Korupsi dalam Hukum Internasional

14 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi internasional cakupannya lebih luas. Ia terikat oleh sebuah aturan yang bisa disebut sebagai perjanjian internasional dimana aturan dan kebijakan yang tertuang di dalamnya harus dipatuhi dan disepakati oleh anggota-anggotanya. Dan tujuan daripada organisasi tersebut dalam menjalankan misinya di kancah internasional juga harus terealisasikan dan apabila tujuan tersebut ternyata tidak terlaksana maka akibatnya tentu akan ditanggung oleh pihak-pihak anggota terkait. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa korupsi merupakan permasalahan serius tidak hanya menjadi permasalahan nasional melainkan menjadi permasalahan global dan butuh penanganan yang signifikan. Adanya MoU antara KPK dan UNODC secara tidak langsung menunjukkan bahwa kedua lembaga ini sepemahaman bahwa korupsi menjadi permasalahan serius saat ini, oleh sebab itu KPK berkolaborasi dengan UNODC yang memang pada kenyataan permasalahan ini tidak dapat dengan mudah diseleseikan sendiri oleh KPK. Maka, kehadiran Organisasi Internasional seperti UNODC memberikan peran penting bagi KPK dan Indonesia khususnyaa dalam membantu memberantas korupsi di Indonesia.

1.5.2 Korupsi dalam Hukum Internasional

Huntington mendefinisikan korupsi sebagai perilaku pejabat public yang menyimpang dari norma yang diterima oleh masyarakat dan perilaku menyimpang itu ditujukan dalam rangka memenuhi kebutuhan pribadi. 14 Secara harfiah korupsi 14 Budi Winarno, 2002. Isu-isu Global Kontemporer. CAPS; Yogyakarta, hlm:283 15 merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, factor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan dan jabatannya. 15 Pada dasarnya korupsi merupakan penyalahgunaan jabatan. 16 Dalam rumusan Fiqh Korupsi yang mendefinisikan korupsi sebagai perbuatan mengambil hak orang lain secara terencana ataupun tidak, dibawah kekuasaannya, untuk memperkaya diri, orang lain dan lembaga yang bersifat pada kerusakan dan kerugian bagi pihak lain. 17 Artinya tindak pidana korupsi merupakan ancaman terhadap prinsip- prinsip demokrasi, yang menjunjung tinggi transparansi, akuntanbilitas, dan integritas, serta keamanan dan stabilitas politik maupun ekonomi suatu negera. Tindak pidana korupsi dapat merusak nilai-nilai demokrasi, etika, dan keadilan serta mengacaukan pembangunan berkelanjutan, penegakan hukum, dikarenakan korupsi berhubungan dengan bentuk-bentuk kejahatan lain, khususnya kejahatan yang terorganisir dan kejahatan ekonomi, termasuk pencucian uang dengan adanya kasus-kasus korupsi yang melibatkan jumlah aset yang besar yang dapat merugikan sumber daya negara, dan dapat mengancam stabilitas politik dan pembangunan nasional negara tersebut. Oleh karena korupsi merupakan tindak pidana yang bersifat sistematik yang tidak dapat dikatakan permasalahan suatu bangsa saja, tetapi sudah menjadi 15 Evi Hartanti, 2012. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta; Sinar Grafika, hlm: 9 16 Masdar F. Mas’udi dkk. 2003., FIQH KORUPSI; Amanah vs Kekuasaan. Mataram: Somasi NTB hlm 268 17 Ibid 16 permasalahan internasional. Upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi diperlukan manajemen kerjasama internasional dalam mengembalikan aset-aset yang berasal dari tindak pidana korupsi. KPK memiliki kekuatan hukum dalam menentukan kebijakan dengan melakukan pencegahan dan penindakan tindak pidana korupsi dan UNODC dapat memfasilitasi serta mengkoordinasikan kebutuhan Negara dalam menerapkan Konvensi anti korupsi maupun kerjasama internasional.

1.6 Metode Penelitian