Penerapan E-Procurement Pada Sistem Pelayanan Publik Menuju Good Corporate Governance Pada PT. PLN Wilayah Sumatera Utara

(1)

PENERAPAN E-PROCUREMENT PADA SISTEM PELAYANAN PUBLIK MENUJU GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PADA PT. PLN WILAYAH SUMATERA UTARA

SKRIPSI DISUSUN OLEH:

AHMAD ZURIH 040903010

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segenap puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk mengisi hidup dan menjalani nya dengan amal dan usaha sehingga menjadikan hidup dan kehidupan kita pada masa kini dan masa mendatang penuh nilai dan arti.

Tak lupa syalawat beserta salam tercurah buat junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengorbankan jiwa dan raga nya demi tegak nya akhlakul kharimah di alam jagat raya ini dan sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia di dunia.

Tak lupa terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bang M. Hatta Ridho S.sos, M.SP selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran nya untuk membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar sampai dengan selesai nya skripsi penulis yang berjudul: “Penerapan E-Procurement Pada Sistem Pelayanan Publik Menuju Good Corporate Governance Pada PT. PLN Wilayah Sumatera Utara” yang dapat diselesaikan dengan baik.

Sesungguhnya karya tulis ilmiah ini bukanlah semata-mata mutlak dari usaha penulis sendiri. Akan tetapi, tidak terlepas dari bantuan orang tua, dosen pembimbing, kawan-kawan mahasiswa stambuk 04 baik itu berupa doa, saran maupun dukungan sehingga memberikan motivasi yang sangat besar bagi penulis dalam melaksanakan penyusunan skripsi ini hingga selesai. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan nya baik itu berupa tata penulisan maupun maupun tata bahasa nya. Oleh sebab itu, masukan baik saran maupun kritikan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini.


(3)

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung, dan memberikan motivasi baik bersifat material maupun spiritual terutama yakni kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan

2. Bapak Drs. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemn Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Betti Nasution M.si selaku Sekertaris Departemen Ilmu Administrasi Negara 4. Kak Mega dan Kak Emi, selaku staff administrasi di Departemen Ilmu Administrasi

Negara yang telah memberikan informasi dan membantu kelancaran administrasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Buat Ayahanda M.Hasyim dan Ibunda Sumiati tercinta. Kasih sayang mu tiada bertepi dan hingga sepanjang masa. Terima kasih atas pengorbanan dan kerja keras mu, yang engkau lakukan demi kebahagian anak mu ini. Anak mu ini hanya mampu berdo’a agar ayahanda dan ibunda mendapatkan rahmat dan karunia serta lindungan dari Allah SWT.

6. Buat abanganda tercinta Muhammad Muhsin serta adinda Ahmad Adnan Wira dan Wina Naharia, jangan biarkan harimu berlalu tanpa arti, persiapkan diri untuk menyambut hari yang lebih ceria. Motivasi yang engkau berikan akan menjadi kenangan manis dalam hidupku.

7. Kepada Bapak Ranofitra dan Ibu Martha Lena di bidang Kepegawaian PT. PLN Wilayah Sumatera Utara terima kasih yang sebesar-besarnya telah meluangkan


(4)

waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu memberikan data-data terhadap penyelesaian skripsi ini.

8. Kepada Ibu Agustina di bidang Perencanaan Kepegawaian dan juga Ibu Rini di bidang Sekertariat PT. PLN Wilayah Sumatera Utara yang selama ini telah membantu saya dalam memperlancar jalan menuju kesuksesan yang sangat bernilai ini.

9. Kepada kawan-kawan seperjuangan, Debi Chandra, terima kasih banyak atas dukungan formil dan materil yang engkau berikan yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dodo, Akbar, Arfan, Fauji, Asfar, Royan, Wan Hasri, Indra, Ipul, Rajab, terima kasih atas motivasi dan dukungan nya. Meita, terima kasih mau membantu pas seminar kemarin. Silvi, Monique, Leni, Rizka, terima kasih bantuan dan dukungan nya, kapan kalian nyusul. Dan buat seluruh anak Administrasi Negara stambuk 04, semoga kita tetap ketemu walaupun semuanya sudah jadi alumni.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri Tak Ada Gading Yang Tak Retak, sebagai manusia biasa penulis tak luput dari kekhilafan dan kekurangan. Kepada pembaca semua, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini dan kepada Allah SWT, penulis mohon ampun. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Medan, Desember 2007 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR………...i

DAFTAR ISI………..iv

DAFTAR TABEL………..viii

DAFTAR LAMPIRAN………..x

ABSTRAK……….xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah……….1

1.2Perumusan Masalah………6

1.3Tujuan Penelitian………7

1.4Manfaat Penelitian………..7

1.5Kerangka Teori………...8

1.5.1 E-Procurement………....8

1.5.1.1 Pengertian E-Procurement……….8

1.5.1.2 Keanggotaan dan Persyaratan E-Procurement………...9

1.5.1.3 Tanggung Jawab Penggunaan ID Login….………...10

1.5.1.4 Manfaat E-Pocurement………..11

1.5.1.5 Tujuan E-Procurement………...12


(6)

1.5.1.7Tata Cara Pengadaan Barang / Jasa.………...14

1.5.1.8 Pembatalan / Pemutusan………16

1.5.1.9 Penilaian………17

1.5.2 Badan Usaha Milik Negara………18

1.5.2.1 Pengertian Dan Peranan BUMN….………..18

1.5.2.2 Latar Belakang Berdirinya BUMN………...20

1.5.2.3 BUMN Sebagai Strategic Bussiness Unit……….…....21

1.5.3 Sistem Pelayanan Publik………23

1.5.4 Good Corporate Governance………..26

1.6Defenisi Konsep……….32

1.7Defenisi Operasional………..33

1.8Sistematika Penulisan……….36

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian………..38

2.2 Lokasi Penelitian………...38

2.3 Populasi dan Sampel……….38

2.4 Teknik Pengumpulan Data………39

2.4.1 Pengumpulan Data Primer………40

2.4.2 Pengumpulan Data Sekunder………40


(7)

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat PT PLN Wilayah Sumatera Utara……….42

3.1.1 Sebelum Kemerdekaan Sampai Tahun 1965……….42

3.1.2 Dari Eksploitasi I Sampai Wilayah II………....43

3.1.3 Dari Perum Menjadi Persero………..44

3.14 Pemisahan Wilayah Dan Pembangkitan & Penyaluran………..45

3.2 Visi dan Misi Perusahaan………45

3.2.1 Visi……….45

3.2.2 Misi………46

3.3 Lingkup Perusahaan………46

3.4 Ruang Lingkup Usaha Diluar Pokok Perusahaan………...47

3.5 Philosofi Perusahaan………...47

3.6 Struktur Perusahaan………48

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Ketentuan Tentang Responden Penelitian………..58

4.2 Identitas Responden Pegawai PT.PLN ( Persero ) Wilayah SUMUT……....60

4.3 Identitas Responden Karyawan Perusahaan Pengadaan Barang/ Jasa ...…..72

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Ketentuan Tentang Responden Penelitian………...79


(8)

5.3 Peranan Para Pegawai Dalam Menjalankan Program E-Pocurement PT.PLN Wilayah Sumatera Utara………...83

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan……….88 6.2 Saran………89


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Klasifikasi Resonden Penelitian………...58

4.2 Identitas Responden Pegawai PLN Menurut Jenis Kelamin………60

4.3 Identitas Responden Pegawai PLN Menurut Tingkat Umur………....60

4.4 Identitas Responden Pegawai PLN Menurut Tingkat Pendidikan………...61

4.5 Jawaban Responden Tentang Pemahaman Fungsi Dari Program E-Procurement...62

4.6 Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan Program E-Procurement………...63

4.7 Jawaban Responden Tentang Kondisi Sarana&Prasarana Dalam E-Procurement...63

4.8 Jawaban Responden Tentang Kemudahan Dalam Memberikan Pelayanan……….64

4.9 Jawaban Responden Tentang Sesuai Atau Tidaknya Program E-Procurement Tersebut Terhadap Aspirasi Masyarakat………..65

4.10 Jawaban Responden Tentang Ada Tidaknya Anggaran……….66

4.11 Jawaban Responden Tentang Cukup Tidaknya Anggaran………. 66

4.12 Jawaban Responden Tentang Cukup Tidaknya Anggaran Mendukung Tugas…...67

4.13 Jawaban Responden Tentang Pemahaman Akan Fungsi, Tugas Dan Kewajiban Seorang Pegawai……….68

4.14 Jawaban Responden Tentang Sosialisasi Program E-Pocurement………68

4.15 Jawaban Responden Tentang Penyuluhan Terhadap Pelayanan Yang Diberikan..69

4.16 Jawaban Responden Tentang Informasi Pemadaman Listrik………70

4.17 Jawaban Responden Tentang Tatacara Menghubungi PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara………...71


(10)

4.18 Identitas Responden Karyawan Perusahaan Bidang Pengadaan Barang /Jasa Berdasarkan Jenis Kelamin………..72 4.19 Identitas Responden Karyawan Perusahaan Bidang Pengadaan Barang /Jasa

Menurut Tingkat Umur...73 4.20 Identitas Responden Karyawan Perusahaan Bidang Pengadaan Barang /Jasa

Berdasarkan Tingkat Pendidikan...73 4.21 Jawaban Responden Mengenai Tahu Tidaknya Penerapan Program E-Pocurement

PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara...74 4.22 Jawaban Responden Tentang Merasakan Tidaknya Manfaat Penerapan Program

E-Pocurement ...75 4.23 Jawaban Responden Tentang Lama Tidaknya Proses Tender Melalui Program

E-Pocurement...76 4.24 Jawaban Responden Tentang Baik Tidaknya Program E-Pocurement...76 4.25 Jawaban Responden Tentang Ada Tidaknya Data-Data Terbaru Program

E-Pocurement ...77 4.26 Jawaban Responden Tentang Tahu Tidaknya Cara Mengakses Website Program

E-Pocurement ...78


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat permohonan judul

2. Surat penunjukan dosen pembimbing

3. Undangan seminar proposal usulan penelitian skripsi 4. Jadwal seminar proposal usulan penelitian skripsi 5. Berita acara seminar rencana usulan penelitian 6. Daftar hadir peserta seminar proposal

7. Surat izin permohonan penelitian dari PT. PLN Wilayah Sumatera Utara 8. Daftar kuesioner

9. Daftar wawancara

10.Struktur organisasi PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara


(12)

ABSTRAKSI

PENERAPAN E-PROCUREMENT PADA SISTEM PELAYANAN PUBLIK MENUJU GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PADA PT. PLN WILAYAH SUMATERA UTARA

Nama : Ahmad Zurih NIM : 040903010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara Pembimbing : M. Hatta Ridho S.sos, M.SP

Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 yang lalu, banyak masyarakat yang menuntut agar dilakukannya reformasi ditubuh BUMN (Badan Usaha Milik Negara) kepada pemerintah, menuntut agar BUMN kembali kepada tujuan utama nya yang tercantum pada UUD 1945 Pasal 33 yaitu sebagai perwakilan pemerintah dalam melayani kebutuhan utama publik yang menguasai hajat hidup orang banyak baik secara tingkat nasional maupun daerah dan juga menuntut agar dilakukannya transparansi didalam pengelolaan keuangan perusahaan serta dalam hal tender proyek pengadaan barang dan jasa perusahaan.

Oleh sebab itu, berdasarkan tuntutan masyarakat tersebut, Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) Wilayah Sumatera Utara sebagai salah satu BUMN di Indonesia menerapkan program e-procurement dalam sistem pelayanan publik. Adapun yang menjadi dasar hukum dari penerapan program e-procurement tersebut adalah Keputusan Presiden No.80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. Akan tetapi setelah program e-procurement tersebut diterapkan oleh PT.PLN Wilayah Sumatera Utara, banyak nya masyarakat yang tidak mengetahui kalau program tersebut diterapkan. Padahal, program tersebut sangat berguna sekali bagi masyarakat dan juga stakeholders lainnya untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai perusahaan baik mengenai informasi sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, profil perusahaan maupun informasi lainnya

Hal ini sangat membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif agar dapat diketahui apa penyebab banyak nya masyarakat dan juga stakeholders lainnya tidak mengetahui program tersebut.

Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui sudah sejauh mana penerapan e-procurement tersebut, untuk mengetahui tingkat kesiapan SDM para pegawai dan juga untuk mengetahui pola kerja sama yang dibina oleh PT.PLN Wilayah Sumatera Utara dalam rangka menuju BUMN yang good corporate governance.


(13)

PERSEMBAHAN

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat ( Q.S.Al-Mudjadallah : 11 )

Melangkah maju mendobrak rintangan Segudang persoalan menanti pemecahan

Bimbang dan ragu menunda keputusan Ilmu dan pengalaman penentu ketegasan

Hamba mengucapkan syukur yang dalam atas kehadiratMu ya Allah

Atas karuniaMu lah hamba bisa seperti ini

Kupersembahkan skripsi ini kepada

Ayahanda M.Hasyim dan Ibunda Sumiati tercinta Engkau bersimbah keringat dan air mata

Demi anakmu bisa sekolah

Serta abanganda dan adinda tersayang Jangan biarkan hidup mu berlalu tanpa arti


(14)

ABSTRAKSI

PENERAPAN E-PROCUREMENT PADA SISTEM PELAYANAN PUBLIK MENUJU GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PADA PT. PLN WILAYAH SUMATERA UTARA

Nama : Ahmad Zurih NIM : 040903010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara Pembimbing : M. Hatta Ridho S.sos, M.SP

Setelah terjadi nya krisis ekonomi pada tahun 1997 yang lalu, banyak masyarakat yang menuntut agar dilakukan nya reformasi ditubuh BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ) kepada pemerintah, menuntut agar BUMN kembali kepada tujuan utama nya yang tercantum pada UUD 1945 Pasal 33 yaitu sebagai perwakilan pemerintah dalam melayani kebutuhan utama publik yang menguasai hajat hidup orang banyak baik secara tingkat nasional maupun daerah dan juga menuntut agar dilakukan nya transparansi didalam pengelolaan keuangan perusahaan serta dalam hal tender proyek pengadaan barang dan jasa perusahaan.

Oleh sebab itu, berdasarkan tuntutan masyarakat tersebut, Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) Wilayah Sumatera Utara sebagai salah satu BUMN di Indonesia menerapkan program e-procurement dalam sistem pelayanan publik. Adapun yang menjadi dasar hukum dari penerapan program e-procurement tersebut adalah Keputusan Presiden No.80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. Akan tetapi setelah program e-procurement tersebut diterapkan oleh PT.PLN Wilayah Sumatera Utara, banyak nya masyarakat yang tidak mengetahui kalau program tersebut diterapkan. Padahal, program tersebut sangat berguna sekali bagi masyarakat dan juga stakeholders lainnya untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai perusahaan baik mengenai informasi sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, profil perusahaan maupun informasi lainnya

Hal ini sangat membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif agar dapat diketahui apa penyebab banyak nya masyarakat dan juga stakeholders lainnya tidak mengetahui program tersebut.

Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui sudah sejauh mana penerapan e-procurement tersebut, untuk mengetahui tingkat kesiapan SDM para pegawai dan juga untuk mengetahui pola kerja sama yang dibina oleh PT.PLN Wilayah Sumatera Utara dalam rangka menuju BUMN yang good corporate governance.


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan didepan penguji skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

Nama : Ahmad Zurih NIM : 040903010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Penerapan E-Procurement Pada Sistem Pelayanan Publik Menuju Good Corporate Governance Pada PT. PLN Wilayah Sumatera Utara

Hari : Tanggal :

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

Tim Penguji:

Ketua : (……….) NIP:

Anggota I : (……….) NIP:

Anggota II : (………..) NIP:


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Ahmad Zurih

NIM : 040903010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Penerapan E-Procurement Pada Sistem Pelayanan Publik Menuju Good Corporate Governance Pada PT. PLN Wilayah Sumatera Utara

Medan, Februari 2008

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara

M. Hatta Ridho S.sos, M.SP Drs. Marlon Sihombing, MA NIP: 132 316 817 NIP: 131 568 391

DEKAN FISIP USU MEDAN

Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA NIP: 131 757 010


(17)

ABSTRAKSI

PENERAPAN E-PROCUREMENT PADA SISTEM PELAYANAN PUBLIK MENUJU GOOD CORPORATE GOVERNANCE

PADA PT. PLN WILAYAH SUMATERA UTARA

Nama : Ahmad Zurih NIM : 040903010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara Pembimbing : M. Hatta Ridho S.sos, M.SP

Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 yang lalu, banyak masyarakat yang menuntut agar dilakukannya reformasi ditubuh BUMN (Badan Usaha Milik Negara) kepada pemerintah, menuntut agar BUMN kembali kepada tujuan utama nya yang tercantum pada UUD 1945 Pasal 33 yaitu sebagai perwakilan pemerintah dalam melayani kebutuhan utama publik yang menguasai hajat hidup orang banyak baik secara tingkat nasional maupun daerah dan juga menuntut agar dilakukannya transparansi didalam pengelolaan keuangan perusahaan serta dalam hal tender proyek pengadaan barang dan jasa perusahaan.

Oleh sebab itu, berdasarkan tuntutan masyarakat tersebut, Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) Wilayah Sumatera Utara sebagai salah satu BUMN di Indonesia menerapkan program e-procurement dalam sistem pelayanan publik. Adapun yang menjadi dasar hukum dari penerapan program e-procurement tersebut adalah Keputusan Presiden No.80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. Akan tetapi setelah program e-procurement tersebut diterapkan oleh PT.PLN Wilayah Sumatera Utara, banyak nya masyarakat yang tidak mengetahui kalau program tersebut diterapkan. Padahal, program tersebut sangat berguna sekali bagi masyarakat dan juga stakeholders lainnya untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai perusahaan baik mengenai informasi sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, profil perusahaan maupun informasi lainnya

Hal ini sangat membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif agar dapat diketahui apa penyebab banyak nya masyarakat dan juga stakeholders lainnya tidak mengetahui program tersebut.

Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui sudah sejauh mana penerapan e-procurement tersebut, untuk mengetahui tingkat kesiapan SDM para pegawai dan juga untuk mengetahui pola kerja sama yang dibina oleh PT.PLN Wilayah Sumatera Utara dalam rangka menuju BUMN yang good corporate governance.


