IMPLEMENTASI MoU KPK DAN UNODC DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA TAHUN 2009-2012

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI MoU KPK DAN UNODC DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

TAHUN 2009-2012

Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1

Oleh:

IMAM AKBARSYAH NIM : 201010360311122

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Imam Akbarsyah

NIM : 201010360311122

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Hubungan Internasional

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI MoU KPK DAN UNODC DALAM

PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA TAHUN 2009-2012

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada hari: Jum’at Tanggal : 23 Januari 2015 Tempat : Ruang Dosen FISIP

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji

1. Hafid Adim Pradana, MA Penguji I ( )

2. Havidz Ageng Prakoso, MA Penguji II ( )

3. M. Syaprin Zahidi, MA Penguji III ( )


(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim…

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas semua nikmat, karunia, hidayah dan inayah-Nya yang terus diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis guna penyempurnaan dalam skripsi ini, selain itu penulis menyadari bahwa bantuan dan bimbingan dari semua pihak sangat berperan penting dalam penyusunan skripsi ini. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini.

Ucapan syukur yang mendalam rasanya masih kurang untuk menggambarkan betapa bersyukurnya hamba pada-Mu Ya Allah, Terima kasih kepada Abah dan Umi, terima kasih banyak, kalian orangtua yang sungguh luar. Kepada Ayahanda H. Abdul Hadi Syihab terima kasih atas kerja kerasnya selama ini membiayai studi sampai selesai, terima kasih banyak. Ibunda tersayang Faridah terima kasih umi untuk selalu sabar menasehati dan terus berdo’a dengan tulus. Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah melihat Abah dan Umi bahagia, semoga dengan selesainya skripsi ini bisa membuat Abah dan Umi bahagia. Untuk semua saudara-saudara di rumah, terima kasih.


(4)

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang luar biasa kepada :

1. Bapak Dr. Muhajir Effendy, M.AP sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

2. Seluruh Pembantu Rektor UMM, PR I, PR II, dan PR III

3. Bapak Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik beserta seluruh staff dan karyawan Universitas Muhammadiyah Malang

4. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak M. Syaprin Zahidi, MA dan Ibu Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov selaku dosen pembimbing, atas segala kesabaran dan nasehat-nasehatnya dalam membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Hafid Adim Pradana, MA dan Bapak Havidz Ageng Prakoso, MA selaku dosen penguji.

6. Terima kasih untuk HI UMM, khususnya HI angkatan 2010, dosen-dosen HI, dan semuanya terima kasih banyak.

Terima kasih kepada ALIYAH BASIR, S.IP, yang telah sabar membantu, berdiskusi, mulai dari awal skripsi ini dibuat sampai akhirnya selesai, terima kasih sobat. Terima kasih juga untuk SOVYAN ARIEF, FARIZ MUHAMMAD PAHLEVI, S.IP, kalian teman seperjuangan selama di Malang.

Malang, 23 Januari 2015 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINILITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

ABSTRAKSI ... vi

ABSTRACT ... vii

MOTTO ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.3.2.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.3.2.2 Manfaat Praktis ... 6

1.4 Penelitian Terdahulu ... 7

1.5 Landasan Konsep ... 12

1.5.1 Konsep Organisasi Internasional ... 12

1.5.2 Korupsi dalam Hukum Internasional ... 14

1.6 Metode Penelitian ... 16

1.6.1 Metode/Tipe Penelitian ... 16

1.6.2 Teknik Analisa Data ... 17

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 17

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 18

1.6.4.1 Batasan Waktu ... 18

1.6.4.2 Batasan Materi ... 18

1.7 Argumen Dasar ... 18


(6)

BAB II GAMBARAN UMUM KORUPSI DI INDONESIA

2.1 Sejarah Korupsi di Indonesia ... 21

2.2 Persoalan Korupsidi Indonesia ... 24

2.3 Upaya Penanggulangan Korupsi di Indonesia ... 29

2.3.1 Undang-Undang Mengenai tindak Pidana Korupsi . 29 2.3.2 Pembentukan KPK ... 31

2.3.3 Visi, Misi, dan Rencana Strategis KPK ... 36

2.4 Hambatan KPK dalam Memberantas Korupsi di Indonesia 39

BAB III IMPLEMENTASI MoU KPK dan UNODC dalam PEMBERANTASAN KORUPSI di INDONESIA TAHUN 2009-2012 3.1 Sekilas Tentang UNODC ... 41

3.1.1 Visi dan Misi UNODC ... 44

3.1.2 Tugas dan Wewenang UNODC ... 44

3.2 Kerjasama KPK-UNODC ... 45

3.2.1 Penandatanganan MoU KPK-UNODC ... 47

3.2.2 Tujuan Kerjasama KPK-UNODC ... 48

3.3 Implementasi MoU KPK-UNODC dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia (2009-2012) ... 48

3.3.1 Isi MoU KPK-UNODC ... 49

3.3.2 Implementasi MoU ... 50

3.4 Kasus Korupsi Pra dan Pasca MoU KPK-UNODC ... 56

3.4.1 Pra MoU KPK-UNODC ... 56

3.4.2 Pasca MoU KPK-UNODC ... 58

3.5 Analisis Implementasi MoU KPK-UNODC ... 61

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 64

4.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Budi, Johan dkk. 2007. Empat Tahun KPK; Menyalakan Lilin di Tengah Kegelapan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, hlm: 5

Coplin, William D. 1992. Pengantar Politik Internasional: Suatu telaah teoritis, terj, Marsedes Marbun, Bandung: CV Sinar Baru, hal. 284.

Guy Benveniste, 1997. Birokrasi. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, hlm: 176

Hamzah, Andi. 1991. Korupsi Di Indonesia Masalah dan Pemecahannya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm: 2

Hartanti, Evi. 2012. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta; Sinar Grafika, hlm: 9

Holsti, K.J. 1988, Politik Internasional, terj, Tahir Anshary, Jakarta: Erlangga, hal. 210.

Indrayana, Denny. 2005. Negara dalam Darurat Korupsi, Jakarta , Sinar Grafika. hal.3

Kapita, Muladi. 1995. Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang, Badan Penerbit UNDIP, hal.13

Mas’udi, Masdar F, dkk. 2003., FIQH KORUPSI; Amanah vs Kekuasaan.


