Keaslian Penelitian Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

b. Untuk memberikan suatu pemahaman yang mendalam serta bahan pegangan bagi para pihak yang terkait dalam kontrak kerjasama keagenan tiket online.

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang pengetahuan dan berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan khususnya di lingkungan Pascasarjana, Magister kenotariatan dan Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ada penelitian sebelumnya dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA SAMA KEAGENAN TIKET ONLINE STUDI KERJASAMA ANTARA PT. KERETA API INDONESIA PERSERO DENGAN CV. ANUGERAH CIREBON”. Pernah ada penelitian sebelumnya terkait dengan kerja sama keagenan, yaitu: Novana Octa Syahputra, Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, pada tahun 2009, dengan judul “Analisis Yuridis Kontrak Kerjasama Keagenan Minyak Tanah Di Nanggroe Aceh Darussalam”. Penelitian ini berbeda dengan yang telah disebutkan diatas, sebab penelitian di atas lebih mengarahkan kepada analisis yuridis dari keagenan minyak tanah yang ada di Aceh. Tentunya berbeda dengan penelitian yang ada dilakukan oleh peneliti mengenai perlindungan hukum para pihak yang terkait kerjasama perjanjian keagenan tiket online antara PT. KAI Persero dengan CV. Anugerah Cirebon. Universitas Sumatera Utara

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Berkenaan dengan keagenan ini, untuk menganalisis lebih lanjut, perlu diingat dulu berkenaan dengan teori. Terdapat suatu pemahaman bahwa istilah “teori” bukanlah sesuatu yang harus dijelaskan, tetapi sebagai suatu yang seolah-olah sudah dipahami maknanya. Bahkan teori sering ditafsirkan sebagai istilah tanpa makna apabila tidak terkait dengan kata yang menjadi padanannya, seperti teori hukum, sehingga kata yang menjadi padanannya menjadi seolah-olah lebih bermakna ketimbang makna teori itu sendiri. 9 Menurut Soerjono Soekanto 10 , teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan proposisi yang telah diuji kebenarannya. Suatu teori juga mungkin memberikan pengarahan pada aktivitas penelitian yang dijalankan, dan memberikan taraf pemahaman tertentu. Teori sebenarnya merupakan suatu generalisasi yang dicapai, setelah mengadakan pengujian, dan hasilnya menyangkut ruang lingkup yang sangat luas. 11 Menurut Fred N. Kerlinger, suatu teori 12 adalah seperangkat konsep, batasan dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan 9 H.R Otje Salman dan Anthon F. Sutanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka kembali, Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 19. 10 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, hlm. 6. 11 Ibid, hlm. 126. 12 Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Behavioral, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004, hlm. 14. Universitas Sumatera Utara merinci hubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut. Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran. 13 Sedangkan Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan, pegangan teoritis. 14 Sistemisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut, untuk memudahkan pekerjaan, analisa dan kontruksi. 15 Kemudian kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Kerangka teoritis dalam penulisan karya ilmiah hukum mempunyai 4 empat ciri, yaitu a teori-teori hukum, b asas-asas hukum, c doktrin hukum, dan d ulasan pakar hukum berdasarkan pembidangan kekhususannya. Keempat ciri khas teori hukum tersebut, dapat dituangkan dalam penulisan kerangka teoritis danatau salah satu ciri tersebut. Kerangka teori yang akan dijadikan landasan dalam suatu penelitian tersebut adalah teori-teori hukum yang telah dikembangkan oleh para ahli hukum yang telah dikembangkan dalam berbagai kajian. 16 13 J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Asas-Asas, Penyunting: M. Hisyam, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1996, hlm. 203. 14 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 80 15 Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm. 251. 