Hubungan Tingi Badan Dan Tinggi Bahu Pasis Kodam I/Bukit Barisan Tahun 2010

(1)

HUBUNGAN TINGI BADAN DAN TINGGI BAHU PASIS

KODAM I/BUKIT BARISAN TAHUN 2010

Oleh :

BENJAMIN RICARDO

070100346

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

HUBUNGAN TINGGI BADAN DAN TINGGI BAHU PASIS

KODAM I/BUKIT BARISAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU

SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA

KEDOKTERAN

Oleh :

BENJAMIN RICARDO

070100346

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Tinggi Badan dan Tinggi Bahu Pasis Kodam I/Bukit Barisan Tahun 2010

Nama : Benjamin Ricardo NIM : 070100346

Pembimbing Penguji I

(dr. Surjit Singh, Sp.F DFM) (dr. Liberty Sirait, Sp.B KBD) NIP 195103021989031001

Penguji II

(dr. Muhammad Ali, Sp.A(K)) NIP 196905241999031001 Medan, 30 November 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH) NIP 19540220 198011 1 0

ABSTRAK

Menentukan tinggi badan korban merupakan salah satu factor yang penting dalam melakukan identifikasi terutama pada korban yang tidak dikenal demi kepentingan proses penyidikan dan peradilan.


(4)

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan tinggi badan dan tinggi bahu pada orang Indonesia. Hal ini penting untuk kasus-kasus forensik yang hanya diketahui jarak puncak bahu dan tumit saja.

Dalam penelitian ini berhasil diperiksa sebanyak 100 perwira siswa, yang terdiri dari 50 orang pria dan 50 orang wanita. Wanita berumur antara 32 sampai 40 tahun dengan rata-rata umur 35,38 tahun dan standard deviasi 1,98 tahun. Sedangkan pria berumur antara 31 sampai 43 tahun dengan rata-rata umur 36,30 tahun dan standard deviasi 3,24 tahun.

Wanita yang diperiksa mempunyai tinggi badan 156 sampai 170 cm dengan rata-rata 160,84 cm dan standard deviasi 3,76 cm. Tinggi bahu berkisar antara 130 sampai 141 cm dengan rata-rata 133,80 cm dan standard deviasi 2,61 cm.

Pria yang diperiksa mempunyai tinggi badan 160 sampai 181 cm dengan rata-rata 167,89 cm dan standard deviasi 4,88 cm. Tinggi bahu berkisar antara 133 sampai 153 cm dengan rata-rata 140,28 cm dan standard deviasi 4,55 cm.

Pada penelitian ini didapat rumus regresi serta koefisien regresi tinggi badan terhadap tinggi bahu sebagai berikut:

1. Pada pria (n = 50)

Tinggi badan (Y) = 44,114 + 0,882 (Tinggi bahu) r = 0,678

2. Pada wanita (n = 50)

Tinggi badan (Y) = -14,382 + 1,31 (Tinggi bahu) r = 0,827


(5)

To determine the height of victim’s body is an important thing in identify, especially the unknown victim, in the investigation and justice process.

A research had been done that aim to find the relation between the height of body and the height of shoulder in Indonesians. It is important in forensic cases that just research had been identified the distance between the top of shoulder and heel.

This was succeed to examine as many as 100 army students, that consisted of 50 men and 50 women. The women were 32 to 40 years aged with the age average was 35,38 years old and the standard deviation was 1,98 years old. The men were 31 to 43 years aged with the age average was 36,30 years old and the standard deviation was 3,24 years old.

The women who were examined had 156 to 170 cm height, with the height average was 160,84 cm and the standard deviation was 3,76 cm. The height of shoulder was about 130 to 141 cm, with the height average was 133,80 cm and the standard deviation was 2,61 cm.

The men who were examined had 160 to 181 cm height, with the height average was 167,89 cm and the standard deviation was 4,88 cm. The height of shoulder was about 133 to 153 cm, with the height average was 140,28 cm and the standard deviation was 4,55 cm.

This research got the formula and the coefficient regression of height of body against height of shoulder. The formulas are:

1. The man (n = 50)

Height of body (Y) = 11,316 + 0,762 (Height of shoulder) r = 0,678

2. The woman (n =50)

Height of body (Y) = 32,242 + 0,631 (Height of shoulder) r = 0,827


(6)

Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya tulis ilmiah ini adalah merupakan syarat kelulusan pendidikan kedokteran agar dapat menuju ke jenjang profesian dan meraih gelar Sarjana Kedokteran.

Judul dari karya tulis ilmiah ini adalah “Hubungan Tinggi Badan dan Tinggi Bahu Pasis Kodam I/Bukit Barisan Tahun 2010 ”. Dimana yang dikaji atau diteliti di sini adalah seberapa besar kekuatan hubungan antara tinggi badan dengan tinggi bahu, serta bagaimana ketergantungan keduanya.

Penulis mengakui banyaknya kekurangan dalam tulisan ini sehingga laporan hasil penelitian ini tidak mungkin penulis sebut sebagai suatu karya yang sempurna. Kekurangan dan ketidaksempurnaan tulisan ini tidak dapat dilepaskan dari berbagai macam rintangan dan halangan yang selalu datang pada diri penulis. Penulis rasakan semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis. Hanya kesabaran, keteguhan dan ketekunan yang penulis coba lakukan untuk terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

Penulis sadar dengan kekurangan diri penulis untuk melakukan banyak hal sendirian. Mau ataupun tidak, penulis telah melibatkan beberapa orang, kelompok atau elemen lain untuk membantu, mendukung, dan memberikan saran yang sangat berguna bagi penulis. Kepada merekalah penulis ucapkan banyak terima kasih. Beberapa yang dapat penulis sebut telah mempunyai peranan yang sangat besar dalam penulisan ini penulis akan sebut sebagai berikut:


(7)

untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran USU Medan.

2. Bapak dr. Surjit Singh, Sp.F DFM selaku Dosen Pembimbing dalam tugas akhir ini, atas segala kesabaran dan ilmu yang telah diberikan.

3. Kedua orang tua penulis, Kol. J. L. Tobing dan R. Sitanggang atas segala pengorbanan dan kasih sayangnya yang diberikan kepada penulis. Tetaplah iringi ananda dengan doa dan kasih sayang kalian.

4. Kepada seluruh partisipan yang sedang mengikuti studi di Kodam I/BB. Tanpa kerjasama dan keramahan penduduk tentu karya tulis ini tidak akan rampung.

5. Kepada Teman-teman Penulis (Katerin, Margareth, Septi, Silvia, Debby dan Axel) yang telah membantu penulis dalam pengambilan data, pengumpulan data, serta memberi masukan yang sangat berguna bagi penulis.

6. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Kedokteran USU yaitu “sok Kompak”, Alta, Amel, Andy, Berry, Cerah, Christine, Citra, Gerald, Laurent, Listra, Otneil, Bang Paul, Sarah, Kak Shanti, Sheba, Tere, Deddy, Anes, Bona, Dina, Adelin, Sisco, dan Todung yang telah mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, Penulis ucapkan terima kasih atas kerja samanya.

7. Kepada seluruh staf pengajar IKK, yang sangat membantu memberikan masukan sehingga karya tulis ini dapat selesai dengan semaksimal mungkin. 8. Seluruh teman-teman Stambuk 2007, terima kasih atas dukungan dan

bantuannya.

9. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan laporan penelitian ini. Kepada semua pihak tersebut penulis haturkan banyak terima kasih.


(8)

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas semua dan apapun yang telah diberikan kepada Penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan Rahmat-Nya.

