Syarat-Syarat Ahlul Ijtihad Pengertian Ahlul Ijtihad

18

1. Syarat-Syarat Ahlul Ijtihad

Mengingat bahwa ijtihad merupakan sebuah kegiatan dan aktifitas yang tidak mudah untuk dilakukan, maka para ulama ushul fiqh telah menetapkan beberapa kriteria yang mesti dimiliki oleh ahlul ijtihad. Sehingga yang bersangkutan dianggap layak dan cakap untuk melakukan istinbath hukum penggalian hukum. Kalangan ulama ushul fiqh kemudian memberikan penamaan terhadap beberapa persyaratan ini dengan term “al-ahliyyah li al-ijtihad”. Pada hakikatnya, ahlul ijtihad itu menempati posisi Nabi di tengah- tengah umat dalam rangka menyampaikan risalah Islamiyyah mubaligh, penyingkap kasyif, penjelas mubayyin, dan penggali mustanbith terhadap kedudukan hukum s yar’i yang belum atau tidak dijelaskan secara tekstual baik dalam al-Quran maupun Sunnah. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai subyek atau pelaku ijtihad, seorang mujtahid dituntut untuk membekali dirinya dengan beberapa persyaratan. 18 Adapun syarat-syarat ahlul ijtihad sebagai berikut: a. Syarat yang berhubungan dengan kepribadian, yaitu meliputi syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum yakni baligh dan berakal. Ahlul ijtihad harus baligh dewasa, karena hanya pada orang yang telah dewasa dapat ditemukan adanya kemampuan. Sedangkan ahlul ijtihad harus berakal, karena hanya pada orang yang berakal ditemukan 18 Ahmad Mukri Aji, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd: Kajian Atas Fiqh Jinayah dalam Kitab Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid, Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2010, hal. 24-25. 19 adanya kemampuan ilmu dan ijtihad itu sendiri adalah suatu karya ilmiah. Adapun syarat khusus yakni keimanan, ia harus beriman kepada Allah SWT secara sempurna baik yang berkenaan dengan zat, sifat, dan perbuatan-Nya. b. Syarat yang berhubungan dengan kemampuan, meliputi: 1 Mengetahui ilmu alat, dalam hal ini adalah bahasa Arab karena sumber pokok hukum syara’ adalah Alqur’an, dan Hadits yang berbahasa Arab. Pengetahuan bahasa Arab meliputi Ilmu Nahwu, Sharaf, Bayan, Ma’ani dan Badi’. 2 Pengetahuan tentang Alqur’an, karena alqur’an sebagai sumber asasi hukum syara’. 3 Pengetahuan tentang Hadits Nabi, karena Hadits Nabi berfungsi sebagai penjelasan alqur’an. 4 Pengetahuan tentang Ijma Ulama, karena ijma’ ulama untuk mengetahui kasus atau peristiwa hukum apa saja yang ketentuan hukumnya telah diijmakan oleh ulama. 5 Pengetahuan tentang Qiyas, karna ia harus mengetahui metode qiyas serta mengetahui pokok-pokok istimbath yang memunginkan membedakan dan memilih hukum yang paling dekat dengan tujuan syara’ yaitu untuk kemashlahatan umat. 6 Pengetahuan tentang maksud syar’i dalam menetapkan hukum sehingga saat mencari dan menggali hukum melalui ijtihad ia dapat berpedoman kepada tujuan syar’i tersebut. 20 7 Pengetahuan tentang ushul fiqh, karena ilmu ini mempelajari untuk berijtihad. 19 Adapun menurut Amir Syarifudin, secara garis besar ada tiga syarat mujtahid: a. Mengetahui Maqashid al-Syariah karena dengan mengetahui maqashid kita tahu tujuan yang akan dicapai b. Mengetahui Al-Quran, al-Sunnah, dan bahasa Arab c. Mengetahui thuruq al-istinbath, metode menemukan dan menerapkan hukum, agar hukum hasil ijtihad tidak keluar dari nilai-nilai uluhiyyah. 20

2. Tingkatan Mujtahid