Pemikiran Politik al-Mawardi Biografi Al-Mawardi

29 c. Dalam tafsir 1 Tafsir Al-Qur‟anul Al-Karim. 2 An-Nukat wa Al-„Uyun. 3 Al-Amtsal wa Al-Hikam. d. Dalam sastra 1 Adab Ad-Dunya wa Ad-Din. e. Dalam akidah 1 A‟lam An-Nubuwwah. 6 Al-Mawardi Rahimahullah wafat pada bulan Rabiul Awwal tahun 450 H dalam usia 86 tahun.

2. Pemikiran Politik al-Mawardi

Imamah kepemimpinan yang dimaksud al-Mawardi dijabat oleh khalifah pemimpin, raja, penguasa, atau kepala negara, dan kepadanya ia diberi lebel agama. Al- Mawardi menyatakan “Sesungguhnya imam khalifah itu diproyeksikan untuk mengambil alih peran kenabian dalam menjaga agama dan mengatur dunia ”. 7 Dengan demikian seorang imam adalah pemimpin agama di satu pihak dan di lain pihak sebagai pemimpin politik. Dasar pembentukan imamah menurut al-Mawardi adalah wajib secara ijma‟. Akan tetapi dasar kewajiban itu diperselisihkan, apakah 6 Imam al-Mawardi, Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syariat Islam, terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Jakarta: Darul Falah, 2006, hal. Xxx-xxxi. 7 Imam al-Mawardi, Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syariat Islam, terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Jakarta: Darul Falah, 2006, hal. 1. 30 berdasarkan akal atau syari‟at?. Menurutnya ada dua golongan, pertama wajib berdasarkan akal dengan alasan manusia itu adalah makhluk sosial dan dalam pergaulan mereka bisa terjadi permusuhan, perselisihan, dan penganiayaan. Karenanya dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat mencegah kemungkinan-kemungkinan itu. Kedua wajib berdasarkan syari‟at bukan karena pertimbangan akal dengan alasan karena kepala negara menjalankan tugas-tugas agama yang bisa saja akal tidak mendukungnya dan akal hanya menghendaki setiap orang yang berakal melindungi dirinya dari segala bentuk ketidakadilan, dan pemutusan hubungan, kemudian ia bertindak dengan akalnya sendiri bukan dengan akal orang lain. Sementara syari‟at menghendaki bahwa segala persoalan itu harus diserahkan kepada pihak yang berwenang dalam agama. Sebagaimana firman Allah SWT:                               ءاسنلا : Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nya, dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya ” Q.S. An-Nisa: 59. Terdapat pula hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Hisyam bin Urwah dari Abu Shalih dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi SAW bersabda: 31 8 Artinya: “Sepeninggalku akan datang kepada kalian pemimpin-pemimpin, kemudian akan datang kepada kalian pemimpin yang baik dengan membawa kebaikannya, kemudian akan datang kepada kalian pemimpin yang jahat dengan membawa kejahatannya. Maka dengarkan merekam dan taatilah apa saja yang sesuai dengan kebenaran. Jika mereka berbuat baik, maka kebaikan tersebut untuk kalian, dan jika berbuat jahat, maka kalian mendapatkan pahala dan mereka mendapatkan dosa ”. HR.Thabrani. Ada dua cara menurut al-Mawardi di dalam pemilihan imam khalifah: pertama, Dewan pemilih yang bertugas memilih imam bagi umat. Kedua, Dewan imam yang bertugas mengangkat salah seorang dari mereka sebagai imam. 9 Hal ini menunjukkan bahwa baik dari sumber awal agama Islam atau fakta historis, al-Mawardi tidak menemukan sistem yang baku dalam pemilihan kepala negara, tetapi pemilihan kepala negara dalam Islam telah diimplementasikan oleh para sahabat. Adapun kriteria yang harus dipenuhi oleh Dewan pemilih sebagai berikut: a. Adil dengan segala syarat-syaratnya. b. Ilmu yang membuatnya mampu mengetahui siapa yang berhak menjadi imam sesuai dengan kriteria-kriteria yang legal. 8 Sulaiman ibn Ahmad Ibn Ayub Ibn Muthir al-Lakhmi as-Syamiy; Abu al Qosim at-Thabrani, al- Mu’jam al-Kabir, t.tp, t.th, juz.19, hal.460, no.1102 9 Imam al-Mawardi, Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syariat Islam, terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Jakarta: Darul Falah, 2006, hal. 1 32 c. Wawasan dan sikap bijaksana yang membuatnya mampu memilih siapa yang paling tepat menjadi imam dan paling efektif serta paling ahli dalam mengelola semua kepentingan. Sedangkan kriteria yang harus dipenuhi oleh Dewan imam adalah: a. Adil dengan syarat-syaratnya yang universal. b. Ilmu yang membuatnya mampu berijtihad terhadap kasus-kasus dan hukum-hukum. c. Sehat inderawi telinga, mata, dan mulut yang dengannya ia mampu menangani langsung permasalahan yang telah diketahuinya. d. Sehat organ tubuh dari cacat yang menghalanginya bertindak dengan sempurna dan cepat. e. Wawasan yang membuatnya mampu memimpin rakyat dan mengelola semua kepentingan. f. Berani dan ksatria yang membuatnya mampu melindungi wilayah negara dan melawan musuh. g. Nasab yaitu berasal dari keturunan Quraisy berdasarkan nash-nash yang ada dan ijm a‟ yang terjadi pada pertemuan Tsaqifah Bani Sâ‟idah ketika Abu Bakar menyatakan يرق نم ةمئاا ش pemimpin-pemimpin itu berasal dari Quraisy maka terpilihlah Abu Bakar r.a sebagai khalifah pertama berdasarkan ijma. Kemudian Rasulullah juga bersabda اومدق اهومدقت او اشيرق dahulukan orang Quraisy dan jangan kalian mendahuluinya. 10 10 Imam al-Mawardi, Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syariat Islam, terjemahan Fadhli Bahri dari kitab al-Ahkam al-Sulthaniyyah, Jakarta: Darul Falah, 2006, hal. 3-4. 33 Ada sepuluh tugas yang harus dilakukan oleh seorang imam, antara lain: a. Menjaga agama sesuai dengan prinsip-prinsip yang disepakati oleh ulama salaf. b. Menerapkan keadilan diantara orang yang sedang berperkara. c. Melindungi wilayah negara dan tempat-tempat suci. d. Menegakkan supremasi hukum untuk menjaga agama dan umat. e. Melindungi daerah-daerah perbatasan dari serangan musuh. f. Memerangi orang-orang yang menentang Islam jihad setelah adanya dakwah. g. Mengambil fa‟i harta yang didapatkan kaum muslimin tanpa pertempuran dan sedekah sesuai dengan yang diwajibkan oleh Syari‟at. h. Mengatur penggunaan harta baitul mal kas negara secara efektif. i. Mengangkat orang-orang yang terlatih dan ahli dalam bidangnya untuk membantu tugasnya. j. Terjun langsung menangani persoalan yang terjadi di masyarakat blusukan. 11

B. Biografi al-Ghazali