16 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 79. Universitas Sumatera Utara Kata perlindungan 17 menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti tempat berlindung atau merupakan perbuatan hal melindungi, misalnya perlindungan kepada orang yang lemah. Menurut Sudikno Mertokusumo, yang dimaksud dengan hukum 18 adalah kumpulan peraturan atau kaedah yang mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan kepada kaedah- kaedah. Perlindungan hukum adalah suatu perbuatan hal melindungi subjek-subjek hukum dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan suatu sanksi. Teori yang dipergunakan adalah teori perlindungan hukum. Sebelum membahas lebih lanjut tentang perjanjian, maka perlu diketahui sebenarnya apa yang dimaksud dengan perjanjian tersebut. Menurut Subekti, suatu perjanjian 19 adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seseorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. 17 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa IndonesiaI, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm. 600. 18 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Libery, Yogyakarta, 2003, hlm. 38. 19 Subekti, Hukum Perjanjian, Penerbit: Intermasa, Jakarta, 2002, hlm. 1. selanjutnya disingkat Subekti-I. Universitas Sumatera Utara Sedangkan M. Yahya Harahap menyatakan bahwa perjanjian 20 adalah suatu hubungan hukum kekayaanharta benda antara dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan hak untuk memperoleh prestasi atau sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi itu. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Secara garis besar perjanjian dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 21 1. Perjanjian dalam arti luas, adalah setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagaimana yang telah dikehendaki oleh para pihak, misalnya perjanjian tidak bernama atau perjanjian jenis baru. 2. Perjanjian dalam arti sempit, adalah hubungan-hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan seperti yang dimaksud dalam Buku III KUHPerdata, misalnya perjanjian bernama. Dalam hukum perjanjian ada beberapa azas, namun secara umum asas perjanjian ada lima, yaitu: 22 1. Azas kebebasan berkontrak 20 M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 4. 21 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian Di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hlm. 42. 22 Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2003. hlm. 9. Universitas Sumatera Utara Azas ini bermakna bahwa setiap orang bebas membuat perjanjian dengan siapa pun, apa pun isinya, apa pun bentuknya sejauh tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan 23 Pasal 1337 dan 1338 KUHPerdata. 2. Azas konsensualisme Perjanjian lahir atau terjadi dengan adanya kata sepakat Pasal 1320, Pasal 1338 KUHPerdata. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kemauan para pihak. 3. Azas mengikatnya suatu perjanjian pacta sun servanda Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata. 4. Azas iktikad baik togoe dentrow Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata. Iktikad baik terbagi dua, yakni: bersifat objektif dan bersifat subjektif. 5. Azas kepribadian personalitas Pada umumnya tidak seorang pun dapat mengadakan perjanjian kecuali untuk dirinya sendiri. Pengecualiannya terdapat di dalam Pasal 1317 KUHPerdata tentang janji untuk pihak ketiga. Azas hukum berfungsi sebagai pondasi yang memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental yang mengandung nilai-nilai dan tuntutan etis. 24 Bahkan dalam suatu mata rantai sistem, asas, norma dan tujuan hukum berfungsi sebagai 23 Subekti-I, Op. Cit, hlm. 13-14. 24 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 47. Universitas Sumatera Utara pedoman dan ukuran atau kriteria bagi perilaku manusia. 25 Melalui asas hukum, norma hukum berubah sifatnya menjadi bagian suatu tatanan etis yang sesuai dengan nilai kemasyarakatan. Pemahaman tentang keberadaan suatu norma hukum mengapa suatu norma hukum diundangkan dapat ditelusuri dari “ratio legis”nya. Meskipun asas hukum bukan norma hukum, namun tidak ada norma hukum yang dapat dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang terdapat didalamnya. 