(18)

BAB I PENDAHULUAN .1 Latar belakang

BUMN sebagai unit ekonomi milik negara merupakan sektor yang penting peranan nya dalam membantu pemerintah mengimplementasikan kebijakan pembangunan yang telah digariskan dalam tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan disegala bidang yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya menuju kemajuan dan kemakmuran bangsa yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan sumber daya manusia ( SDM ) Indonesia yang tercermin dalam produktivitas nasional.

BUMN didalam konteks perekonomian Indonesia mempunyai tempat penting, bukan saja eksistensinya hanya sebatas pengelolaan sumber daya dan produksi barang yang meliputi hajat hidup orang banyak, tetapi juga berbagai kegiatan investasi untuk produksi barang dan jasa yang tidak menarik atau terlalu besar untuk dapat dilakukan oleh pihak swasta.

Didalam pasal 33 ayat 2 UUD 1945 ditetapkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Pasal 33 UUD 1945 tersebutlah yang menjadi dasar bagi Indonesia untuk membangun BUMN dimana BUMN tersebut merupakan perwakilan pemerintah dalam melayani kebutuhan utama publik baik secara tingkat nasional maupun daerah.

Indonesia yang masih berada dalam situasi paska krisis ekonomi ( 1997-2000 ) dan dalam upaya pembenahan ekonomi secara nasional demi menghadapi tuntutan


(19)

globalisasi yang akan hadir pada tahun 2015 mulai berupaya untuk menghidupkan kegiatan perekonomian nasional dengan salah satu upayanya adalah dengan mengefektifkan kembali kinerja BUMN. Pasal 33 UUD 1945 tersebut kemudian menggiring Indonesia untuk melakukan alternatif pembangunan perekonomian yang salah satu upaya yang ditempuh oleh pemerintah adalah dengan menghidupkan kembali sector ekonomi yang berasal dari perusahaan negara ( BUMN ) yang menguasai alam Indonesia yang kaya.

Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, BUMN merupakan Badan Usaha Milik Negara yang sebagian besar modal perusahaan nya berasal dari kekayaan negara, mempunyai peranan sebagai sumber pendapatan devisa negara dan juga untuk memproduksi berbagai barang dan jasa kebutuhan masyarakat. Berdasarkan undang-undang tersebut dapat dilihat bahwa BUMN sebagai institusi milik pemerintah menjadi alat vital yang efektif bagi pembangunan nasional.

Kenyataan, bahwa BUMN tidak hanya berperan sebagai usaha bisnis semata-mata yang tujuannya bukan hanya untuk mencari keuntungan, akan tetapi juga merupakan bagian dari aparatur negara yang bertujuan memberikan pelayanan kepada publik, sering kali menyebabkan bahwa BUMN menjadi birokratis dan kehilangan keluwesan serta kegesitan usaha yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan bisnis. Dan juga banyak nya patologi didalam tubuh BUMN menyebabkan prestasi BUMN sebagai usaha bisnis yang kurang memuaskan, malahan harus menderita rugi sehingga harus diberikan subsidi oleh pemerintah.

Kondisi tersebut menyebabkan tidak adanya transparansi dalam setiap kegiatan kinerja BUMN yang membuat semakin tidak efesiennya dan tidak efektifnya BUMN.


(20)

Hal ini tentu tidak wajar, mengingat BUMN sesuai dengan jiwa UUD 1945 Pasal 33 menjadi perusahaan negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dengan tanpa pesaing, tentunya akan sangat jauh dari kata “rugi”.

Namun seiring dengan adanya reformasi, banyaknya tuntunan dari masyarakat agar adanya transparansi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan milik negara yang ada di Indonesia baik Badan Usaha Milik Negara maupun Badan Usaha Milik Daerah dalam hal pengelolaan keuangan perusahaan dan juga dalam hal melakukan tender proyek pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan. Tuntutan yang timbul dari masyarakat ini, menginginkan terwujudnya perusahaan negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan terlaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara dan juga pembangunan yang sesuai dengan prinsip-prinsip good corporate gonernance.

E-Procurement merupakan salah satu contoh e-government yang diterapkan oleh salah satu BUMN di Indonesia yaitu Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) Wilayah SUMUT. E-Procurement diterapkan karena berawal dari ketidakadaan transaparansi di dalam tubuh BUMN dalam hal pengelolaan keuangan perusahaan dan dalam hal melakukan tender proyek pengadaan barang dan jasa, tingkat kemajuan teknologi informasi yang semakin canggih, serta berawal dari tuntutan kesiapan BUMN terhadap perkembangan era perdagangan bebas yang akan dilakukan pada tahun 2015.nanti

Jenis e-procurement ini merupakan implementasi e-government pada BUMN dimana melalui aplikasi e-procurement rangkaian proses tender proyek-proyek pemerintah dapat dilakukan secara online melalui internet dan juga dalam penerapan proyeknya merupakan proyek yang berskala besar dimana kebanyakan aplikasinya perlu


(21)

melibatkan sejumlah sumber daya yang besar, dalam hal ini menyangkut ketersediaan modal dan juga kemampuan / keahlian yang dimiliki oleh para pegawai dalam menguasai komputer dan juga internet.

Di dalam e-procurement ini yang terjadi adalah sebuah komunikasi dua arah, dimana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimilikinya seperti dalam hal pelelangan atau tender barang untuk dapat secara langsung dan bebas diakses oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet.

Biasanya kanal akses yang dipergunakan adalah komputer atau handphone melalui medium internet, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan untuk mengakses situs ( website ) departemen atau divisi terkait yang ada didalam perusahaan, kemudian user dapat melakukan browsing ( melalui link yang ada ) terhadap data atau informasi yang dibutuhkan.

Secara umum istilah governance lebih ditujukan untuk sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan, dalam arti lebih ditujukan pada tindakan yang dilakukan oleh eksekutif perusahaan agar tidak merugikan para stakeholder. Good corporate governance menyangkut tentang konsep moralitas, etika kerja, dan prinsip-prinsip kerja yang baik yang harus dilakukan oleh para eksekutif perusahaan dalam mengambil kebijakan dan keputusan.

Corporate governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi dan krisis politik di Indonesia pada tahun 1997 yang lalu (www.kompas.com, 22 Oktober 2007, Dengan judul artikel: Good Corporate Governance Sebuah Keharusan). Mulai saat itulah tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance / GCG) mengemuka. Dimulai dengan jatuhnya


(22)

perusahaan-perusahaan di Indonesia yang disebabkan oleh tidak patuhnya manajemen perusahaan-perusahaan terhadap prinsip-prinsip good corporate governance tersebut dimana hal ini ditandai dengan kurang transparan nya pengelolaan perusahaan sehingga kontrol publik menjadi sangat lemah, konglomerat yang tidak baik dalam menjalankan usaha dimana hal tersebut dapat dilihat dengan terkonsentrasi nya pemegang saham besar pada beberapa keluarga konglomerat yang menyebabkan campur tangan pemegang saham mayoritas pada manajemen perusahaan yang sangat terasa serta menimbulkan konflik kepentingan yang sangat menyimpang dari norma-norma tata kelola perusahaan yang baik, dan juga pemerintah yang penuh dengan patologi KKN ( Kolusi, Korupsi dan Nepotisme ) yang sangat kronis.

Kondisi tersebut semakin diperparah dengan rendahnya tingkat stabilitas keamanan dalam negeri dan tidak berfungsinya aparat penegak hukum menjadikan investasi jangka panjang yang ikut menggerakkan sektor riil mulai meninggalkan Indonesia dan memindahkan perusahaannya ke beberapa negara tetangga. Indonesia sudah tidak dianggap lagi sebagai negara yang kompetitif untuk investasi jangka panjang. Ini tentu saja semakin menambah jumlah pengangguran dan mengganggu kinerja ekspor negara kita.

Oleh sebab itu, untuk menyehatkan perekonomian Indonesia kembali maka seluruh elemen masyarakat dan juga para stakeholder lainnya menutut agar segera menerapkan prinsip good corporate governance ini dalam perusahaan-perusahaan di Indonesia secara efektif agar kejadian krisis ekonomi dan krisis politik tidak kembali lagi terjadi di Indonesia.


(23)

Penerapan tata kelola perusahaan yang baik memberikan banyak sekali keuntungan bagi perusahaan itu sendiri dan masyarakat, tumbuhnya kepercayaan investor memberi peluang akses sumber pendanaan yang murah dan berkembangnya pasar modal kita, menguatnya kepercayaan lembaga keuangan domestik maupun internasional memberi peluang akses kredit dengan bunga yang kompetitif, kontrol yang efektif mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Bersihnya perusahaan dari praktik-praktik korupsi memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara efisien dan menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing di pasar global, yang pada gilirannya mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dan berkesinambungan.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Penerapan E-Procurement Pada Sistem Pelayanan Publik Menuju Good Corporate Governance Pada PT.PLN Wilayah Sumatera Utara”.

.2 Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data kedalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti.

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Penerapan E-Procurement Pada Sistem Pelayanan Publik Menuju BUMN Yang Good Corporate Governance (Studi Pada PT. PLN Wilayah Sumatera Utara)


(24)

.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sudah sejauh mana penerapan e-procurement dalam sistem pelayanan publik pada PT. PLN Wilayah Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui tingkat kesiapan sumber daya manusia para pegawai PT.PLN Wilayah Sumatera Utara setelah diterapkan nya e-procurement

3. Untuk mengetahui pola kerjasama yang dibina oleh PT.PLN Wilayah Sumatera Utara dalam rangka menuju BUMN yang good corporate governance.