(9)

Parthiana, I. Wayan. 2002. Ekstradisi dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional,Mandar Maju, Bandung, hal 12

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochammad Yani , 2006, Pengantar Hubungan Internasional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal 23.

Pramoedya Ananta, Toer. 2002. Korupsi, Jakarta: Hasta Mitra, hlm 5

SC, IAN McWALTER. 2006. Memerangi Korupsi Sebagai Peta Jalan Indonesia. Surabaya. PT. Temprina Media Grafika, hlm 250

Suryokusumo, Soermaryo. 1987.Organisasi Internasional.Jakarta:UI Pres.hlm:10

Syahmin, 1985.Hukum Perjanjian Internasional; CV Armiko,Jakarta, hal 7

Umar, Musni, (ed) Syukri Ilyas, 2004. Korupsi Musuh Bersama. Jakarta. Lembaga Pencegah Korupsi, hlm:77

Rudy, T. May. 2002. Hukum Internasional 2. Bandung : Refika Aditama.hlm 44 Winarno, Budi. 2002. Isu-isu Global Kontemporer. CAPS; Yogyakarta, hlm:283

Skripsi/Thesis :

Febri Diansyah, Emerson Yuntho, Donal Fariz. 2011. Laporan Penelitian, Penguatan Pemberantasan Korupsi melalui Fungsi Koordinasi dan Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jakarta; Indonesia

Corruption Watch

I Made Regianandya Mahayasa, 2012. Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Singapura Sebagai Upaya Pengembalian Pelarian Koruptor


(10)

Indonesia di Singapura. Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Brawijaya Malang

Rinda Choiriyah, 2007. Bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura. FISIP. UI

Rizkia Septiana, 2014. Rasionalisasi Indonesia dalam proses Pendatanganan Perjanjian Ekstradisi dan DCA. FISIP UMM

Artikel/Report :

Badan Pemeriksa Keuangan RI, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2007. Hal. 287

Diolah dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) Badan Pemeriksa Keuangan RI, 2008-2010

Nanang T. Puspito, Marcella Elwina S., Indah Sri Utari, Yusuf Kurniadi, 2011.

Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

Internet :

Conference: Indonesian Youth against Corruption

http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/2009/11/youth-conference/story.html, diakses pada 28 Juli 2014


(11)

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi KPK dan UNODC Sepakat JALIN

Kerjasama, Terkait UPAYA Pemberantasan KORUPSI

http://nrmnews.com/2012/12/12/kpk-dan-unodc-sepakat-jalin-kerjasama-terkait-upaya-pemberantasan-korupsi/, diakses pada 2 Agustus 2014

Dalam http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/2010/01/anti-seminarindonesia/ story.html, diakses pada 23 Juli 2014.

Enam Kendala Pemberantasan Korupsi Versi PPATK

http://www.tempo.co/read/news/2013/03/20/063468346/Enam-Kendala-Pemberantasan-Korupsi-Versi-PPATK diakses 20 Desember 2014

Hasil Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2011.

http://www.transaktual.com/fullpost/nasional/1333657981/hasil- pemeriksaan-bpk-semester-ii-tahun-2011-ada-temuan-kasus-senilai-rp2025-triliun.html, diakses pada 24 November 2014

Indonesia Tuan Rumah Konvensi. http://hukumham.info/info-pers-beritamenu- 43/530-indonesia-tuan-rumahkonferensi-negaranegara-pihak-konvensi-pbb-menentang-korupsi.html , diakses pada 17 Juli 2014

Indonesia Office

http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/indonesia/overview.html diakses pada 4 Agustus 2014


(12)

Indonesia: fokus baru dalam pelaksanaan Konvensi Anti Korupsi PBB

http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/2010/05/mofa/ind/story.html, diakses pada 25 Juli 2014

Jumlah Kasus Korupsi Meningkat 50 Persen

http://fokus.news.viva.co.id/news/read/168991-korupsi-meningkat-50-persen diakses pada 21 Desember 2014

KPK. http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=99, diakses pada 17 Juli 2014 KPK Jalin Kerja Sama dengan PBB Berantas Korupsi

http://www.antaranews.com/berita/104484/kpk-jalin-kerja-sama-dengan-pbb-berantas-korupsi diakses pada I September 2014.

KPK dan UNODC Sepakat JALIN Kerjasama, Terkait UPAYA Pemberantasan KORUPSI http://nrmnews.com/2012/12/12/kpk-dan-unodc-sepakat-jalin-kerjasama-terkait-upaya-pemberantasan-korupsi/, diakses pada 2 Agustus 2014

KPK Jalin Kerja Sama Dengan UNODC

http://tempo.co.id/hg/nasional/2008/06/04/brk,20080604-124372,id.html, diakses pada 2 Agustus 2014

KPK dan UNODC Sepakat JALIN Kerjasama, Terkait UPAYA Pemberantasan KORUPSI http://nrmnews.com/2012/12/12/kpk-dan-unodc-sepakat-jalin-kerjasama-terkait-upaya-pemberantasan-korupsi/, diakses pada 2 Agustus 2014


(13)

KPK dan UNODC Luncurkan Dua Proyek Antikorupsi http://nasional.kompas.com/read/2009/12/07/16452654/kpk.dan.unodc.lun curkan .dua.proyek.antikorupsi - diakses pada 8 November 2014

Laporan tahunan KPK 2009-2012 http://www.kpk.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan diakses pada 21 Desember 2014

Peran KPK dalam Indonesia Anti-Corruption Forum http://acch.kpk.go.id/peran-kpk-dalam-indonesian-anti-corruption-forum, diakses pada 23 September 2014

Regional Centre for East Asia and the Pacific

http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/where-weare/ regional-centre.html, diakses pada tanggal 08 Juli 2014.

Sarwedi Oemarmadi,2005. Tool Kit Anti Korupsi, Lima Belas Langkah Pengadaan. Barang dan Jasa Pemerintah, Indonesia Procurement Watch-Hivos. hlm:1

Statistik Penanganan Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Tahun

http://acch.kpk.go.id/statistik-penanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-tahun, diakses pada 5 September 2014

Strengthening the Capacity of Anti-Corruption Institutions in Indonesia

http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/Projects/2009_01/Anti-Corruption-Indonesia.html#2, diakses pada 23 Juli 2014.


