Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Sama Keagenan Tiket Online (Studi Kerja Sama Antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Dengan CV. Anugerah Cirebon)

(1)

T E S I S

Oleh

LIZA FAUZIA

097011113/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam Program Studi Magister Kenotariatan

Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

LIZA FAUZIA

097011113/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Nama Mahasiswa : LIZA FAUZIA

Nomor Pokok : 097011113

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Prof.Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN. Ketua

Prof.Dr. Runtung, SH,MHum. Dr. T. Keizerina Devi, SH, CN, M.Hum.

Anggota Anggota

Ketua Program Studi,

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS, CN


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN. Anggota : 1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum.

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum 3. Dr. Faisal Akbar Nasution, SH, M.Hum 4. Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS


(5)

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM

PERJANJIAN KERJA SAMA KEAGENAN TIKET ONLINE

(STUDI KERJA SAMA ANTARA PT. KERETA API

INDONESIA (PERSERO) DENGAN CV. ANUGERAH

CIREBON)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah hasi karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apa pun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak mana pun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, 12 September 2011 Yang membuat Pernyataan

Nama : Liza Fauzia, SH Nim : 097011113


(6)

dan atas nama pihak prinsipal untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain. Kontrak kerja sama keagenan tiket online antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon dibuat secara tertulis.

Penelitian deskriptif analitis ini bertujuan untuk menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisis peraturan perundang-undangan untuk perjanjian kerja sama keagenan tiket online antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon. Metode pendekatan yang digunakan adalah penelitian normativeatau yuridis normatif yang meletakkan hukum sebagai suatu sistem norma. Tehnik pengumpulan data adalah penelitian kepustakaan (library research) dan bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan perlindungan perjanjian kerja sama keagenan tiketonlinedan wawancara dengan mereka yang terkait. Data yang diperoleh dianalisis secara deduktif dan induktif sehingga memberikan solusi terhadap permasalahan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa undang-undang tidak mengatur secara tegas perlindungan yang diperoleh oleh agen tetapi agen dapat melakukan tuntutan secara hukum melalui mekanisme yang diatur dalam KUHPerdata. Agen berada posisi yang lemah, sebab oleh seringnya terjadi gangguan terhadap server kereta api dalam mengakses tiket online sehingga mengalami kerugian dan pihak PT. KAI (Persero) tidak mengganti kerugian tersebut. Sebab tidak tercantum dalam perjanjian kerja sama yang telah disepakati. Pada hakikatnya kontrak perjanjian kerja sama keagenan tiketonline formatnya dibuat secara baku oleh PT. KAI (Persero) dan agen dapat langsung menandatanganinya. PT. KAI (Persero) memperbolehkan agen untuk menegoisasikan isi kontrak terlebih dahulu sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan Direksi Nomor: KEP.D6/LL.702/X/KA-2010.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bentuk perjanjian kerja sama keagenan tiket online dibuat secara tertulis dan pelaksanaannya dilakukan dengan format perjanjian baku. Hambatan antara PT. KAI (Persero) dan agen dapat segera memperbaiki kekurangan yang sering timbul. Perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pelaksanaan perjanjian keagenan tiketonline terhadap penyelesaian suatu sengketa ditempuh melalui musyawarah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku jika tidak tercapai kata sepakat barulah melalui pengadilan. Disarankan agar perjanjian dibuat sesuai dengan keinginan para pihak yang melakukan perjanjian dengan memuat klausul yang seimbang. Jika terjadi sengketa dapat diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat sehingga penyelesaian tidak melalui lembaga arbitrase dan pengadilan.


(7)

the tickets in separate places, and one of them is from agencies. An agency is a kind of legal relationship which acts for and on the behalf of the principal party in order to implement business transaction with other parties. A written working contract of the online ticket agencies is done between PT. KIA (Incorporated) and CV. Anugerah, Cirebon. This research is descriptive analytic which was aimed to describe, analyze, and explain correctly, and analyze the legal provisions in order to implement cooperative agreement of the online ticket agencies between PT. KIA (Incorporated) and CV. Anugerah, Cirebon. The method of the research was normative or judicial normative which was based on law as the norm. The data were collected by conducting library research from the primary, secondary, and tertiary materials. It was also conducted by using documentary study, cooperating with the online ticket agencies and interviews with the related persons. The collected data were analyzed deductively and inductively so that they would give the solutions to the problem.

The result of the research showed that law did not exactly regulate the protection for the agencies; therefore, they could file the legal complaint through a mechanism which was stipulated in the Civil Code. The agencies were in the weak position because the disturbance of the railroad service often occurred in accessing online tickets so that they sustained big loss, and PT. KIA did not pay the compensation, because there was not agreement about it in the contract. Principally, the standard working contract of the online tickets agencies between PT. KIA and the agencies could be signed directly. PT. KIA (Incorporated) allowed the agencies to negotiate the content of the contract before it was agreed by both parties as long as it did not violate the Decree of Board of Directors No. KEP.D6/.702X/KA-2010.

The result of the research showed that the form of the contract of the online ticket agencies was done in a written form and implemented in the standard agreement format. The constraint between PT. KIA (Incorporated) and the agencies, therefore, could be handled properly. The legal protection for the parties in the contract of online ticket agencies could be conducted by the agreement and by the legal provisions; when there was no agreement between both parties, the claim could be filed to the Court. It was recommended that the contract should meet the requirements of both parties by writing the balanced clauses. If there was a dispute, it could be solved through an agreement so that the solution did not use arbitrators or Court.


(8)

dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Sama Keagenan Tiket Online (Studi Kerja Sama Antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Dengan CV. Anugerah Cirebon)”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku ketua pembimbing, Bapak Prof. Dr. Runtung S, SH, M.Hum dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum selaku anggota pembimbing, juga Bapak Dr. Faisal Akbar Nst, SH, M.HumdanBapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MSselaku para anggota penguji yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Juga semua pihak yang telah berkenan member masukan dan arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.


(9)

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah. 6. Seluruh Staf/Pegawai di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menjalani pendidikan.

7. Vice President PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi III Cirebon, Bapak Syahriwal selaku Manager Hukum PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi III Cirebon dan Bapak Toto Suharyanto selaku Manager IT PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi III Cirebon dan Aroh Maesaroh selaku Direktur CV. Anugerah Cirebon yang telah memberikan data dan informasi berguna dalam penelitian ini.

8. KeluargaAlm. Prof. Dr. dr. Kariman Soedin, DTM&H, SpPD, KTIdanProf. Tina Mariany Kariman, MA. Ph.D yang telah menyayangi dan memotivasi Penulis dalam penyelesaian studi pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(10)

Sembah sujud saya kepada Ayahanda H. Mudjiarto dan Ibunda Hj. Uun Untari yang telah selalu memberikan cinta, kasih saying, dukungan dan doa yang tidak putus-putusnya serta kakak tercinta Wim Andre, ST yang telah memberikan semangat dan doa kepada Penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapa Penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariatan pada khususnya. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada Penulis mendapat balas yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin

Medan, Agustus 2011 Penulis,


(11)

Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 16 Januari 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Kawin

Agama : Islam

Alamat : Jalan Dr. Mansyur No. 83 Medan

II. Riwayat Pendidikan

1. Taman Kanak-kanak : TK Kebon Baru V Jakarta

2. Sekolah Dasar : SD Diponegoro Kisaran, 1993-1998 3. SLTP : SLTP Swasta Pertiwi Medan, 1998-2001

4. SLTA : SLTA Negeri 3 Medan, 2001-2004

5. S-1 : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2004-2008


(12)

ABSTRAK... i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….... vi

DAFTAR ISI ………... vii

BAB 1. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Keaslian Penelitian ... 13

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 14

1. Kerangka Teori ... 14

2. Konsepsi ... 22

G. Metode Penelitian ... 24

1. Spesifikasi Penelitian ... 24

2. Metode Pendekatan ... 24

3. Teknik Pengumpulan Data ... 25

4. Alat Pengumupulan Data ... 27

5. Analisis Data ... 28

BAB II. BENTUK DAN PELAKSANAAN KONTRAK KERJA SAMA


(13)

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Sama

Keagenan ... 43

D. Pelaksanaan Perjanjian Keagenan ... 49

E. Jangka Waktu Perjanjian Keagenan ... 55

BAB III. HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN KONTRAK KERJA SAMA KEAGENAN TIKETONLINE... 59

A. Hambatan Dari Aspek Perjanjian ... 59

B. Hambatan Dari Para Pihak ... 69

C. Hambatan Dari Aspek Teknologi ... 77

D. Hambatan DariForce Majeure... 81

BAB IV. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KEAGENAN TIKET ONLINE ANTARA PT. KAI (PERSERO) DENGAN CV. ANUGERAH CIREBON... 86

A. Perlindungan Hukum Terhadap PT. KAI (Persero) ... 86

B. Perlindungan Hukum Terhadap CV. Anugerah Cirebon ... 104

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111


(14)

dan atas nama pihak prinsipal untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain. Kontrak kerja sama keagenan tiket online antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon dibuat secara tertulis.

