DASAR HUKUM KERJASAMA DAERAH

BAB V DASAR HUKUM KERJASAMA DAERAH

Sebagai dasar hukum kerjasama daerah adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam UU ini terdapat satu bab tersendiri dengan empat pasal yang mengatur tentang kerjasama dan penyelesaian perselisihan. Pada pasal 195 diatur tentang kerjasama daerah dengan pihak lain yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selengkapnya isi daripada pasal 195 tersebut adalah sebagai berikut: 1 Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan kerjasama dengan daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan. 2 Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan keputusan bersama. 3 Dalam penyediaan pelayanan publik, daerah dapat bekerja sama dengan pihak ketiga. 4 Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 3 yang membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD. Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005 USU Repository © 2006 10 Selanjutnya pada pasal 196 diatur pula kerjasama tentang pengelolaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah. Selengkapnya isi daripada pasal 196 UU Nomor 32 Tahun 2004 tersebut adalah sebagai berikut: 1 Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait. 2 Untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan publik secara bersama dengan daerah sekitarnya untuk kepentingan masyarakat. 3 Untuk pengelolaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, daerah membentuk badan kerjasama. 4 Apabila daerah tidak melaksanakan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, pengelolaan pelayanan publik tersebut dapat dilaksanakan oleh Pemerintah. Selanjutnya pada pasal 197 dikatakan bahwa tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 195 dan pasal 196 akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Lazimnya dalam suatu kerjasama terdapat berbagai kepentingan antara pihak-pihak yang bekerja sama. Ada saatnya satu pihak bersikeras untuk tetap mempertahankan pendiriannya sebab merasa kepentingannya akan terganggu bila tidak mempertahankan pendiriannya tersebut. Apabila kondisi ini berlanjut, akan berpotensi menyebabkan terjadinya perpecahan dalam kerjasama yang telah disepakati oleh masing-masing pihak. Guna Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005 USU Repository © 2006 11 mengantisipasi terjadinya permasalahan dalam kerjasama seperti yang telah disebutkan di atas, telah pula diatur satu pasal tersendiri tentang penyelesaian perselisihan yaitu pada pasal 198 yang selengkapnya adalah sebagai berikut: 1 Apabila terjadi perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar kabupatenkota dalam satu provinsi, Gubernur menyelesaikan perselisihan dimaksud. 2 Apabila terjadi perselisihan antar provinsi, antara provinsi dan kabupatenkota diwilayahnya, serta antara provinsi dan kabupatenkota di luar wilayahnya, Menteri Dalam Negeri menyelesaikan perselisihan dimaksud. 3 Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 bersifat final. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Penerbit Eko Jaya, 2004, 106 – 107 Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005 USU Repository © 2006 12

BAB VI BENTUK KERJASAMA DAERAH