13
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, 2001:588 konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang
ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
2.1.1 Novel
Dalam Kamus Istilah Sastra KIS, 2007:136 novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan
kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik lisahan dan ragaan yang
menjadi dasar konvensi penulisan. Reeve menyatakan bahwa novel adalah gambaran dari
kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis Wellek dan Warren, 1989:282. Stanton 2007:90 menyatakan
bahwa novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit
karakter, dan berbagai peristiwa yang rumit terjadi beberapa tahun silam secara mendetil.
Novel merupakan suatu karya fiksi, karya yang berbentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa
rekaan. Novel memiliki apa yang disebut dengan tokoh, perilaku, dan plot. Novel melibatkan sejumlah orang yang melakukan sesuatu dalam
suatu konteks total yang diatur atau dirangkai dalam urutan logis, kronologis, sebab-akibat, dan sebagainya Aziez dan Hasim, 2010:2-4.
14
Novel adalah salah satu bentuk karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan dan memiliki unsur-unsur yang
membangun novel tersebut. Sebuah novel menceritakan kehidupan manusia yang bersosialisasi dengan lingkungannya. Pengarang berusaha
mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung di dalam novel tersebut.
2.1.2 Konflik Batin
Konflik batin terjadi karena adanya tekanan dalam jiwa seseorang yang mempengaruhi pola pikir sehingga menyebabkan daya konsentrasi
menjadi lemah. Tiap jiwa seseorang memiliki hasrat untuk bersikap jujur dan tidak dapat membohongi diri sendiri. Batin seseorang dapat menolak
sesuatu peristiwa yang tidak dapat diterima, tetapidengan keterpaksaan harus diterimasehingga menjadikan seseorang itu merasa tertekan akibat
adanya keterpaksaan.Konflik batin juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan diri sendiri. Pada lingkungan tertentu seseorang dapat menjadi tertekan
oleh keadaan yang terjadi, sedangkan dalam diri sendiri disebabkan oleh adanya keragu-raguan dan gangguan terhadap pola pikir dalam
menentukan suatu pilihan sehingga pikiran menjadi tidak terarah. Konflik batinadalah percekcokan, perselisihan, pertentangan di
dalam cerita rekaan atau drama yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebihatau keinginan yang saling bertentangan atau menguasai diri
sehingga mempengaruhi tingkah lakuKBBI, 2001:587.
15
Konflik merupakan kejadian atau peristiwa yang sangat penting dalam sebuah cerita, menariknya suatu cerita adalah dengan adanya kejadian
atau peristiwa yang mengandung unsur-unsur tertentu seperti kontroversi yang membuat tokoh dalam cerita mengalami konflik. Konflik terjadi
karena adanya dorongan-dorongan naluri dalam jiwa yang saling bertentangan. Wellek dan Warren 1989:285 menyatakan bahwa konflik
adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.
Konflik adalah pertentangan antara kedua kekuatan dalam cerita rekaan, drama, atau sajak klasik. Pertentangan ini dapat terjadi di
antara para tokoh, antara tokoh dan masyarakat, antara tokoh dan lingkungannya, antara tokoh dan alam, atau antara tokoh dan dirinya
sendiri KIS, 2007:205.
2.1.3 Psikologi Sastra
Psikologi membantu mengentalkan kepekaan pengarang pada kenyataan
dan mempertajam kemampuan pengamatan. Psikologi merupakan suatu persiapan dalam menciptakan sebuah karya, kebenaran
psikologi akan mempunyai nilai artistik nilai seni yang kompleksitas pada suatu karya jika kebenaran psikologi itu merupakan suatu karya
seni Wellek dan Warren, 1989:108.
16
Psikologi sastra memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya.
Psikologi sastra mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala jiwa yang kemudian diolah ke dalam
teks berupa karya yang dipandang sebagai fenomena psikologis yang menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh di dalamnya
Endraswara, 2008:96. Psikologi sastra tidak bermaksud untuk memecahkan masalah-
masalah psikologi praktis, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek- aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya.Meskipun demikian,
bukan berarti bahwa analisis psikologi sastra sama sekali terlepas dari kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan
pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsungRatna, 2004:342. Padapenelitian ini penulis menggunakan teori psikologi sastra
melalui analisis psikoanalisaberlandaskanid,ego, dan superegodalam mengemukakan gambarankejiwaan tokoh utama di dalam novel BC.
2.2 Landasan Teori