Penelitian deskriptif analitis ini bertujuan untuk menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisis peraturan perundang-undangan untuk perjanjian kerja sama keagenan tiket online antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon. Metode pendekatan yang digunakan adalah penelitian normativeatau yuridis normatif yang meletakkan hukum sebagai suatu sistem norma. Tehnik pengumpulan data adalah penelitian kepustakaan (library research) dan bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan perlindungan perjanjian kerja sama keagenan tiketonlinedan wawancara dengan mereka yang terkait. Data yang diperoleh dianalisis secara deduktif dan induktif sehingga memberikan solusi terhadap permasalahan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa undang-undang tidak mengatur secara tegas perlindungan yang diperoleh oleh agen tetapi agen dapat melakukan tuntutan secara hukum melalui mekanisme yang diatur dalam KUHPerdata. Agen berada posisi yang lemah, sebab oleh seringnya terjadi gangguan terhadap server kereta api dalam mengakses tiket online sehingga mengalami kerugian dan pihak PT. KAI (Persero) tidak mengganti kerugian tersebut. Sebab tidak tercantum dalam perjanjian kerja sama yang telah disepakati. Pada hakikatnya kontrak perjanjian kerja sama keagenan tiketonline formatnya dibuat secara baku oleh PT. KAI (Persero) dan agen dapat langsung menandatanganinya. PT. KAI (Persero) memperbolehkan agen untuk menegoisasikan isi kontrak terlebih dahulu sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan Direksi Nomor: KEP.D6/LL.702/X/KA-2010.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bentuk perjanjian kerja sama keagenan tiket online dibuat secara tertulis dan pelaksanaannya dilakukan dengan format perjanjian baku. Hambatan antara PT. KAI (Persero) dan agen dapat segera memperbaiki kekurangan yang sering timbul. Perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pelaksanaan perjanjian keagenan tiketonline terhadap penyelesaian suatu sengketa ditempuh melalui musyawarah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku jika tidak tercapai kata sepakat barulah melalui pengadilan. Disarankan agar perjanjian dibuat sesuai dengan keinginan para pihak yang melakukan perjanjian dengan memuat klausul yang seimbang. Jika terjadi sengketa dapat diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat sehingga penyelesaian tidak melalui lembaga arbitrase dan pengadilan.


(15)

the tickets in separate places, and one of them is from agencies. An agency is a kind of legal relationship which acts for and on the behalf of the principal party in order to implement business transaction with other parties. A written working contract of the online ticket agencies is done between PT. KIA (Incorporated) and CV. Anugerah, Cirebon. This research is descriptive analytic which was aimed to describe, analyze, and explain correctly, and analyze the legal provisions in order to implement cooperative agreement of the online ticket agencies between PT. KIA (Incorporated) and CV. Anugerah, Cirebon. The method of the research was normative or judicial normative which was based on law as the norm. The data were collected by conducting library research from the primary, secondary, and tertiary materials. It was also conducted by using documentary study, cooperating with the online ticket agencies and interviews with the related persons. The collected data were analyzed deductively and inductively so that they would give the solutions to the problem.

The result of the research showed that law did not exactly regulate the protection for the agencies; therefore, they could file the legal complaint through a mechanism which was stipulated in the Civil Code. The agencies were in the weak position because the disturbance of the railroad service often occurred in accessing online tickets so that they sustained big loss, and PT. KIA did not pay the compensation, because there was not agreement about it in the contract. Principally, the standard working contract of the online tickets agencies between PT. KIA and the agencies could be signed directly. PT. KIA (Incorporated) allowed the agencies to negotiate the content of the contract before it was agreed by both parties as long as it did not violate the Decree of Board of Directors No. KEP.D6/.702X/KA-2010.

The result of the research showed that the form of the contract of the online ticket agencies was done in a written form and implemented in the standard agreement format. The constraint between PT. KIA (Incorporated) and the agencies, therefore, could be handled properly. The legal protection for the parties in the contract of online ticket agencies could be conducted by the agreement and by the legal provisions; when there was no agreement between both parties, the claim could be filed to the Court. It was recommended that the contract should meet the requirements of both parties by writing the balanced clauses. If there was a dispute, it could be solved through an agreement so that the solution did not use arbitrators or Court.


(16)

A. Latar Belakang

Di era globalisasi, mobilitas orang dan barang sangat tinggi. Hal ini terkait dengan pembangunan perekonomian yang sangat membutuhkan membutuhkan jasa angkutan yang baik dan memadai. Yang tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang maksimal dalam usaha pengembangan perekonomian suatu negara. Untuk tiap tingkatan perkembangan ekonomi diperlukan kapasitas angkutan yang optimal. Namun, harus diperhatikan bahwa penentuan kapasitas dan tingkatan investasi bukan merupakan hal yang sederhana.

Transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat pembangunan perekonomian dan sosial politik suatu negara. Pengangkutan merupakan sarana dan prasarana bagi pembangunan ekonomi negara yang bias mendorong lajunya pertumbuhan perekonomian (Rate of Growth). Pengaruh dari pemakai jasa angkutan akan membawa dampak terhadap pengelolaan perusahaan transportasi.

Pemerintah telah menyiapkan beberapa fasilitas untuk menunjang kelancaran transportasi. Sarana transportasi tersebut meliputi transportasi darat antara lain, kereta api, bus dan angkutan kota. Transportasi laut meliputi kapal laut dan transportasi


(17)

udara yaitu pesawat terbang. Pemerintah dalam menyediakan fasilitas tersebut memberikan banyak pilihan sesuai dengan tingkat daya ekonomi masyarakat. Yaitu dengan dapat memilih jenis angkutan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan ekonomi. Masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah cenderung untuk menggunakan jenis angkutan yang lebih ekonomis. Golongan ekonomi menengah ke atas akan lebih senang menggunakan jenis angkutan pribadi atau jenis angkutan lainnya yang lebih nyaman.

Transportasi sangat bermanfaat bagi masyarakat, dalam arti hasil-hasil produksi dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan industri. Hasil-hasil barang jadi yang diproduksi oleh pabrik dijual oleh produsen kepada masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran. Untuk mengangkut bahan-bahan baku dan barang-barang jadi dibutuhkan jasa-jasa transportasi.1

Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi memiliki karakteristik dan keunggulan khusus. Terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut, baik orang maupun barang secara massal, menghemat energi, menghemat penggunaan ruang, mempunyai faktor keamanan yang tinggi, memiliki tingkat pencemaran yang rendah. Serta lebih efisien dibandingkan dengan moda transportasi jalan untuk angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang padat lalu lintasnya, seperti angkutan

1

H. A. Abbas Salim,Manajemen Transportasi, PT RajaGrafindo Perkasa, Jakarta, 2006, hlm. 11.


(18)

perkotaan.2

Perusahaan Kereta Api telah ada sejak dahulu yaitu pada pemerintahan Hindia Belanda sampai sekarang telah banyak mengalami kemajuan. Hal ini disebabkan oleh karena kereta api sebagai salah satu sarana transportasi yang sangat penting dan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis pengangkutan darat lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena kereta api memiliki jalur khusus sehingga dapat terhindar dari kemacetan lalu lintas seperti yang biasa dihadapi oleh transportasi darat lainnya. Kereta api juga dapat mengangkut orang atau barang dalam jumlah masal dan kereta api mempunyai kelas-kelas yang dapat terjangkau oleh berbagai kalangan masyarakat.

Tantangan utama yang dihadapi transportasi saat ini adalah di satu sisi berbagai pihak prihatin terhadap kemacetan di jalan raya, polusi lingkungan, kebisingan lalu lintas dan pemborosan energi. Namun di sisi lain, pada saat yang sama, warga negara dan industri membutuhkan angkutan yang handal, aman, selamat, murah, dan cepat. Dampak sosial transportasi, baik penumpang maupun barang, dapat secara signifikan dikurangi jika perkeretaapian diberi peran yang lebih besar.3

Dengan keunggulan dan karakteristik perkeretaapian tersebut, peran perkeretaapian perlu ditingkatkan dalam upaya pengembangan sistem transportasi nasional secara terpadu. Untuk itu, penyelenggaraan perkeretaapian yang dimulai dari

2

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

3

Taufik Hidayat,Jalan Panjang Menuju Kebangkitan Perkeretapian Indonesia, PT Ilalang Sakti Komunikasi, Depok, 2009, hlm. 3


(19)

pengadaan, pengoperasian, perawatan dan pengusahaan perlu diatur sebaik-baiknya sehingga dapat terselenggara angkutan kereta api yang menjamin keselamatan, aman, nyaman, cepat, tepat, tertib, efisien, serta terpadu dengan moda transportasi lain. Dengan demikian, terdapat keserasian dan keseimbangan beban penyediaan jasa angkutan bagi mobilitas angkutan orang dan barang.4

Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi darat adalah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) atau selanjutnya dapat disebut dengan PT. KAI (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah naungan Departemen Perhubungan PT. KAI (Persero) ditunjuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan layanan jasa transportasi darat. Layanan PT. KAI (Persero) meliputi angkutan penumpang dan barang. Hampir semua jalur yang beroperasi memiliki layanan angkutan kereta api penumpang dan barang yang dijalankan secara teratur.

PT. KAI (Persero) sebelumnya merupakan sebuah perusahaan umum (Perum). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Kereta Api menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) merubah perusahaan umum kereta api menjadi perusahaan perseroan. PT. KAI (Persero) memiliki suatu misi pelayanan terhadap masyarakat yang dibebankan dari pemerintah.

Oleh karena itu, pengembangan transportasi yang dilakukan oleh PT. KAI (Persero) sangat penting artinya dalam menunjang dan menggerakkan dinamika

4

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.


(20)

pembangunan, sebab kereta api berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Peranan pengangkutan dengan kereta api sangat penting, mengingat biaya angkutan dengan kereta api dinilai relatif murah dan waktu yang relatif cepat. Oleh sebab itu, letak jaringan atau jalur kereta api secara historis masih mempunyai peranan yang menentukan pemilihan suatu lokasi industri.