.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang teori e-government ( melalui e-procurement ), sistem pelayanan publik, dan good corporate governance.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan untuk sebagai bahan masukan atau referensi bagi PT.PLN dalam menerapkan e-procurement pada sistem pelayanan publik menuju BUMN yang good corporate governance

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmiah dan keputusan baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial khususnya bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(25)

.5 Kerangka Teori

Seperti yang dikemukakan oleh Nawawi Hadari ( 1992:149 ) dalam suatu studi penelitian perlu ada kejelasan titik tolak atau landasan berfikir untuk memecahkan dan membahas masalah. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori sebagai pedoman yang menggambarkan dari mana sudut masalah tersebut disorot.

Menurut Singarimbun ( 1989:149 ), teori diartikan sebagai serangkaian konsep, defenisi, preposisi yang saling berkaitan dan bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena.

Adapun yang menjadi kerangka dasar dalam penelitian ini adalah: .5.1 E-Procurement

.5.1.1 Pengertian E-Procurement

E-Procurement adalah sarana aplikasi berbasis web untuk melakukan proses pengadaan barang atau jasa pemborongan atau jasa lain nya dilingkungan PT PLN ( Persero ) secara online.

Setiap anggota / peserta yang ingin ikut dalam pengadaan harus mempunyai ID Login yaitu berupa User ID dan Password yang dibuat sendiri dan ter-registrasi di e-procurement PT PLN. ID Login yang masih aktif dapat digunakan oleh anggota / peserta untuk mengikuti pelelangan umum atau e-Auction melalui e-procurement PT PLN ( Persero ) di seluruh Indonesia.

Adapun yang menjadi penyedia barang / jasa pemborongan / jasa lainnya adalah badan usaha, badan hukum, maupun perorangan yang kegiatan usaha nya menyediakan barang / jasa.


(26)

Anggota / peserta wajib menandatangani diatas materai dan diberi cap perusahaan yaitu Surat Pernyataan untuk mengikuti proses pengadaan barang / jasa dengan cara e-Bidding atau e-Auction melalui e-procurement PLN ( terlampir ) dan diserahkan ke PLN sebelum pelaksanaan pengadaan.

.5.1.2 Keanggotaan dan Persyaratan A. Keanggotaan

1. Penyedia barang / jasa pemborongan / jasa lainnya untuk menjadi anggota / peserta situs e-procurement PLN harus melakukan pendaftaran dan mengisi data perusahaan dengan benar dan akurat melalui situs e-procurement.

2. Setiap peneyedia barang / jasa lainnya hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) ID Login ( account ID )

3. Anggota / peserta wajib memelihara, memperbaharui data nya sesuai kondisi terakhir dan harus mengikuti ketentuan.

4. Keanggotaan akan berakhir apabila:

a. Anggota / peserta mengundurkan diri dengan cara mengirim e-mail kepada Unit PLN setempat ( dimana anggota / peserta terdaftar ) atau secara tertulis dan mendapatkan e-mail konfirmasi atau balasan tertulis atas pencabutan keanggotaan nya.

b. Anggota / peserta dicabut keanggotaan nya secara sepihak oleh PT PLN karena dianggap telah melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh PT PLN


(27)

c. Apabila anggota / peserta memiliki catatan performance ( track record ) yang buruk berdasar penilaian PLN.

B. Persyaratan

1. Anggota / peserta wajib menyetujui bahwa transaksi melalui situs e-procurement PLN tidak boleh melanggar ketentuan yang berlaku di PT PLN (Persero) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

2. Anggota / peserta wajib tunduk dan taat pada semua peraturan yang berlaku di Indonesia yang berhubungan dengan penggunaan jaringan dan komunikasi data baik diwilayah Indonesia maupun dari dan keluar wilayah Indonesia melalui situs ini

3. Anggota / peserta bertanggung jawab penuh atas isi transaksi (content of data) melalui situs e-procurement PLN

4. Anggota / peserta dilarang saling menggangu proses transaksi atau pelayanan melalui situs e-procurement PLN

5. Anggota / peserta setuju bahwa usaha untuk memanipulasi data, mengacaukan sistem computer dan jaringan adalah tindakan melanggar hukum.

.5.1.3 Tanggung Jawab Penggunaan ID Login

1. Anggota / peserta bertanggung jawab penuh atas kerahasiaan, keamanan dan penyalahgunaan dari ID Login ( user-id dan password ) milik nya dan semua kegiatan pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya.


(28)

2. Anggota / peserta diwajibkan untuk mengganti password-nya secara periodic untuk tetap menjaga kerahasiaan dari kemungkinan penyalahgunaan oleh pihak lain yang tidak berhak.

3. Bila anggota / peserta lupa dengan password-nya, harus segera menghubungi administrator e-procurement PLN di PLN setempat ( dimana anggota / peserta terdaftar ), kemudian administrator akan mereset password-nya dan selanjutnya anggota / peserta harus segera merubah default password tersebut. 4. Anggota / peserta wajib untuk segera memberitahukan kepada PLN setempat (

dimana anggota / peserta terdaftar ) apabila mengetahui adanya penyalahgunaan ID-Login miliknya oleh pihak lain yang tidak berhak atau jika ada masalah lainnya terhadap ID Login milik nya.

.5.1.4 Manfaat E-Procurement

Adapun manfaat dari e-procurement adalah:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara.

2. Meningkatkan transparansi, control, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance; 3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi

yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder nya untuk keperluan aktivitas sehari-hari.


(29)

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksi nya dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada; serta

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan public secara merata dan demokratis

.5.1.5 Tujuan E-Procurement

Adapun tujuan dari e-procurement antara lain:

1. Mengembangkan administrasi yang tertib untuk mendukung tersedianya informasi yang dapat dipertanggungjawabkan ( accountable ) dalam basis data administrasi pemerintahan kota.

2. Mempercepat dan memperpendek langkah proses administrasi yang dilakukan tanpa mengurangi aspek legalitas administrative dan prosedur yang dilakukan. 3. Membangun informasi produk dari data / informasi yang diperoleh, baik dari

publik itu sendiri melalui mekanisme system informasi atau dari kegiatan yang dilakukan pemerintah kota atau stakeholder lainnya yang menjadi hak publik.

4. Mengembangkan interaksi C2G ( Citizen to Government ), B2G ( Bussiness to

Governance ) dan G2G ( Governance to Governance ) lebih fleksibel dan


(30)

.5.1.6 Prinsip-Prinsip E-Procurement

Pengadaan barang / jasa melalui e-procurement menerapkan prinsip-prinsip antara lain:

1. Efisien, berarti pengadaan barang / jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkat nya dan dapat dipertanggungjawabkan;

2. Efektif, berarti pengadaan barang / jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan;

3. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang / jasa harus terbuka bagi penyedia barang / jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang / jasa yang setara dan memenuhi syarat / kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;

4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang / jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang / jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya;


(31)

5. Adil / tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang / jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun;

6. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang / jasa.

.5.1.7 Tata Cara Pengadaan Barang / Jasa A. Persyaratan Umum

1. Anggota / peserta yang akan mengikuti pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya wajib mentaati semua persyaratan dalam ketentuan ini dan peraturan pengadaan barang / jasa serta kebijakan lain yang berlaku di PT PLN ( Persero ).

2. Metode pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya adalah mengikuti pedoman pengadaan barang / jasa PT PLN ( Persero ) yang antara lain meliputi pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, penunjukan langsung dan pembelian langsung, denga terlebih dahulu mengikuti proses pra / paska kualifikasi.

3. Anggota / peserta yang akan mengikuti pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya sanggup memenuhi administrasi pengadaan dan criteria / spesifikasi barang / jasa pemborongan / jasa lainnya yang


(32)

telah ditetapkan oleh Panitia atau Pejabat pengadaan barang / jasa yang ditunjuk oleh PLN

4. Anggota / peserta harus memasukkan harga penawaran barang / jasa pemborongan / jasa lainnya di e-procurement PLN secara online

5. Keterlambatan pemasukan harga penawaran barang / jasa pemborongan / jasa lainnya pada 60 ( enam puluh ) detik menjelang penutupan menjadi resiko peserta.

6. Anggota / peserta dilarang memberikan penawaran barang / jasa pemborongan / jasa lainnya yang dilarang diperjualbelikan atau dikerjakan berdasarkan peraturan hukum yang berlaku di Indonesia.

B. Harga Penawaran

1. Anggota / peserta harus memberikan harga penawaran barang / jasa pemborongan / jasa lainnya yang terbaik dan harus dapat dipertanggung jawabkan.

2. Harga penawaran barang / jasa pemborongan / jasa lainnya sudah memasukan unsure-unsur biaya antara lain: harga barang / jasa pemborongan / jasa lainnya, asuransi pengangkutan, biaya pengangkutan dan keuntungan.

3. Harga penawaran secara manual / hardcopy adalah berasal dari hasil cetakan harga penawaran di e-procurement PLN secara online.

4. Anggota / peserta dapat memasukkuan harga penawaran barang / jasa pemborongan / jasa lainnya lebih dari 1 ( satu ) kali dan dimasukkan


(33)

melalui situs e-procurement PLN secara langsung atau online, selama masih dalam rentang waktu pemasukkan harga penawaran.

