35
B. Seputar Nikah Misyar
Rukun kawin misyar adalah ijab dan qabul yang dilakukan oleh orang yang memiliki hak untuk melaksanakannya. Disamping itu ijab dan qabul
diharapkan dapat diketahui oleh khalayak ramai agar dapat dibedakan antara kawin yang dilaksanakan secara sah dan zina atau hubungan gelap.
Dalam hal pengiklanan atau pemberitahuan kepada khalayak ramai, agama telah memberikan batasan minimum, yaitu adanya dua orang saksi dan wali
menurut pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah masa perkawinan tidak boleh dibatasi
dengan waktu serta kedua mempelai harus mempunyai niat untuk melanggengkan pernikahan mereka. Kemudian seorang laki-laki harus
membayar mas kawin, baik dalam jumlah yang banyak maupun sedikit, meskipun setelah maskawin tersebut diserahkan kepada calon istrinya, boleh
si istri tanazul‟ menyerahkan kembali sebagian dari maskawin itu atau
bahkan keseleruhannya, sesuai dengan firman Allah SWT.
Berikanlah maskawin mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan
kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah ambillah pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik
akibatnya. QS. An-
Nisa’ 4: 4 Apabila ada seorang laki-laki menikahi seorang wanita tanpa memberikan
mahar atau maskawin, maka akadnya tetap dianggap sah, tetapi wanita
36
tersebut mempunyai hak mahar misl mahar yang disamakan.
9
Dan setelah terpenuhinya empat perkara diatas, ijab dan qabul yang dilakukan oleh kedua
mempelai, adanya pengiklanan atau pemberitahuan kepada khalayak ramai agar perkawinan tersebut diketahui oleh orang banyak atau hanya diketahui
oleh khalayak secara terbatas, perkawinan itu tidak dibatasi masanya, dan terpenuhinya mahar, yang meskipun setelah akad si istri mengembalikannya
maka nikah tersebut menurut syara dianggap sah. Adapun ketika dilaksanakannya akad nikah seorang wanita memberikan
keringanan, yaitu tidak meminta hak-haknya kecuali hak bersenggama, syarat seperti ini tidak boleh ketika akad karena dapat menghilangkan tujuan
dilaksanakannya nikah maka akad tersebut adalah batal. Menurut Yusuf Qardawi seorang ahli agama tidak mempunyai alasan
untuk melarang seorang wanita yang melaksanakan perkawinan dengan model perkawinan ini misyar, yaitu dengan melakukan tanazul dari
sebagian hak-haknya, kalau niatnya benar-benar murni untuk kebaikan dirinya sendiri, karena dia wanita tersebut adalah orang yang lebih
mengetahui mana yang terbaik bagi dirinya, dia adalah orang yang berakal, baligh, pandai yang mengetahui mana yang dapat mendatangkan menfaat dan
mana yang dapat mendatangkan kerugiaan dan tidak masuk kedalam kategori orang yang harus dilindungi, seperti anak kecil, orang gila, dan orang bodoh.
Ada beberapa faktor yang menjadikan seseorang rela untuk mengurangi haknya diantaranya adalah tujuannya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih
9
Yaitu mahar yang menjadi hak seseorang wanita ketika terjadi pisah antara dia dan suaminya. Dan, besarnya mahar ini disamakan dengan mahar yang diperoleh oleh seorang wanita
yang sedarajat dengannya
37
bermanfaat bagi dirinya, seperti yang dilakukan oleh salah satu istri Rasulullah Saw. Yaitu Saudah binti Zam’ah.
Ia adalah istri pertama yang dinikahi Rasulullah Saw setelah Khadijah r.a. Saudah r.a. adalah perempuan yang sudah tua, dia merasa bahwa Nabi Saw.
Tidak akan memperlakukannya dengan mesra, sebagiamana sebelumnya. Ia sangat khawatir kalau Nabi Saw. Menceraikannya, predikatnya sebagai
Ummul Mukminin akan hilang. Ia juga takut, kalau nantinya setelah hari pembalasan, tidak bisa mendampingi menjadi istri Rasulullah Saw di surga.
Untuk itu, ia cepat-cepat memberikan tanazul keringanan untuk Nabi Saw. Dan diberikannya hak tersebut kepada istri Rasulullah Saw yang lain, yaitu
Aisyah r.a. dengan adanya keringanan ini, Rasulullah Saw sangat berterima kasih dan menepatkan saudah r.a pada tempat yang sesuai dengan firman
Allah SWT.
“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian
yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik bagi mereka ,,,”
QS.an- Nisa’ 4:128
Yusuf Qardawi menekankan lebih setuju kalau tanazul ini tidak disebutkan dalam akad, cukup antara kedua belah pihak saling mengerti dan
saling memahami dengan sendirinya, walaupun jika tanazul tersebut disebutkan dalam akad, hal ini tidak membatalkan akad. Menurutnya
38
memenuhi syarat-syarat adalah sebuah kewajiban, sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.
Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa syarat semacam ini tidak layak dilakukan, tetapi apabila sudah terlanjur maka akadnya tetap sah dan
hanya syarat-syarat yang batal. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Hanifah diriwayatkan dari Imam Ahamad dalam kitab al-
Muqni‟ dan lainnya. Menurutnya, ada bentuk syarat lain, yaitu agar suami tidak perlu
memberikan mahar dan nafkah atau dia tidak meminta bagian lebih dibanding istri lain bagian lebih banyak atau sedikit. Syarat seperti ini batal akan tetapi
nikahnya tetap sah. Ibnu Aqil berkata dalam kitab Mufrodat-nya:
Abu Bakar menyebutkan bahwa akad yang di dalamnya disebutkan syarat- syarat untuk tidak bersenggama, tidak memberikan nafkah atau apabila
keduanya pisah, maka apa yang telah dinafkahkan suami akan diambil kembali masih tetap dianggap sah...
10
Syekh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah mempunyai pendapat tentang sahnya syarat untuk tidak memberi nafkah. Ia berkata, “seumpama seorang suami
kesulitan ekonomi dan sang istri menerima hal itu, maka sang istri tidak mempunyai hak untuk diberi nafkah”
11
ia mengatakan bahwa akad akan batal jika dalam akad disyaratkan untuk tidak membayar mahar. Pendapat ini
merupakan kesepakatan sebagian besar ulama salaf.
10
Yusuf Qardhawi, Zawajul Misyar Haqiqatuhu wa Hukmuhu, hlm. 11
11
Yusuf Qardhawi, Zawajul Misyar Haqiqatuhu wa Hukmuhu, hlm. 12
39
Ketika mereka wanita-wanita yang tidak bersuami mendapati model kawin misyar adalah salah satu solusi tentunya dengan memilih laki-laki yang
betul-betul baik budi pekertinya dan mereka sudah sama-sama ridha.
C. Prinsip dan Tujuan Pernikahan Misyar