(14)

Strengthening Judiciary Integrity and Capacity in Indonesia, Phase II - IDNT 12

http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/Projects/2008_05/Strengtheni ng-Judiciary-Indonesia.html, diakses pada 17 Agustus 2014

Tingkatkan Performa, KPK Timba Ilmu dari UNODC

http://us.finance.detik.com/read/2012/12/07/180354/2112559/10/tingkatka n-performa-kpk-timba-ilmu-dari-unodc. diakses pada 1 September 2014

Ummi Muthohharoh, Maraknya Tindak KorupsiI oleh Pejabat Negara di Indonesia, http://www.lesprivatsurabaya.net/maraknya-tindak-korupsi-oleh-pejabat-negara-di-indonesia/. diakses pada 2 September 2014

UNCAC

http://www.unodc.org/documents/eastasiaandpacific//Publications/UNCA C_bahasa_version.pdf, diakses pada 19 Juli 2014.

UNODC melengkapi pelatih lokal dengan keahlian profesional di Indonesia

https://www.unodc.org/southeastasiaandpacific/en/2011/03/law-enforcement-training/ind/story.html, diakses pada 1 September 2014.

UNODC melengkapi pelatih lokal dengan keahlian profesional di Indonesia,

https://www.unodc.org/southeastasiaandpacific/en/2011/03/law-enforcement-training/ind/story.html, diakses pada 13 November 2014

UNODC Executive Director Membahas Penguatan Kerjasama Di Bidang Polhukam


(15)

http://www.bappenas.go.id/berita-dan-siaran- pers/features/3706-unodc-executive-director-membahas-penguatan-kerjasama-di-bidang-polhukam/, diakses pada 5 November 2014

UNODC Dukung Pemberantasan Korupsi oleh KPK

http://wartaekonomi.co.id/berita6713/unodc-dukung-pemberantasan-korupsi-oleh-kpk.html, diakses pada 23 September 2014

UNODC Akan Mendukung Kinerja KPK

http://skalanews.com/news/detail/131697/UNODC-Akan-Mendukung-Kinerja-KPK, diakses 23 September 2014

United Nations Office On Drugs and Crime (UNODC)

http://keuanganlsm.com/united-nations-office-on-drugs-and-crime-unodc/, diakses pada 2 Agustus 2014

Undang - Undang Pendukung http://kpk.go.id/id/tentang-kpk/undang-undang-pendukung, diakses pada 4 Oktober 2014 Profil Pimpinan http://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/profil-pimpinan, diakses pada 1 Agustus 2014

Visi-Misi KPK 2011-2015 http://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/visi-misi, diakses pada 1 Agustus 2014


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindak pidana korupsi merupakan permasalahan universal, dimana diperlukan upaya pemerintah untuk memberantasnya, baik korupsi lingkup besar maupun kecil. Apapun alasannya korupsi tidak dibenarkan karena akan berdampak buruk bagi kehidupan bernegara dan tatanan kehidupan bangsa. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberantas korupsi, namun sampai saat ini tindak pidana korupsi masih terus saja dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab demi untuk mencapai kepentingan dirinya maupun golongannya. Menurut Benveniste, korupsi hanya dapat dihilangkan bila para pengawas benar-benar melaksanakan semua tugasnya dengan baik dan tidak bersedia menerima suap. Situasi seperti ini hanya bias terwujud jika terdapat komitmen ideology dan profesi yang sangat memadai.1

Berdasarkan indeks Indonesia dalam Corruption Perception Index

dijadikan salah satu indikator untuk membaca kondisi korupsi di Indonesia, tercatat dari tahun 2001 sampai 2003, indeks Indonesia stagnan di angka 1,9, kemudian meningkat di tahun 2004 terjadi kenaikan 0,8 poin dari tahun 2004 hingga 2010.2 Ini menjadi bukti bagaimana peran pemerintah dalam pemerantasan korupsi di Indonesia tidak dilaksanakan dengan maksimal, dan sesungguhnya hal

1

Guy Benveniste, 1997. Birokrasi. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, hlm: 176 2

Febri Diansyah, Emerson Yuntho, Donal Fariz. 2011. Laporan Penelitian, Penguatan Pemberantasan Korupsi melalui Fungsi Koordinasi dan Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jakarta; Indonesia Corruption Watch


(17)

2

ini mulai tumbuh sejak tahun 2004 hingga saat ini. Sehingga ada indikasi yang mencerminkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah.

Data di atas menunjukkan bahwa, korupsi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kerugian keuangan negara. Kualitas tindak pidana korupsi yang dilakukan juga semakin sistematis dengan lingkup yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor utama penghambat keberhasilan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur sebagaiman diamanatkan oleh Undang-Undang dalam memberantas korupsi. Korupsi juga semakin memperburuk citra pemerintah di mata masyarakat yang tercermin dalam bentuk ketidakpercayaan dan ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum, bila tidak ada perbaikan yang berarti, maka kondisi tersebut sangat membahayakan kelangsungan hidup bangsa.3

Begitu besar dampak dari korupsi baik dipusat maupun daerah menjadi tantangan bagi KPK untuk memberantasnya, dimana tujuan utama KPK adalah menciptakan sistem good and clean government (pemerintahan yang baik dan bersih) dari tindakan korupsi di Indonesia. Untuk itu KPK sebagai lembaga yang menangani kasus korupsi bekerjasama dengan berbagai organisasi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Karena tanpa kerjasama dengan berbagai organisasi dalam pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK tidak akan berjalan dengan maksimal.