5. Apabila didapat harga penawaran yang sama, maka penentuan pemenangnya adalah anggota / peserta yang memasukkan penawaran di e-procurement PLN terlebih dahulu secara online, berdasarkan waktu server e-procurement PLN dalam satuan waktu WIB ( hari, tanggal, jam menit dan detik ).

6. PLN berhak melakukan klarifikasi harga untuk mendspatkan harga terbaik PLN.

7. Apabila sampai batas akhir pengadaan tidak terdapat kesesuaian harga dengan PLN, maka PLN berhak / dapat untuk mengulang / membatalkan proses pengadaan.

.5.1.8 Pembatalan / Pemutusan

PLN berhak untuk dapat membatalkan atau memutuskan proses pengadaan apabila:

1. Sampai batas waktu pengadaan barang / jasa pemborongan / jasa lainnya yang telah ditetapkan berakhir, belum atau tidak ada yang menawar.

2. Sampai batas waktu pengadaan yang telah ditetapkan berakhir, criteria atau spesifikasi yang disyaratkan PLN tidak sesuai dengan yang disampaikan oleh seluruh peserta.

3. Sampai batas waktu pengadaan yang telah ditetapkan berakhir, tidak tercapai kesepakatan harga.


(34)

4. Anggota / peserta tidak menaati semua persyaratan dalam ketentuan ini, peraturan pengadaan barang / jasa dan kebijakan lain yang berlaku di lingkungan PT PLN ( Persero )

5. Tidak ada yang ditetapkan sebagai pemenang oleh panitia pengadaan barang / jasa atau Pejabat pengadaan yang ditunjuk oleh PLN.

6. Apabila proses pengadaan dinilai palsu atau tidak wajar.

7. Dalam hal sedang berlangsung nya proses pengadaan barang / jasa melalui situs e-procurement PLN, karena sesuatu dan lain hal yang mengakibatkan proses pengadaan barang / jasa tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna ( terjadi gangguan teknis dan non teknis )

.5.1.9 Penilaian

PLN berhak menilai kinerja anggota / peserta yang menunjukkan kredibilitas anggota / peserta tersebut ( track record ) dengan criteria antara lain:

b. Harga barang / jasa pemborongan / jasa lainnya ( Price ) c. Kualitas barang / jasa pemborongan / jasa lainnya ( Quality ) d. Kuantitas barang / jasa pemborongan / jasa lainnya ( Quantity ) e. Waktu pengiriman ( Delivery Lead Time )

f. Pelayanan ( Services )

Apabila suatu anggota / peserta memiliki catatan yang performansi / track record yang buruk, maka PLN berhak atau dapat melarang anggota / peserta mengikuti proses pengadaan barang / jasa dan atau mencabut keanggotaan yang bersangkutan di situs e-procurement PLN selama kurun waktu tertentu.


(35)

.5.2 Badan Usaha Milik Negara

.5.2.1 Pengertian Dan Peranan BUMN

Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, BUMN merupakan Badan Usaha Milik Negara yang modal perusahaan nya sebagian besar berasal dari kekayaan negara, mempunyai peranan sebagai sumber pendapatan devisa negara dan juga untuk memproduksi berbagai barang dan jasa kebutuhan masyarakat. Berdasarkan undang-undang tersebut dapat dilihat bahwa BUMN sebagai institusi milik pemerintah menjadi alat vital yang efektif bagi pembangunan nasional.

Peranan BUMN erat berkaitan dengan berbagai tujuan yang perlu dicapai BUMN, seperti yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan PERJAN, PERUM dan PERSERO, menetapkan bahwa tujuan BUMN adalah:

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ekonomi negara pada umum nya dan penerimaan negara pada khususnya.

2. Mengadakan pemupukan keuntungan dan pendapatan

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang dan jasa bermutu dan memadai bagi bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sector swasta dan koperasi.

5. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat melengkapi kegiatan swasta dan koperasi dengan antara lain menyediakan kebutuhan masyarakat, baik dalam bentuk barang maupun jasa.


(36)

6. Turut aktif memberikan bimbingan kepada sector swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah dan sector koperasi.

7. Turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program dan kebijaksanaan pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya.

Di Indonesia peranan BUMN tidak lagi sebatas pada pengelolaan sumber daya dan produksi barang-barang yang meliputi hajat hidup orang banyak tetapi juga dalam berbagai kegiatan produksi dan pelayanan yang dilakukan oleh sektor swasta. Beberapa hal pokok yang menjadi peran BUMN di Indonesia, seperti perlunya public goods untuk dikelola pemerintah, pertimbangan efisiensi untuk kegiatan ekonomi berskala besar, dan pengendalian dampak negatif seperti masalah eksternalitas.

Masalah public goods merupakan pengecualian didalam sistem dan mekanisme pasar. Agar kemanfaatannya tidak jatuh ketangan perorangan, maka negara mengambil peranan aktif karena komoditi tersebut sangat diperlukan masyarakat umum. Negara, khususnya ketika usaha swasta belum tumbuh seperti pada masa awal kemerdekaan, telah mengambil inisiatif untuk menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat.

.5.2.2 Latar Belakang Berdirinya BUMN

Latar belakang pendirian BUMN di Indonesia tampaknya bermacam-macam tergantung dari periode pendirian nya dan kebijaksanaan pemerintah pada saat itu. Beberapa BUMN merupakan kelanjutan dari


(37)

perusahaan-perusahaan yang didirikan pada zaman sebelum kemerdekaan. Beberapa didirikan di zaman perjuangan kemerdekaan, misalnya saja kita lihat perusahaan-perusahaan yang didirikan dengan pembiayaan dan pembinaan Bank Industri Negara seperti PT. Natour, Perusahaan Tinta Cetak Tjemani, Perusahaan Kertas Blabak. Disamping itu ada perusahaan-perusahaan yang tumbuh akibat pengambil-alihan perusahaan Belanda akibat pertentangan kita dengan Belanda dalam rangka pengembalian Irian Barat, misalnya kita menasionalisasikan beberapa perusahaan yang kemudian menjadi PT. Indestin, PT Satya Negara, dan PT Indevitra.

Berbagai landasan pendirian perusahaan negara ini menyulitkan pengendalian nya. Tolak ukur keberhasilan yang didasarkan motivasi pendirian suatu badan usaha menjadi tidak jelas. Dalam kurun waktu ini kecenderungan masyarakat untuk menuntut reformasi disegala bidang perekonomian termasuk juga pada BUMN. Maka untuk mengatasi berbagai masalah tersebut maka kemudian pemerintah melakukan revisi pada Undang-Undang No.19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara menjadi Undang-Undang No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. Undang-undang yang direvisi ini menjadi tonggak penting dalam pengelolaan dan pengendalian BUMN di Indonesia. Melalui undang-undang ini ditetapkan peranan dan fungsi BUMN dan berbagai badan pengendalian yang penting.


(38)

.5.2.3 BUMN Sebagai Strategic Bussiness Unit

Pembagian bentuk ekonomi yang tercantum dalam Pasal 33 UUD 1945 memberikan pegangan bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kelompok hajat hidup orang banyak, harus dikuasai oleh negara. Wujud penguasaan nya antara lain ditafsirkan dalam bentuk BUMN.

BUMN secara keseluruhan disorot masyarakat karena tata kerjanya yang tidak efisien dan tidak produktif. Inefisiensi dan rendahnya produktivitas BUMN yang konon karena intervensi yang terlalu besar dari departemen teknis yang membawahi BUMN tersebut. Untuk sebagian BUMN mungkin sekali pendapat ini benar, tetapi untuk sebagian BUMN yang lain barangkali tidak tepat. Hal ini perlu penelitian yang lebih mendalam dan tidak dapat digeneralisasi.

Setiap organisasi berhubungan erat dengan lingkungan nya. Organisasi tidak akan dapat berdiri sendiri dan selalu akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan nya. Demikian juga yang terjadi pada BUMN, lingkungan yang dewasa ini mengalami perubahan-perubahan mendasar yang dramatis dan seringkali diluar dugaan.

Secara nasional, struktur ekonomi telah berubah dimana peranan sector industri makin dominan dibandingkan sector pertanian. Minyak bumi sebagai sumber pendapatan negara utama diambil alih pendapatan sector non migas. Deregulasi disektor moneter maupun sector riil makin dipacu agar kegiatan ekonomi beralih dari ekonomi biaya tinggi kearah ekonomi biaya rendah. Dipasar global, persaingan makin hebat yang disebabkan oleh


(39)

kemajuan-kemajuan teknologi informasi, telekomunikasi, rekayasa genetika dan lainnya. Akibatnya keunggulan komparatif dipasar global berubah dengan cepat karena kemajuan teknologi itu, disamping pasar uang internasional yang berfluktuasi, proteksionisme, blok-blok perdagangan dan perubahan-perubahan pada sistem makro ekonomi dan sosio-politik.

Perubahan-perubahan lingkungan itu dicerminkan pada perubahan-perubahan structural dalam hubungan produk nasional dan internasional, yang juga mempengaruhi usaha-usaha peningkatan ekspor nonmigas. Agar badan usaha dapat hidup terus, badan usaha itu harus sanggup bersaing. Dalam kaitan dengan penciptaan daya saing, maka setiap badan usaha harus dapat beroperasi secara efisien sebagai ukuran penampilan utama nya.

