b. Dana Alokasi Umum DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah
kabupatenkota ditetapkan masing-masing 10 dan 90 dari dana alokasi umum sebagaimana ditetapkan di atas.
c. Dana Alokasi Umum DAU untuk suatu daerah kabupatenkota tertentu
ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk daerah kabupatenkota yang ditetapkan APBN dengan porsi daerah kabupatenkota
yang bersangkutan. d.
Porsi daerah kabupatenkota sebagaimana dimaksud di atas merupakan proporsi bobot daerah kabupatenkota di seluruh Indonesia Prakosa, 2004.
Dalam perkembangannya, realisasi DAU senantiasa menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ketahun. Hal tersebut tercermin dari daya
serapnya yang semakin meningkat.
2.1.4 Pendapatan Asli Daerah
Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah untuk meningkatkan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungan
fiskal terhadap pemerintah pusat. Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan kemampuan daerah dalam mengelola Pendapatan Asli Daerah
PAD. Dengan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah di era otonomi daerah, maka daerah juga berwenang untuk membuat kebijakan daerah guna
menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka pendapatan asli daerah juga harus mampu menopang kebutuhan-
kebutuhan daerah belanja daerah bahkan diharapkan tiap tahunnya akan selalu meningkat. Dan tiap daerah diberi keleluasaan dalam menggali potensi
pendapatan asli daerahnya sebagai wujud asas desentralisasi. Semakin tinggi kemampuan daerah dalam menghasilkan Pendapatan Asli Daerah maka akan
semakin besar pula kemampuan daerah untuk menggunakan Pendapatan Asli Daerah tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas pembangunan
daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli
daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”. Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri atau penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan
dapat disimpulkan pendapatan asli daerah merupakan penghasilan yang diperoleh melalui usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan
kas daerah yang berasal dari daerah itu sendiri. Pendapatan asli daerah juga merupakan usaha daerah untuk meminimalkan
ketergantungan terhadap dana dari pemerintah berupa dana perimbangan. Pendapatan asli daerah yaitu sumber keuangan daerah yang harus selalu dan terus
menerus ditingkatkan pertumbuhannya. Kenaikan dari jumlah kontribusi pendapatan asli daerah akan sangat berperan untuk mendukung rencana
kemandirian pemerintah daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 26 ayat 1 disebutkan
bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah. 1.
Pajak Daerah Secara umum, pajak daerah memberikan kontribusi terbesar terhadap
penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 menyebutkan bahwa Pajak merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Dan Ciri-ciri pajak daerah menurut Josef 2005 dalam
Ferdian 2013 adalah : a.
Pajak daerah yang berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah.
b. Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang.
c. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan ketentuan undang-undang
dan peraturan hukum lainnya. d.
Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk
membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.
2. Retribusi Daerah
Menurut UU No. 28 Tahun 2009 Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagian pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Retribusi daerah pada umumnya merupakan sumber pendapatan penyumbang Pendapatan Asli Daerah PAD kedua setelah pajak daerah.
Retribusi daerah memiliki karakteristik yang berbeda dengan pajak daerah. Pajak daerah merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib
pajak daerah tanpa ada kontraprestasi langsung yang bisa diterima wajib pajak atas pembayaran pajak tersebut. Sementara itu, retribusi daerah merupakan
pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa tertentu yang disediakan pemerintah. Jadi dalam hal ini
terdapat kontraprestasi langsung yang dapat dinikmati pembayar retribusi. Jenis retribusi dikelompokan dalam tiga bagian Darise, 2008 yaitu :
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum merupakan retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang atau badan. b.
Retribusi Jasa Usaha Retribusi Jasa Usaha merupakan pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada dasarnya jasa
tersebut dapat disediakan oleh swasta, meliputi pelayanan dengan menggunakan dan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal.
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan tertentu merupakan retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan
yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan. Hal tersebut dikarenakan retribusi
merupakan pembayaran yang terkait dengan pelayanan tertentu. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan
prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dinikmati oleh masyarakat.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan merupakan penerimaan Daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan Daerah yang
dipisahkan Halim, 2008. Dengan adanya otonomi daerah, salah satu kewenangan yang dimiliki oleh daerah yaitu mengelola kekayaan daerahnya
seoptimal mungkin yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Dan dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan
berbagai cara, selama hal tersebut tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan mendapat perhatian khusus yaitu perusahaan daerah.
Pemerintah daerah diberikan izin untuk mendirikan Badan Usaha Milik Daerah BUMD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Badan Usaha Milik Daerah BUMD bersama dengan sektor swasta dan Asosiasi Pengusaha Daerah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi daerah sehingga
dapat menunjang pembangunan perekonomian daerah. Dan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari Halim, 2008 :
a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah
BUMD. b.
Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah atau BUMN
c. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat. 4.
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk
menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan mencakup
Darise, 2008;136 : a.
Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan; b.
Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
c. Jasa giro;
d. Bunga deposito;
e. Penerimaan atas tuntutan ganti rugi;
f. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan,pengadaan barang dan jasa oleh daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
h. Pendapatan denda pajak dan denda retribusi;
i. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
j. Pendapatan dari pengembalian;
k. Fasilitas sosial dan umum;
l. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;
m. Pendapatan dari angsurancicilan penjualan.
2.1.5 Pertumbuhan Ekonomi Daerah