Medan, 30 November 2010 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI vii DAFTAR LAMPIRAN ix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 2 1.3. Tujuan Penelitian 2 1.4. Manfaat Penelitian 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Tulang Manusia 2.1.1. Anatomi Tulang 3 2.1.2. Struktur Molekul Tulang 4 2.1.3. Histologi dan Metabolisme Tulang 4 2.1.4. Pertumbuhan Tulang 5

2.2. Identifikasi Forensik ... 6

2.3. Identifikasi Potongan Tubuh Manusia ... 6

2.4. Identifikasi Kerangka ... 7

2.2. Antropometri ... 11


(10)

3.1. Kerangka Konsep Penelitian 13 3.2. Definisi Operasional Penelitian 13

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian 15 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 15 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 15 4.4. Metode Pengumpulan Data 16 4.5. Metode Analisis Data 16

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 18 5.1.2. Karakteristik Responden 18 5.1.3. Hasil Analisis Data 18 5.2. Pembahasan

5.2.2. Hubungan Tinggi Badan dan Tinggi bahu Sampel 19

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 23

6.2. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Riwayat Hidup

2 Penjelasan Penelitian 3 Surat Persetujuan

4 Kode Responden

5 Ethical Clearence

6 Surat Izin Melakukan Penelitian di Kodam I/BB Medan 7 Data Induk dan Statistik

7 8


(12)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Tinggi Badan dan Tinggi Bahu Pasis Kodam I/Bukit Barisan Tahun 2010

Nama : Benjamin Ricardo NIM : 070100346

Pembimbing Penguji I

(dr. Surjit Singh, Sp.F DFM) (dr. Liberty Sirait, Sp.B KBD) NIP 195103021989031001

Penguji II

(dr. Muhammad Ali, Sp.A(K)) NIP 196905241999031001 Medan, 30 November 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH) NIP 19540220 198011 1 0

ABSTRAK

Menentukan tinggi badan korban merupakan salah satu factor yang penting dalam melakukan identifikasi terutama pada korban yang tidak dikenal demi


(13)

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan tinggi badan dan tinggi bahu pada orang Indonesia. Hal ini penting untuk kasus-kasus forensik yang hanya diketahui jarak puncak bahu dan tumit saja.

Dalam penelitian ini berhasil diperiksa sebanyak 100 perwira siswa, yang terdiri dari 50 orang pria dan 50 orang wanita. Wanita berumur antara 32 sampai 40 tahun dengan rata-rata umur 35,38 tahun dan standard deviasi 1,98 tahun. Sedangkan pria berumur antara 31 sampai 43 tahun dengan rata-rata umur 36,30 tahun dan standard deviasi 3,24 tahun.

Wanita yang diperiksa mempunyai tinggi badan 156 sampai 170 cm dengan rata-rata 160,84 cm dan standard deviasi 3,76 cm. Tinggi bahu berkisar antara 130 sampai 141 cm dengan rata-rata 133,80 cm dan standard deviasi 2,61 cm.

Pria yang diperiksa mempunyai tinggi badan 160 sampai 181 cm dengan rata-rata 167,89 cm dan standard deviasi 4,88 cm. Tinggi bahu berkisar antara 133 sampai 153 cm dengan rata-rata 140,28 cm dan standard deviasi 4,55 cm.

Pada penelitian ini didapat rumus regresi serta koefisien regresi tinggi badan terhadap tinggi bahu sebagai berikut:

1. Pada pria (n = 50)

Tinggi badan (Y) = 44,114 + 0,882 (Tinggi bahu) r = 0,678

2. Pada wanita (n = 50)

Tinggi badan (Y) = -14,382 + 1,31 (Tinggi bahu) r = 0,827

Kata kunci : Tinggi badan, Tinggi bahu, Jenis kelamin, Umur


(14)

To determine the height of victim’s body is an important thing in identify, especially the unknown victim, in the investigation and justice process.

A research had been done that aim to find the relation between the height of body and the height of shoulder in Indonesians. It is important in forensic cases that just research had been identified the distance between the top of shoulder and heel.

This was succeed to examine as many as 100 army students, that consisted of 50 men and 50 women. The women were 32 to 40 years aged with the age average was 35,38 years old and the standard deviation was 1,98 years old. The men were 31 to 43 years aged with the age average was 36,30 years old and the standard deviation was 3,24 years old.

The women who were examined had 156 to 170 cm height, with the height average was 160,84 cm and the standard deviation was 3,76 cm. The height of shoulder was about 130 to 141 cm, with the height average was 133,80 cm and the standard deviation was 2,61 cm.

The men who were examined had 160 to 181 cm height, with the height average was 167,89 cm and the standard deviation was 4,88 cm. The height of shoulder was about 133 to 153 cm, with the height average was 140,28 cm and the standard deviation was 4,55 cm.

This research got the formula and the coefficient regression of height of body against height of shoulder. The formulas are:

1. The man (n = 50)

Height of body (Y) = 11,316 + 0,762 (Height of shoulder) r = 0,678

2. The woman (n =50)

Height of body (Y) = 32,242 + 0,631 (Height of shoulder) r = 0,827


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Selain melakukan tindakan preventif, kuratif dan rehabilitatif, seorang dokter mempunyai kewajiban membantu pihak penyidik dalam hal melakukan identifikasi terhadap mayat tidak dikenal. Pada prinsipnya dokter mengumpulkan berbagai data sebanyak mungkin berdasarkan pemeriksaan atas mayat yang tidak dikenal. Data post-mortem ini kemudian akan dibandingkan dengan data tersangka korban, yang diperoleh dari keterangan keluarga, rambut, dokumen, data polisi, dokter atau dokter gigi serta hasil pemeriksaan medis seperti foto rontgen dan sebagainya. Perbedaan yang didapat pada data dapat menyingkirkan seseorang sebagai korban, sebaliknya data yang sesuai akan menguatkan seseorang bahwa dialah korbannya. (Amir, 1989)

Semakin banyak data yang diperoleh dari seorang korban yang tidak dikenal, maka akan semakin meyakinkan pula identifikasi yang dilakukan. Data yang dikumpulkan dokter meliputi data umum seperti ras, jenis kelamin, tinggi badan, umur, golongan darah, susunan gigi, rambut, mata serta kulit. Selain itu, beberapa data khusus seperti parut bekas operasi, tato, gambaran radiologis, pemeriksaan laboratorium tertentu, konstruksi wajah, superimposisi serta sidik jari DNA seringkali justru diperlukan. (Amir, 1989)

Data tinggi badan sebagai salah satu data yang perlu dikumpulkan, diperoleh dari pengukuran terhadap tinggi mayat, dengan faktor koreksi kurang 2 cm untuk mendapatkan tinggi berdiri. Pada korban yang tidak utuh, tinggi badan masih dapat ditaksir dari panjang beberapa tulang panjang seperti tulang femur, tibia, fibula, radius, ulna dan humerus, dan dapat pula dari pengukuran beberapa bagian tubuh, seperti ukuran rentangan tangan antara ujung jari tengah kanan dan jari tengah kiri, ukuran lengan tangan sampai ujung jari tengah, panjang lengan bawah sampai ke


(16)

ujung jari tengah, panjang klavikula, jarak antara simfisis pubis sampai ke tumit dan jarak dagu sampai ke vertex. Pada mayat yang hanya berupa kerangka atau potongan tubuh, tinggi badan diperoleh berdasarkan rumus regresi, faktor multiflikasi atau rasio bagian tubuh terhadap tinggi badan. Untuk populasi orang Indonesia telah didapat rumus tinggi badan berdasarkan panjang tulang tibia dan fibula, yang ditemuka n oleh Atmadja dkk pada tahun 1990. (Atmadja, 1990)

Adanya rumusan hubungan antara tinggi bahu dengan tinggi badan akan dapat banyak membantu perhitungan tinggi badan, secara lebih tepat terutama jika korban adalah mayat terpotong tanpa kepala tetapi dengan bagian badan lain utuh.

Dalam penelitian ini, hubungan tersebut dicoba untuk diungkapkan yaitu terutama untuk mengetahui kuatnya hubungan regresi keduanya serta bentuk hubungannya.

1.2.1. Rumusan Masalah

Bagaimana menentukan tinggi badan korban hanya dari data tinggi bahunya saja?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mencari metode perkiraan tinggi badan berdasarkan tinggi bahu pada orang Indonesia.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mencari rumus regresi antara tinggi badan dengan tinggi bahu pada pria Indonesia.


(17)

2. Mencari rumus regresi antara tinggi badan dengan tinggi bahu pada wanita Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Para dokter di Indonesia, baik yang bertugas di perkotaan maupun pedesaan dapat mempergunakan tinggi bahu sebagai salah satu unsur dalam proses identifikasi korban-korban tidak dikenal yang diantar penyidik, dimana korban tersebut tidak utuh lagi (tanpa kepala).