Apabila ditinjau kembali ketentuan yang terdapat dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 terutama Ayat 2 yang berbunyi : “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.” Sedangkan bidang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, dalam UU Nomor 1 Tahun 1967, kereta api termasuk cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak. Dengan Demikian untuk tetap bisa menjalankan fungsinya perusahaan kereta api sebagaimana mestinya perlu mengadakan pembinaan. Pembinaan adalah bagaimana agar pengelolaan perusahaan kereta api dalam melaksanakan kepentingan umum dapat terus ditingkatkan. Hal ini disebabkan oleh dampak era globalisasi saat ini transportasi jelas mendukung jalannya pembangunan dan perlu memperhatikan pelayanan terhadap kelancaran mobilisasi orang dan barang.

Aspek kualitas pelayanan dalam pelayanan publik merupakan aspek yang terpenting dalam pemilihan jasa oleh masyarakat yang harus disediakan oleh PT. KAI (Persero) didalam memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Penciptaan


(21)

kualitas pelayanan yang lebih baik merupakan kekuatan awal yang dapat disediakan oleh suatu organisasi publik atau institusi pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggannya. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI (Persero) dilakukan melalui berbagai pendekatan dan tindakan yang berbeda–beda oleh penyedia jasa yang lain. Pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI (Persero) akan berkualitas apabila dapat meningkatkan loyalitas pelanggan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian mengamanatkan diantaranya peningkatan mutu keselamatan, keamanan, dan kenyamanan. Keandalan sarana dan prasarana perkeretaapian yang memenuhi persyaratan teknis dan standar kelayakan. Serta sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi. Penyelenggaraan sarana dan prasarana perkeretaapian wajib melakukan perawatan, pemeriksaan, pengujian dan pengoperasian sarana dan prasarana.5

Pelayanan jasa PT. KAI (Persero) yang masih minim seringkali menjadi masalah bagi pengguna jasa kereta api baik pengguna jasa kereta kelas eksekutif, bisnis maupun ekonomi yang menyebabkan turunnya jumlah pengguna kereta api. Pemerintah ingin menunjukkan kepeduliannya dalam mengedepankan pelayanan pada penumpang dan pengguna jasa kereta api seperti yang ditunjukan dalam Pasal 130-Pasal 138 mengenai pengakutan orang dengan kereta api Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. Pelayanan pemesanan tiket kereta api

5

Ahmad Sudarsih, “ISO 9001 Diraih, Mutu Harus Dijaga”, Majalah Kereta Api, Edisi 57 (April,2011), hlm. 29.


(22)

merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI (Persero) kepada pelanggan, dimana pelanggan dapat memesan tiket kereta api sebelum hari keberangkatan. PT. KAI (Persero) juga memberikan fasilitas–fasilitas guna menunjang kelancaran dalam memberikan pelayanan pemesanan tiket kereta api.

PT. KAI (Persero) telah menyediakan fasilitas untuk melayani pengguna jasa dalam melakukan transaksi pembelian tiket melalui sejumlah tempat yang telah disediakan.Pertama, penjualan di loket PT. KAI (Persero). Penjualan melalui loket di stasiun dilayani atau dibuka mulai 3 jam sebelum keberangkatan kereta api. Pemesanan tiket dilayani mulai 30 hari sampai dengan 3 jam sebelum keberangkatan. Pembayaran tiket sesuai dengan tarif kereta api yang telah ditentukan.

Kedua, penjualan melalui agen. Penjualan lewat agen dilayani mulai dari 30 hari sampai 1 hari sebelum keberangkatan kereta api. Calon penumpang dapat datang langsung untuk membeli tiket dengan membayar sebesar tarif plus ekstrachargedan dapat langsung memperoleh tiket yang dipesan. Penjualan lewat agen hanya melayani penjualan tiket kereta api untuk penumpang dewasa dan anak tanpa pelayanan reduksi.

Ketiga, pembayaran melalui internet banking dan ATM Bank (Mandiri, BII, BRI). Penjualan atau pemesanan melalui ATM dilakukan melalui call center yang sudah ada kerjasama dengan PT. KAI (Persero). Calon penumpang harus menghubungi nomor tertentu untuk melakukan pemesanan tiket. Penumpang akan mendapatkan kode booking atau kodebayar melalui call center. Penumpang akan


(23)

melakukan pembayaran lewat Anjungan Tunai Mandiri (ATM) atau internet banking

yang sudah ada kerjasama dalam pembayaran pemesanan tiket.

Keempat, penjualan melalui Loket PT. POS. Penjualan tiket melalui PT. POS dilayani mulai 30 hari sampai dengan 2 hari sebelum keberangkatan kereta api. Pemesanan atau penjualan dengan sistem ini dilayani di loket kantor Pos yang sudah

online. Pemesanan atau penjualan tiket dengan sistem ini, calon penumpang langsung membayar tiket kereta api sebesar tarif plus ekstra charge. Calon penumpang akan memperoleh resi atau bukti pembayaran yang oleh calon penumpang akan digunakan untuk menukarkan tiket di stasiun.

Terkait dengan kerjasama yang dilakukan PT. KAI (Persero) dengan berbagai pihak yang telah disebutkan di atas untuk memudahkan masyarakat untuk mendapatkan tiket kereta api. PT. KAI (Persero) yang melakukan kerjasama dengan agen tiket secaraonlinedibutuhkan suatu perjanjian kerjasama. Isi perjanjian tersebut dituangkan dalam sebuah kontrak kerjasama antara PT. KAI (Persero) dengan agen.

Lahirnya lembaga keagenan di Indonesia dapat dilihat dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Kemudian Pemerintah mengeluarkan peraturan pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1977 tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing dalam Bidang Perdagangan. Pasal 7 Peraturan Pemerintah tersebut memuat ketentuan bahwa perusahaan asing dapat menunjuk perusahaan nasional sebagai perwakilan, pembagi, dan penyalur (agen, distributor dan dealer).


(24)

Dalam kegiatan bisnis, keagenan biasanya diartikan sebagai suatu hubungan hukum di mana seseorang/pihak agen diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama orang/pihak prinsipal untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan pihak lain. Jadi kriteria utama untuk dikatakan adanya suatu keagenan adalah adanya wewenang yang dipunyai oleh agen tadi yang bertindak untuk dan atas nama prinsipal.6

Adakalanya antara prinsipal dan agen dibuat suatu perjanjian yang sederhana yang memuat pokok-pokok tentang apa-apa yang menjadi hak dan kewajiban para pihak. Tetapi tidak sedikit yang membuat perjanjiannya dengan ketentuan-ketentuan secara terperinci. Tentu saja membuat perjanjian secara terperinci tidak mudah. Tetapi dengan adanya perjanjian yang terperinci, akan semakin kecil kemungkinan untuk salah menafsirkan isi perjanjian.7

Kontrak kerjasama keagenan tiket online yang dibuat antara PT. KAI (Persero) dengan agen, perjanjiannya dibuat secara tertulis. Pada kontrak yang diadakan antara PT. KAI (Persero) dengan agen yang ditunjuk adalah untuk menjual tiket kereta api tersebut. Agen tiket kereta api secara online harus terlebih dahulu menyetujui harga jual tiket serta biaya administrasi sebagai biaya tambahan yang akan diberikan kepada setiap tiket yang akan dijualnya yang telah ditetapkan oleh PT. KAI (Persero).

Kontrak kerjasama keagenan tiket online yang dibuat merupakan instrumen bisnis yang saling mengikat para pihak, bentuk perjanjiannya merupakan perjanjian

6

Richard Burton Simatupang,Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm. 53.

7


(25)

yang tertulis. Pada hakekatnya kontrak dipahami sebagai ketentuan dan persyaratan yang disepakati oleh para pihak sebagai hasil perundingan atau negoisasi antara para pihak yang membuatnya, akan tetapi dalam prakteknya sering dijumpai kontrak yang berbentuk baku (standardize contract).8

Bentuk perjanjian yang dibuat antara PT. KAI (Persero) sebagai prinsipal dengan agen dibuat secara baku yang telah dibuat oleh PT. KAI (Persero) tersebut, bahkan kontrak tersebut sudah tercetak (boilerplate) dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh PT. KAI (Persero), yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisi data-data informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausula-klausulanya. Dalam hal ini, agen tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk menegoisasi atau mengubah klausula-klausula yang sudah dibuat oleh PT. KAI (Persero), sehingga agen merasa kontrak baku tersebut sangat berat sebelah.

Pada saat pelaksanaan perjanjian tersebut diduga ada masalah-masalah yang timbul yang dihadapi oleh agen tiket kereta api, salah satunya seperti server yang susah di akses sehingga agen tidak dapat menjual tiket kereta api kepada masyarakat. Padahal ada target penjualan tiket yang harus agen penuhi, apabila agen tidak memenuhi target penjualan tersebut agen dianggap wanprestasi seperti yang tercantum dalam kontrak kerja sama tersebut. Dalam hal ini, perlu adanya perlindungan hukum terhadap pihak-pihak terkait yaitu agen tiket kereta api dan PT.

8

Munir Fuady,Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis,Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2007, hlm. 76. (selanjutnya disingkat Munir Fuady-I).


(26)

KAI (Persero) sebagai prinsipal dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama keagenan tiketonline. Agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama keagenan tiketonline.

Berkaitan dengan uraian-uraian tersebut, akan dilakukan penelitian dengan

judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM

PERJANJIAN KERJASAMA KEAGENAN TIKET ONLINE (STUDI KERJA

SAMA ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN CV. ANUGRAH CIREBON)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan fokus kepada permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk dan pelaksanaan kontrak kerja sama keagenan tiket online

antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon?

