gambar 6. Grading Benih Ikan Kakap Putih

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

Pada Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB), Grading benih dilakukan seminggu sekali untuk menyeragamkan ukuran dengan tujuan menghindari sifat kanibalisme ikan. Setelah dilakukan grading juga dilakukan perendaman (dipping) terhadap benih sebelum dimasukkan kembali ke waring dengan tujuan agar menghilangkan parasit pada permukaan tubuh ikan. Perendaman dilakukan pada air tawar yang telah diberikan formalin 70 ppm selama 5 menit.

4.2.3 Penebaran Benih Ikan

Benih ikan kakap putih yang ditebar merupakan benih yang berukuran 10- 12 cm dengan berat sekitar 20-30 gram/ekor dan berumur dua bulan dari pendederan. Penebaran benih dilakukan di tambak berbentuk persegi panjang dengan luas 5000 m2, kedalaman ± 2 m, serta lebar pematang atas ± 3 m dan lebar pematang bawah ± 5 m pada pagi, hal ini sesuai dengan pernyataan (Soetomo. H.A 1997) saat yang terbaik untuk memenebarkan benih ikan kakap putih ke dalam petakan, kurungan apung, kurungan pagar, karamba, atau kolam ialah pada pagi hari sekitar pukul 6.00 Wib – 7.00 Wib. Penebaran yang dilakukan di Balai Lyanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya Karawang yaitu ± 4000 ekor untuk satu petak tambak dan dilakukan pada saat pagi hari.

Benih ikan kakap putih yang ditebar adalah benih yang sehat, tidak cacat tubuh,dan responsif. Benih yang ditebar melalui aklimatisasi suhu dan salinitas, hal itu dilakukan karena penderan dan pembesaran berada di tambak yang berbeda. Benih yang hendak ditebar tidak langsung ditebar ke kolam pembesaran melainkan ditampung sementara dalam jaringan berukuran 3 m2 untuk membiasakan tempat pemberian pakan benih, setelah benih ikan dianggap telah terbiasa pada tempat pemberian pakan, kemudian benih dilepaskan ke kolam.

4.2.3 Manajemen Pakan

K

akap putih
(Lates calcarife, Bloch) tergolong ikan karnivora, sehingga pakan yang diberikan selama pemeliharaan hampir seluruhnya berupa ikan rucah atau pakan buatan dengan kadar protein tinggi. Pakan ikan rucah dapat diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang terdiri dari ikan selar kuning, ikan tembang, japuh, petek dan ikan kecil yang kemudian dicacah hingga ukuirannya sesuai dengan bukaan mulut ikan. Ikan rucah yang telah dicacah halus diberikan pada ikan selama dua bulan pembesaran , sedangkan pakan ikan rucah yang dicacah kasar diberikan pada ikan yang telah berumur dua bulan dan berada pada petak pembesaran hingga panen. Ikan rucah memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pakan pellet, sehingga ikan akan mengalami pertumbuhan lebih cepat bila diberikan pakan berupa ikan rucah.

  1. (b)

Gambar 7. (a) Pakan Pelet, (b) Pakan Rucah Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Pada Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya pemberian pakan rucah pada saat ikan sudah terbiasa dengan dengan rucah, yang dapat diketahui apabila pada saat pemberian pakan ikan merespon dengan cepat. Sebelum pakan rucah diberikan, ikan di potong-potong sesuai dengan bukaan mulut dari ikan kakap putih yang terdapat pada gambar 7.

Pakan pellet diberikan pada saat ikan masih berukuran 10- 15 cm. pakan pellet yang digunakan pada pembesaran ikan kakap putih BLUPPB karawang adalah pellet merk Megami berbagai jenis. Kandungan nutrisi dari pakan pellet tersebut dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan Pelet Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)

No

Komposis

Kandungan Nutrisi

1

Protein

46 %

2

Lemak

10 %

3

Abu

13 %

4

Serat Kasar

2 %

5

Kadar Air

10%

(Sumber: PT. Matahari Sakti 2016)