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Tulang Manusia

Tulang manusia berbeda dengan tulang hewan dalam hal struktur, ketebalan, ukuran dan umur penulangan (osifikasi). Setiap manusia memiliki 190 tulang, dan tulang ini dibedakan menjadi tulang panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Tulang panjang kita dapati pada tangan dan kaki seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia dan fibula. Tulang pendek meliputi tulang belikat/klavikula, metacarpal dan metatarsal (jari tangan dan kaki). Tulang pipih terdapat pada tulang-tulang atap tengkorak seperti frontal, parietal dan occipital. Tulang tidak teratur adalah tulang vertebra dan basis cranii. (Indriati, 2004)

2.1.1 Anatomi Tulang

Secara umum, rangka orang dewasa memiliki dua komponen struktur yang mendasar yaitu tulang spongiosa dan kompakta/kortikal. Struktur kompakta/kortikal terdapat pada bagian tepi tulang panjang meliputi permukaan eksternal. Pada bagian internal tulang, terdapat struktur spongiosa seperti jala-jala sedangkan bagian tengah tulang panjang kosong atau disebut cavitas medullaris untuk tempat sumsum tulang. (Indriati, 2004)

Pada persendian, tulang kompakta ditutupi oleh kartilago/tulang rawan sepanjang hidup yang disebut tulang subchondral. Tulang subchondral pada persendian ini lebih halus dan mengkilap dibanding tulang kompakta yang tidak terletak pada persendian. Contohnya adalah pada bagian distal humerus atau siku. Selain itu, tulang subchondral pada sendi juga tidak memiliki kanal Haversi. (Indriati, 2004)


(19)

Pada tulang vertebra, strukturnya porus dan dinamakan tulang trabecular atau cancellous. Daerah tulang trabecular pada rangka yang sedang tumbuh memiliki tempat-tempat sumsum merah, jaringan pembuat darah atau hemopoietic yang memproduksi sel-sel darah merah, putih dan platelet. Sumsum kuning berfungsi terutama sebagai penyimpan sel-sel lemak di kavitas medullaris pada tulang panjang, dikelilingi oleh tulang kompakta. Selama pertumbuhan, sumsum merah digantikan secara progresif oleh sumsum kuning di sebagian besar tulang panjang. (Indriati, 2004)

Bagian-bagian tulang panjang yang panjang dan silindris disebut diaphysis, sedangkan ujung proksimal dan distalnya terdapat epiphysis dan metaphysis. Jadi, diaphysis adalah batang tulang panjang, epiphysis adalah ujung akhir tulang panjang sedangkan metaphysis adalah ujung tulang panjang yang melebar ke samping. Semasa hidup, bagian eksternal tulang yang tidak berkartilago dilapisi oleh periosteum. Periosteum adalah membran dengan vaskularisasi yang memberi nutrisi pada tulang. Bagian internal tulang dilapisi oleh endosteum/membran seluler. Baik periosteum maupun endosteum adalah jaringan osteogenik yang berisi sel-sel pembentuk tulang. Pada periosteum yang mengalami trauma, sel-sel pembentuk tulang jumlahnya bertambah. Pada periostitis/trauma pada periosteum ditandai dengan pembentukan tulang baru di permukaan eksternal tulang yang tampak seperti jala/trabekular. (Indriati, 2004)

2.1.2 Struktur Molekuler Tulang

Tulang manusia dan hewan sama-sama terdiri atas kolagen, molekul protein yang besar, yang merupakan 90% elemen organik tulang. Molekul-molekul kolagen membentuk serabut-serabut elastik pada tulang tapi pada tulang dewasa, kolagen mengeras karena terisi bahan anorganik hydroxyapatite. Kristal-kristal mineral ini dalam bentuk calcium phosphate mengisi matriks kolagen. Serabut-serabut protein


(20)

dan mineral ini membuat tulang memiliki dua sifat, yaitu melunak seperti karet bila mineral anorganiknya rusak atau mengeras (bila direndam dalam larutan asam); atau retak dan hancur bila kolagen/organiknya rusak (bila direbus/dipanasi). (Indriati, 2004)

2.1.3 Histologi dan Metabolisme Tulang

Histologi adalah studi jaringan pada tingkat mikroskopik. Tulang imatur dan matur berbeda strukturnya. Tulang imatur lebih primitif dalam istilah evolusi phylogenetiknya, berupa jaringan ikat yang kasar dan seperti jala kolagen, polanya random dan tidak teratur orientasinya. Tulang imatur lebih banyak memiliki osteocyte, biasanya terdapat pada tulang yang menderita tumor, pada penyembuhan fraktur dan pada rangka embrionik.

Tulang kompakta tidak bisa diberi nutrisi melalui difusi permukaan pembuluh-pembuluh darah, sehingga memerlukan sistem Haversi. Tulang trabekular lebih porus dan menerima nutrisi dari pembuluh darah di sekitar ruang sumsum. Tulang dewasa baik yang kompakta maupun trabekular secara histologis adalah tulang lamela. (Indriati, 2004)

Pemeriksaan makroskopik potongan melintang tulang kompakta umumnya menunjukkan 4 sampai dengan 8 cincin konsentris yang dinamakan lamella haversi. Pemeriksaan setiap lamella menunjukkan tumpukan paralel serabut kolagen. Serabut kolagen pada lamela berikutnya berorientasi ke arah yang berbeda. Perbedaan arah serabut-serabut kolagen ini menambah kekuatan struktur tulang. (Indriati, 2004)

Setiap batang potongan melintang tulang kompakta lamelar disebut sistem Haversi atau osteon berukuran 0,3 mm diameternya dan 3-5 mm panjangnya. Inti sistem Haversi adalah kanal Haversi dimana darah, limfe dan serabut saraf lewat. Kanal-kanal kecil tambahan disebut kanal-kanal Volkmann membelah jaringan


(21)

untuk menghubungkan kanal-kanal Haversi, membentuk jaringan yang menyuplai darah dan limfe ke sel-sel tulang panjang. (Indriati, 2004)

Lubang-lubang kecil di dalam setiap lamela disebut lacunae. Setiap lacunae mempunyai sel-sel tulang disebut osteocyte. Nutrisi ditransport ke sel-sel ini melalui kanalikuli. Osteoblast adalah sel-sel tulang yang berfungsi untuk membentuk, sintesis dan deposit materi tulang, biasanya terkonsentrasi di bawah periosteum. Osteoblast membuat osteoid, matriks organik tak terkalsifikasi yang kaya kolagen. Kalsifikasi tulang terjadi sebagai kristal-kristal hydroxyapatite, komponen anorganik tulang. Ketika osteoblast dikelilingi matriks tulang, disebut osteocyte, sel-sel yang terletak di dalam lacunae dan bertanggung jawab memelihara tulang. (Indriati, 2004)

Osteoklas bertugas mereabsorbsi tulang. Pembentukan kembali atau remodeling tulang terjadi pada tingkat seluler dimana osteoklas mereabsorbsi jaringan tulang dan osteoblast membangun jaringan tulang.

2.1.4 Pertumbuhan Tulang

Osteogenesis atau osifikasi terjadi pada dua lokasi: intramembraneous (contohnya pada tulang frontal dan parietal) dan endochondral (contohnya pada tulang iga, vertebra, basis cranii, tulang tangan dan kaki)., dimana osifikasinya melalui fase kartilago. Pertumbuhan tulang meluas dari lokasi penetrasi awal, yang menjadi foramen nutrisi. Membrana tipis bernama perichondrium mengelilingi kartilago pada tulang panjang. Osteoblast di bawah perichondrium pada tulang panjang fetus mulai mendeposit tulang di sekitar bagian luar batang kartilago. Sekali hal ini terjadi, membran ini disebut periosteum, jaringan ikat berserabut yang mendeposit tulang selapis demi selapis. Diameter tulang panjang meningkat, dan osteoklas pada permukaan endosteal mereabsorbsi tulang sedangkan osteoblas pada periosteum mendeposit tulang. Proses pertumbuhan pada tulang melebar (diametrik) tulang panjang ini disebut pertumbuhan aposisional. (Indriati, 2004)


(22)

Pertumbuhan memanjang tulang panjang terjadi pada bidang epiphyseal oleh karenanya lokasi ini disebut bidang pertumbuhan yang terletak di antara metaphysis (pusat osifikasi primer) dan epiphysis (pusat osifikasi sekunder). Pertumbuhan memanjang ini menjauhi bagian tengah tulang yakni menuju proksimal dan menuju distal. Pertumbuhan memanjang tulang panjang berhenti ketika metaphysis menyatu dengan epiphysis. (Indriati, 2004)

Pada sebelas minggu sebelum lahir, biasanya terdapat kurang lebih 800 pusat osifikasi. Pada waktu lahir terdapat 450 pusat osifikasi. Pusat osifikasi primer muncul sebelum lahir dan pusat osifikasi sekunder muncul sesudah lahir. Setelah dewasa, semua pusat osifikasi primer dan sekunder menyatu dan jumlah tulang menjadi 206 elemen. (Indriati, 2004)

2.2 Identifikasi Forensik

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. (Budiyanto, 1997)

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan masal, bencana alam atau huru-hara yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi yang tertukar, atau diragukan orangtuanya. (Budiyanto, 1997)

Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi, serologik dan secara


(23)

eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi DNA. (Budiyanto, 1997)

2.3 Identifikasi Potongan Tubuh Manusia (Kasus Mutilasi)

Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang. Bila berasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan tersebut berasal dari satu tubuh.

Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin). (Budiyanto,1997)

Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan dan keterangan lain seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, status sosial ekonomi, kebiasaan-kebiasaan tertentu dan sebagainya serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi.

Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan pemeriksaan makroskopik dan diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks wanita seperti drum stick pada leukosit dan Barr body pada sel epitel. (Budiyanto, 1997)

2.4 Identifikasi Kerangka

Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang. (Budiyanto, 1997)


(24)

Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu, maka dilakukan identifikasi dengan membandingkannya dengan data antemortem. Bila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan jalan menumpukkan foto rontgen tulang tengkorak di atas foto wajah yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pemotretan yang sama. Dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan. (Budiyanto, 1997)

Pemeriksaan anatomik dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka manusia. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksan serologik (reaksi presipitin) dan histologik (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers). (Budiyanto, 1997)

Penentuan ras mungkin dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada tengkorak, gigi geligi dan tulang panggul atau tulang lainnya. Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop memberi petunjuk ke arah ras Mongoloid. (Krogmann, 1955)

Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal. Pada panggul, indeks isio-pubis (panjang pubis dikali seratus dibagi panjang isium) merupakan ukuran yang paling sering digunakan. Nilai laki-laki sekitar 83,6, sedangkan wanita 99,5. (Krogmann, 1955)

Ukuran anatomik lain seperti indeks asetabulo-isiadikum, indeks cotulo-isiadikum, ukuran pintu atas, tengah dan bawah panggul serta morfologi deskriptif seperti insisura isiadikum mayor yang sempit dan dalam pada laki-laki, sulkus preaurikularis yang menonjol pada wanita, arkus sub-pubis dan krista iliaka, juga jumlah beberapa ukuran pada tulang dada seperti panjang sternum tanpa xyphoid, lebar sternum pada segmen I dan II, tebal minimum manubrium dan korpus sternum segmen I dapat untuk menentukan jenis kelamin. (Krogmann, 1955)


(25)

Tulang panjang laki-laki lebih panjang dan lebih masif dibandingkan dengan tulang wanita dengan perbandingan 100:90. Pada tulang-tulang femur, humerus dan ulna terdapat beberapa ciri khas yang menunjukkan jenis kelamin seperti ukuran kaput dan kondilus, sudut antara kaput femoris terhadap batangnya yang lebih kecil pada laki-laki, perforasi fosa olekrani menunjukkan jenis wanita, serta adanya belahan pada sigmoid notch pada laki-laki. (Krogmann, 1955)

Krogmann menyimpulkan, penentuan jenis kelamin pada kerangka dewasa berketepatan 100% bila lengkap, 90% bila tengkorak saja, 95% bila panggul saja, 98% bila tengkorak dan pangul serta 80% bila hanya tulang-tulang panjang. Kemungkinan penentuan jenis kelamin pada kerangka pre-pubertas adalah 50% dengan harapan ketepatan maksimal sebesar 75-80%. (Krogmann, 1955)

Pemeriksaan terhadap pusat penulangan (osifikasi) dan penyatuan epifisis tulang sering digunakan untuk perkiraan umur pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan menggunakan foto radiologis atau dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap pusat penulangan pada tulang. (Budiyanto, 1997)

Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak guna perkiraan umur sudah lama diteliti dan telah berkembang berbagai metode, namun pada akhirnya hampir semua ahli menyatakan bahwa cara ini tidak akurat dan hanya dipakai dalam lingkup dekade (umur 20-30-40 tahun) atau mid-dekade (umur 25-35-45 tahun) saja. (Budiyanto, 1997)

Pemeriksaan permukaan simfisis pubis dapat memberikan skala umur dari 18 tahun hingga 50 tahun, baik yang dikemukakan oleh Todd maupun oleh Mokern dan Stewart. Mokern dan Stewart membagi simfisis pubis menjadi 3 komponen yang masing-masing diberi nilai. Jumlah nilai tersebut menunjukkan umur berdasarkan sebuah tabel.


(26)

Schranz mengajukan cara pemeriksaan tulang humerus dan femur guna penentuan umur. Demikian pula tulang klavikula, sternum, tulang iga dan tulang belakang mempunyai ciri yang dapat digunakan untuk memperkirakan umur.

Nemeskeri, Harsanyi dan Ascadi menggabungkan pemeriksaan penutupan sutura endokranial, relief permukan simfisis pubis dan struktur spongiosa humerus proksimal/epifise femur, dan mereka dapat menentukan umur dengan kesalahan sekitar 2,55 tahun.

Perkiraan umur dari gigi dilakukan dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan gigi (intrauterin, gigi susu 6 bulan-3 tahun, masa statis gigi susu 3-6 tahun, geligi campuran 6-12 tahun).

Selain itu dapat juga digunakan metode Gustafson yang memperhatikan atrisi (keausan), penurunan tepi gusi, pembentukan dentin sekunder, semen sekunder, transparasi dentin dan penyempitan/penutupan foramen apikalis.

Tinggi badan seseorang dapat diperkirakan dari panjang tulang tertentu, menggunakan rumus yang dibuat oleh banyak ahli.

Rumus Antropologi Ragawi UGM untuk pria dewasa (Jawa): Tinggi Badan = 897 + 1,74 y (femur kanan)

Tinggi Badan = 822 + 1,90 y (femur kiri) Tinggi Badan = 879 + 2,12 y (tibia kanan) Tinggi Badan = 847 + 2,22 y (tibia kiri) Tinggi Badan = 867 + 2,19 y (fibula kanan) Tinggi Badan = 883 + 2,14 y (fibula kiri) Tinggi Badan = 847 + 2,60 y (humerus kanan) Tinggi Badan = 805 + 2,74 y (humerus kiri) Tinggi Badan = 842 + 3,45 y (radius kanan) Tinggi Badan = 862 + 3,40 y (radius kiri)


(27)

Tinggi Badan = 847 + 3,06 y (ulna kiri)

Catatan : Semua ukuran dalam satuan mm.

Rumus Trotter dan Gleser untuk Mongoloid: 1,22 (fem + fib) + 70,24 (± 3,18 cm) 1,22 (fem + tib) + 70,37 (± 3,24 cm) 2,40 (fib) + 80,56 (± 3,24 cm) 2,39 (tib) + 81,45 (± 3,27 cm) 2,15 (fem) + 72,57 (± 3,80 cm) 1,68 (hum + ulna) + 71,18 (± 4,14 cm) 1,67 (hum + rad) + 74,83 (± 4,16 cm) 2,68 (hum) + 83,19 (± 4,25 cm) 3,54 (rad) + 82,00 (± 4,60 cm) 3,48 (ulna) + 77,45 (± 4,66 cm)

Melalui suatu penelitian, Djaja Surya Atmadja menemukan rumus untuk populasi dewasa muda di Indonesia:

Pria : TB = 72,9912 + 1,7227 (tib) + 0,7545 (fib) (± 4,2961 cm) TB = 75,9800 + 2,3922 (tib) (± 4,3572 cm) TB = 80,8078 + 2,2788 (fib) (± 4,6186 cm)

Wanita : TB = 71,2817 + 1,3346 (tib) + 1,0459 (fib) (± 4,8684 cm) TB = 77,4717 + 2,1889 (tib) (± 4,9526 cm) TB = 76,2772 + 2,2522 (fib) (± 5,0226 cm) Tulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2 mm dari tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tinggi badan perlu diperhatikan.

Rata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan wanita. Apabila tidak dibedakan, maka diperhitungkan rasio laki-laki : wanita adalah 100:90. Selain itu penggunaan lebih dari satu tulang dianjurkan. Khusus untuk rumus Djaja Surya Atmadja, panjang tulang yang


(28)

digunakan adalah panjang tulang yang diukur dari luar tubuh, berikut kulit di luarnya. (Atmadja, 1990)

Ukuran pada tengkorak, tulang dada dan telapak kaki juga dapat digunakan untuk menilai tinggi badan.