2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan kontrak kerja sama keagenan tiketonlinetersebut dan bagaimana cara mengatasinya?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pelaksanaan perjanjian keagenan tiket online antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugrah Cirebon?


(27)

Mengacu kepada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk dan pelaksanaan kontrak kerja sama keagenan tiket

onlineyang dilakukan oleh PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan cara mengatasi dalam pelaksanaan

kontrak kerja sama keagenan tiketonlinetersebut.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pelaksanaan perjanjian keagenan tiket onlineantara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui dan mengembangkan tentang keagenan khususnya terhadap keagenan tiket online.

b. Sebagai bahan kajian untuk menambah literatur tentang keagenan. 2. Secara Praktis

a. Sebagai sumbangan pemikiran dan menjadi masukan bagi para pihak yang berkepentingan yaitu PT. KAI (Persero) sebagai prinsipal dan CV. Anugerah sebagai agen dalam hal kontrak kerjasama keagenan tiket online.


(28)

b. Untuk memberikan suatu pemahaman yang mendalam serta bahan pegangan bagi para pihak yang terkait dalam kontrak kerjasama keagenan tiket online. E. Keaslian Penelitian

Sepanjang pengetahuan dan berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan khususnya di lingkungan Pascasarjana, Magister kenotariatan dan Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian sebelumnya dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA SAMA KEAGENAN TIKET ONLINE (STUDI KERJASAMA ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN CV. ANUGERAH CIREBON)”.

Pernah ada penelitian sebelumnya terkait dengan kerja sama keagenan, yaitu: Novana Octa Syahputra, Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, pada tahun 2009, dengan judul “Analisis Yuridis Kontrak Kerjasama Keagenan Minyak Tanah Di Nanggroe Aceh Darussalam”.

Penelitian ini berbeda dengan yang telah disebutkan diatas, sebab penelitian di atas lebih mengarahkan kepada analisis yuridis dari keagenan minyak tanah yang ada di Aceh. Tentunya berbeda dengan penelitian yang ada dilakukan oleh peneliti mengenai perlindungan hukum para pihak yang terkait kerjasama perjanjian keagenan tiket online antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon.


(29)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Berkenaan dengan keagenan ini, untuk menganalisis lebih lanjut, perlu diingat dulu berkenaan dengan teori. Terdapat suatu pemahaman bahwa istilah “teori”

bukanlah sesuatu yang harus dijelaskan, tetapi sebagai suatu yang seolah-olah sudah dipahami maknanya. Bahkan teori sering ditafsirkan sebagai istilah tanpa makna apabila tidak terkait dengan kata yang menjadi padanannya, seperti teori hukum, sehingga kata yang menjadi padanannya menjadi (seolah-olah) lebih bermakna ketimbang makna teori itu sendiri.9

Menurut Soerjono Soekanto10, teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan proposisi yang telah diuji kebenarannya. Suatu teori juga mungkin memberikan pengarahan pada aktivitas penelitian yang dijalankan, dan memberikan taraf pemahaman tertentu. Teori sebenarnya merupakan suatu generalisasi yang dicapai, setelah mengadakan pengujian, dan hasilnya menyangkut ruang lingkup yang sangat luas.11

Menurut Fred N. Kerlinger, suatu teori12adalah seperangkat konsep, batasan dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan

9

H.R Otje Salman dan Anthon F. Sutanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka kembali,Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 19.

10

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, hlm. 6.

11

Ibid,hlm. 126.

12

Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004, hlm. 14.


(30)

merinci hubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut.

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran.13

Sedangkan Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan, pegangan teoritis.14 Sistemisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut, untuk memudahkan pekerjaan, analisa dan kontruksi.15Kemudian kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum.

Kerangka teoritis dalam penulisan karya ilmiah hukum mempunyai 4 (empat) ciri, yaitu (a) teori-teori hukum, (b) asas-asas hukum, (c) doktrin hukum, dan (d) ulasan pakar hukum berdasarkan pembidangan kekhususannya. Keempat ciri khas teori hukum tersebut, dapat dituangkan dalam penulisan kerangka teoritis dan/atau salah satu ciri tersebut. Kerangka teori yang akan dijadikan landasan dalam suatu penelitian tersebut adalah teori-teori hukum yang telah dikembangkan oleh para ahli hukum yang telah dikembangkan dalam berbagai kajian.16

13

J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Asas-Asas, Penyunting: M. Hisyam, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hlm. 203.

14

M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian,Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 80

15

Soerjono Soekanto,Op. Cit, hlm. 251.

16


(31)

Kata perlindungan17 menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi, misalnya perlindungan kepada orang yang lemah.

Menurut Sudikno Mertokusumo, yang dimaksud dengan hukum18 adalah kumpulan peraturan atau kaedah yang mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan kepada kaedah-kaedah.

Perlindungan hukum adalah suatu perbuatan hal melindungi subjek-subjek hukum dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan suatu sanksi. Teori yang dipergunakan adalah teori perlindungan hukum.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang perjanjian, maka perlu diketahui sebenarnya apa yang dimaksud dengan perjanjian tersebut. Menurut Subekti, suatu perjanjian19 adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seseorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya.

17

W. J. S. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa IndonesiaI,Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm. 600.

18

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Libery, Yogyakarta, 2003, hlm. 38.

19

Subekti, Hukum Perjanjian, Penerbit: Intermasa, Jakarta, 2002, hlm. 1. (selanjutnya disingkat Subekti-I).


(32)

Sedangkan M. Yahya Harahap menyatakan bahwa perjanjian20 adalah suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan hak untuk memperoleh prestasi atau sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi itu.

Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan.

Secara garis besar perjanjian dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:21

1. Perjanjian dalam arti luas, adalah setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagaimana yang telah dikehendaki oleh para pihak, misalnya perjanjian tidak bernama atau perjanjian jenis baru.

2. Perjanjian dalam arti sempit, adalah hubungan-hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan seperti yang dimaksud dalam Buku III KUHPerdata, misalnya perjanjian bernama.

Dalam hukum perjanjian ada beberapa azas, namun secara umum asas perjanjian ada lima, yaitu:22

1. Azas kebebasan berkontrak

20

M. Yahya Harahap,Segi-Segi Hukum perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 4.

21

Handri Raharjo,Hukum Perjanjian Di Indonesia,Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hlm. 42.

22

Salim HS,Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia,Sinar Grafika, Jakarta, 2003. hlm. 9.


(33)

Azas ini bermakna bahwa setiap orang bebas membuat perjanjian dengan siapa pun, apa pun isinya, apa pun bentuknya sejauh tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan23(Pasal 1337 dan 1338 KUHPerdata).

2. Azas konsensualisme

Perjanjian lahir atau terjadi dengan adanya kata sepakat (Pasal 1320, Pasal 1338 KUHPerdata). Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kemauan para pihak. 3. Azas mengikatnya suatu perjanjian (pacta sun servanda)

Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya (Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata).

4. Azas iktikad baik (togoe dentrow)

Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik (Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata). Iktikad baik terbagi dua, yakni: bersifat objektif dan bersifat subjektif.

5. Azas kepribadian (personalitas)

Pada umumnya tidak seorang pun dapat mengadakan perjanjian kecuali untuk dirinya sendiri. Pengecualiannya terdapat di dalam Pasal 1317 KUHPerdata tentang janji untuk pihak ketiga.

Azas hukum berfungsi sebagai pondasi yang memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental yang mengandung nilai-nilai dan tuntutan etis.24 Bahkan dalam suatu mata rantai sistem, asas, norma dan tujuan hukum berfungsi sebagai

23

Subekti-I,Op. Cit,hlm. 13-14.

24


(34)

pedoman dan ukuran atau kriteria bagi perilaku manusia.25 Melalui asas hukum, norma hukum berubah sifatnya menjadi bagian suatu tatanan etis yang sesuai dengan nilai kemasyarakatan. Pemahaman tentang keberadaan suatu norma hukum (mengapa suatu norma hukum diundangkan) dapat ditelusuri dari “ratio legis”nya. Meskipun asas hukum bukan norma hukum, namun tidak ada norma hukum yang dapat dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang terdapat didalamnya.26

Syarat-syarat suatu perjanjian terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Setelah syarat sah perjanjian terpenuhi maka akan tercipta kata sepakat untuk melakukan perjanjian. Dengan adanya kata sepakat mengadakan perjanjian, maka berarti bahwa kedua pihak haruslah mempunyai kebebasan kehendak. Para pihak tidak mendapat suatu tekanan yang mengakibatkan adanya “cacat” bagi perwujudan kehendak tersebut.

Pengertian sepakat dipahami sebagai pernyataan kehendak yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antara para pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (offerte). Pernyataan pihak yang menerima tawaran dinamakan akseptasi (acceptatie). Dengan demikian kesepakatan itu penting diketahui sebab merupakan awal terjadinya perjanjian.

Dilihat dari syarat-syarat sahnya perjanjian ini, terdapat adanya unsur-unsur perjanjian. Maka Asser membedakan bagian perjanjian, yaitu bagian inti (wezenlijk

25

Mariam Darus Badrulzaman dkk., Kompilasi Hukum perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 49.

26


(35)

oordeel) dan bagian yang bukan inti (non wezenlijk oordeel). Bagian ini disebutkan

essensialiadan bagian non-inti terdiri darinaturaliadan accenditalia. 1. UnsurEssensialia

Unsur yang mutlak harus ada. Unsur ini sangat erat kaitannya dengan syarat sahnya perjanjian (Pasal 1320 KUHPerdata) dan untuk mengetahui ada/tidaknya perjanjian serta untuk mengetahui jenis perjanjiannya, contoh: kesepakata.

