6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana implementasi MoU KPK dan UNODC dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 - 2012?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi MoU KPK dan UNODC dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 - 2012.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian dalam ilmu hubungan internasional yang fokus pada MoU KPK dan UNODC dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini, penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah Indonesia dalam
kebijakannya mengenai
implementasi MoU
dengan UNODC
dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.
7
1.4 Penelitian Terdahulu
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh I Made Regianandya Mahayasa,
9
yang membahas tentang Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Singapura Sebagai Upaya Pengembalian Pelarian Koruptor Indonesia di Singapura. Dalam
penelitiannya bertujuan untuk, mendeskripsikan mekanisme pengembalian tersangka korupsi Indonesia yang melarikan diri ke Singapura selain
menggunakan perjanjian ekstradisi, mendeskripsikan kendala yuridis yang dialami Indonesia dalam mewujudkan perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan
Singapura. Penelitian tersebut adalah penelitian Yuridis Normatif di Bidang perjanjian extradisi, yaitu mencari dan mengkaji norma-norma hukum, baik yang
ada dalam undang-undang maupun keputusan-keputusan pengadilan, tentang kendala kendala yuridis yang dihadapi oleh Indonesia dalam Pengembalian Pelaku
Korupsi yang melarikan diri ke Singapura dan juga bagaimanakah mekanisme yang seharusnya digunakan oleh Indonesia untuk dapat mengembalikan pelaku
korupsi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mekanisme -
mekanisme lain selain menggunakan perjanjian ekstradisi memang dapat digunakan, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu
pengembalian pelaku koruptor dan juga beserta aset asetnya sangat sulit untuk didapatkan karena jika hanya menggunakan Mutual Legal Assistance MLA, dan
juga ekstradisi terselubung yang hanya berpedoman pada asas timbal balik antara ke dua belah Negara, kemungkinan maksimal yang hanya bisa didapatkan
9
I Made Regianandya Mahayasa, 2012. Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Singapura Sebagai Upaya Pengembalian Pelarian Koruptor Indonesia di Singapura. Kementerian
Pendidikan Nasional Universitas Brawijaya Malang
8
hanyalah pengembalian pelaku korupsi itu saja, sedangkan untuk pengembalian aset aset pelaku tersebut ke Indonesia harus melalui prosedur yang legal dan
berdasarkan perjanjian dari kedua belah Negara. Karena ketiadaan perjanjian ekstradisi tersebut membuat pihak Indonesia walaupun sudah mengetahui para
pelaku tersebut melarikan diri ke Singapura, Indonesia tidak dapat menangkap mereka begitu saja karena terbentur oleh yuridiksi dari Pemerintah Singapura
karena berada di wilayah negaranya. Sedangkan dalam penelitian ini ditempatkan pada pembahasan mengenai
implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 hingga 2012. Penulisan ini akan membahas lebih fokus pada langkah-
langkah dari kerjasama yang dilakukan merupakan upaya kedua lembaga dalam menegakkan aturan hukum demi tercapainya sebuah pemerintahan yang bersih
dari tindak pidana korupsi, sekaligus perkembangan Mou KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi.
Peneliti kedua, adalah Rinda Choiriyah
10
yang membahas tentang Bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama
bilateral antara Indonesia dan Singapura. Dalam penelitiannya bertujuan untuk mendeskripsikan faktor yang menyebabkan lemahnya posisi tawar Indonesia
dalam hubungan kerjasama dengan Singapura, mendeskripsikan faktor yang menyebabkan Defence Cooperation Agreement Indonesia dan Singapura gagal
diratifikasi oleh DPR-RI. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif analitis yaitu menjelaskan dengan menggambarkan berdasarkan data-data yang
10
Rinda Choiriyah, 2007. Bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura. FISIP. UI
9
ada secara obyektif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka library reseach, dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip isi
perjanjian DCA, teori-teori atau konsep-konsep, serta mengumpulkan data atau informasi lainnya yang berkaitan dengan perjanjian DCA, baik yang berasal dari
buku, jurnal, majalah, koran, internet, dan tulisan lain yang relevan untuk pengumpulan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura
masih mengalami kelemahan karena Indonesia belum mampu membuat kemajuan yang signifikan diakibatkan masih lemahnya kekuatan-kekuatan nasional
Indonesia. Kekuatan pereokonomian, militer, SDM, teknologi yang dimiliki Singapura belum mampu disaingi oleh Indonesia sehingga posisi tawar diplomasi
Indonesia seakan tidak bisa berpengaruh apa-apa. Dalam studi kasus perjanjian ekstradisi dan pertahanan seakan Indonesia masih dipengaruhi tendensi yang kuat
oleh Singapura. Kerugian-kerugian nantinya yang akan diterima oleh Indonesia akibat dipakainya wilayah NKRI guna latihan militer Singapura.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rinda Choiriyah yang lebih focus pada faktor yang menyebabkan lemahnya posisi tawar Indonesia dalam
hubungan kerjasama dengan Singapura. Selain itu faktor yang menyebabkan Defence Cooperation Agreement Indonesia dan Singapura gagal diratifikasi oleh
DPR-RI. Sedangkan dalam penelitian ini ditempatkan pada pembahasan mengenai dinamika MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia
10
tahun 2009 hingga 2012. Penelitian ketiga, dilakukan oleh Rizkia Septiana,
11
yang membahas tentang Rasionalisasi Indonesia dalam proses Pendatanganan
Perjanjian Ekstradisi dan DCA. Dalam penelitiannya bertujuan untuk menjelaskan rasionalisasi Indonesia dalam menandatangani perjanjian ekstradisi dan DCA.
Penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini adalah penelitian ekplanatif yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel.
Pengumpulan data peneliti lakukan dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, website dan lain sebagainya yang diterbitkan oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti
teliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasionalisasi Indonesia dalam Manandatangani Perjanjian Ekstradisi dan DCA akan memberi dampak signifikan
bagi upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, masalahnya terletak pada Defence Cooporation Agreement DCA yang dianggap sangat banyak merugikan
Indonesia. Sedangkan dalam penelitian ini ditekankan pada upaya membangun dan
memperkuat kerjasama kedua belah pihak dalam memberantas terutama dalam pencegahan korupsi, meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam
mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi dan merumuskan serta melaksanakan proyek yang disusun bersama dengan memperkuat penegakan
hukum sebagai langkah mencegah dan melawan korupsi.
11
Rizkia Septiana, 2014. Rasionalisasi Indonesia dalam proses Pendatanganan Perjanjian Ekstradisi dan DCA. FISIP UMM
11
Tabel 1.1 Posisi Penelitian
Judul dan Nama Peneliti
Jenis Penelitian dan Alat
Analisis Hasil
Perjanjian Ekstradisi antara
Indonesia dan Singapura Sebagai
Upaya Pengembalian
Pelarian Koruptor Indonesia di
Singapura
Oleh: I Made
Regianandya Mahayasa
Yuridis Normatif Pendekatan:
Metode deduktif, metode induktif
dan metode komparatif
Berdasarkan data hasil penelitian, bahwa
penggunaan mekanisme
– mekanisme lain selain menggunakan
perjanjian ekstradisi memang dapat digunakan,
akan tetapi
untuk mendapatkan hasil yang maksimal
sangat sulit. Indonesia tidak dapat menangkap mereka begitu saja karena
terbentur oleh yuridiksi dari Pemerintah Singapura karena berada di wilayah
negaranya.
Bargaining power diplomasi negara
Indonesia dalam hubungan
kerjasama bilateral antara Indonesia
dan Singapura Oleh:
Rinda Choiriyah Deskriptif
Pendekatan: Konsep
Bargaining power diplomasi
dan kerjasama bilateral
Berdasarkan data
hasil penelitian,bahwa
bargaining power
diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara
Indonesia dan
Singapura masih
mengalami kelemahan
karena Indonesia belum mampu membuat
kemajuan yang signifikan diakibatkan masih lemahnya kekuatan-kekuatan
nasional
Indonesia. Kekuatan
pereokonomian, militer,
SDM, teknologi yang dimiliki Singapura
belum mampu disaingi oleh Indonesia sehingga
posisi tawar
diplomasi Indonesia
seakan tidak
bisa berpengaruh apa-apa. Dalam perjanjian
ekstradisi dan
pertahanan seakan
Indonesia masih dipengaruhi tendensi yang kuat oleh Singapura.
Rasionalisasi Indonesia dalam
proses Pendatanganan
Ekplanatif Pendekatan:
MoU Ekstradisi Berdasarkan data hasil penelitian,
bahwa rasionalisasi Indonesia dalam Manandatangani Perjanjian Ekstradisi
dan DCA akan memberi dampak
12
Perjanjian Ekstradisi dan DCA
Oleh: Rizkia Septiana
dan DCA signifikan bagi upaya pemberantasan
korupsi di Indonesia, masalahnya terletak pada Defence Cooporation
Agreement DCA yang dianggap sangat banyak merugikan Indonesia.
Implementasi MoU KPK dan UNODC
Dalam pemberanta san korupsi di
Indonesia tahun 2009
– 2012 Oleh :
Imam Akbarsyah Deskriptif
Konsep Organisasi
Internasional, Korupsi dalam
Hukum Internasional
Kerjasama yang dilakukan KPK dan UNDOC merupakan strategi tepat
yang dilakukan
Indonesia dalam
memberantas korupsi di Indonesia. MoU KPK dan UNODC mampu
meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam mengembangkan sistem
dan strategi anti-korupsi di Indonesia.
1.5 Landasan Konsep