3

Andi Hamzah. 1991. Korupsi Di Indonesia Masalah dan Pemecahannya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm: 2


(18)

3

Dengan demikian dukungan dan kerjasama KPK dengan berbagai pihak akan banyak membantu dalam menyelesaikan dan memberantas korupsi. Seperti halnya KPK menjalin kerjasama dengan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) adalah salah satu departemen dari dewan ekonomi dan sosial Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menangani masalah internasional mengenai kejahatan terorganisir, terorisme, perdagangan manusia dan obat-obatan terlarang.4 Adanya kerjasama tersebut, menjadi langkah awal dalam upaya meningkatkan secara signifikan kolaborasi antara KPK dan UNODC untuk memerangi dan memberantas korupsi di Indonesia yang sangat membahayakan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi tidak hanya berakibat hilangnya begitu banyak uang Negara melainkan juga rusaknya moralitas bangsa. Bangsa yang korup tidak bisa membedakan mana yang dilarang.5

Dalam rangka meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi di Indonesia, maka diperlukan suatu kerjasama antara KPK dan UNODC. Bagaimanapun juga memiliki hubungan kerja secara internasional berimplementasi pada satu hal yaitu bagaimana membuat usaha penanggulangan masalah itu efektif, cepat dan tepat sasaran. Pengalaman telah membuktikan bahwa untuk melaksanakan tujuan ini tidaklah mudah dan sering terjadi adalah

4KPK Jalin Kerja Sama dengan PBB Berantas Korupsi

http://www.antaranews.com/berita/104484/kpk-jalin-kerja-sama-dengan-pbb-berantas-korupsi Diakses pada I September 2014.

5

Musni Umar (ed) Syukri Ilyas, 2004. Korupsi Musuh Bersama. Jakarta. Lembaga Pencegah Korupsi, hlm:77


(19)

4

kelambatan, ketidakefisienan, birokrasi yang berbelit-belit dan pemborosan anggaran.6

Kerjasama KPK dengan UNODC adalah kerjasama dalam hal pemberantasan korupsi untuk meningkatkan kualitas dalam penanganan tindak pidana korupsi, seperti halnya mengembangkan strategi anti korupsi nasional dalam melakukan pencegahan melalui serangkaian forum internasional dan mengembangkan kapasitas kelembagaan untuk dapat melakukan sosialisasi melalui seminar, talkshow, serta kampanye anti korupsi. Karena pada dasarnya upaya kerjasama UNODC dengan KPK yaitu mensosialisasikan perang terhadap korupsi yang sesuai dengan konvensi anti korupsi, dimana Indonesia dari dahulu hingga kini berjuang memberantas korupsi, baik secara prefentif, edukatif, maupun represif. Bahkan tidak sedikit perangkat hukum yang telah dibuat untuk menjerat para koruptor di Indonesia yang semakin meningkat.

Tindak korupsi yang ada di Indonesia saat ini sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan Negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan yang semakin sistematis oleh pejabat Negara. Korupsi bisa dikatakan sebagai hal yang tidak terlepaskan dari kehidupan bangsa Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari “prestasi” bangsa Indonesia dengan

6

IAN McWALTER, SC, 2006. Memerangi Korupsi Sebagai Peta Jalan Indonesia. Surabaya. PT. Temprina Media Grafika, hlm 250


(20)

5

menduduki peringkat-peringkat atas negara terkorup di dunia dalam beberapa tahun belakangan ini.7

Selain itu, KPK terus memperbaiki kinerja dan kelembagaan dalam rangka pemberantasan korupsi. KPK mencoba menggali pengalaman dari lembaga antikorupsi Internasional dalam untuk performa yang lebih baik di masa mendatang. Seperti yang dinyatakan oleh Wakil Ketua KPK, Adnan Pandu Praja saat menerima kedatangan United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) di Gedung KPK, bahwa "Pada prinsipnya UNODC yang selama ini membantu kinerja KPK akan tetap mendukung ke depannya. Ada rencana perwakilan di Indonesia lebih besar lagi, perjalanan KPK cukup panjang dan butuh dukungan yang lebih besar juga,". UNODC memberikan sejumlah rekomendasi terhadap sejumlah hal untuk diperbaiki agar ke depan KPK menjadi lebih baik. Seperti dalam hal peraturan, gratifikasi dan pemanfaatan teknologi.8 Peneliti kemudian tertarik meneliti hal ini, ketertarikan peneliti terletak pada implementasi MoU KPK dengan UNODC. Peneliti ingin mengetahui bagaimana implementasi dari MoU ini dapat menjadi strategi tepat dalam memberantas korupsi di Indonesia.

7

Ummi Muthohharoh, Maraknya Tindak KorupsiI oleh Pejabat Negara di Indonesia., http://www.lesprivatsurabaya.net/maraknya-tindak-korupsi-oleh-pejabat-negara-di-indonesia/. diakses pada 2 September 2014

8

Tingkatkan Performa, KPK Timba Ilmu dari UNODC

http://us.finance.detik.com/read/2012/12/07/180354/2112559/10/tingkatkan-performa-kpk-timba-ilmu-dari-unodc. Diakses pada 1 September 2014


(21)

6 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 - 2012?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 - 2012.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian dalam ilmu hubungan internasional yang fokus pada MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

1.3.2.2Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini, penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah Indonesia dalam kebijakannya mengenai implementasi MoU dengan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.


(22)

7 1.4Penelitian Terdahulu

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh I Made Regianandya Mahayasa,9 yang membahas tentang Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Singapura Sebagai Upaya Pengembalian Pelarian Koruptor Indonesia di Singapura. Dalam penelitiannya bertujuan untuk, mendeskripsikan mekanisme pengembalian tersangka korupsi Indonesia yang melarikan diri ke Singapura selain menggunakan perjanjian ekstradisi, mendeskripsikan kendala yuridis yang dialami Indonesia dalam mewujudkan perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Singapura. Penelitian tersebut adalah penelitian Yuridis Normatif di Bidang

perjanjian extradisi, yaitu mencari dan mengkaji norma-norma hukum, baik yang ada dalam undang-undang maupun keputusan-keputusan pengadilan, tentang kendala kendala yuridis yang dihadapi oleh Indonesia dalam Pengembalian Pelaku Korupsi yang melarikan diri ke Singapura dan juga bagaimanakah mekanisme yang seharusnya digunakan oleh Indonesia untuk dapat mengembalikan pelaku korupsi tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mekanisme - mekanisme lain selain menggunakan perjanjian ekstradisi memang dapat digunakan, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu pengembalian pelaku koruptor dan juga beserta aset asetnya sangat sulit untuk didapatkan karena jika hanya menggunakan Mutual Legal Assistance (MLA), dan juga ekstradisi terselubung yang hanya berpedoman pada asas timbal balik antara ke dua belah Negara, kemungkinan maksimal yang hanya bisa didapatkan

9

I Made Regianandya Mahayasa, 2012. Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Singapura Sebagai Upaya Pengembalian Pelarian Koruptor Indonesia di Singapura. Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Brawijaya Malang


(23)

8

hanyalah pengembalian pelaku korupsi itu saja, sedangkan untuk pengembalian aset aset pelaku tersebut ke Indonesia harus melalui prosedur yang legal dan berdasarkan perjanjian dari kedua belah Negara. Karena ketiadaan perjanjian ekstradisi tersebut membuat pihak Indonesia walaupun sudah mengetahui para pelaku tersebut melarikan diri ke Singapura, Indonesia tidak dapat menangkap mereka begitu saja karena terbentur oleh yuridiksi dari Pemerintah Singapura karena berada di wilayah negaranya.