2. UnsurNaturalia

Unsur yang lazimnya ada/sifat bawaan perjanjian, sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian, misalnya: menjamin terhadap cacat tersembunyi.

3. UnsurAccidentalia

Unsur yang harus tegas diperjanjikan, misalnya: pemilihan tempat kedudukan.27 Selanjutnya menurut Mariam Darus Badruldzaman ada dua golongan perjanjian baku, yaitu:28

1. Perjanjian standar umum yaitu perjanjian yang bentuk dan isinya telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh kreditor (seperti perjanjian kredit bank) lantas kemudian disodorkan kepada debitor.

2. Perjanjian standar khusus yaitu perjanjian yang ditetapkan pleh pemerintah, seperti akta jual beli.

Pihak yang kepadanya disodorkan kontrak baku tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk bernegoisasi dan berada pada posisi ”take it or leave it”. Dengan

27

Handri Raharjo,Hukum Perjanjian Di Indonesia, Loc. Cit, hlm. 46.

28

Mariam Darus Badrulzaman,KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni, Bandung, 1993, hlm. 35.


(36)

demikian, oleh hukum diragukan apakah benar-benar ada elemen “kata sepakat” yang merupakan syarat sahnya kontrak dalam kontrak baku tersebut. Maka untuk melakukan pembatalan suatu kontrak baku, tidaklah cukup hanya ditunjukkan bahwa kontrak tersebut merupakan kontrak baku. Untuk dapat dilakukan pembatalannya, yang perlu ditonjolkan adalah elemen apakah dengan kontrak baku tersebut telah terjadi ketidakseimbangan terhadap keberadaan posisi tawar-menawar (bargaining position), sehingga eksistensi unsur “kata sepakat” di antara para pihak sebenarnya tidak terpenuhi.

Bahwa setiap kontrak yang dibuat oleh para pihak harus dirancang dengan benar. Dalam perancangan kontrak tersebut, harus diperhatikan berbagai tahap dalam perancangannya.29 Dalam suatu kontrak baku sering dijumpai ketentuan bahwa para pihak telah bersepakat menyimpang atau melepaskan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi, maka perjanjian tersebut tidak perlu dimintakan pembatalan kepada hakim, tetapi dengan sendirinya sudah batal demi hukum.

Dalam hal ini wanprestasi merupakan syarat batal. Akan tetapi, beberapa ahli hukum berpendapat sebaliknya. Bahwa dalam hal terjadi wanprestasi perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi harus dimintakan pembatalan kepada hakim. Dengan alasan antara lain bahwa sekalipun debitur sudah wanprestasi hakim masih berwenang untuk memberi kesempatan kepadanya untuk memenuhi perjanjian.

29

Salim HS dkk.,Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 83.


(37)

2. Konsepsi

Konsepsi adalah suatu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini adalah untuk dihubungkannya dengan teori dan obeservasi, antara abstraksi dan kenyataan. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis.30

Suatu konsep atau kerangka konsepsional pada hakekatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit daripada kerangka teoritis yang sering kali masih bersifat abstrak, sehingga diperlukan definisi oprasional yang akan dapat pegangan konkrit di dalam proses penelitian.31

Untuk membangun konsep dalam pengkajian ilmu hukum pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengkonstruksi teori, yang akan digunakan untuk menganalisanya dan memahaminya.32

a. Perlindungan Hukum

Perlindungan Hukum adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau masyarakat kepada negara dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.33

b. Perjanjian

30

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 1995, hlm. 7.

31

Ibid,hlm. 133

32

Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 108.

33


(38)

Menurut Wirjono Prodjodikoro, perjanjian34 adalah sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.

c. Kerja sama

Kerja sama adalah dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu. d. Perjanjian Kerjasama

Perjanjian Kerjasama adalah suatu ikatan kerjasama antara PT KAI (Persero) dengan CV Anugrah untuk melaksanakan penjualan tiket kereta api.

e. Keagenan

Keagenan adalah hubungan hukum antara pihak prinsipal dengan agen, di mana pihak prinsipal memberi wewenang kepada agen untuk melakukan transaksi dengan pihak ketiga.35

f.Online

Online adalah interkoneksi sistem komputer ticketing perusahaan dengan sistem penjualan karcis agen, dapat menggunakan 2 (dua) sistem koneksi yaitu koneksi langsung (dial up ke sistem komputer ticketing perusahaan) atau jaringan

outsourching(koneksi dengan jaringan milik penyedia/outsourchingatau internet). g. TiketOnline

34

Wirjono Prodjodikoro,Azas-Azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm. 4.

35


(39)

Tiket Online adalah pemesanan tiket oleh konsumen melalui agen yang dilakukan secaraonline.

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian, maka sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif analitis. Penelitian deskriptif, dimaksudkan untuk melukiskan keadaan objek dan peristiwanya.36

Penelitian ini bersifatdeskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan keagenan sehingga diharapkan dapat diketahui gambaran jawaban atas permasalahan mengenai perlindungan hukum perjanjian kerjasama keagenan tiket online.

2. Metode pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normative atau yuridis normatif, yakni penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran).37

36

Sutrisno Hadi,Metodologi Research,Andi Offset, Yogyakarta, 1989, hlm. 3.

37

Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad,Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 34.


(40)

Di dalam penelitian yuridis normatif, maka penelitian terhadap asas-asas hukum dilakukan terhadap kaidah-kaidah hukum, yang merupakan patokan-patokan berperilaku.38 Penelitian yuridis normatif selalu mengambil isu dari hukum sebagai sistem norma yang digunakan untuk memberikan “justifikasi” preskriptif tentang suatu peristiwa hukum. Sehingga penelitian yuridis normatif menjadikan sistem norma sebagai pusat kajiannya. Sistem norma dalam arti yang sederhana

adalah sistem kaidah atau aturan.39

Penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang mempunyai objek kajian tentang kaidah atau aturan hukum. Penelitian yuridis normatif meneliti kaidah atau aturan hukum sebagai bangunan sistem yang terkait dengan suatu peristiwa hukum. Penelitian yuridis normatif akan mengkaji objek tersebut dan dikaji dari sistematika berdasar ketaatan pada struktur hukum secara hierarkis.40

Jadi penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memberikan argumentasi hukum tentang perlindungan hukum perjanjian kerjasama yang dibuat antara PT. KAI (Persero) dengan CV. Anugerah Cirebon sebagai agen resmi dari penjualan tiket

online.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari penelitian kepustakaan adalah data yang didukung dengan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu mengumpulkan

38

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Loc. Cit, hlm. 62.

39

Ranuhandoko,Terminologi Hukum, Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 419.

40


(41)

data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.41 1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, antara lain:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

c. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPM/Kep/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1998 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian.

f. Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor KEP.D6/LL.702/X/KA-2010 tentang Penetapan Petunjuk Pelaksanaan Sistem KeagenanOnline.

g. Kontrak Perjanjian Kerjasama Keagenan Tiket Online antara PT. KAI (Persero) DAOP III Cirebon dengan CV. Anugerah.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer (buku ilmu hukum, jurnal hukum, laporan hukum, dan media cetak atau elektronik).42 Bahan hukum sekunder yang digunakan yaitu

41


(42)

berupa karya tulis para ahli di bidang hukum dan bidang-bidang yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, jurnal dan makalah yang diperoleh melalui studi kepustakaan.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum

yang digunakan yaitu majalah, ensiklopedia, kamus dan internet. 4. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam peneltian ini dilakukan dengan cara:

1. Studi dokumen yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, serta berupa dokumen-dokumen maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang terkait dengan perlindungan hukum perjanjian kerjasama keagenan tiket online.

2. Wawancara

Agar memperoleh data yang relevan dengan objek yang akan diteliti, maka instrument utama yang digunakan adalah wawancara. Wawancara dilakukan dengan tehnik wawancara tidak terstruktur atau lebih sering dikatakan sebagai pertanyaan langsung, yang memungkinkan narasumber untuk memberikan tanggapannya tentang apapun yang berkaitan dengan pertanyaan yang di

42

Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004,hlm. 83.


(43)

ajukan pada saat wawancara.43 Pertanyaan itu bersifat pertanyaan terbuka atau pertanyaan tersebut bisa terus berlanjut dengan melakukan wawancara satu lawan satu. Ideal dengan narasumber yang ingin berbicara terus terang dengan tidak ada batasnnya,44antara lain dengan:

a. Pegawai PT. KAI (Persero) Daerah Operasi III Cirebon, sebanyak 2 (dua) orang, yaitu:

1. Manager Divisi Hukum PT. KAI PT. KAI (Persero) Daerah Operasi III Cirebon.

2. Manager Divisi IT PT. KAI (Persero) Daerah Operasi III Cirebon. b. Perwakilan dari Pemilik CV. Anugerah yaitu Direktur CV. Anugerah. 5. Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh dari penelitian pustaka dan lapangan diklasifikasikan dan disusun secara sistematis. Data tersebut kemudian dianalisis sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku untuk melihat kecenderungan yang ada. Analisa data termasuk penarikan kesimpulan dilakukan secara deduktif-induktif yaitu dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus sehingga diharapkan akan memberikan solusi dan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini.

43

Bruce W. Tuckman,Conducting Educational Research, Harcourt Brace Jovanovich, Inc., United States of America, 1978, hlm. 200.