BUMN sebagai unit ekonomi milik negara merupakan sector yang penting peranan nya dalam membantu pemerintah mengimplementasikan kebijakan pembangunan yang telah digariskan. Dalam konteks pencarian alternatif sumber dana, pemerintah memberikan perhatian atau mungkin semacam tuntutan yang semakin besar kepada BUMN khususnya yang berstatus persero. Hal ini mengingatkan untuk memupuk keuntungan, besarnya jumlah BUMN yang berstatus persero, besarnya investasi yang ditanamkan oleh negara, mempunyai potensi dalam pengembangan sumber daya manajerial dan keterampilan serta mempunyai potensi alih teknologi. Tuntutan yang semakin besar dimasa mendatang ini akan menuntut peningkatan pengelolaan yang lebih efektif dan efisien . Dengan kata lain, pada masa-maa mendatang


(40)

fungsi BUMN khususnya persero sebagai bisnis strategis unit akan lebih menonjol dibandingkan dengan fungsi-fungsi lain nya yang majemuk itu.

.5.3 Sistem Pelayanan Publik

Salah satu fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah adalah sistem pelayanan publik. Sistem pelayanan publik dilaksanakan oleh pemerintah dalam arti barang publik dan jasa publik adalah tanggung jawab pemerintah melalui instansinya baik dari pusat hingga daerah. Sistem pelayanan publik berupa barang dan jasa publik tidak berorientasi pada profit. Artinya sistem pelayanan publik tidak hanya dilaksanakan untuk meningkatkan margin keuntungan tetapi untuk memberikan kepuasan terhadap para pelanggan yaitu masyarakat.

Menurut Tatang M. Amirin ( 1996:1 ) menyatakan bahwa istilah sistem berasal dari bahasa yunani yaitu “systema” yang mempunyai pengertian sebagai berikut:

a. Suatu hubungan yang tersusun dari sekian banyak bagian.

b. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur.

Sedangkan menurut Pamudji (1998:12) menyatakan bahwa sistem merupakan suatu totalitas himpunan dari bagian-bagian yang satu sama lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam suatu lingkungan

Menurut H.A.S Moenir (1992:27) menyatakan bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok dengan landasan factor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain dengan hak nya.


(41)

Selain itu, menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum, pengertian tentang pelayanan public adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, didaerah dan dilingkungan BUMN / BUMD dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.

Didalam KEPMENPAN No.81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum tersebut dinyatakan bahwa pelayanan umum ini mengandung sendi-sendi yaitu:

1. Kesederhanaan, maksudnya prosedur atau tata cara pelayanan umum diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan dilaksanakan.

2. Kejelasan dan kepastian, maksudnya ada kejelasan dan kepastian mengenai prosedur baik secara teknis maupun secara administrasi, rincian biaya, jadwal umum, hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan.

3. Keamanan, dalam arti proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta memberikan kepastian hukum.

4. Keterbukaan, maksudnya prosedur dan persyaratan pelayanan diinformasikan secara terbuka.

5. Efisiensi.

6. Keadilan yang merata


(42)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan publik

Menurut Budi Winarno ( 2001:38 ) ada beberapa factor yang mendukung atau mempengaruhi pelayanan publik, yaitu :

1. Faktor kesadaran adalah kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam kegiatan pelayanan. Kesadaran para pegawai pada segala tingkatan terhadap petugas yang menjadi tanggung jawab dapat membawa dampak yang sangat positif terhadap organisasi. Ini akan menjadi kesungguhan dan disiplin dalam melaksanakan tugas sehingga hasilnya dapat diharapkan dapat memenuhi standart.

2. Faktor aturan adalah aturan dalam organisasi yang menjadi landasan kerja. Aturan ini mutlak kebenarannya dalam organisasi dan pekerjaan dikerjakan dengan terarah, oleh karena itu harus dipahami oleh organisasi yang berkepentingan.

3. Faktor organisasi merupakan suatu alat serta system yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan dalam usaha pencapaian tujuan. 4. Faktor pendapatan adalah pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai

pendukung pelaksana pelayanan. Dengan pendapatan yang cukup yang dimiliki pegawai akan membuat motivasi dalam hal bekerja.

5. Faktor keterampilan adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pelayan publik sangat mendukung jalannya pelayanan publik. Ada 3 kemampuan yang dimiliki oleh pelayanan publik yaitu kemampuan manajerial, kemampuan teknis dan kemampuan membuat konsep.


(43)

6. Faktor sarana adalah sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan pelayanan. Sarana ini meliputi peralatan, perlengkapan, alat Bantu, dan fasilitas lain yang dilengkapi seperti fasilitas komunikasi, dan lain-lain.

Dari beberapa uraian diatas dapat dilihat bahwa pelayanan publik dilaksanakan oleh pemerintah dalam arti barang dan jasa publik adalah tanggungjawab pemerintah melalui instansinya baik dari pusat hingga daerah. Pelayanan publik berupa barang dan jasa publik tidak berorientasi pada profit, artinya pelayanan publik tidak hanya dilaksanakan untuk meningkatkan keuntungan tetapi untuk kepuasan masayarakat sebagai pelanggan.

Pelayanan public disini yang dijadikan sebagai landasan teori dari pelaksanaan e-procurement yang diterapkan pada Badan Usaha Milik Negara terutama pada PT PLN (persero).

.5.4 Good Corporate Governance

Konsep good corporate governance ini bergulir sejalan marak nya tuntutan masyarakat terhadap pemerintah untuk menjalankan good governance. Secara formal, good corporate hanya ditujukan bagi perusahaan yang statusnya merupakan perusahaan publik, khususnya emiten yang telah menyerap dana dari masyarakat dan memiliki saham publik yang sifatnya minoritas dan independen. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai bentuk dari pelaksanaan tanggung jawab antara perusahaan sebagai badan hukum, direksi dan komisaris sebagai pengurus dengan para pemegang saham. Caranya


(44)

dengan menjalankan ketentuan Anggaran Dasar (AD) dalam rangkaian kewajiban untuk transparansi, efektif dan efisien, jaringan kerja dan integritas.

Menurut World Bank ( Hessel Nogi S.Tangkilisan:2003 ), Good corporate governance adalah kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil workshop GCG di kantor Menteri Negara BUMN, Desember 1999 ( Iman Syahputra Tunggal:2002 ), Good corporate governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif, yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan, dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung:

1. Pengembangan perusahaan

2. Pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efisien dan efektif

3. Pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lain nya

Untuk membangun BUMN menjadi Perusahaan kelas dunia, Pemerintah melalui Menteri Negara BUMN / Badan Pembina BUMN dalam Master Plan Reformasi BUMN, yang disusun oleh Kantor Meneg BUMN pada Mei 2000 telah meletakkan Pondasi Korporasi BUMN menuju kelas dunia, yang salah satu diantaranya adalah Corporate Governance.


(45)

1. Dikeluarkannya Keputusan Menteri BUMN Nomor : tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada BUMN, dimana BUMN diwajibkan menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten dan atau menjadikan Good Corporate Governance sebagai landasan operasionalnya.

2. Dimasukkannya Good Corporate Governance sebagai bagian dari Misi Kementerian BUMN dan Strategi Utama Pengembangan BUMN dalam Master Plan BUMN tahun 2002 – 2006.

3. Transparansi dalam Pembinaan dan Pengelolaan BUMN melalui 4. Pemberian Annual Report Award.

5. Pemberian BUMN & CEO award serta Expo GCG.

Mengacu pada Master Plan BUMN 2002-2006 yang dikeluarkan Kementrian BUMN, corporate governance dirumuskan sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta urusan-urusan perusahaan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya ( Robinson T., 2003:17 )

Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan GCG secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan


(46)

guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Surat keputusan tersebut mengatur mengenai kewajiban bagi BUMN dan menjadikan GCG sebagai landasan operasional perusahaan. BUMN yang asetnya di atas Rp 1 triliun, yang memanfaatkan dana masyarakat atau go public, diwajibkan membentuk Komite Audit dan Sekretaris Perusahaan. Komite Audit akan membantu komisaris dalam meningkatkan fungsi pengawasan. Mengingat fungsi tersebut, maka Komite Audit diketuai oleh komisaris independen, didukung oleh anggota yang mempunyai tingkat profesionalisme yang tinggi.

Sedangkan sebagian tugas sekretaris perusahaan adalah menjadi penghubung antara fungsi mediasi perusahaan dan publik. Oleh karena itu, sekretaris perusahaan harus mampu memahami dan menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan perusahaannya kepada publik. Peran sekretaris perusahaan bertambah penting artinya dalam perusahaan publik, di mana dari waktu ke waktu informasi mengenai perkembangan perusahaan sangat diharapkan oleh publik dalam memutuskan investasinya.

Masih berdasarkan Master Plan BUMN 2002-2006 yang mengutip pendapat dari Forum for Good Corporate Governance in Indonesia, good corporate governance diartikan sebagai perangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.


(47)

Adapun kunci dari terciptanya good corporate governance dalam perusahaan adalah berfungsinya secara efektif organ-organ perusahaan yang terjamin kualitas dan integritasnya sehingga mencapai tujuan perusahaan sekaligus memenuhi kepentingan seluruh stakeholders.