Sedangkan dalam penelitian ini ditempatkan pada pembahasan mengenai implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 hingga 2012. Penulisan ini akan membahas lebih fokus pada langkah-langkah dari kerjasama yang dilakukan merupakan upaya kedua lembaga dalam menegakkan aturan hukum demi tercapainya sebuah pemerintahan yang bersih dari tindak pidana korupsi, sekaligus perkembangan Mou KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi.

Peneliti kedua, adalah Rinda Choiriyah10 yang membahas tentang

Bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura. Dalam penelitiannya bertujuan untuk mendeskripsikan faktor yang menyebabkan lemahnya posisi tawar Indonesia dalam hubungan kerjasama dengan Singapura, mendeskripsikan faktor yang menyebabkan Defence Cooperation Agreement Indonesia dan Singapura gagal diratifikasi oleh DPR-RI. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif analitis yaitu menjelaskan dengan menggambarkan berdasarkan data-data yang

10

Rinda Choiriyah, 2007. Bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura. FISIP. UI


(24)

9

ada secara obyektif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka (library reseach), dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip isi perjanjian DCA, teori-teori atau konsep-konsep, serta mengumpulkan data atau informasi lainnya yang berkaitan dengan perjanjian DCA, baik yang berasal dari buku, jurnal, majalah, koran, internet, dan tulisan lain yang relevan untuk pengumpulan data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura masih mengalami kelemahan karena Indonesia belum mampu membuat kemajuan yang signifikan diakibatkan masih lemahnya kekuatan-kekuatan nasional Indonesia. Kekuatan pereokonomian, militer, SDM, teknologi yang dimiliki Singapura belum mampu disaingi oleh Indonesia sehingga posisi tawar diplomasi Indonesia seakan tidak bisa berpengaruh apa-apa. Dalam studi kasus perjanjian ekstradisi dan pertahanan seakan Indonesia masih dipengaruhi tendensi yang kuat oleh Singapura. Kerugian-kerugian nantinya yang akan diterima oleh Indonesia akibat dipakainya wilayah NKRI guna latihan militer Singapura.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rinda Choiriyah yang lebih focus pada faktor yang menyebabkan lemahnya posisi tawar Indonesia dalam hubungan kerjasama dengan Singapura. Selain itu faktor yang menyebabkan

Defence Cooperation Agreement Indonesia dan Singapura gagal diratifikasi oleh DPR-RI. Sedangkan dalam penelitian ini ditempatkan pada pembahasan mengenai dinamika MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia


(25)

10

tahun 2009 hingga 2012. Penelitian ketiga, dilakukan oleh Rizkia Septiana,11 yang membahas tentang Rasionalisasi Indonesia dalam proses Pendatanganan Perjanjian Ekstradisi danDCA.Dalam penelitiannya bertujuan untuk menjelaskan rasionalisasi Indonesia dalam menandatangani perjanjian ekstradisi dan DCA. Penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini adalah penelitian ekplanatif yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel.

Pengumpulan data peneliti lakukan dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, website dan lain sebagainya yang diterbitkan oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti teliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasionalisasi Indonesia dalam Manandatangani Perjanjian Ekstradisi dan DCA akan memberi dampak signifikan bagi upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, masalahnya terletak pada

Defence Cooporation Agreement (DCA) yang dianggap sangat banyak merugikan Indonesia.

Sedangkan dalam penelitian ini ditekankan pada upaya membangun dan memperkuat kerjasama kedua belah pihak dalam memberantas terutama dalam pencegahan korupsi, meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi dan merumuskan serta melaksanakan proyek yang disusun bersama dengan memperkuat penegakan hukum sebagai langkah mencegah dan melawan korupsi.

11

Rizkia Septiana, 2014. Rasionalisasi Indonesia dalam proses Pendatanganan Perjanjian Ekstradisi dan DCA. FISIP UMM


(26)

11 Tabel 1.1

Posisi Penelitian Judul dan Nama

Peneliti Jenis Penelitian dan Alat Analisis Hasil Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Singapura Sebagai Upaya Pengembalian Pelarian Koruptor Indonesia di Singapura Oleh: I Made Regianandya Mahayasa Yuridis Normatif Pendekatan: Metode deduktif, metode induktif dan metode komparatif

Berdasarkan data hasil penelitian, bahwa penggunaan mekanisme– mekanisme lain selain menggunakan perjanjian ekstradisi memang dapat digunakan, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal sangat sulit. Indonesia tidak dapat menangkap mereka begitu saja karena terbentur oleh yuridiksi dari Pemerintah Singapura karena berada di wilayah negaranya. Bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura Oleh: Rinda Choiriyah Deskriptif Pendekatan: Konsep Bargaining power diplomasi dan kerjasama bilateral

Berdasarkan data hasil

penelitian,bahwa bargaining power

diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura masih

mengalami kelemahan karena

Indonesia belum mampu membuat kemajuan yang signifikan diakibatkan masih lemahnya kekuatan-kekuatan nasional Indonesia. Kekuatan pereokonomian, militer, SDM, teknologi yang dimiliki Singapura belum mampu disaingi oleh Indonesia sehingga posisi tawar diplomasi Indonesia seakan tidak bisa berpengaruh apa-apa. Dalam perjanjian ekstradisi dan pertahanan seakan Indonesia masih dipengaruhi tendensi yang kuat oleh Singapura.

