Analisa Operasional .Langkah A : Data masukan

35 Rizky Mufty Aqsha : Kajian Kinerja Persimpangan Tidak Bersignal Pada Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta- Jendral Sudirman-Jalan Cut Nyak Dien, 2009. USU Repository © 2009 faktor penyesuaian F, dengan memperitungkan pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas. C = Co x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI ………………2 – 1 Dimana : C = Kapasitas Co = Kapasitas dasar FW = faktor penyesuaian lebar masuk FM = Faktor penyesuaian jalan utama FCS = Faktor penyesuain kota FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kenderaan tak bermotor FLT = Faktor penyesuaian belok kiri FRT = Faktor penyesuaian belok kanan FMI = Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor

II.8.1. Analisa Operasional

Adapun diagram alir flow chart yang akan menjadi acuan prosedur perhitungan dan penganalisaan data akan diterangkan di bawah ini. Diagram alir bagi analisa operasionalnya sebagai berikut : 36 Rizky Mufty Aqsha : Kajian Kinerja Persimpangan Tidak Bersignal Pada Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta- Jendral Sudirman-Jalan Cut Nyak Dien, 2009. USU Repository © 2009 37 Rizky Mufty Aqsha : Kajian Kinerja Persimpangan Tidak Bersignal Pada Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta- Jendral Sudirman-Jalan Cut Nyak Dien, 2009. USU Repository © 2009 Gambar 2.12. diagram alir prosedur analisa operasional Sumber : MKJI 1997 Hasil dari pada analisa operasional ini adalah penentuan kapasitas persimpangan tidak bersignal untuk setiap group lajur lengan simpang. Nantinya hasil kapasitas yang didapatkan akan menjadi penetapan dalam penentuan tingkat pelayanan. Dari nilai tingkat pelayanan yang didapat, 1. LANGKAH A : DATA MASUKAN 1. Kondisi geometrik 2. Kondisi lalu lntas 3. Kondisi lingkungan 2. LANGKAH B : KAPASITAS 1. Lebar pendekatan dan tipe simpang 2. Kapasitas dasar 3. Faktor penyesuaian lebar pendekatan 4. Faktor penyesuaian median jalan utama 5. Faktor penyesuaian ukuran kota 6. Faktor penyesuaian tipe lingkungan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor 7. Faktor penyesuaian belok kiri 8. Faktor penyesuaian belok kanan 9. Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor 3. LANGKAH C : TINGKAT KINERJA 1. Derajat kejenuhan 2. Tundaan 38 Rizky Mufty Aqsha : Kajian Kinerja Persimpangan Tidak Bersignal Pada Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta- Jendral Sudirman-Jalan Cut Nyak Dien, 2009. USU Repository © 2009 selanjutnya akan dianalisa perlu tidaknya pemasangan lamp signal lalu lintas pada persimagan tersebut.