Menurut Musanef ( 1998:42 ), manfaat corporate governance dapat dipetakan kedalam 5 hal pokok yaitu:

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestic maupun asing. 2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah

3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan shareholders dan stakeholders terhadap perusahaan

5. Melindungi Direksi / Komisaris / Dewan pengurus dari tuntutan hukum.

Pada dasarnya prinsip utama yang perlu agar terselenggara good corporate governance ada 5 hal yaitu:

1. Terbuka dan Transparan

Membuka akses informasi dan interaksi pada semua stakeholder yang berperan pada pemerintahan dan pengambilan kebijakan. Infrastruktur jaringan komunikasi, internet dan media webside jika e-procurement menggunakan pilihan ini maka mendukung terciptanya interaksi terbuka dan transparan pada stakeholder tersebut.


(48)

2. Efisien dan Efektif

Mengembangkan sistem informasi administrasi yang lebih mudah, murah, cepat, dan akurat tanpa menghilangkan aspek legalitas administratifnya. Pada saat tertentu akan tercapai kepercayaan publik pada pelayanan administrasi pemerintah yang bersih dan akurat.

3. Jaringan kerja

Memudahkan pertukaran data dan pengolahan informasi yang terdistribusi pada bagian-bagian dalam pemerintahan. Dengan cara ini dimungkinkan secara mudah dan cepat mendapatkan data dan informasi sesuai kebutuhan sehingga waktu dan hasil yang diperoleh menjadi lebih cepat dilakukan dengan jaringan kerja.

4. Akuntabilitas

Ada pengawasan yang efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan antara pemegang saham, komisaris, dan direksi. Ada pertanggung-jawaban dari komisaris dan direksi, serta ada perlindungan untuk karir karyawan. Perlu ditetapkan berapa kali rapat dalam kurun waktu tertentu, serta berbagai sistem pengawasan yang lain.

5. Integritas

Memelihara integritas system dan data yang ada dalam administrasi pemerintahan. Keterpaduan system menjadi tuntutan untuk memperoleh informasi yang akurat dan mengambil kebijakan dan menyikapi situasi dan kondisi wilayahnya berdasarkan basis data yang ada.


(49)

Jadi, kelima hal tersebut adalah indicator bagi perusahaan untuk dapat dikatakan sebagai perusahaan yang telah menjalankan good corporate governance.

1.6 Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun ( 1989:37 ). Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuan nya adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, maka yang menjadi konsep dari penelitian ini adalah:

1. E-Procurement

E-Procurement adalah sarana aplikasi berbasis web untuk melakukan proses pengadaan barang atau jasa pemborongan atau jasa lainnya di lingkungan PT PLN ( Persero ) secara online.

2. Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, didaerah dan dilingkungan BUMN / BUMD dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.

3. Good Corporate Governance

Good corporate governance diartikan sebagai perangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal


(50)

lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

1.7 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang melekat dalam variabel sebagai pendukung untuk dianalisis kedalam variabel tersebut ( Singarimbun,1989: 46 )

Berikut ini akan diuraikan variabel yang diteliti beserta indikator-indikator yang dipakai sebagai alat ukur nya:

A. E-Procurement, dapat dilihat dengan indikator-indikator nya yang terdapat pada Keputusan Presiden ( KEPPRES ) No. 80 Tahun 2003 ( Pasal 3 ) yaitu:

1. Efisien, berarti pengadaan barang / jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkat nya dan dapat dipertanggungjawabkan;

2. Efektif, berarti pengadaan barang / jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan;

3. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang / jasa harus terbuka bagi penyedia barang / jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang / jasa yang setara dan


(51)

memenuhi syarat / kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;

4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang / jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang / jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya;

5. Adil / tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang / jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun;

6. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang / jasa.

B. Sistem Pelayanan Publik, dengan indikator-indikator nya yang dapat dilihat dari KEPMENPAN No.81 Tahun 1993 antara lain:

1. Kesederhanaan, maksudnya prosedur atau tata cara pelayanan umum diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan dilaksanakan.

2. Kejelasan dan kepastian, maksunya ada kejelasan dan kepastian mengenai prosedur baik secara teknis maupun secara administrasi, rincian biaya, jadwal umum, hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan.


(52)

3. Keamanan, dalam arti proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta memberikan kepastian hukum.

4. Keterbukaan, maksudnya prosedur dan persyaratan pelayanan diiformasikan secara terbuka.

5. Efisiensi.

6. Keadilan yang merata

7. Ekonomis dan ketepatan waktu.

C. Good Corporate Governance dengan indikator-indikator sebagai berikut: 1. Transparansi

- Kemudahan mendapat informasi yang diperlukan yang dapat langsung diakses oleh orang yang membutuhkan

- Kecepatan dalam memberikan informasi yang up to date kepada masyarakat.

2. Efisien dan efektif

- Kinerja perusahaan yang berdasarkan prinsip efektifitas dan efisiensi. - Tingkat kemampuan pegawai dalam menyelesaikan tugas yang diberikan

kepada nya tepat waktu. 3. Jaringan kerja

- Adanya kerjasama yang dilakukan dengan berbagai pihak baik antar sesama BUMN maupun dengan perusahaan swasta dan juga masyarakat. - Tingkat kerjasama antara atasan dengan bawahan didalam melaksanakan


(53)

4. Akuntabilitas

- Tingkat pengawasan yang efektif yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan

- Adanya laporan pertanggung jawaban pada setiap masing-masing jabatan. 5. Integritas

- Adanya integritas yang tercipta karena keterpaduan pola hubungan kerjasama yang dilakukan.

- Tingkat keakuratan sistem informasi dan data yang diberikan oleh perusahaan.

1.8 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari uraian tentang latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang diterapkan dalam penelitian ini

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan gambaran atau kharakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, dan struktur organisasi


(54)

Penyajian dilakukan dengan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisa nya berdasarkan metode yang penulis gunakan BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab-bab sebelum nya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil-hasil penelitian dan saran –saran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkan


(55)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan analisa kualitatif. Menurut Hadari Nawawi ( 1990: 64 ) metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat actual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dimana penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian, dan mencoba menganalisa untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kantor PT PLN Wilayah Sumatera Utara, Jl. Kol.Yos Sudarso No.284 Medan

2.3 Populasi dan Sampel a. Populasi

Menurut Sugiyono ( 2005:90 ), yang dimaksud dengan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan kharakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(56)

Dari pengertian diatas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja pada kantor PT PLN Wilayah Sumatera Utara yang berjumlah 164 orang.

b. Sampel

Menurut Singarimbun ( 1989:53 ), sample diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya, dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi. Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai representative dari seluruh populasi sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menentukan sample dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan sampel tidak didasarkan atas strata, pedoman atau wilayah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu, yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian.

Karena populasi dirasa cukup besar maka penulis mengambil sampel sebanyak 35% dari jumlah populasi yaitu sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian ( 1993:107 ), bila populasinya besar dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.

Dengan demikian jumlah sampelnya adalah 164 x 35 % = 55,4 % = 55 orang

Dengan perincian nya antara lain:

1. Pegawai dibidang Perencanaan terutama sub bidang Sistem Informasi yaitu a. Sub-sub bidang Operasi Aplikasi Teknologi Informasi sebanyak 7 orang


(57)

b. Sub-sub bidang Operasi Jaringan dan Multimedia sebanyak 10 orang c. Sub-sub bidang Layanan Data Base sebanyak 5 orang

2. Pegawai dibidang Teknik terutama sub bidang Konstruksi sebanyak 13 orang 3. Pegawai dibidang SDM & Administrasi terutama sub bidang Komunikasi

sebanyak 5 orang

4. Perusahaan yang bergerak dibidang pengadaan barang atau jasa sebanyak 15 perusahaan

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan dan data-data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrument:

a. Metode wawancara ( interview )

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada orang yang berhubungan dengan objek penelitian

b. Informan kunci ( key informan )

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mencatat data-data /informasi yang diberikan oleh orang yang memang benar-benar pada posisi tepat yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti


(58)

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan beberapa alternatif jawaban yang sudah tersedia.

d. Observasi ( observation )

Yaitu kegiatan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau.

2. Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari:

a. Penelitian kepustakaan ( library research )

Pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b. Studi dokumenter ( documenter )

Teknik yang digunakan dengan menelaah catatan tertulis, dokumen arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait.

2.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa kualitatif, yaitu analisa terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data dan informasi. Jadi teknik analisa data dilakukan dengan penyajian data yang terdapat melalui keterangan yang diperoleh dari responden, selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan peneliti yang telah


(59)

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat PT. PLN Wilayah Sumatera Utara 3.1.1 Sebelum Kemerdekaan Sampai Tahun 1965

Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) Sumatera Utara pertama kali dibangun oleh Belanda pada tahun 1923 dan sentral nya dibangun di tanah pertapakan Kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di Jl. Listrik No.12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM / OGEM yang merupakan perusahaan swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Sibolga ( NV ANIWM ) Brastagi dan Tarutung (1929), Tanjung Balai (1931) milik Gemeente – Kotapraja, Labuhan Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).

Pada masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan Perusahaan Listrik Swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan perluasan jaringan. Kemudian daerah kerja dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi pemerintahan tentara Jepang waktu itu.

Setelah Proklamasi RI 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik diseluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan Listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada Pemerintah RI dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu, maka


(60)

dengan Peraturan Pemerintah No.1 SD/45 ditetapkanlah bahwa tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik. Kemudian dalam suasana yang makin memburuk dalam hubungan Indonesia – Belanda, tanggal 3 Oktober 1953 keluar Surat Keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat ( 2 ) UUD 1945.

Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri Perusahaan Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara ( Sumatera Timur dan Tapanuli ) yang mula – mula dikepalai R.Sukarno ( merangkap kepala di Aceh ), tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PPUT No. 16/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan dirubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumbar, Riau menjadi PLN Eksploitasi .

Tahun 1965, BPU PLN dibubarkan dengan Peraturan Menteri PUT No. 9 /PRT/64 dan Peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah kerja PLN menjadi 15 Kesatuan daerah Eksploitasi. Sumatera Utara tetap menjai Eksploitasi I.

3.1.2 Dari Ekspolitasi I Sampai wilayah II

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Ekploitasi I Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan Direksi PLN No. KPTS 009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi empat cabang dan satu sektor, yaitu Cabang Medan, Binjai, Sibolga, P.Siantar ( Berkedudukan di Tebing Tinggi ). PP No. 18 tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan


(61)

dan mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh Wilayah RI. Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara dirubah menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera Utara.

Kemudian menyusul Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang merubah PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah Sumatera Utara yang berlokasi di Jl. Kol.Yos Sudarso No.284 Medan

3.1.3 Dari Perum menjadi Persero

Perkembangan kelistrikan di seluruh Indonesia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan indikasi – indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan di seluruh Indonesia dimasa – masa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan jasa kelistrikan, maka dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 23 / 1994 tanggal 16 Juni 1994 dan ditetapkanlah status PLN sebagai persero. Adapun yang melatarbelakangi perubahan status tersebut adalah untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang terus meningkat dewasa ini.

Dimana pada abad 21 nanti, PLN tidak dapat tidak harus mampu menghadapi tantangan yang ada. PLN harus mampu menggunakan tolak ukur Internasional, dan harus mampu berswadaya tinggi, dengan manajemen yang berani transparan, terbuka, desentralisasi, profit center dan cost center.


(62)

Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong perkembangan industri pada PJPT II yang tanggung jawabnya cukup besar dan berat, kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan instansi dan lembaga yang terkait perlu dibina dan ditingkatkan terus.

3.1.4 Pemisahan Wilayah Dan Pembangkitan & Penyaluran

Untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara dimasa – masa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan jasa kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Nomor 078.K/023/DIR/1996 tanggal 8 Agustus 1996 dibentuk organisasi baru bidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN ( Persero ) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara.

Dengan pembentukan Organisasi baru PT PLN ( Persero ) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PLN Wilayah II, maka fungsi– fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya dikelola PLN Wilayah II berpisah tanggung jawab pengelolaanya ke PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut. Sementara itu, PLN Wilayah II berkonsentrasi pada distribusi dan penjualan tenaga listrik.

3.2 Visi dan Misi Perusahaan 3.2.1 Visi:

Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi sistem dan transaksi tenaga listrik dengan kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan


(63)

stakeholders, dan memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3.2.2 Misi:

1. Melakukan usaha transmisi tenaga listrik yang efisien, andal, aman dan ramah lingkungan

2. Melaksanakan pengelolaan operasi sistem tenaga listrik yang andal, aman, bermutu dan ekonomis

3. Melaksanakan pengelolaan transaksi tenaga listrik yang transparan dan kredibel;

4. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumberdaya manusia (SDM) yang kompeten dan profesional;

5. Mengembangkan usaha di luar usaha pokok yang dapat memberikan kontribusi pada perolehan laba usaha

3.3 Lingkup Perusahaan

Bidang usaha pokok yang ditangani oleh perusahaan sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya sebagai pelaksana monopoli transmisi, pengelola operasi sistem dan transaksi tenaga listrik adalah:

1. Penyaluran Tenaga Listrik, termasuk layanan penyambungan ke sistem penyaluran;

2. Perencanaan Sistem Tenaga Listrik yang terdiri dari indikasi kebutuhan pembangkitan dan pengembangan sistem penyaluran;


(64)

3. Operasi Sistem Tenaga Listrik yang meliputi manajemen energi dan pengendalian operasi;

4. Transaksi Tenaga Listrik yang meliputi penyediaan informasi sistem tenaga listrik dan pengelolaan transaksi tenaga listrik; serta

5. Setelmen Transaksi Tenaga Listrik, yaitu perhitungan dan pengelolaan tagihan transmission charges, system service charges dan transaksi tenaga listrik, termasuk pengelolaan sistem metering

3.4 Ruang Lingkup Usaha Di Luar Usaha Pokok Perusahaan

Disamping mengelola bidang usaha yang bersifat monopoli, perusahaan memiliki peluang untuk mengembangkan usaha lain di luar usaha pokok dengan maksud untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan investasi yang telah dilakukan agar dapat memberikan kontribusi kepada laba usaha perusahaan, yang secara tidak langsung pada akhirnya akan dapat memberikan manfaat kepada stake holders.

Jenis-jenis usaha yang dapat dilakukan antara lain: jasa operasi dan pemeliharaan instalasi listrik, pelaksana pengujian dan komisioning instalasi dan peralatan listrik, konstruksi/instalasi gardu induk dan transmisi, enjiniring instalasi, pelaksana operasi sistem tenaga listrik, konsultasi dan pelatihan, serta penyewaan peralatan dan properti.

3.5 Philosofi Perusahaan

1. Komitmen yang tinggi terhadap pencapaian visi,misi, sasaran dan target kontrak manajemen;


(1)

sudah tersedia? a. Ya b. Kurang c. Tidak

2. Apakah anggaran tersebut sudah cukup untuk menjalankan program e-procurement?

a. Ya

b. Kurang cukup c. Tidak cukup

3. Apakah dengan anggaran yang sudah ada saat ini mendukung Bapak /Ibu dalam menjalankan tugas nya secara maksimal?

a. Ya b. Kurang c. Tidak

C. Fungsi Pelayanan

1. Apakah Bapak / Ibu sebagai pegawai PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara tahu dan mengerti apa saja yang menjadi tugas, kewajiban, dan wewenang Bapak / Ibu?

a. Ya b. Kurang


(2)

a. Ya b. Kurang c. Tidak

3. Apakah pihak PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara sering memberikan penyuluhan kepada masyarakat berkaitan dengan pelayanan yang diberikan?

a. Ya b. Kurang c. Tidak

4. Disaat akan terjadi pemadaman listrik apakah pihak PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara selalu menginformasikan nya kepada masyarakat?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

5. Apakah pihak PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara merasa bahwa masyarakat sudah mengetahui tata cara menghubungi PT.PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara apabila masyarakat ingin menyampaikan keluhan, saran dan kritik, maupun informasi misalnya melalui telepon?

a. Sudah b. Kurang c. Tidak


(3)

1. Apakah Bapak / Ibu tahu apa itu program e-procurement PT. PLN ( Persero )? a. Ya

b. Kurang c. Tidak

2. Apakah dengan dilaksanakan nya program e-procurement pada sistem pelayanan publik PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara, Bapak / Ibu merasakan manfaat dari penerapan e-procurement tersebut?

a. Ya b. Kurang c. Tidak

3. Ketika Bapak / Ibu akan mengupdate program e-procurement PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara, apakah proses tender barang dan jasa yang dilakukan tersebut, memakan waktu yang lama?

a. Ya b. Kurang c. Tidak

4. Apakah menurut Bapak / Ibu program e-procurement tersebut sudah berjalan dengan baik?

a. Ya b. Kurang


(4)

a. Ya b. Kurang c. Tidak

6. Apakah Bapak / Ibu mengetahui tempat mengakses website PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera Utara selain dari komputer internet milik perusahaan Bapak / Ibu?

a. Ya

b. Kurang tahu c. Tidak tahu


(5)

procurement tersebut?

2. Sudah berapa lamakah program tersebut diterapkan?

3. Bagian-bagian apa saja yang menangani program e-procurement tersebut?

4. Bagaimanakah kesiapan sumber daya manusia dan biaya dalam pelaksanaan program

terebut?

5. Apa-apa saja kendala yang dihadapi oleh PLN dalam menerapkan program tersebut?

6. Apakah program e-procurement tersebut dipublikasikan kepada masyarakat umum?

Bagaimana proses sosialisasi nya?

7. Apa perbedaan antara procurement yang melalui bidding dengan yang melalui

e-auction?

8. Apakah dalam penerapan program e-procurement tersebut PLN banyak melibatkan

pihak swasta dan masyarakat?

9. Apakah dalam penerapan program e-procurement tersebut PLN juga melibatkan

AKLI ( Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia ) ?

10.Apakah program e-procurement ini merupakan salah satu program yang dilaksanakan

oleh PLN dalam mencapai visi PLN tahun 2020, yaitu visi 10.000 MW?

11.Apakah perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan barang dan


(6)

13.Apa-apa saja syarat nya apabila perusahaan asing ingin ikut dalam program e-procurement tersebut? Apakah sama syarat-syarat nya dengan perusahaan yang ada di Indonesia?

14.Apakah krisis listrik yang sering terjadi diwilayah Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam sekarang-sekarang ini menjadi gangguan bagi program e-procurement tersebut?

15.Apakah ada keluhan dari para investor / pengusaha mengenai program e-procurement tersebut?

16.Apakah ada badan pengawas yang mengawasi jalannya program e-procurement

tersebut?

17.Apakah didalam melaksanakan program e-procurement tersebut pernah mendapatkan