26 Syarat-syarat suatu perjanjian terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Setelah syarat sah perjanjian terpenuhi maka akan tercipta kata sepakat untuk melakukan perjanjian. Dengan adanya kata sepakat mengadakan perjanjian, maka berarti bahwa kedua pihak haruslah mempunyai kebebasan kehendak. Para pihak tidak mendapat suatu tekanan yang mengakibatkan adanya “cacat” bagi perwujudan kehendak tersebut. Pengertian sepakat dipahami sebagai pernyataan kehendak yang disetujui overeenstemende wilsverklaring antara para pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran offerte. Pernyataan pihak yang menerima tawaran dinamakan akseptasi acceptatie. Dengan demikian kesepakatan itu penting diketahui sebab merupakan awal terjadinya perjanjian. Dilihat dari syarat-syarat sahnya perjanjian ini, terdapat adanya unsur-unsur perjanjian. Maka Asser membedakan bagian perjanjian, yaitu bagian inti wezenlijk 25 Mariam Darus Badrulzaman dkk., Kompilasi Hukum perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 49. 26 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Op.Cit, hlm. 47. Universitas Sumatera Utara oordeel dan bagian yang bukan inti non wezenlijk oordeel. Bagian ini disebutkan essensialia dan bagian non-inti terdiri dari naturalia dan accenditalia. 1. Unsur Essensialia Unsur yang mutlak harus ada. Unsur ini sangat erat kaitannya dengan syarat sahnya perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata dan untuk mengetahui adatidaknya perjanjian serta untuk mengetahui jenis perjanjiannya, contoh: kesepakata. 2. Unsur Naturalia Unsur yang lazimnya adasifat bawaan perjanjian, sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian, misalnya: menjamin terhadap cacat tersembunyi. 3. Unsur Accidentalia Unsur yang harus tegas diperjanjikan, misalnya: pemilihan tempat kedudukan. 27 Selanjutnya menurut Mariam Darus Badruldzaman ada dua golongan perjanjian baku, yaitu: 28 1. Perjanjian standar umum yaitu perjanjian yang bentuk dan isinya telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh kreditor seperti perjanjian kredit bank lantas kemudian disodorkan kepada debitor. 2. Perjanjian standar khusus yaitu perjanjian yang ditetapkan pleh pemerintah, seperti akta jual beli. Pihak yang kepadanya disodorkan kontrak baku tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk bernegoisasi dan berada pada posisi ”take it or leave it”. Dengan 27 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian Di Indonesia, Loc. Cit, hlm. 46. 28 Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni, Bandung, 1993, hlm. 35. Universitas Sumatera Utara demikian, oleh hukum diragukan apakah benar-benar ada elemen “kata sepakat” yang merupakan syarat sahnya kontrak dalam kontrak baku tersebut. Maka untuk melakukan pembatalan suatu kontrak baku, tidaklah cukup hanya ditunjukkan bahwa kontrak tersebut merupakan kontrak baku. Untuk dapat dilakukan pembatalannya, yang perlu ditonjolkan adalah elemen apakah dengan kontrak baku tersebut telah terjadi ketidakseimbangan terhadap keberadaan posisi tawar-menawar bargaining position, sehingga eksistensi unsur “kata sepakat” di antara para pihak sebenarnya tidak terpenuhi. Bahwa setiap kontrak yang dibuat oleh para pihak harus dirancang dengan benar. Dalam perancangan kontrak tersebut, harus diperhatikan berbagai tahap dalam perancangannya. 29 Dalam suatu kontrak baku sering dijumpai ketentuan bahwa para pihak telah bersepakat menyimpang atau melepaskan Pasal 1266 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi, maka perjanjian tersebut tidak perlu dimintakan pembatalan kepada hakim, tetapi dengan sendirinya sudah batal demi hukum. Dalam hal ini wanprestasi merupakan syarat batal. Akan tetapi, beberapa ahli hukum berpendapat sebaliknya. Bahwa dalam hal terjadi wanprestasi perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi harus dimintakan pembatalan kepada hakim. Dengan alasan antara lain bahwa sekalipun debitur sudah wanprestasi hakim masih berwenang untuk memberi kesempatan kepadanya untuk memenuhi perjanjian. 29 Salim HS dkk., Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding MoU, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 83. Universitas Sumatera Utara

2. Konsepsi