Bila tidak ada individu yang dicurigai sebagai korban, maka dapat dilakukan upaya rekonstruksi wajah pada tengkorak dengan jalan ‘menambal’ tulang tengkorak tersebut menggunakan data ketebalan jaringan lunak pada pelbagai titik di wajah, yang kemudian diberitakan kepada masyarakat untuk memperoleh masukan mengenai kemungkinan identitas kerangka tersebut. (Budiyanto, 1997)

2.5 Antropometri

Antropometri adalah pengukuran badan dari manusia untuk tujuan identifikasi.

Bertillions memakai cara pengukuran bagian tubuh dalam usaha melakukan identifikasi para penjahat. Beberapa ukuran dicatat sesudah umur 21 tahun.

Metode ini terdiri dari pencatatan:

a) Warna rambut, mata, warna seluruh badan, bentuk hidung, telinga dan dagu.

b) Tanda-tanda pada badan seperti jaringan parut, tato, hiperpigmentasi dan lain-lain.

c) Ukuran badan

 Tinggi waktu berdiri  Panjang dan lebar kepala

 Jarak antara kedua tonjolan os zygomaticus  Panjang dan lebar dari telinga kanan


(29)

 Panjang dari jari kelingking kiri

 Jarak antara kedua ujung jari tengah dari tangan yang direntangkan

Metode ini sudah tidak dipakai lagi setelah diperoleh metode yang lebih baik yaitu metode Daktilografi (sidik jari), dan akhir-akhir ini orang telah melakukan identifikasi lebih sempurna melalui pemeriksaan sidik jari DNA. (Amir, 2006)

Untuk menentukan tinggi badan, tidak perlu melalui pengukuran badan secara utuh. Pengukuran dari bagian tubuh masih dapat menentukan tinggi seseorang secara kasar dengan:

a. Jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan sama dengan tinggi badan. b. Panjang lengan dikali 2, ditambah 34 cm (= 2 kali panjang klavikula)

ditambah lagi 4 cm (lebar sternum).

c. Panjang dari puncak kepala (vertex) sampai simfisis pubis dikali 2. d. Panjang dari lekuk di atas sternum sampai simfisis pubis dikali 3,3. e. Panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon dikali 3,7. f. Panjang femur dikali 4.

g. Panjang humerus dikali 6.

Angka di atas harus ditambah 2-4 cm bila pengukuran dilakukan pada tulang-tulang saja, yaitu sebagai tambahan jarak sambungan sendi.

Untuk menentukan tinggi badan dengan lebih baik, dapat dipedomani formula dari Trotter dan Glesser dengan pengukuran tulang-tulang panjang tertentu. Namun karena bahan penelitian yang dipakai adalah ukuran orang barat, maka untuk memakainya pada orang Indonesia harus dipertimbangkan pula faktor koreksi. Sejauh ini belum ada formula resmi yang dipakai untuk menentukan tinggi badan dengan pegukuran tulang-tulang panjang dari penelitian yang dilakukan di Indonesia. (Amir, 2006)


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2 Definisi Operasional

1. Tinggi badan adalah tinggi tubuh yang diukur dari puncak kepala sampai ke telapak kaki (tumit).

2. Jenis kelamin adalah perbedaan antara pria dan wanita.

3. Tinggi bahu adalah tinggi tubuh yang diukur dari puncak bahu sampai ke telapak kaki (tumit).

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur, dan Alat Ukur

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Tinggi Badan Tinggi tubuh dari puncak kepala sampai tumit Wawancara tertulis Tinggi badan sebenarnya Numerik

Jenis Kelamin Perbedaan antara pria dan

Wawancara tertulis Pria atau Wanita Nominal Variabel Independen Tinggi Bahu Variabel Dependen Tinggi Badan


(31)

dari puncak bahu sampai tumit

langsung tinggi bahu dengan menggunakan meteran kain

cm, tinggi bahu berkisar 133-153 cm. Wanita 156-170 cm, tinggi bahu berkisar 130-141 cm.

Hipotesa Nol (H0)

Tidak ada hubungan antara tinggi badan dengan tinggi bahu.

Hipotesa Alternatif (HA)


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross-sectional atau potong lintang yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang hubungan antara tinggi badan dengan tinggi bahu.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkungan Kodam I/BB. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2010 dan dilanjutkan dengan pengolahan serta analisis data sampai bulan November 2010.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah Pasis Kodam I/BB Tahun 2010. Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian. Teknik penarikan sampel adalah consecutive sampling, dimana subyek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dimaksud dalam penelitian. Penetapan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian korelasi (dua data numerik):

N = (Zα + Zβ)2

[0,5 ln (1 + r) (1 - r)]2 + 3 N = (1,64 + 1,28)2

[0,5 ln (1 + 0,4) (1 – 0,4)]2

+ 3 N = 48,83


(33)

n = besar sampel minimum

Zα = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu Zβ = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu r = perkiraan koefisien korelasi (literatur)

Kriteria Inklusi:

1. Pasis yang berusia 18 tahun keatas. 2. Pasis yang bersedia ikut dalam penelitian.

Kriteria Eksklusi:

1. Pasis yang sedang mengalami cedera. 2. Pasis yang postur tubuhnya bongkok.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai dengan membawa surat pengantar dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pengumpulan data dimulai dengan wawancara tertulis yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin dan tinggi badan. Setelah melakukan wawancara tertulis, dilakukan pengukuran tinggi bahu pada responden yang dianggap memenuhi kriteria penelitian dengan menggunakan meteran kain. Pengukuran tinggi bahu diukur dari puncak bahu sampai telapak kaki (tumit). Setelah pengukuran tinggi bahu dilakukan, selanjutnya peneliti melakukan analisis tehadap data-data yang telah didapat, baik dari wawancara tertulis maupun dari pengukuran.


(34)

Pada penelitian ini, hubungan variabel tinggi badan dengan variabel tinggi bahu (numerik) menggunakan Uji Korelasi untuk mengetahui kekuatan hubungan kedua variabel, dimana apabila nilai r makin mendekati angka 1 maka hubungannya makin kuat. Kemudian dapat dinilai lebih lanjut ketergantungan antara satu variabel dengan variabel lain menggunakan Analisis Regresi Linier. Terakhir, analisis statistik akan dilakukan dengan bantuan program komputer yaitu berupa program SPSS.


(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di KODAM I/Bukit Barisan yang beralamat di Jalan Jend. Gatot Subroto Km 7,5 Medan .

Kodam merupakan wilayah pertahanan Indonesia khusus daratan yang pelaksanaannya dilakukan oleh TNI AD. Di Indonesia terdapat 13 Kodam yang dibagi dalam beberapa wilayah. Misalnya, di Kepulauan Sumatra terdapat 3 Kodam, yaitu KODAM Iskandar Muda untuk wilayah Aceh, KODAM Bukit Barisan untuk wilayah Sumatera bagian utara (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau) dan KODAM Sriwijaya untuk wilayah Sumatera bagian selatan (Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung).

5.1.2. Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah perwira siswa yang sedang melakukan studi di Kodam I/BB Medan pada tahun 2010. Sampel dibagi 2, yaitu pria dan wanita. Usia sampel pria yang paling muda adalah 31 tahun dengan frekuensi 1 orang (2%), sedangkan usia tertua adalah 43 tahun dengan frekuensi 2 orang (4%). Usia sampel pria terbanyak adalah 34 tahun dengan frekuensi 18 orang (36%).

Usia sampel wanita yang paling muda adalah 32 tahun dengan frekuensi 1 orang (2%), sedangkan usia tertua adalah 40 tahun dengan frekuensi 3 orang (6%). Usia sampel wanita terbanyak adalah 34 tahun dengan frekuensi 20 orang (40%).

Mayoritas sampel pria dan wanita adalah suku jawa, yaitu sebanyak 24 orang (48%) pada pria dan 18 orang (36%) pada wanita.


(36)

5.1.3. Hasil Analisis Data 1) Tinggi Badan

Data-data statistik tinggi badan sampel pria, yaitu tinggi badan terendah 160 cm dengan frekuensi 1 orang (2%), tinggi badan tertinggi 181 cm dengan frekuensi 2 orang (4%), tinggi badan terbanyak 163,5 cm dengan frekuensi 5 orang (10%), tinggi rata-rata 167,89 cm dan standard deviasi 4,88 cm.

