Kontroversi Pendapat Mengenai Nikah Misyar

48

BAB IV NIKAH MISYAR DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

A. Kontroversi Pendapat Mengenai Nikah Misyar

1. Pendapat Ulama Yang Mendukung Nikah Misyar Menurut Yusuf Qardawi dan Dr. Wahbah Zuhaili secara hukum nikah Misyar sah adanya, karena memenuhi semua rukun dan syarat nikah yang sah. Dimana ada ijab qabul, saling meridhai antara kedua mempelai, wali, saksi, kedua mempelai sepadan, ada mahar yang disepakati. Setelah akad nikah keduanya resmi menjadi suami isteri. Suami isteri yang dikemudian hari punya hak. Hak keturunan, hak waris, hak iddah, hak talak, hak meniduri, hak tempat tinggal, hak biaya hidup, dll. Yang berhubungan dengan hak dan kewajiban suami isteri. Hanya saja, keduanya saling meridhai dan sepakat, bahwa tidak ada hak suami tinggal bersama isterinya, hak berbagi hari giliran. Sebab semuanya tergantung kepada suami. Kapan saja suami mau menziarahi isterinnya. Pendapat ini mengambil sebuah hadits sebagai dalil sahnya nikah misyar. Yaitu hadits tentang bolehnya istri menggurkan hak hari gilirannya kepada istri lainnya. Dari „Aisyah r.a bahwa Saudah binti Zam‟ah memberikan hari gilirannya kepada „Aisyah, lalu Nabi Saw memberikan dua hari giliran kepada „Aisyah, yaitu sehari yang memang hak Aisyah dan sehari hadiah dari Saudah. HR. Muslim 49 Tanpa diragukan lagi, bahwa nikah misyar menjadi solusi untuk menimalisir perawan-perawan tua yang telah lewat masa nikah. Dalam hal ini, pernikahan misyar kewajiban dialihkan kepada istri yang berkewajiban menafkahi suami. Karena si istri tidak menuntut apapun dari suami, ia dianggap lebih mapan. Selain tidak datang dalam beberapa hari dalam seminggu atau bahkan sebulan sekali, suami hanya datang untuk memenuhi kebutuhan biologis sang istri bahkan sebaliknya, kebutuhan suami yang dipenuhi istri. 2. Pendapat Ulama Yang Menentang Nikah Misyar Meskipun ada ulama yang mendukung pernikahan misyar tersebut dan ada juga para ulama yang menentang keras perkawinan ini. Menurut Syeikh Muhammad Nashir Albani, Dr. Qurah Dagi dan Muhammad Zuhaili, menentang dilangsungkannya pernikahan ini mengatakan bahwa pernikahan semacam ini tidak bisa memenuhi tujuan dilaksanakannya kawin secara syara’.Karena pernikahan semacam ini hanya merupakan pelampiasan nafsu dan sebatas mencari kesenangan. Dalam Islam pernikahan memiliki tujuan lebih dari itu.Pernikahan dijadikan wahana agar spesies manusia terjaga, sebagai serana untuk mencari ketenangan serta sebagai tempat saling mengasihi dan menyayangi. Para ulama penentang kawin misyar lebih mengkhatirkan dampak negatif terhadap kehidupan rumah tangga dan bermasyarakat apalagi kalau sampai memiliki keturunan, si anak tidak bisa merasakan keutuhan sebuah rumah tangga penyebabnya mayoritas perkawinan ini tidak diikuti 50 dengan isyar pemberitahuan kepada khalayak umum perkawinan ini bersifat diam. Perkawinan bukan hanya sebatas halalnya hubungan biologis tapi ada konsekwensi sosial yang harus di tanggung, Syeikh Ahmad Abdullah al- Quraisy mengatakan “dengan nikah kita juga akan terhalang dari fitnah, tapi nikah misyar hanya menimbulkan fitnah bar u”. 1 Syeikh Utaimah mengatakan pada bagian pernyataan pada sebagian pernyataannya, bahwa kawin misyar mungkin sah tapi tidak bermoral. Menurutnya kawin misyar bahkan dipertimbangkan sebagai hal yang haram karena perkawinan tersebut berlawanan dengan tujuan perkawinan. Ia menambahkan pentingnya dampak sosial dari perkawinan tersebut khususnya terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan ini, yang mana dia akan terus ditinggal oleh ayahnya tanpa alasan situasi tersebut menjadi lebih buruk apabila istrinya tidak diakui oleh suaminya. Awalnya dia membolehkan kawin misyar tapi pertimbangan berubah karena sekarang perkawinan misyar beralih pada perdagangan nyata yang dipasarkan dalam skala besar oleh biro pernikahan yang tidak ada hubungannya dengan perkawinan dalam Islam yang ada. Kritik dari perkawinan ini adalah apabila istri menjadi terlantar apabila terjadi perceraian bahkan reputasinya akan jelek. Menurut pendukung kawin misyar walaupun mereka mengetahui akan akibat-akibat diatas, bukan 1 http:en.wikipedia,orgwikimisyar marriage 20 Juli 2011 51 masalah bagi mereka, akan tetapi dari segi apa orang-orang menerapkan syari’at tersebut. Menurut analisa penulis menguatkan pendapat yang mengatakan dilarangnya nikah misyar. Sebab dalalm hal ini dalil yang digunakan oleh pendapat yang mendukung nikah misyar tidak sesuai. Dimana Siti Saudah nikah secara normal dengan Rasulullah SAW tanpa ada syarat terlebih dahulu atau bersamaan dengan akad nikah untuk menggugurkan hak gilirannya. Oleh karena itu, hak gilirannya adalah mutlak menjadi miliknya. Karena itu adalah miliknya, maka dia berhak berhak menghadiahkannya. Sebagaimana hak mahar, boleh juga dihadiahkan seluruhnya atau sebagian kepada suami. Sebagaimana firman Allah Surah An-Nisa ayat: 4                Berikanlah maskawin mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah ambillah pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya. Juga alasan yang diutarakan yang membolehkan nikah misyar untuk meminimalisir perawan-perawan tua lagi kaya itu hanya sedikit jumlahnya. Maka solusi itu justru akan banyak menelantarkan perawan-perawan tua miskin yang jumlahnya lebih banyak lagi. 52

B. Nikah Misyar Menurut Pandangan Hukum Islam