UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tersebut bersifat spesifik dan pertahan pertama tubuh terhadap bahaya Sen et al, 2010.
Fitur utama dari peradangan akut antara lain: 1 Akumulasi cairan dan plasma di lokasi terkena
dampak. 2 Aktivasi intravaskular datar atau memungkinkan.
3 Polymorph-nuklir neutrofil sebagai sel inflamasi.
b. Inflamasi Kronis Inflamasi kronis terjadi bila faktor-faktor risiko yang
memperpanjang dari inflamasi akut tidak dihapus. Hal ini terjadi untuk durasi yang lebih lama dan terkait dengan adanya
makrofag, limfosit, sel darag proliferasi, fibrosis dan nekrosis jaringan. Makrofag menghasilkan beberapa produk biologis
aktif yang menyebabkan kerusakan jaringan dan karakteristik fibrosis peradangan kronis Sen et al, 2010.
Reaksi inflamasi terjadi dalam mekanisme yang berbeda pada tiap fase, seperti:
1 Fase akut: vasodilatasi lokal sementara dan penigkatan permeabilitas kapiler.
2 Fase sub-akut: infiltrasi atau leukosit dan fagositosis sel.
3 Fase kronis proleferatif: kerusakan jaringan dan fibrosis Sen et al, 2010.
2.9.4. Obat Antiinflamasi
Obat-obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat
dicapai melalui berbagai cara yaitu menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya. Berdasarkan
mekanime kerjanya, obat-obatan antiinflamasi terbagi dalam golongan steroid yang terutama bekerja dengan cara menghambat
pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya dan golongan non steroid yang bekerja melalui mekanisme lain seperti inhibisi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
siklooksigenase yang berperan pada biosintesis protaglandin Setyarini, 2009.
Obat-obat antiinflamasi sangat efektif menghilangkan rasa nyeri dan inflamasi dengan menekan produksi prostaglandin dan
metabolisme asam arakidonat dengan cara penghambatan siklooksigenase dan lipooksigenase pada kaskade inflamasi.
Penekanan prostaglandin sebagai mediator inflamasi pada jaringan menyebabkan kurangnya rasa nyeri dan pembengkakan sehingga
fungsi otot dan sendi membaik Setyarini, 2009.
2.9.5. Mekanisme Kerja
Antiinflamasi dalam
Menghambat Denaturasi Protein
Inflamasi adalah proses yang kompleks, seirng dikaitkan dengan rasa sakit dan melibatkan kejadian seperti peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, penigkatan denaturasi protein dan alterasi membran Umapathy et al, 2010. Ciri-ciri jaringan yang
telah mengalami nekrosis yaitu kematian lokal dalam tubuh makhluk hidup, menunjukkan bahwa komposisi protein mengalami
perubahan besar. Denaturasi protein disebabkan oleh aksi panas, alrutan asam atau alkali, elektrolit, alkohol, dan beberapa agen
lainnya yang menghasilkan perubahan pada kelarutan albumin dan globulin, terutama pada titik isoelektrik Opie El, 1961.
Denaturasi protein adalah sebuah proses dimana protein kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder oleh senyawa
eksternal, seperti asa kuat atau basa kuat, garam organik, pelarut organik dan pemanasan. Pada umunya protein kehilangan fungsi
biologisnya ketika didenaturasi. Misalnya enzim kehilangan aktivitasnya karena subtrat tidak dapat lagi mengikat pada gugus
aktifnya Verma et al, 2011.
Dalam pengembangan AINS, prinsip denaturasi dalam uji antiinflamasi sering digunakan seperti pada uji antiinflamasi
dengan albumin telur Chandra, 2012 dan uji dengan Bovine Serum Albumin BSA Williams et al., 2008. Denaturasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
protein pada jaringan adalah salah satu penyebab penyakit inflamasi dan artritis. Produksi dari antigen-auto pada penyakit
artritis dapat mengakibatkan denaturasi protein secara in vivo. Oleh karena itu, penggunaan suatu agen tertentu yang bisa
mencegah
denaturasi protein
akan bermanfaat
pada pengembangan obat antiinflamasi Chatterjee et al., 2012.
Beberapa metode in vitro lain dapat digunakan untuk mengetahui potensi atau aktivitas antiinflamasi dari suatu obat,
kandungan kimia dan preparat herbal. Teknik-teknik yang bisa digunakan antara lain adalah pelepasan fosforilasi oksidatif ATP
biogenesis terkait dengan respirasi, penghambatan denaturasi protein, stabilisasi membran eritrosit, stabilisasi membran
lisosomal, tes fibrinolitik dan agregasi trombosit Oyedapo et al., 2010. Selain itu uji antiinflamasi secara in vitro juga bisa
dilakukan dengan melihat efek inhibisi pada siklooksigenase menggunakan kit khusus uji skrining siklooksigenase Umar et
al., 2012.
Beberapa AINS seperti indometasin, ibufenak, asam flufenamik dan asam salisilat memiliki kemampuan dalam
mencegah denaturasi BSA yang dipanaskan pada pH patologis yakni 6,2-6,5. Selain itu beberapa ekstrak dan komponen murni
tumbuhan seperti ekstrak Boehmeria jamaicensis Urb, fenil propanoid, eugenol, polisulfid, dibenzil trisulfid dapat
menghambat denaturasi BSA, memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan merupakan kandidat obat antiinflamasi. Pada uji
BSA, jika senyawa sampel menghambat denaturasi dengan persen inhibisi 20 maka dianggap memiliki aktivitas antiinflamasi dan
layak untuk dikembangkan lebih lanjut. Williams et al., 2008.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 28
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat
Penelitian Amidasi senyawa etil p-metoksisinamat melalui reaksi langsung dengan iradiasi microwave serta uji aktivitas
sebagai antiinflamasi dilaksanakan di Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, Laboratorium Kimia
Obat, dan Laboratorium Analisa Obat dan Pangan Halal, Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
3.1.2. Waktu
Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2015 sampai dengan April 2015.
3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat
Spektrofotometri ¹H-NMR dan
13
C-NMR 500 MHz, JEOL, spektrofotometer UV-Vis HITACHI, vacuum rotary
evaporator SB-1000 Eyela, digital water bath SB-100 Eyela, spektrofotometri
IR SHIMADZU,
GCMS AGILENT
TECHNOLOGIES, Microwave Oven SAMSUNG, shaking bath, lemari pendingin, Plat aluminium TLC silica gel 60 F254
Merck, oven, timbangan analitik, statif, labu reaksi, corong, erlenmeyer, gelas piala, rak, tabung reaksi, chamber KLT,
termometer, pipet eppendorf, mikropipet, batang pengaduk, pinset, kertas saring, alumunium foil, vial uji, botol, pH meter, labu takar,
gelas ukur, corong pisah, magnetik stirer.
3.2.2. Bahan
Senyawa etil p-metoksisinamat, natrium diklofenak SIGMA-ALDRICH, natrium sulfat Merck, natrium klorida
Merck, methanol p.a Merck, tris base SIGMA-ALDRICH,