Rasionalisasi Indonesia dalam proses Pendatanganan Ekplanatif Pendekatan: MoU Ekstradisi

Berdasarkan data hasil penelitian, bahwa rasionalisasi Indonesia dalam Manandatangani Perjanjian Ekstradisi dan DCA akan memberi dampak


(27)

12 Perjanjian

Ekstradisi dan DCA

Oleh:

Rizkia Septiana

dan DCA) signifikan bagi upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, masalahnya terletak pada Defence Cooporation Agreement (DCA) yang dianggap sangat banyak merugikan Indonesia.

Implementasi MoU KPK dan UNODC Dalam pemberanta san korupsi di Indonesia tahun 2009 – 2012

Oleh : Imam Akbarsyah Deskriptif Konsep Organisasi Internasional, Korupsi dalam Hukum Internasional

Kerjasama yang dilakukan KPK dan UNDOC merupakan strategi tepat yang dilakukan Indonesia dalam memberantas korupsi di Indonesia. MoU KPK dan UNODC mampu meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi di Indonesia.

1.5Landasan Konsep

1.5.1 Organisasi Internasional

Organisasi internasional diperlukan dalam rangka kerjasama, menyesuaikan dan mencari kompromi untuk meningkatkan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama, serta mengurangi pertikaian yang terjadi. Organisasi juga diperlukan dalam menjaga sikap bersama dan mengadakan hubungan dengan negara lain. Organisasi itu mempunyai instrumen dasar yang akan memuat prinsip dan tujuan, struktur maupun cara organisasi itu bekerja. Organisasi internasional dibentuk berdasarkan perjanjian, dan biasanya agar dapat melindungi kedaulatan negara, organisasi itu mengadakan kegiatannya sesuai dengan persetujuan atau rekomendasi serta kerjasama, dan bukan semata-mata bahwa kegiatan itu haruslah dipaksakan atau dilaksanakan.12

12


(28)

13

Dalam hal ini dapat difahami bahwa organisasi internasional dibentuk berdasarkan kesepakatan bersama dimana anggota-anggota di dalam organisasi tersebut saling berinteraksi dan melakukan kerjasama. Organisasi internasional dibentuk oleh negara-negara yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, yang kemudian tergabung dalam satu forum yang tentunya memiliki visi dan misi yang sama. Dalam organisasi internasional terdapat perjanjian internasional dimana dalam perjanjian tersebut tentu terdapat aturan-aturan dan tujuan yang harus dilaksanakan oleh organisasi tersebut.

Agar diakui statusnya di dalam hukum internasional, organisasi internasional harus memenuhi tiga syarat yaitu Pertama, adanya persetujuan internasional seperti instrumen pokok itu akan membuat prinsip-prinsip dan tujuan maupun cara organisasi itu bekerja. Kedua, Organisasi internasional haruslah mempunyai paling tidak satu badan. Ketiga, Organisasi internasional haruslah dibentuk di bawah hukum internasional. Persetujuan internasional (instrumen pokok) biasanya dilaksanakan di bawah hukum internasional sesuai ketentuan dalam hukum perjanjian.13

Dalam perjanjian pembentukan organisasi internasional terkadang juga berisi tentang apakah organisasi tersebut akan dibubarkan ketika tujuan mereka tercapai atau tidak. Di dalam organisasi internasional tidak bisa sebuah negara terlepas dari keanggotaannya begitu saja. Berbeda dengan rezim, anggota yang menjalin kerjasama dapat keluar begitu saja karena kembali pada sifat rezim yang tidak mengikat.

13Ibid


(29)

14

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi internasional cakupannya lebih luas. Ia terikat oleh sebuah aturan yang bisa disebut sebagai perjanjian internasional dimana aturan dan kebijakan yang tertuang di dalamnya harus dipatuhi dan disepakati oleh anggota-anggotanya. Dan tujuan daripada organisasi tersebut dalam menjalankan misinya di kancah internasional juga harus terealisasikan dan apabila tujuan tersebut ternyata tidak terlaksana maka akibatnya tentu akan ditanggung oleh pihak-pihak anggota terkait.

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa korupsi merupakan permasalahan serius tidak hanya menjadi permasalahan nasional melainkan menjadi permasalahan global dan butuh penanganan yang signifikan. Adanya MoU antara KPK dan UNODC secara tidak langsung menunjukkan bahwa kedua lembaga ini sepemahaman bahwa korupsi menjadi permasalahan serius saat ini, oleh sebab itu KPK berkolaborasi dengan UNODC yang memang pada kenyataan permasalahan ini tidak dapat dengan mudah diseleseikan sendiri oleh KPK. Maka, kehadiran Organisasi Internasional seperti UNODC memberikan peran penting bagi KPK dan Indonesia khususnyaa dalam membantu memberantas korupsi di Indonesia.

1.5.2 Korupsi dalam Hukum Internasional

Huntington mendefinisikan korupsi sebagai perilaku pejabat public yang menyimpang dari norma yang diterima oleh masyarakat dan perilaku menyimpang itu ditujukan dalam rangka memenuhi kebutuhan pribadi.14 Secara harfiah korupsi

14


(30)

15

merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, factor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan dan jabatannya.15 Pada dasarnya korupsi merupakan penyalahgunaan jabatan.16 Dalam rumusan Fiqh Korupsi yang mendefinisikan korupsi sebagai perbuatan mengambil hak orang lain secara terencana ataupun tidak, dibawah kekuasaannya, untuk memperkaya diri, orang lain dan lembaga yang bersifat pada kerusakan dan kerugian bagi pihak lain.17

Artinya tindak pidana korupsi merupakan ancaman terhadap prinsip-prinsip demokrasi, yang menjunjung tinggi transparansi, akuntanbilitas, dan integritas, serta keamanan dan stabilitas politik maupun ekonomi suatu negera. Tindak pidana korupsi dapat merusak nilai-nilai demokrasi, etika, dan keadilan serta mengacaukan pembangunan berkelanjutan, penegakan hukum, dikarenakan korupsi berhubungan dengan bentuk-bentuk kejahatan lain, khususnya kejahatan yang terorganisir dan kejahatan ekonomi, termasuk pencucian uang dengan adanya kasus-kasus korupsi yang melibatkan jumlah aset yang besar yang dapat merugikan sumber daya negara, dan dapat mengancam stabilitas politik dan pembangunan nasional negara tersebut.