44

John W. Creswell, Educational Research Planning, Conducting, And Evaluating Quantitative And Qualitative Research,Pearson Education, Inc., New Jersey, 2008, hlm. 225.


(44)

A. Perjanjian Kerja Sama Keagenan

Kata ”Perjanjian” berasal dari kata Janji, yang dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia1 diartikan sebagai ”perkataan yang menyatakan kesudian hendak berbuat sesuatu”; sedangkan arti perjanjian adalah ”persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang masing-masing berjanji akan menaati apa yang tersebut di persetujuan itu”. Maka perjanjian juga suatu persetujuan karena kedua belah pihak setuju untuk melakukan sesuatu. Setuju berarti sepakat, mufakat atau akur.

Menurut Abdul Kadir Muhammad, perjanjian2 adalah suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. Menurut Sri Soedewi Masychun Sofwan, perjanjian3 adalah suatu perbuatan hukum dimana seorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seseorang atau lebih orang.

Berdasarkan beberapa definisi atau pengertian dari para sarjana yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian harus ada para pihak

1

W. J. S Poerwadarminta,Op. Cit., hlm. 402.

2

Abdul Kadir Muhammad,Hukum Perikatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1990, hlm. 78. (selanjutnya disingkat Abdul Kadir Muhammad-I).

3

Pojok Hukum, “Asas Kebebasan Berkontrak dalam Kaitannya Dengan Perjanjian Baku (Standard Contract)”, oleh Muliadi Nur, http://pojokhukum.blogspot.com/2008/03/standard-contract.html, diakses 30 Juni 2011.


(45)

yang berjanji dan kesepakatan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa unsur yang terdapat dalam setiap perjanjian adalah:

1. Ada pihak yang saling berjanji. 2. Ada persetujuan.

3. Ada tujuan yang hendak di capai.

4. Ada prestasi yang akan dilaksanakan atau kewajiban untuk melaksanakan objek perjanjian.

5. Ada bentuk tertentu (lisan atau tertulis).

6. Ada syarat tertentu yaitu syarat pokok dari perjanjian yang menjadi objek perjanjian serta syarat tambahan atau pelengkap.

Selanjutnya dilihat dari bentuk perjanjian4 dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:

1. Perjanjian Tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan.

2. Perjanjian Lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak).

Pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dapat dibuat secara lisan maupun tertulis, ketentuan ini dapat dibuat lisan atau tertulis lebih kepada sifatnya sebagai alat bukti semata apabila dikemudian hari terjadi perselisihan

4

Salim HS,Hukum Kontrak Teori dan Tehnik Penyusunan Kontrak,Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 26. (selanjutnya disingkat Salim HS-I).


(46)

antara pihak-pihak yang membuat perjanjian. Akan tetapi ada beberapa perjanjian yang ditentukan bentuknya oleh peraturan perundang-undangan dan apabila bentuk ini tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut menjadi batal atau tidak sah.

Perjanjian secara umum diatur dalam Buku III KUHPerdata tentang Perikatan. Pengertian perjanjian dalam KUHPerdata diatur dalam Pasal 1313 yaitu:

suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatakan diri terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih.

Dalam perjanjian bisnis yang diadakan agen dengan prinsipalnya, biasanya dilakukan dengan membuat suatu kontrak tertulis yang isinya ditentukan oleh para pihak sesuai dengan kepentingan para pihak tersebut. Kontrak atau perjanjian hanya dapat dibuat untuk tujuan yang sah (halal). Suatu tujuan dipandang sah, kalau tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.5 KUHPerdata memakai istilah sebab (causa) yang sah, sebenarnya yang dimaksudkan adalah tujuan, yaitu tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang membuat kontrak, melalui kontrak itu.6 Yang dipersoalkan adalah tujuan, dan tujuan itu tidak boleh melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Pasal 1337 KUHPerdata, yang berbunyi:

Suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlainan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.

Adapun yang merupakan prinsip-prinsip utama dari hukum kontrak menurut KUHPerdata adalah sebagai berikut:

1. Kebebasan berkontrak. 5

Janus Sidabalok,Pengantar Hukum Ekonomi,Bina Media, Medan, 2000, hlm. 83.

6


(47)

Yang dimaksud dengan prinsip kebebasan berkontrak (freedom of making contract) adalah prinsip yang mengajarkan bahwa para pihak dalam suatu kontrak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga tidak kebebasan untuk mengatur isi kontrak tersebut, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku yang bersifat memaksa.7 Kebebasan ini merupakan perwujudan kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia.8 Mengenai kebebasan berkontrak ini diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang berbunyi:

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.

Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

Kata ”semua”, menunjuk pada perjanjian yang dikenal dalam hukum, baik diatur dalam undang-undang maupun belum ada diatur. Jadi, orang tidak dibatasi hanya membuat kontrak atau perjanjian yang sudah dikenal oleh undang-undang saja.9 Inilah yang memungkinkan lahirmya jenis-jenis kontrak atau perjanjian baru. Jika kontrak atau perjanjian itu dibuat secara sah, apa yang diperjanjikan berlaku bagi para pihak sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Dengan demikian, kontrak atau perjanjian itu bersifat mengikat dan harus dipenuhi dengan baik.

7

Munir Fuady-I, Loc. Cit., hlm. 50.

8

Mariam Darus Badrulzaman, dkk.,Loc. Cit., hlm. 1

9


(48)

Sutan Remi Sjahdeini yang dikutip oleh Agus Yudha Hernoko10 kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai berikut:

a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.

b. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian.

c. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan dibuatnya.

d. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian.

e. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.

f. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional (aanvullend).

Sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh dalam satu sistem, maka penerapan kebebasan berkontrak sebagaimana tersimpul dalam substansi Pasal 1338 (1) KUHPerdata harus juga dikaitkan dengan kerangka pemahaman pasal-pasal atau ketentuan-ketentuan yang lain:

a. Pasal 1320 KUHPerdata, mengenai syarat sahnya perjanjian (kontrak).

b. Pasal 1335 KUHPerdata, yang melarang dibuatnya kontrak tanpa causa atau dibuar berdasarkan suatu causa yang palsu atau yang terlarang, dengan konsekuensi tidaklah mempunyai kekuatan.

10

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2008, hlm. 95.


(49)

c. Pasal 1337 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.

d. Pasal 1338 (3) KUHPerdata, yang menetapkan bahwa kontrak harus dilaksanakan dengan itikad baik.

f. Pasal 1339 KUHPerdata, menunjuk terikatnya perjanjian kepada sifat, kepatutan, kebiasaan, dan undang-undang. Kebiasaan yang dimaksud dalam Pasal 1339 KUHPerdata bukanlah kebiasaan setempat, akan tetapi ketentuan-ketentuan yang dalam kalangan tertentu selalu diperhatikan.

g. Pasal 1347 KUHPerdata mengatur mengenai hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya disetujui untuk secara diam-diam dimasukkan dalam kontrak

(bestanding gebruiklijk beding).

Dengan demikian yang harus dipahami dan perlu menjadi perhatian, bahwa kebebasan berkontrak sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1338 (1) KUHPerdata tersebut hendaknya diinterpretasikan dalam kerangka pikir yang menempatkan posisi para pihak dalam keadaan seimbang atau proporsional.11 Kebebasan berkontrak secara filosofis menabukan apabila dalam suatu perjanjian terdapat ketidakseimbangan, ketidakadilan, ketimpangan, posisi berat sebelah dan lain-lain, yang pada intinya menempatkan salah satu pihak diatas pihak yang lain. Apabila hal itu terjadi, maka justru merupakan pengingkaran terhadap kebebasan berkontrak itu sendiri.

11


(50)

2. Prinsip Konsensual.

Dengan prinsip konsensual yang dimaksudkan adalah bahwa jika suatu kontrak dibuat, maka dia telah sah dan mengikat secara penuh tanpa memerlukan persyaratan lain, kecuali jika undang-undang menentukan lain.12 Bahwa suatu perjanjian cukup ada kata sepakat dari mereka yang membuat perjanjian itu tanpa diikuti dengan perbuatan melawan hukum lain kecuali perjanjian yang bersifat formal.13Secara tegas bahwa pihak-pihak telah menyetujui adanya perjanjian itu dengan suatu konsensus, baik secara lisan atau kemudian diikuti secara tertulis.

Di dalam Pasal 1320 KUHPerdata terkandung prinsip yang esensial dari hukum perjanjian yaitu azas ”konsensualisme” yang menentukan adanya perjanjian.14 Di dalam azas ini terkandung kehendak para pihak untuk saling mengikatkan diri dan menimbulkan kepercayaan (vertrouwen) diantara para pihak terhadap pemenuhan perjanjian. Azas kepercayaan (vertrouweleer) merupakan nilai etis yang bersumber pada moral.15

Azas konsensualisme mempunyai hubungan yang erat dengan azas kebebasan berkontrak dan azas kekuatan mengikat yang terdapat di dalam Pasal 1338 (1) KUHPerdata. Hal ini yang mendasari pendapat Subekti16 yang menyatakan bahwa azas konsesualisme terdapat dalam Pasal 1320 jo. 1338 KUHPerdata. Pelanggaran

12

Munir Fuady-I, Op. Cit., hlm. 50.

13

A. Qiram Syamsudin Meliala,Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985, hlm. 20.

14

Mariam Darus Badrulzaman, dkk.,Op. Cit., hlm. 82.

15

Mariam Darus Badrulzaman,Perjanjian Kredit Bank,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 108-109.