Data-data statistik tinggi badan sampel wanita, yaitu tinggi badan terendah 156 cm dengan frekuensi 3 orang (6%), tinggi badan tertinggi 170 cm dengan frekuensi 2 orang (4%), tinggi badan terbanyak 158 cm dengan frekuensi 12 orang (24%), tinggi rata-rata 160,84 cm dan standard deviasi 3,76 cm.

2) Tinggi Bahu

Data-data statistik tinggi bahu sampel pria, yaitu tinggi bahu terendah 133 cm dengan frekuensi 2 orang (4%), tinggi bahu tertinggi 153 cm dengan frekuensi 1 orang (2%), tinggi bahu terbanyak 138 cm dengan frekuensi 8 orang (16%), tinggi rata-rata 140,28 cm dan standard deviasi 4,55 cm.

Data-data statistik tinggi bahu sampel wanita, yaitu tinggi bahu terendah 130 cm dengan frekuensi 1 orang (2%), tinggi bahu tertinggi 141 cm dengan frekuensi 3 orang (6%), tinggi bahu terbanyak 132 cm dengan frekuensi 12 orang (24%), tinggi rata-rata 133,80 cm dan standard deviasi 2,61 cm.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Hubungan Tinggi Badan dan Tinggi Bahu Sampel

Berdasarkan tabel 5.1. hasil output pada sampel pria didapat rata-rata tinggi badan 167,89 (SD 4,88) dan tinggi bahu 140,28 (SD 4,55). Pada uji korelasi pearson


(37)

didapat r = 0,823 dan p value 0,0001. Hal ini berarti terdapat hubungan antara tinggi badan dan tinggi bahu dengan kekuatan hubungan 0,823 (sangat kuat).

Tabel 5. 1. Uji Korelasi Pearson Pasis Pria Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

tbdn 167.890 4.8805 50

tbhu 140.28 4.554 50

Correlations

tbdn Pearson Correlation

1 .823**

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

tbhu Pearson Correlation

.823** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 5.2. hasil output pada sampel wanita didapat rata-rata tinggi badan 160,84 (SD 3,76) dan tinggi bahu 133,80 (SD 2,61). Pada uji korelasi pearson didapat r = 0,909 dan p value 0,0001. Hal ini berarti terdapat hubungan antara tinggi badan dan tinggi bahu dengan kekuatan hubungan 0,909 (sangat kuat).

Tabel 5. 10. Uji Korelasi Pearson Pasis Wanita Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

tbdn 160.84 3.760 50

tbhu 133.80 2.611 50

Correlations


(38)

Correlation

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

tbhu Pearson Correlation

.909** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil uji korelasi diatas mendapatkan adanya hubungan antara tinggi badan dengan tinggi bahu, baik pada sampel pria maupun wanita. Hal ini berarti analisis dapat dilanjutkan ke regresi linier sederhana untuk memprediksi ke depan dalam menentukan tinggi badan apabila hanya diketahui tinggi bahu saja.

Berdasarkan Scatter Plot (diagram tebar) di bawah, analisis regresi pada sampel pria didapat nilai R square (koefisien) adalah 0,678 (67,8%). Kemudian kita dapat membuat persamaan matematis sbb:


(39)

Berdasarkan Scatter Plot (diagram tebar) di bawah, analisis regresi pada sampel wanita didapat nilai R square (koefisien) adalah 0,827 (82,7%). Kemudian kita dapat membuat persamaan matematis sbb:


(40)

(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Hubungan Tinggi Badan dan Tinggi Bahu Pasis Kodam I/BB Tahun 2010 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara tinggi badan dengan tinggi bahu baik pria maupun wanita Indonesia.

2. Hubungan antara tinggi badan dan tinggi bahu baik pria maupun wanita Indonesia sangat kuat.

3. Hasil penelitian dapat diaplikasikan pada bidang kedokteran forensik dalam kasus mutilasi, yaitu mayat tanpa kepala yang mau diidentifikasi tinggi badannya.

4. Memprediksi tinggi badan manusia dari data tinggi bahunya saja. 5. Rumus regresi antara tinggi badan dengan tinggi bahu pria Indonesia:

Y (tinggi badan) = 44,114 + 0,882 (tinggi bahu).

6. Rumus regresi antara tinggi badan dengan tinggi bahu wanita Indonesia: Y (tinggi badan) = -14,382 + 1,31 (tinggi bahu).

6.2. Saran

1. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat kedepannya agar melanjutkan penelitian ini dengan mengidentifikasi mayat dari bagian tubuh lain dan dengan berbagai kondisi. 2. Bagi peneliti


(42)

Bagi peneliti di masa yang akan datang agar penelitian dapat dilakukan juga di beberapa lokasi lain dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan lebih bervariasi.

3. Bagi bidang forensik (SMF Forensik Rumah Sakit Kota Medan)

Ahli forensik dapat membantu penyidik lebih cepat mengidentifikasi mayat tanpa kepala dalam menentukan tinggi badan, sehingga tidak perlu berlama-lama mencari kepalanya dahulu yang mungkin akan sangat sulit dan menghambat penyidikan.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Allbrook D. 1961. The Estimation of Stature in British and East African Males. J.Forensic Med, 8 (I); 15-28.

Amir Amri. 1989. Penentuan Tinggi Badan Dari Tulang Panjang dan Ukuran Beberapa Bagian Tubuh. Laporan Penelitian: 1-12.

Amir Amri. 2006. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Medan: Ramadhan.

ANDERSON M, Green WT. 1963. Lengths of Femur and Tibia Am J Dis Child, 45A: 279-90.

ATMADJA DS, Budiningsih Y, Poernomo S. 1990. Hubungan Panjang Tibia dan Fibula Dengan Tinggi Badan Pada Suatu Populasi Dewasa Muda di Indonesia. Laporan Penelitia. Jakarta.

Budiyanto Arif dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Frotter M, Glesser GC, Corrigenda. 1977. Estimation of Stature From Long Limb Bones of American Whites and Negroes, Am J Phys Anthropol, 47: 355-b.

Indriati Etty. 2004. Antropologi Forensik. Yogyakarta: Gadjah mada University Press.


(44)

Keen EN. 1951. Estimation of Stature From The Long Bones, A Discussion of Its Reliability. J.Forensic Med, 1 (I): 46-51.

NJ Modi. 1981. Textbook of Medical Jurisprodence and Toxicology, 20th Edition Edit. NM, Tripathy Private itd: 79-83.

Rosner B. 1990. Fundamentals of Biostatistics: 398-472.

Sari Wahyuni, Arlinda. 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication.

Singh Amar, Ritonga Mistar. 1992. Penentuan Tingi Badan Berdasarkan Formula G-S KLER Dengan Menentukan Tinggi Hidung: 1-8.

Tellka A. 1956. On The Prediction of Human Stature From The Long Bones. Acta Anat, 9: 103-17.


(45)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Benjamin Ricardo Tempar / Tanggal Lahir : Slawi / 14 Januari 1990 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Pintu Air Gang Horas No. 19A Medan 20219 Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar PPR Rantau Prapat ( 1995-2001)

2. Sekolah Menengah Pertama St. Thomas 1 Medan ( 2001-2004 )

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 20 Bandung ( 2004-2007 )

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ( 2007-Sekarang )


(46)

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Hubungan Tinggi Badan dan Tinggi Bahu Pasis Kodam I Bukit Barisan Tahun 2010

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang terhormat, Salam sejahtera bagi kita semua,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Benjamin Ricardo

NIM : 070100346

Alamat : Jl. Pintu Air gang Horas no. 19A Medan Hp/Telp: 08566090701 / 061 (7864242)

adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang akan melaksanakan penelitian dengan judul “ Hubungan Tinggi Badan dan Tinggi Bahu Pasis Kodam I Bukit Barisan Tahun 2010 ”.

Saat ini banyak kejadian pembunuhan mutilasi, dimana kepala korban berpisah dengan bagian badan lainnya. Hal ini tentu menyulitkan pihak penyidik untuk mengidentifikasi korban, oleh sebab itu pihak penyidik meminta bantuan ahli forensik. Salah satu identifikasi yang penting adalah tinggi badan. Biasanya korban yang dibawa ke bagian forensik hanya tinggal bagian badan ke bawah saja, sementara bagian kepala sering tidak ditemukan.

Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada pihak – pihak yang berkepentingan, sehingga dapat menentukan tinggi badan korban melalui bagian-bagian tubuh yang ditemukan saja, dalam penelitian ini melalui tinggi bahu.


(47)

Satu orang kira-kira memerlukan waktu 2 menit untuk mendapatkan data yang diperlukan. Mengingat hasil penelitian ini sangat diperlukan untuk menentukan tinggi badan korban mutilasi dari beberapa bagian tubuh yang ditemukan, maka saya sebagai peneliti sangat mengharapkan dan menghargai partisipasi anda turut serta dalam penelitian ini. Namun demikian partisipasi Anda bersifat sukarela tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Atas kerjasama dan kesediaan Anda dalam mengikuti penelitian ini dengan kerendahan hati pihak peneliti akan memberi sedikit imbalan berupa souvenir sebagai ucapan terima kasih. Semua informasi yang Anda berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk usaha kepentingan penelitian ini.

Setelah memahami penjelasan yang saya berikan, Anda dapat menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent) yang disediakan peneliti. Demikian penjelasan ini saya sampaikan. atas partisipasi dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih.

Medan, ...2010 Hormat saya,


(48)

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN DALAM PENELITIAN

“Informed Consent”

Saya yang bertandatangan di bawah ini Nama :

Tempat/Tgl.Lahir : Suku :

Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Tinggi Badan dan Tinggi Bahu Pasis

Kodam I/BB Tahun 2010.”

Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk menjadi responden pengukuran tinggi bahu, menjawab pertanyaan melalui wawancara tertulis yang memerlukan waktu sekitar 10-15 menit dan saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.

Medan, ...2010 Responden,


(49)

Kode Responden: LEMBAR WAWANCARA TERTULIS

Penelitian: Hubungan Tinggi Badan dan Tinggi Bahu Pasis Kodam I/BB Tahun 2010

Nama : Jenis Kelamin : L / P Usia : Suku :

Tinggi Badan : Perhitungan Sefalik Indeks


(50)

Data Induk Pasis Pria

No Nama Usia Suku Tinggi Badan Tinggi Bahu

1 Nurwidodo 33 jawa 176 144 2 Rusman 34 bugis 165 140 3 Wagilan 41 batak 174 142 4 Sukarno 43 jawa 167 138 5 Mashudi 36 aceh 172 143 6 Hanuddin 33 jawa 173.5 146 7 Daliyanto 38 jawa 181 152 8 Jon 43 batak 168.5 142 9 Sostenes 42 irian 164.5 140 10 Mustofa 34 jawa 173 146 11 Waluyo 35 jawa 172.5 143 12 Juara 34 batak 162.5 133 13 Junaidi 39 batak 171 142 14 Suranto 34 jawa 164.5 153 15 Sangkot 34 batak 172 143 16 Sutarman 35 jawa 163.5 135 17 Tabah 35 jawa 170 142 18 Marjuki 40 jawa 168.5 142 19 Yanuardi 33 aceh 172.5 145 20 Erlan 34 jawa 173.5 145 21 Suprasto 42 irian 160.5 135 22 Salam 40 dayak 165.5 140 23 Mazani 36 palembang 181 151 24 Abdi 35 jawa 168 138 25 Yedi 34 sunda 163.5 135 26 Catur 34 jawa 168.5 140 27 Sutrisno 34 jawa 163.5 138 28 Rahmad 34 sunda 167.5 138 29 Karmani 35 jawa 172 142 30 Ruslan 36 sumbawa 162.5 136 31 Aris 34 jawa 164 136 32 Ode 41 bugis 168 140 33 Asep 33 jawa 167 138 34 Agus 40 jawa 165.5 138


(51)

37 Hadi 41 jawa 167 139 38 Aep 41 sunda 168 139 39 Jakfar 34 palembang 166.5 139 40 Evi 34 sunda 165.5 138 41 Iwan 36 sunda 170.5 143 42 Wisnu 31 jawa 163.5 135 43 Nyoman 41 bali 164 138 44 Berhen 34 jawa 160 133 45 Raifan 34 batak 165 137 46 Warsito 41 jawa 172 143 47 Supriyanto 35 jawa 161 135 48 Hendri 34 minang 163.5 137 49 Wayan 34 bali 163 135 50 Faizal 37 ambon 174 146

Data Induk Pasis Wanita

No Nama Usia Suku Tinggi Badan Tinggi Bahu

1 Asmaul 36 jawa 158 132 2 Santi 34 jawa 164 136 3 Reni 34 sunda 158 131 4 Nyoman 32 bali 163 136 5 Netty 34 betawi 165 134 6 Baiq 34 dayak 159 132 7 Maria 35 jawa 158 133 8 Afryanti 34 palembang 167 136 9 Welas 34 jawa 160 133 10 Sri 34 jawa 157 130 11 Oktariany 34 palembang 157 132 12 Dewi 33 betawi 157 133 13 Herawati 35 bugis 158 132 14 Endang 35 jawa 162 133 15 Dwi 37 jawa 169 137 16 Juni 37 batak 158 132 17 Yulistianti 37 sunda 165 137 18 Armeilia 35 betawi 158 131 19 Yuli 34 jambi 158 132 20 Siswanti 36 dayak 162 134


(52)

22 Rini 35 jawa 165 135 23 Deliyasani 37 palembang 158 133 24 Lucia 34 jawa 156 131 25 Siti 39 batak 159 132 26 Agustina 34 jawa 170 141 27 Eryani 37 dayak 158 132 28 Indri 34 jawa 162 136 29 Hastuti 36 jawa 157 131 30 Wicatur 36 sunda 156 131 31 Susilowati 34 jawa 160 134 32 Niken 40 sunda 163 135 33 Muliati 39 bugis 165 137 34 Deswiwi 34 minang 164 134 35 Nina 35 jawa 160 134 36 Dian 33 betawi 158 132 37 Yoan 34 sunda 164 136 38 Umi 37 jawa 163 135 39 Wahyu 34 minang 158 132 40 Linawati 40 palembang 162 133 41 Nurjannah 34 minang 159 134 42 Mei 36 jawa 167 141 43 Erina 39 batak 159 132 44 Linang 34 batak 170 141 45 Salaswati 37 dayak 158 132 46 Martina 34 jawa 162 136 47 Khoiriwati 36 jawa 157 131 48 Melda 36 batak 156 131 49 Antia 34 batak 160 134 50 Yolanda 40 batak 163 135

Tabel Statistik Usia Pasis Pria

Usia Frekuensi (orang) Persen (%)

31 1 2.0

33 4 8.0

34 18 36.0


(53)

38 1 2.0

39 1 2.0

40 3 6.0

41 6 12.0

42 2 4.0

43 2 4.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Usia Pasis Wanita

Usia Frekuensi (orang) Persen (%)

32 1 2.0

33 3 6.0

34 20 40.0

35 6 12.0

36 7 14.0

37 7 14.0

39 3 6.0

40 3 6.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Suku Pasis Pria

Suku Frekuensi (orang) Persen (%)

aceh 2 4.0

ambon 1 2.0

bali 2 4.0

batak 6 12.0

bugis 2 4.0

dayak 1 2.0

irian 2 4.0

jawa 24 48.0

minang 2 4.0

palembang 2 4.0

sumbawa 1 2.0

sunda 5 10.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Suku Pasis Wanita

Suku Frekuensi (orang) Persen (%)

bali 1 2.0


(54)

betawi 4 8.0

bugis 2 4.0

dayak 4 8.0

jambi 1 2.0

jawa 18 36.0

menado 1 2.0

minang 3 6.0

palembang 4 8.0

sunda 5 10.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Tinggi Badan Pasis Pria Tinggi Badan Frekuensi Persen (%)

160 1 2.0

160.5 1 2.0

161 1 2.0

162.5 2 4.0

163 2 4.0

163.5 5 10.0

164 2 4.0

164.5 2 4.0

165 2 4.0

165.5 3 6.0 Mean 160.84

166 1 2.0 Median 160.00

166.5 1 2.0 Mode 158

167 3 6.0 Std. Deviation 3.760 167.5 1 2.0 Variance 14.137

168 3 6.0 Range 14

168.5 3 6.0 Minimum 156

170 1 2.0 Maximum 170

170.5 1 2.0

171 1 2.0

172 4 8.0

172.5 2 4.0

173 1 2.0

173.5 2 4.0

174 2 4.0

176 1 2.0


(55)

