Efektif dan Aplikatif Berbahasa Indonesia untuk Tingkat Semenjana Kelas X
22
Perhatikan pula contoh kalimat berikut. a. Harga sayur-sayuran merosot tajam pada musim hujan.
b. Apabila pekarangan sebuah rumah rapi, di dalam rumah- nya pasti rapi juga.
Pernyataan dari kedua kalimat tersebut mengandung kebenaran yang tidak mutlak, tidak benar, atau tidak tepat. Dengan demikian,
kalimat tersebut merupakan pendapat. Salah satu cara menentukan atau mencari kalimat pendapat ada-
lah dengan menganalisisnya secara saksama berdasarkan logika atau kenyataan. Secara redaksi kalimat, untuk menentukan atau mencari
kalimat pendapat, dapat ditentukan dengan menggunakan kelom- pok kata menurut pendapat...., diperkirakan, kira-kira, lebih kurang,
prediksi, asumsi, dan sekitar.
Contoh: a. Menjelang Hari Raya Idul Fitri, diperkirakan harga- harga
barang melonjak tajam. b. Sekitar lima ribu hektar hutan yang terbakar tidak
bisa ditanami.
c. Badan Metereologi dan Geofisika memprediksi bahwa ombak di Selat Sunda kira-kira dua meter.
3. Mengenal ragam atau laras bahasa
Dalam kegiatan berbahasa, kita harus mencermati ragam bahasa yang digunakan. Pada saat berbicara dengan orangtua atau guru,
tentu ragamnya berbeda apabila berbicara dengan teman atau adik. Demikian pula ragam bahasa di lingkungan terminal akan berbeda
dengan ragam bahasa di sekolah. Ragam bahasa untuk meluapkan kegembiraan akan berbeda dengan ragam bahasa pada waktu sedih
atau marah. Dengan demikian, ragam bahasa biasanya dipengaruhi oleh dengan siapa, di mana, bagaimana situasi, dan untuk kepen-
tingan apa. Seorang pengguna bahasa tentu harus terampil dalam memilih dan menggunakan ragam bahasa tertentu.
Laras atau ragam bahasa berkenaan dengan cara pelafalan bunyi bahasa atau logat bahasa. Ragam bahasa dapat dilihat
dari asal daerah penutur, pendidikan penutur, dan sikap penutur. Ra gam bahasa penutur dari satu daerah tertentu akan berbeda
dengan penutur dari daerah lainnya. Penutur dari Sunda, Jawa, Batak, Tapanuli, tentu akan memiliki kekhasan ragam bahasa.
Ragam bahasa menurut segi pendidikan formal pun akan berbeda. Pelafalan fonem f dan ks, pada kata fakultas, film, fitnah,
kompleks yang dikenal dalam ragam bahasa orang yang berpen- didikan bervariasi dengan pakultas, pilem, pitnah dan komplek,
dalam ragam bahasa yang kurang berpendidikan.
Dalam berkomunikasi, dikenal pula ragam atau laras ba- hasa tulis dan ragam bahasa lisan. Ragam bahasa adalah variasi
Gambar 2.3
Pada saat berbicara dengan orangtua, tentu kita mengguna-
kan ragam yang berbeda saat berbicara dengan teman.
Sumber: www.photobucket.com,
16 April 2008
Lingkungan
23
Asal Daerah
Penutur Pendidikan
Penutur Sikap
Penutur
Ragam atau Laras
Bahasa Penutur
pemakai an bahasa, baik lisan maupun tulisan. Ragam bahasa
lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui lisan atau tuturan. Dalam perwujudannya, ragam bahasa lisan dibantu oleh
bahasa tubuh, gerak-gerik, mimik muka, intonasi, dan isyarat. Dengan demikian, walaupun menggunakan kalimat yang tidak
sempurna, lawan bicara akan tetap memahami maksudnya.
Ragam bahasa lisan baku diperlukan ketika kita bertutur dalam suasana lingkungan yang resmi, percakapan di dalam
rapat, berpidato, pada waktu mengajar, pada waktu bercera- mah, dan sebagainya.
Ragam bahasa tulisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui tulisan. Dalam ragam bahasa tulisan, kejelasan maksud
kalimat ditentukan oleh kelengkapan struktur kalimat. Dengan demikian, fungsi subjek, predikat, objek, dan hubungan antara
fungsi kalimat harus jelas.
Pemakaian ragam bahasa tulis dalam karangan ilmiah dan karangan sastra, tentu berbeda. Hal itu sesuai dengan
tujuan dari karangan itu sendiri. Tujuan karangan ilmiah adalah
untuk menyampaikan informasi berupa pengetahuan. Sementara karangan
fiksi sastra lebih menekankan pada unsur hiburan yang bertujuan menyentuh sendi-sendi batin sehingga menimbulkan nilai rasa bagi
para pembacanya. Oleh karena itu, karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa yang denotatif atau lugas.
Dalam karangan sastra, ragam bahasa yang digunakan adalah kata yang yang mengandung makna luas, makna tambahan, dan
memiliki penafsiran yang beragam di samping makna sebenarnya atau makna konotasi. Dengan demikian, ragam bahasa tersebut
dapat menggugah imajinasi pembaca.
Gambar 2.4
Faktor-faktor yang memenga ruhi ragam bahasa