II.8.2 .Langkah A : Data masukan

Dalam data masukan yang terlihat pada diagram alir gambar 2.12 dijabarkan dengan tiga point utama, yaitu: a. Kondisi geometrik Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam data masukan kondisi geometrik, diantaranya sketsa pola geometrik yang harus jelas, nama jalan utam serta jalan utama dan juga harus dibuat panah penunjuk arah sebagai acuan. Sketsa sebaiknya memberikan gambaran yang baik dari suatu simpang mengenai informasi tentang lebar jalur, bahu dan median. Jika median cukup lebar sehingga memungkinkan melintasi simpang dalam dua tahap dengan henti ditengah. b. Kondisi lalu lintas Sketsa arus lalu lintas memberikan informasi lalu lintas yang diperlukan untuk analisa simpaang tidak bersignal. Jika alternatif emasangan signal pada persimpangan juga akan diuki, sketsa sebaiknya menunjukkan gerakan lalu lintas bermotor dan tidak bermotor kendjam pada pendekatan A LT, A ST, dan A GT dan seterusnya. A LT adalah pergerakan belok kiri pada lengan simpang A, A ST merupakan pendekatan yang menjelaskan pergerakan lurus dilengan A dan A GT merupakan pergerakan belok kanan juga dilengan A, begitu seterusnya. 39 Rizky Mufty Aqsha : Kajian Kinerja Persimpangan Tidak Bersignal Pada Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta- Jendral Sudirman-Jalan Cut Nyak Dien, 2009. USU Repository © 2009 Adapun prosedur perhitungan arus lalu lintas dalam satuan mobil penumpang smp adalah sebagai berikut: 1. Data arus lalu lintas klasifikasi per-jam untuk masing-masing gerakan. Konversikan kedalam smpjam dengan cara mengalikannya dengan emp tiap kelas kendaraan. Dimana untuk LV dikalikan 1, untuk HV dikalikan 1,3 dan MC dikalikan 0,5. 2. Perhitungan rasio belok dan rasio jalan minor. A dan C merupakan pendekatan padalengan jalan minor sedangkan B dan D merupakan pendekatan untuk lengan jalan utama. Gambar 2.13. Variabel arus lalulintas Sumber MKJI 1997 Volume arus lalulintas total dapat dari jumlah keseluruhan arus lalulintas maksimum dar setiap ruas jalan jalan utama dan jalan minor QTOT = A + B + C + D………………….2 – 2 40 Rizky Mufty Aqsha : Kajian Kinerja Persimpangan Tidak Bersignal Pada Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta- Jendral Sudirman-Jalan Cut Nyak Dien, 2009. USU Repository © 2009 41 Rizky Mufty Aqsha : Kajian Kinerja Persimpangan Tidak Bersignal Pada Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta- Jendral Sudirman-Jalan Cut Nyak Dien, 2009. USU Repository © 2009 c. Kondisi lingkungan Data kondisi lingkungan sangat berpengaruh dalam menganalisa data, untuk itu ada tiga bagian utama yang akan menjadi perhatian. Ketiga bagian itu adalah : 1. Kelas ukuran kota Masukan perkiraan jumlah penduduk dari seluruh daerah perkotaan dalam satuan jiwa. Tabel II.3 Kelas Ukuran Kota Ukuran kota Jumlah Penduduk Juta Jiwa Sangat kecil Kecil Sedang Besar Sangat besar 0,1 0,1 – 0.5 0,5 – 1,0 1,0 – 3,0 3,0 Sumber MKJI,1997 2. Tipe lingkungan jalan Lingkungan jalan di klasifikasikan dalam kelas menurut tata guna tanah dan aksebilitasi jalan tersebut dari aktivitas sekitarnya. Hal ini ditetapkan secara kualiitatif dari teknik lalulintas. Tabel II.4. Tipe Lingkungan Jalan 42 Rizky Mufty Aqsha : Kajian Kinerja Persimpangan Tidak Bersignal Pada Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta- Jendral Sudirman-Jalan Cut Nyak Dien, 2009. USU Repository © 2009 Komersial Tata guna lahan komersial misalnya pertokoan, rumah makan, perkantoran dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kenderaan. Pemukiman Tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kenderaan. Akses terbatas Tanpa jalan masuk atau jalan masuk langsung terbatas misalnya karena adanya penghalang fisik, jalan samping dsb Sumber : MKJI, 1997 3. Kelas hambatan samping Hambatan samping menunjukkan pengaruh aktifitas samping jalan didaerah simpang pada arus berangkat lalulintas, misalnya pejalan kaki berjalan atau menyeberangi jalur, angkutan kota dan bis berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, kenderaan masuk dan keluar halaman dan tempat parkir di luar jalur. Hambatan samping ditentukan secara kualitatif dengan pertimbangan teknik lalulintas sebagai tinggi, sedang atau rendah. Menurut MKJI 1997 hambatan samping di bagi 4 empat dari aktifitas samping segmen jalan yang masing – masing mempunyai bobot yang berbeda terhadap kapasitas antara lain : 43 Rizky Mufty Aqsha : Kajian Kinerja Persimpangan Tidak Bersignal Pada Persimpangan Jalan Soekarno-Hatta- Jendral Sudirman-Jalan Cut Nyak Dien, 2009. USU Repository © 2009 1. Untuk pejalan kaki mempunyai bobot 0,5 2. Kenderaan parkirberhenti mempunyai bobot 1,0 3. Kenderaan keluarmasuk jalan mempunyai bobot 0,7 4. Kenderaan bergerak lambat mempunyai bobot 0,4 Frekuensi bobot menentukan kelas hambatan samping yaitu : - 100 amat rendah, daerah pemukiman - 100-199 kelas rendah, daerah pemukiman - 300-499 kelas sedang, daerah industri dengan beberapa toko di jalan - 500-899 kelas tinggi, daerah komersial, aktivitas di sisi jalan - 900 kelas amat tinggi, daerah komersildengan aktifitas pasar

II.8.3. Langkah B : Kapasitas