Oleh karena korupsi merupakan tindak pidana yang bersifat sistematik yang tidak dapat dikatakan permasalahan suatu bangsa saja, tetapi sudah menjadi

15

Evi Hartanti, 2012. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta; Sinar Grafika, hlm: 9 16 Masdar F. Mas’udi dkk. 2003.,

FIQH KORUPSI; Amanah vs Kekuasaan. Mataram: Somasi NTB hlm 268

17Ibid


(31)

16

permasalahan internasional. Upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi diperlukan manajemen kerjasama internasional dalam mengembalikan aset-aset yang berasal dari tindak pidana korupsi. KPK memiliki kekuatan hukum dalam menentukan kebijakan dengan melakukan pencegahan dan penindakan tindak pidana korupsi dan UNODC dapat memfasilitasi serta mengkoordinasikan kebutuhan Negara dalam menerapkan Konvensi anti korupsi maupun kerjasama internasional.

1.6Metode Penelitian

1.6.1 Metode/Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif disebut juga penelitian taksomonik yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti18. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat mengenai implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Dengan begitu penulis bisa melakukan eksplorasi dan klarifikasi mengenai masalah yang diteliti.

18

Sanapiah, Faisal. 2003. Format-format Penelitian Sosial Cetakan keenam, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 107


(32)

17 1.6.2 Teknik Analisa Data

Dalam menganalisa penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tahapan antara lain :

1. Mengumpulkan sebanyak mungkin data - data yang diperlukan tentang fenomena yang diteliti dengan sumber data yang relevan.

2. Selain Internet sebagai sumber informasi pencarian data, Peneliti juga melakukan pencarian sumber data di perpustakaan-perpustakaan guna mencari buku-buku penunjang terkait dengan fenomena yang diteliti. 3. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan

buku-buku, jurnal, e-book, dan artikel-artikel yang menunjang penelitian ini dan sesuai dengan fenomena yang diteliti.

4. Mengolah data untuk di pilah-pilah mana yang cocok dan sesuai dengan kategori yang dibutuhkan tentang fenomena yang diteliti.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penulis lakukan dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, website dan lain sebagainya yang diterbitkan oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti teliti. Data mengenai penelitian ini sendiri peneliti dapatkan dari perpustakan pusat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Lab HI UMM dan website yang terkait dengan topik yang peneliti teliti.


(33)

18 1.6.4 Ruang lingkup Penelitian

1.6.4.1 Batasan Waktu

Adapun batasan waktu dalam penelitian ini adalah tentang implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009-2012. Karena kerjasama yang dilakukan kedua lembaga dilaksanakan sejalan dengan program kerja regional UNODC tahun 2009-2012.

1.6.4.2Batasan Materi

Agar tidak menyimpang dan fokus penelitian menjadi terarah, maka peneliti memberikan batasan materi mengenai Implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 – 2012 di Indonesia. Sehingga penelitian ini melihat fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia.

1.7 Argumen Dasar

Argumen dasar peneliti adalah bahwa implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 – 2012 dapat dikatakan berjalan sesuai dengan kerangka kerjasama yang telah disepakati. Hal ini terlihat pada upaya membangun dan memperkuat kerjasama dalam memberantas terutama dalam pencegahan korupsi. Selain itu MoU KPK dan UNODC mampu meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi. UNODC merupakan sarana bagi KPK untuk memberikan strategi penanganan terkait permasalahan korupsi di


(34)

19

Indonesia kerjasama dalam program terpadu bantuan teknis, perangkat lunak, dan pelatihan khusus yang didanai Norwegia dan Komisi Eropa.

Dengan diilaksanakannya isi kesepakatan kerjasama kedua lembaga tersebut, maka hal tersebut menjadi pilihan tepat bagi Pemerintah pemerintah dalam menangani permasalahan tindak pidana korupsi yang tidak dapat dilakukan oleh negara itu sendiri. Oleh karena itu, negara melakukan kerjasama dengan Organisasi Internasional agar dapat memecahkan dan menyelesaikan permasalahan tindak pidana korupsi yang sudah menjadi isu dan fenomena dalam Hubungan Internasional. Dimana dari kerjasama tersebut, negara dituntut untuk dapat melaksanakan mandat PBB yang berdasarkan Konvensi anti korupsi yang telah ditandatangani dan disepakati dengan menyatakan perang terhadap korupsi.

1.8 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Pada bab ini terdiri dari susunan atau kerangka penulisan mulai dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu, Landasan Konsep, Metode Penelitian, Argumen Dasar, Ruang Lingkup, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Gambaran Umum Korupsi di Indonesia

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang Sejarah Korupsi di Indonesia, Persoalan Korupsi di Indonesia, Upaya Penanggulangan Korupsi, Undang-Undang mengenai tindak pidana Korupsi, sampai dengan Pembentukan


(35)

20

Komisi Pemberantasan Korupsi beserta visi, misi, tugas dan wewenangnya, serta Hambatan KPK Dalam Memberantas Korupsi di Indonesia

Bab III Kerjasama KPK dan UNODC dalam Pemberantasan Korupsi

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang Sekilas tentang UNODC, Visi, misi, tugas, dan wewenangnya, Kerjasama KPK-UNODC, Penandatanganan MoU UNODC, Tujuan kerjasama UNODC, Implementasi MoU KPK-UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, Isi MoU KPK-KPK-UNODC, dan Implementasi MoU.

BAB IV Penutup

Dalam bab ini peneliti menjelaskan isi skripsi yang berupa Kesimpulan dan Saran penelitian yang dilakukan. Kemudian akan diberikan saran-saran bagi peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan atau mengoreksi penelitian ini ke depan.


