BAB II MAKSUD DAN TUJUAN KERJASAMA DAERAH
Maksud dan tujuan dari pasal 195 yang mengatur tentang kerjasama daerah tersebut pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dengan cara yang lebih efisien dan efektif. Inti dari pasal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kerjasama daerah tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan.
2. Kerjasama daerah diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar
daerah. 3.
Kerjasama dengan pihak ketiga dimungkinkan sepanjang tujuannya untuk penyediaan pelayanan publik.
4. Kerjasama daerah harus mendapatkan persetujuan masing-masing DPRD.
Konsekuensi logis dari pasal 195 UU No.32 Tahun 2004 ini adalah memungkinkan beberapa daerah bekerjasama guna memenuhi pelayanan
publik yang sangat dibutuhkan oleh penduduk masing-masing daerah. Jika daerah melaksanakannya tanpa kerjasama dengan daerah lain maupun pihak
lain, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan akan terkendala akibat keterbatasan anggaran belanja yang dimilikinya. Solusinya, sebaiknya daerah
tersebut mengadakan kebijakan kerjasama daerah dalam hal pembiayaan pembangunan yang akan dilaksanakan.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
5
BAB III MASALAH KERJASAMA DAERAH
Implementasi kerjasama daerah tidak terlepas dari permasalahan- permasalahan yang akan dihadapi di antaranya berupa pertanyaan sebagai
berikut: 1.
Mengapa kerjasama antar daerah dan pihak ketiga perlu dilakukan? 2.
Bagaimana bentuk dan mekanisme forum kerjasama daerah? 3.
Bagaimana pembagian hak dan kewajiban pihak-pihak yang bekerjasama dalam kerjasama pembiayaan pembangunan Siapa yang
memberikan berapa dan menerima berapa? dan mengapa demikian?
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
6
BAB IV HUBUNGAN KERJASAMA DENGAN TUGAS DAN
KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH
Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk
mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat di daerahnya daerah otonomi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sebagai daerah otonom, pemerintah daerah dapat menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah otonominya adalah tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing
pemerintahan daerah, yang mana salah satu bidang yang merupakan tugas dan kewajiban daerah adalah membangun sarana dan prasarana transportasi agar
dapat memperlancar arus barang dan jasa keluar maupun arus barang dan jasa yang masuk ke daerah tersebut. Pemerintah daerah dapat menentukan jenis
dan transportasi yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan dan kondisi topografi di wilayahnya.
Sebagai contoh, wilayah Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara terdiri dari wilayah daerah otonom kabupatenkota. Kondisi topografi di wilayah
pantai barat adalah pegunungan dan jurang serta lembah yang dalam, sehingga
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
7
tingkat kesulitan membangun prasarana jalan darat relatif lebih tinggi dan lebih mahal dibandingkan wilayah lainnya di Provinsi Sumatera Utara.
Mahalnya pembangunan prasarana jalan, menyebabkan minimnya kuantitas dan kualitas jalan yang menghubungkan wilayah kabupatenkota pada wilayah
pantai barat itu sendiri. peningkatan aksesibilitas sarana jalan selain memerlukan biaya yang besar juga membutuhkan waktu yang relatif lebih
lama. Kondisi ini diperburuk dengan kondisi keuangan pemerintah pusat maupun daerah yang sangat terbatas, menunggu tersedianya alokasi anggaran
tentunya akan dirasakan terlalu lama dan penuh ketidakpastian. Apabila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, maka pemerintah daerah secara tidak
langsung turut memperpanjang keterisolasian wilayah pantai barat dan membuat penderitaan masyarakat di wilayah tersebut semakin panjang. Moda
angkutan yang dirasakan paling efektif dan efisien dalam kondisi seperti hal di atas adalah transportasi udara. Guna mewujudkannya, kendala yang dihadapi
oleh masing-masing pemerintah daerah masih tetap pada keterbatasan anggaran untuk mengoperasikan lalu lintas udara tersebut. Pihak swasta atau
pihak ketiga lainnya akan enggan dan khawatir membuka jalur penerbangan reguler sebab akan menghadapi resiko kerugian. Sementara jika pemerintah
daerah membiayai operasional penerbangan secara individu juga akan mustahil, sebab akan terlalu berat untuk ditanggung sendiri.
Cara yang dianggap paling sesuai adalah beberapa pemerintah daerah di wilayah tersebut bekerjasama menanggung pembiayaan dengan koordinasi
pemerintah provinsi. Setelah forum kerjasama daerah terbentuk, selanjutnya diundang maskapai penerbangan sebagai operator penerbangan dengan
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
8
perjanjian jika terjadi kerugian untuk setiap penerbangan, pihak pemerintah daerah akan mensubsidi dengan memberikan kompensasi sebesar kerugian
yang ditanggung oleh pihak operator. Kompensasi kerugian ini disebut sebagai jaminan operasional penerbangan JOP. Namun apabila nantinya diperoleh
keuntungan, maka surplus akan dibagi berdasarkan kesepakatan dari pihak- pihak yang bekerjasama maskapai penerbangan, kabupatenkota dan
provinsi.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
9
BAB V DASAR HUKUM KERJASAMA DAERAH