Tabel Statistik Tinggi Badan Pasis Wanita Tinggi Badan Frekuensi Persen (%)

156 3 6.0

157 5 10.0

158 12 24.0 Mean 160.84

159 4 8.0 Median 160.00

160 5 10.0 Mode 158

162 5 10.0 Std. Deviation 3.760 163 4 8.0 Variance 14.137

164 3 6.0 Range 14

165 4 8.0 Minimum 156

167 2 4.0 Maximum 170

169 1 2.0

170 2 4.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Tinggi Bahu Pasis Pria Tinggi Bahu Frekuensi Persen (%)

133 2 4.0

135 6 12.0

136 2 4.0

137 3 6.0

138 8 16.0 Mean 140.28

139 4 8.0 Median 139.50

140 5 10.0 Mode 138

142 6 12.0 Std. Deviation 4.554 143 5 10.0 Variance 20.736

144 1 2.0 Range 20

145 2 4.0 Minimum 133

146 3 6.0 Maximum 153

151 1 2.0

152 1 2.0

153 1 2.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Tinggi Bahu Pasis Wanita Tinggi Bahu Frekuensi Persen (%)

130 1 2.0

131 7 14.0 Mean 133.80


(56)

133 7 14.0 Mode 132 134 7 14.0 Std. Deviation 2.611

135 4 8.0 Variance 6.816

136 6 12.0 Range 11

137 3 6.0 Minimum 130

141 3 6.0 Maximum 141

Total 50 100.0

Tabel Regresi Linier Pasis Pria Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables Removed

Method 1 tbdna . Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: tbhu

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .823a .678 .671 2.612 a. Predictors: (Constant), tbdn

ANOVAb

Model Sum of Squares

df Mean Square

F Sig. Regression 688.675 1 688.675 100.965 .000a Residual 327.405 48 6.821

Total 1016.080 49 a. Predictors: (Constant), tbdn b. Dependent Variable: tbhu

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 11.316 12.840 .881 .383 tbdn .768 .076 .823 10.048 .000 a. Dependent Variable: tbhu


(57)

Model Variables Entered

Variables Removed

Method 1 tbdna . Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: tbhu

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .909a .827 .823 1.09749 a. Predictors: (Constant), tbdn

ANOVAb

Model Sum of Squares

df Mean Square

F Sig. Regression 276.185 1 276.185 229.297 .000a Residual 57.815 48 1.204

Total 334.000 49 a. Predictors: (Constant), tbdn b. Dependent Variable: tbhu

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 32.242 6.709 4.806 .000 tbdn .631 .042 .909 15.143 .000 a. Dependent Variable: tbhu


(1)

22 Rini 35 jawa 165 135 23 Deliyasani 37 palembang 158 133 24 Lucia 34 jawa 156 131 25 Siti 39 batak 159 132 26 Agustina 34 jawa 170 141 27 Eryani 37 dayak 158 132 28 Indri 34 jawa 162 136 29 Hastuti 36 jawa 157 131 30 Wicatur 36 sunda 156 131 31 Susilowati 34 jawa 160 134 32 Niken 40 sunda 163 135 33 Muliati 39 bugis 165 137 34 Deswiwi 34 minang 164 134 35 Nina 35 jawa 160 134 36 Dian 33 betawi 158 132 37 Yoan 34 sunda 164 136 38 Umi 37 jawa 163 135 39 Wahyu 34 minang 158 132 40 Linawati 40 palembang 162 133 41 Nurjannah 34 minang 159 134 42 Mei 36 jawa 167 141 43 Erina 39 batak 159 132 44 Linang 34 batak 170 141 45 Salaswati 37 dayak 158 132 46 Martina 34 jawa 162 136 47 Khoiriwati 36 jawa 157 131 48 Melda 36 batak 156 131 49 Antia 34 batak 160 134 50 Yolanda 40 batak 163 135 Tabel Statistik Usia Pasis Pria

Usia Frekuensi (orang) Persen (%)

31 1 2.0

33 4 8.0

34 18 36.0

35 6 12.0

36 5 10.0


(2)

38 1 2.0

39 1 2.0

40 3 6.0

41 6 12.0

42 2 4.0

43 2 4.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Usia Pasis Wanita

Usia Frekuensi (orang) Persen (%)

32 1 2.0

33 3 6.0

34 20 40.0

35 6 12.0

36 7 14.0

37 7 14.0

39 3 6.0

40 3 6.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Suku Pasis Pria

Suku Frekuensi (orang) Persen (%)

aceh 2 4.0

ambon 1 2.0

bali 2 4.0

batak 6 12.0

bugis 2 4.0

dayak 1 2.0

irian 2 4.0

jawa 24 48.0

minang 2 4.0

palembang 2 4.0

sumbawa 1 2.0

sunda 5 10.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Suku Pasis Wanita

Suku Frekuensi (orang) Persen (%)

bali 1 2.0


(3)

betawi 4 8.0

bugis 2 4.0

dayak 4 8.0

jambi 1 2.0

jawa 18 36.0

menado 1 2.0

minang 3 6.0

palembang 4 8.0

sunda 5 10.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Tinggi Badan Pasis Pria Tinggi Badan Frekuensi Persen (%)

160 1 2.0

160.5 1 2.0

161 1 2.0

162.5 2 4.0

163 2 4.0

163.5 5 10.0

164 2 4.0

164.5 2 4.0

165 2 4.0

165.5 3 6.0 Mean 160.84

166 1 2.0 Median 160.00

166.5 1 2.0 Mode 158

167 3 6.0 Std. Deviation 3.760

167.5 1 2.0 Variance 14.137

168 3 6.0 Range 14

168.5 3 6.0 Minimum 156

170 1 2.0 Maximum 170

170.5 1 2.0

171 1 2.0

172 4 8.0

172.5 2 4.0

173 1 2.0

173.5 2 4.0

174 2 4.0

176 1 2.0

181 2 4.0


(4)

Tabel Statistik Tinggi Badan Pasis Wanita Tinggi Badan Frekuensi Persen (%)

156 3 6.0

157 5 10.0

158 12 24.0 Mean 160.84

159 4 8.0 Median 160.00

160 5 10.0 Mode 158

162 5 10.0 Std. Deviation 3.760

163 4 8.0 Variance 14.137

164 3 6.0 Range 14

165 4 8.0 Minimum 156

167 2 4.0 Maximum 170

169 1 2.0

170 2 4.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Tinggi Bahu Pasis Pria Tinggi Bahu Frekuensi Persen (%)

133 2 4.0

135 6 12.0

136 2 4.0

137 3 6.0

138 8 16.0 Mean 140.28

139 4 8.0 Median 139.50

140 5 10.0 Mode 138

142 6 12.0 Std. Deviation 4.554

143 5 10.0 Variance 20.736

144 1 2.0 Range 20

145 2 4.0 Minimum 133

146 3 6.0 Maximum 153

151 1 2.0

152 1 2.0

153 1 2.0

Total 50 100.0

Tabel Statistik Tinggi Bahu Pasis Wanita Tinggi Bahu Frekuensi Persen (%)

130 1 2.0

131 7 14.0 Mean 133.80


(5)

133 7 14.0 Mode 132

134 7 14.0 Std. Deviation 2.611

135 4 8.0 Variance 6.816

136 6 12.0 Range 11

137 3 6.0 Minimum 130

141 3 6.0 Maximum 141

Total 50 100.0

Tabel Regresi Linier Pasis Pria Variables Entered/Removedb Model Variables

Entered

Variables Removed

Method

1 tbdna . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: tbhu Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .823a .678 .671 2.612

a. Predictors: (Constant), tbdn ANOVAb

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Regression 688.675 1 688.675 100.965 .000a

Residual 327.405 48 6.821

Total 1016.080 49

a. Predictors: (Constant), tbdn b. Dependent Variable: tbhu Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 11.316 12.840 .881 .383

tbdn .768 .076 .823 10.048 .000

a. Dependent Variable: tbhu

Tabel Regresi Linier Pasis Wanita Variables Entered/Removedb


(6)

Model Variables Entered

Variables Removed

Method

1 tbdna . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: tbhu Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .909a .827 .823 1.09749

a. Predictors: (Constant), tbdn ANOVAb

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Regression 276.185 1 276.185 229.297 .000a

Residual 57.815 48 1.204

Total 334.000 49

a. Predictors: (Constant), tbdn b. Dependent Variable: tbhu Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 32.242 6.709 4.806 .000

tbdn .631 .042 .909 15.143 .000