(1)

merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, factor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan dan jabatannya.15 Pada dasarnya korupsi merupakan penyalahgunaan jabatan.16 Dalam rumusan Fiqh Korupsi yang mendefinisikan korupsi sebagai perbuatan mengambil hak orang lain secara terencana ataupun tidak, dibawah kekuasaannya, untuk memperkaya diri, orang lain dan lembaga yang bersifat pada kerusakan dan kerugian bagi pihak lain.17

Artinya tindak pidana korupsi merupakan ancaman terhadap prinsip-prinsip demokrasi, yang menjunjung tinggi transparansi, akuntanbilitas, dan integritas, serta keamanan dan stabilitas politik maupun ekonomi suatu negera. Tindak pidana korupsi dapat merusak nilai-nilai demokrasi, etika, dan keadilan serta mengacaukan pembangunan berkelanjutan, penegakan hukum, dikarenakan korupsi berhubungan dengan bentuk-bentuk kejahatan lain, khususnya kejahatan yang terorganisir dan kejahatan ekonomi, termasuk pencucian uang dengan adanya kasus-kasus korupsi yang melibatkan jumlah aset yang besar yang dapat merugikan sumber daya negara, dan dapat mengancam stabilitas politik dan pembangunan nasional negara tersebut.

Oleh karena korupsi merupakan tindak pidana yang bersifat sistematik yang tidak dapat dikatakan permasalahan suatu bangsa saja, tetapi sudah menjadi

15

Evi Hartanti, 2012. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta; Sinar Grafika, hlm: 9 16 Masdar F. Mas’udi dkk. 2003.,

FIQH KORUPSI; Amanah vs Kekuasaan. Mataram: Somasi NTB hlm 268

17 Ibid


(2)

permasalahan internasional. Upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi diperlukan manajemen kerjasama internasional dalam mengembalikan aset-aset yang berasal dari tindak pidana korupsi. KPK memiliki kekuatan hukum dalam menentukan kebijakan dengan melakukan pencegahan dan penindakan tindak pidana korupsi dan UNODC dapat memfasilitasi serta mengkoordinasikan kebutuhan Negara dalam menerapkan Konvensi anti korupsi maupun kerjasama internasional.

1.6Metode Penelitian

1.6.1 Metode/Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif disebut juga penelitian taksomonik yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti18. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat mengenai implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Dengan begitu penulis bisa melakukan eksplorasi dan klarifikasi mengenai masalah yang diteliti.

18


(3)

1.6.2 Teknik Analisa Data

Dalam menganalisa penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tahapan antara lain :

1. Mengumpulkan sebanyak mungkin data - data yang diperlukan tentang fenomena yang diteliti dengan sumber data yang relevan.

2. Selain Internet sebagai sumber informasi pencarian data, Peneliti juga melakukan pencarian sumber data di perpustakaan-perpustakaan guna mencari buku-buku penunjang terkait dengan fenomena yang diteliti. 3. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan

buku-buku, jurnal, e-book, dan artikel-artikel yang menunjang penelitian ini dan sesuai dengan fenomena yang diteliti.

4. Mengolah data untuk di pilah-pilah mana yang cocok dan sesuai dengan kategori yang dibutuhkan tentang fenomena yang diteliti.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penulis lakukan dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, website dan lain sebagainya yang diterbitkan oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti teliti. Data mengenai penelitian ini sendiri peneliti dapatkan dari perpustakan pusat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Lab HI UMM dan website yang terkait dengan topik yang peneliti teliti.


(4)

1.6.4 Ruang lingkup Penelitian 1.6.4.1 Batasan Waktu

Adapun batasan waktu dalam penelitian ini adalah tentang implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009-2012. Karena kerjasama yang dilakukan kedua lembaga dilaksanakan sejalan dengan program kerja regional UNODC tahun 2009-2012.

1.6.4.2Batasan Materi

Agar tidak menyimpang dan fokus penelitian menjadi terarah, maka peneliti memberikan batasan materi mengenai Implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 – 2012 di Indonesia. Sehingga penelitian ini melihat fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia.

1.7 Argumen Dasar

Argumen dasar peneliti adalah bahwa implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 – 2012 dapat dikatakan berjalan sesuai dengan kerangka kerjasama yang telah disepakati. Hal ini terlihat pada upaya membangun dan memperkuat kerjasama dalam memberantas terutama dalam pencegahan korupsi. Selain itu MoU KPK dan UNODC mampu meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi. UNODC merupakan sarana bagi KPK untuk memberikan strategi penanganan terkait permasalahan korupsi di


(5)

Indonesia kerjasama dalam program terpadu bantuan teknis, perangkat lunak, dan pelatihan khusus yang didanai Norwegia dan Komisi Eropa.

Dengan diilaksanakannya isi kesepakatan kerjasama kedua lembaga tersebut, maka hal tersebut menjadi pilihan tepat bagi Pemerintah pemerintah dalam menangani permasalahan tindak pidana korupsi yang tidak dapat dilakukan oleh negara itu sendiri. Oleh karena itu, negara melakukan kerjasama dengan Organisasi Internasional agar dapat memecahkan dan menyelesaikan permasalahan tindak pidana korupsi yang sudah menjadi isu dan fenomena dalam Hubungan Internasional. Dimana dari kerjasama tersebut, negara dituntut untuk dapat melaksanakan mandat PBB yang berdasarkan Konvensi anti korupsi yang telah ditandatangani dan disepakati dengan menyatakan perang terhadap korupsi.

1.8 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Pada bab ini terdiri dari susunan atau kerangka penulisan mulai dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu, Landasan Konsep, Metode Penelitian, Argumen Dasar, Ruang Lingkup, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Gambaran Umum Korupsi di Indonesia

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang Sejarah Korupsi di Indonesia, Persoalan Korupsi di Indonesia, Upaya Penanggulangan Korupsi, Undang-Undang mengenai tindak pidana Korupsi, sampai dengan Pembentukan


(6)

Komisi Pemberantasan Korupsi beserta visi, misi, tugas dan wewenangnya, serta Hambatan KPK Dalam Memberantas Korupsi di Indonesia

Bab III Kerjasama KPK dan UNODC dalam Pemberantasan Korupsi

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang Sekilas tentang UNODC, Visi, misi, tugas, dan wewenangnya, Kerjasama KPK-UNODC, Penandatanganan MoU UNODC, Tujuan kerjasama UNODC, Implementasi MoU KPK-UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, Isi MoU KPK-KPK-UNODC, dan Implementasi MoU.

BAB IV Penutup

Dalam bab ini peneliti menjelaskan isi skripsi yang berupa Kesimpulan dan Saran penelitian yang dilakukan. Kemudian akan diberikan saran-saran bagi peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan atau mengoreksi penelitian ini ke depan.