16


(51)

terhadap ketentuan ini akan mengakibatkan perjanjian itu tidak sah dan tidak juga mengikat sebagai undang-undang.17

3. Prinsip Obligatoir.

Prinsip obligatoir adalah suatu prinsip yang mengajarkan bahwa jika suatu kontrak telah dibuat, maka para pihak telah terikat, tetapi keterikatannya itu hanya sebatas timbulnya hak dan kewajiban semata-mata dan haknya belum beralih sebelum dilakukannya penyerahan (levering).18 Diperlukan perjanjian kebendaan untuk memindahkan hak milik yang sering disebut penyerahan.

4. Prinsip Pacta Sunt Servanda.

Prinsip pacta sunt servanda secara harafiah berarti ”janji itu mengikat”. Yang dimaksudkan adalah bahwa jika suatu kontrak sudah dibuat secara sah oleh para pihak, maka kontrak tersebut sudah mengikat para pihak. Bahkan, mengikatnya kontrak yang dibuat oleh para pihak tersebut sama kekuatannya dengan mengikatnya sebuah undang-undang yang dibuat oleh pemerintah.19 Kekuatan mengikat dari perjanjian yang muncul seiring dengan azas kebebasan berkontrak merupakan manifestasi pola hubungan manusia yang mencerminkan nilai-nilai kepercayaan didalamnya.20

Menurut Niewenhuis yang dikutip oleh Agus Yudha Hernoko21menyatakan

17

Agus Yudha Hernoko,Op. Cit.,hlm. 106.

18

Munir Fuady-I, Op. Cit., hlm. 50.

19 Ibid 20

Agus Yudha Hernoko,Op. Cit.,hlm, 111.

21


(52)

bahwa kekuatan mengikat dari perjanjian yang muncul sering dengan azas kebebasan berkontrak yang memberikan kebebasan berkontrak yang memberikan kebebasan dan kemandirian kepada para pihak, pada situasi tertentu daya berlakunya dibatasi. Kekuatan mengikat perjanjian yang pada prinsipnya mempunyai daya kerja

(strekking)sebatas para pihak yang membuat perjanjian. Hal ini menunjukkan bahwa hak yang lahir merupakan hak perorangan(persoonlijk)dan bersifat relatif.22

Adakalanya antara prinsipal dan agen dibuat suatu perjanjian yang sederhana yang memuat pokok-pokok tentang apa saja yang menjadi hak dan kewajiban para pihak. Tetapi tidak sedikit yang membuat perjanjiannya dengan ketentuan-ketentuan secara terperinci. Tentu saja membuat perjanjian secara terperinci tidaklah mudah, tetapi dengan perjanjian yang terperinci akan semakin kecil kemungkinan untuk salah menafsirkan isi perjanjian.

Sebelum melakukan perjanjian kerja sama dengan PT. KAI (Persero), calon agen harus memenuhi salah satu syarat yang utama tercantum dalam Pasal 5 Ayat 1 Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor: KEP.D6/LL.702/X/2/KA-2010 tentang Penetapan Petunjuk Pelaksanaan Sistem KeagenanOnline (Revisi II), yaitu lembaga atau badan usaha yang berbadan hukum. CV. Anugerah sebagai salah satu agen yang bekerja sama dengan PT. KAI (Persero) merupakan sebuah badan hukum yang berbentuk Perseroan Komanditer.

22


(53)

Akta Pendirian Perseroan Komanditer CV. Anugerah Nomor: 121 yang dibuat secara Notariel oleh Notaris Dwi Rina Handayani, SH, Notaris di kota Cirebon, pada tanggal 29 (dua puluh Sembilan) Juni 2005 (dua ribu lima). Dalam Pasal 2 huruf a Akta Perseroan Komanditer CV. Anugerah tersebut menyebutkan maksud dan tujuan perseroan ini adalah menjalankan usaha dalam bidang Pemesanan Karcis Kereta Api/Instalasi Sinyal dan Telekomunikasi.

Apabila yang melakukan kontrak adalah badan hukum, yang mewakili adalah siapa yang ditentukan dalam undang-undang untuk mewakili badan hukum tersebut atau siapa yang ditentukan dalam anggaran dasar badan hukum tersebut. Dalam persekutuan komanditer (CV) yang berhak mewakili persekutuan tersebut dalam membuat kontrak adalah para sekutu pengurusnya.23

PT. KAI (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sebelumnya berbentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN) dan selanjutnya mengalami perubahan menjadi Perusahaan Umum (PERUM) dan pada akhirnya berubah bentuk menjadi badan hukum Perseroan Terbatas (PT). Yang dibuat Akta Notarielnya tentang Pendirian PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor: 14, pada tanggal 14 (empat belas) September 1999 (seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan) di hadapan Notaris Imas Fatimah, Notaris di Kota DKI Jakarta.

Dalam sebuah perjanjian terdapat para pihak yang melakukan perjanjian. Para pihak yang melakukan Perjanjian Kerja Sama Keagenan TiketOnline, yaitu PT. KAI

23

Ahmadi Miru,Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 8.


(54)

(Persero) dan CV. Anugerah sebagai agen. Yang dimaksudkan dengan pihak-pihak dalam perjanjian di sini adalah tentang siapa-siapa yang mengadakan suatu perjanjian. Menurut Pasal 1315 KUHPerdata, disebutkan:

Pada umumnya tiada seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkan suatu janji, melainkan untuk dirinya sendiri.

B. Pengaturan Umum Tentang Kerja Sama Keagenan

Lembaga keagenan bukan merupakan lembaga baru dalam dunia perdagangan di Indonesia, hanya saja undang-undang yang secara khusus mengatur lembaga keagenan belum ada. Dengan demikian bukan berarti lembaga keagenan beraktivitas tanpa aturan.

Dilihat dari sejarah lahirnya lembaga keagenan di Indonesia dapat dilihat dari pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 1977 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Kemudian pemerintah mengeluarkan peraturan pelaksananya, yaitu Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1977 tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan. Yang menentukan bahwa perusahaan yang telah berakhir masa kegiatannya dapat terus melakukan kegiatan usaha dagangnya dengan cara menunjuk perusahaan nasional sebagai penyalur atau agen dengan membuat surat perjanjian.

Dengan adanya peraturan pemerintah ini, lembaga keagenan baru berkembang dalam dunia perdagangan di Indonesia. Peraturan yang bersifat administratif lainnya dikeluarkan oleh Mentri Perindustrian yaitu SK Menteri Perindustrian No.


(55)

pengangkatan/penunjukkan perusahaan nasional oleh prinsipal asing wajib dilakukan dengan suatu perjanjian yang bersifat eksklusif untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan sifat dan tujuan penggunaan barang-barang industri yang menjadi obyek perjanjian. Selain peraturan tersebut masih ada beberapa peraturan administratif lainnya.

Agen atau keagenan tidak diatur secara tegas dalam KUHPerdata maupun KUHDagang. Dengan demikian dilapangan hukum perdata dan hukum dagang, perjanjian keagenan ini merupakan suatu bentuk perjanjian atau lembaga khusus yang timbul dalam praktek seperti halnya lembaga-lembaga yang timbul dalam praktek lembaga keagenan ini memperoleh dasar yuridis yang diterima eksistensinya melalui asas kebebasan berkontrak yang dijamin oleh hukum perjanjian dalam KUHPerdata. Dengan demikian ketentuan-ketentuan perjanjian pada umumnya yang bersifat memaksa dalam KUHPerdata berlaku pula untuk perjanjian keagenan.

Pijakan yuridis untuk aktivitas keagenan, pranata dagang ini yang disebut agen ini dapat dilihat dari:

1. KUHPerdata, yang didalamnya terkandung asas Kebebasan Berkontrak (yang diatur dalam Pasal 1338).

2. KUHPerdata yang berisi tentang sifat pemberian kuasa (yang diatur dalam Pasal 1792-Pasal 1799).

3. KUHDagang yang mengatur mengenai Makelar (Pasal 62-Pasal 73). 4. KUHDagang yang mengatur mengenai Komisioner (Pasal 76-Pasal 85).


(56)

5. Dalam peraturan administratif, misalnya peraturan dari departemen perdagangan dan perindustrian.

Sekilas analisa mengenai dasar hukum yang digunakan dalam keagenan seperti tersebut diatas. Perihal sifat pemberian kuasa, lazimnya pemberian kuasa dalam keagenan berupa pemberian kuasa secara khusus yaitu pemberian kuasa hanya mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih. Agen hanya diberi kuasa untuk melakukan perbuatan hukum tertentu saja, misalnya dalam hal melakukan transaksi.

Selanjutnya, perihal penggunaan dasar hukum dalam KUHDagang mengenai komisioner. Apabila dikaitkan dengan karakteristik keagenan sebenarnya keagenan cenderung lebih sesuai dengan pengaturan mengenai Makelar dalam KUHDagang. Sebab antara makelar dengan agen memiliki kesamaan karakter yaitu bertindak untuk dan atas nama pihak yang memberikan kuasa, sedangkan komisioner bertindak untuk pihak yang memberikan kuasa namun atas nama dirinya sendiri.

Menurut Jensen dan Meckling yang dikutip oleh Sugiarto mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu mekanisme kontrak antara penyedia modal (the principals) dan para agen. Hubungan keagenan merupakan kontrak, baik bersifat eksplisit maupun implisit, di mana satu atau lebih orang (prinsipal) meminta org lain (agen) untuk mengambil tindakan atas nama prinsipal.24 Agen bukanlah karyawan prinsipal, ia hanya melakukan perbuatan tertentu atau mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga. Perjanjian dengan pihak ketiga dibuat agen untuk dan atas nama

24

Sugiarto,Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan, Permasalahan Keagenan dan Informasi Asimetri, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hlm. 53.


(57)

prinsipalnya berdasarkan pemberian wewenang atau kuasa dan prinsipalnya akan bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh agen sepanjang tindakan tersebut dilakukan dalam batas wewenang yang diberikannya.

Perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan oleh agen untuk prinsipalnya dan hak serta kewajiban para pihak dituangkan dalam perjanjian keagenan yang dibuat berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Dengan demikian keagenan yang pula merupakan bentuk khusus dari perjanjian pemberian kuasa, sehingga ketentuan pokok perjanjian pemberian kuasa berlaku terhadap perjanjian keagenan. Perjanjian pemberian kuasa ini menciptakan hubungan hukum yang bersifat koordinatif dan tetap berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:25

1. Agen perusahaan adalah perusahaan yang berdiri sendiri bukan bagian dari perusahaan pemberi kuasa.

2. Agen perusahaan adalah pemegang kuasa untuk menjalankan keagenan sebagai perusahaan perwakilan dari perusahaan pemberi kuasa.

3. Agen perusahaan menjalankan keagenan secara terus menerus selama tidak dihentikan oleh perusahaan yang diageninya.

Mencermati pola hubungan hukum maka akan terkait 3 (tiga) pihak yaitu pihak pemberi kuasa (prinsipal), pihak penerima kuasa (agen) dan pihak ketiga. Dan penjelasannya sebagai berikut:26

25

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 39.

26

Badan Pembinaan Hukum Nasional,Laporan Akhir Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusi,Departemen Kehakiman, Jakarta, 1994, hlm. 24-25.


(58)

1. Prinsipal, yaitu perorangan atau perusahaan yang memberi perintah/kuasa, mengangkat atau menunjuk pihak tertentu (agen) untuk melakukan suatu perbuatan hukum.

Pengangkatan atau penunjukan agen tersebut dapat dilakukan oleh prinsipal pada umumnya secara tertulis, sekalipun secara lisan tidak ada larangan, tetapi pada saat ini hubungan agen dengan prinsipalnya biasanya diikat oleh suatu persetujuan dalam bentuk kontraktuil.

2. Agen, yaitu pihak yang menerima perintah/kuasa untuk melaksanakan suatu perbuatan hukum tertentu. Perbuatan hukum yang harus dilakukan tersebut biasanya tercantum dalam perjanjian termaksud.

Pihak prinsipal dan pihak agen membuat perjanjian yang memuat perbuatan apa saja yang harus dilakukan seorang agen untuk prinsipalnya, hak yang diterima prinsipal. Seluruhnya diatur di dalam perjanjian keagenan yang dibuat antara pihak agen dengan pihak prinsipal.

3. Pihak ketiga, yaitu pihak yang dihubungi oleh agen dengan siapa transaksi diselenggarakan.

Agen membuat perjanjian dengan pihak ketiga mengenai transaksi yang dikuasakan kepadanya (agen) tersebut. Perjanjian dengan pihak ketiga tersebut dibuat oleh agen atas nama prinsipal, serta tanggung jawab prinsipal.

Telah diuraikan diatas bahwa pola hubungan hukum keagenan didasarkan oleh suatu persetujuan yang dibuat oleh agen dan prinsipalnya berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Kebebasan untuk mengadakan perjanjian atau kontrak memang disediakan oleh pembentuknya untuk mengisi kekosongan hukum perdata, khususnya dalam bidang hukum perjanjian yang tujuannya adalah agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan perekonomian.27

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Sama Keagenan Setiap perjanjian yang merupakan peristiwa hukum akan melahirkan akibat hukum yaitu akibat-akibat dalam hal mana diatur dan ditentukan oleh hukum. Tetapi

27

I Ketut Oka Setiawan, Lembaga Keagenan Dalam Perdagangan dan Pengaturan Di Indonesia,Ind-Hill-Co, Jakarta, 1995, hlm. 4.


(1)

Alwi, Hasan, dkk.,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2002. Badrulzaman, Mariam Darus, Perjanjian Baku (Standard) Perkembangannya Di

Indonesia. Dimuat Dalam Beberapa Guru Besar Berbicara Tentang Hukum dan Pendidikan Hukum (Kumpulan Pidato-Pidato Pengukuhan), Alumni, Bandung, 1981.

______________________ , ”Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat Dari Sudut Perjanjian Baku”, Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen, Bina Cipta, Jakarta, 1986.

______________________ , KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan,Alumni, Bandung, 1993.

Badrulzaman, Mariam Darus, dkk., Kompilasi Hukum perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Creswell, John W., Educational Research Planning, Conducting, And Evaluating Quantitative And Qualitative Research, Pearson Education, Inc., New Jersey, 2008.

Dewata, Mukti Fajar Nur dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.

Fuady, Munir,Dinamika Teori Hukum,Ghalia Indonesia, Bogor, 2007.

___________, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2007.

___________,Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern Di Era Global, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008.


(2)

Hendra, Frans,Merumuskan Kebijaksanaan Perusahaan, Djambatan, Jakarta, 1974. Hernoko, Agus Yudha, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak

Komersial, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2008.

Hidayat, Taufik, Jalan Panjang Menuju Kebangkitan Perkeretapian Indonesia, PT Ilalang Sakti Komunikasi, Depok, 2009.

HS, Salim,Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta, 2001.

________ , Hukum Kontrak Teori dan Tehnik Penyusunan Kontrak, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Mataram, 2002.

_________ , Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2003.

HS, Salim, dkk, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU), Sinar Grafika, Jakarta, 2007.

Husni, Mengelola Komputer Jaringan dengan Remote Administrator, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007.

Lubis, M. Solly,Filsafat Ilmu dan Penelitian,Mandar Maju, Bandung, 1994.

Kerlinger, Fred N.,Asas-Asas Penelitian Behavioral, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004.

Khairandy, Ridwan, Iktikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.

Kurniawan, Wiharsono,Jaringan Komputer, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2007. Meliala, A. Qiram Syamsudin, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta

Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Libery, Yogyakarta, 2003.

Miru, Ahmadi, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.


(3)

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yoko, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Muhammad, Abdul Kadir,Hukum Perikatan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1990. ____________________ , Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1999.

____________________ , Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

____________________ ,Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya, Jakarta, 2007. Nasution, Bahder Johan, Metode Penelitian Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung,

2008.

Poerwadarminta, W. J. S., Kamus Umum Bahasa IndonesiaI, Balai Pustaka, Jakarta, 1986.

Prodjodikoro, Wirjono,Azas-Azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2000. Raharjo, Handri, Hukum Perjanjian Di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,

2009.

Raharjo, Satjipto,Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000. Ranuhandoko,Terminologi Hukum, Grafika, Jakarta, 2003.

Salman, H.R Otje dan Anthon F. Sutanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka kembali,Refika Aditama, Bandung, 2004.

Salim, H. A. Abbas, Manajemen Transportasi, PT RajaGrafindo Perkasa, Jakarta, 2006.

Satrio, J, Hukum Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Setiawan, I Ketut Oka,Lembaga Keagenan Dalam Perdagangan dan Pengaturan Di Indonesia,Ind-Hill-Co, Jakarta, 1995.


(4)

Simatupang, Richard Burton, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.

Soekanto, Soerjono,Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 1995.

Soemadipradja, Rahmat S. S., Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa, PT Gramedia, Jakarta, 2010.

Subekti, R,Aneka Perjanjian,Alumni, Bandung, 1984. ________ ,Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2002.

________ ,Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermassa, Jakarta, 2003.

Sugiarto, Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan, Permasalahan Keagenan dan Informasi Asimetri, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2003.

Suharnoko,Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Kencana, Jakarta, 2004. Tuckman, Bruce W., Conducting Educational Research,Harcourt Brace Jovanovich,

Inc., United States of America, 1978.

Wuisman, J.J.J. M.,Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Asas-Asas, Penyunting: M. Hisyam, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996.

B. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPM/Kep/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1998 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api.


(5)

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian.

C. Website

http://id.answers.yahoo.com/question/index, diakses pada tanggal 11 April 2011.

Pojok Hukum, “Asas Kebebasan Berkontrak dalam Kaitannya Dengan Perjanjian

Baku (Standard Contract)”, oleh Muliadi Nur,

http://pojokhukum.blogspot.com/2008/03/standard-contract.html, diakses 30 Juni 2011.

Sieonkum Ditama, http:/ www.jdih.bpk.go.id/informasihukum/Perjanjian.pdf , hlm. 3, diakses 30 Juni 2011.

www.mediakonsumen.com diakses pada tanggal 31 Juli 2011.

http://nic.unud.ac.id/~lie_jasa/Artikel_reg_K3.pdf, diakses pada Agustus 2011. D. Disertasi

Sjahdeini, Sutan Remy, “Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia” (Disertasi Tidak Diterbitkan, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia).

E. Jurnal

Badan Pembinaan Hukum Nasional, Laporan Akhir Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusi, Departemen Kehakiman, Jakarta, 1994.

Jurnal Hukum Bisnis, “Prinsip-Prinsip Dalam Hukum Kontrak Dan Asas Proporsionalitas”, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Volume 29-No. 2 (2010).

F. Majalah

Amrul Partomuan Pohan, “Penggunaan Kontrak Baku (Standard Contract) Dalam Praktek Bisnis Di Indonesia”, Majalah Hukum Nasional, 1994.


(6)

Ahmad Sudarsih, “ISO 9001 Diraih, Mutu Harus Dijaga”, Majalah Kereta Api, Edisi 57, April 2011.